Strategi Kebijakan Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Riset dan Teknologi 1. Arah Kebijakan.

c. Menumbuh kembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik baikterbaik danatau hasil litbangyasa: misalnya penguatan kelembagaan intermediasi dan aliansi strategis antarpelaku; dan pengembangan Pusat Inovasi UMKM. d. Mendorong Budaya Kreatif - Inovatif: misalnya peningkatan apresiasi atas karya kreatif- inovatif; edukasi dini dan dukungan pengembangan technopreneurship; pengembangan standar literasi teknologi; migrasi ke penggunaan TIK legal; dukungan bagi perlindungan hukum dan pengembangan indigenous knowledgetechnology. e. Menumbuh kembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah: misalnya program kolaboratif pengembangan industri unggulan dan strategis nasional-daerah; percontohan e-development daerah; f. Penyelarasan dengan perkembangan global: misalnya kerjasama teknis regional dan internasional; pengembangan interoperabilitas adopsi dan adaptasi dalam bidang yang telah menjadi kesepakatan internasional misalnya implementasi teknologi baru CNSATM system dalam sistem manajemen transportasi udara; pengembangan kapasitas nasional- daerah bagi antisipasi implementasi open standar technology. Kementerian Riset dan Teknologi beserta jajaran LPNK di bawahnya merencanakan dan telah memprakarsai langkah-langkah awareness campaign sosialisasi, pendampingan technical assistance, dan diklat, serta upaya membangun konsensus nasional-da erah untuk menyusun agenda sinergis atas dasar common platform tersebut. Penguatan kelembagaan juga telah dilaksanakan antara l ain melalui kerjasama dan bantuan teknis dalam pengembangan DRD Dewan Riset Daearah di beberapa daerah. Peningkatan dan perluasan upaya ini akan dikembangkan lebih lanjut di waktu mendatang.

3.2.2. Strategi Kebijakan

Tugas pokok, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset dan Teknologi diarahkan untuk menjalankan peran intermediasi dalam pembangunan Sistem Inovasi Nasional SINas, yakni: 1. Mengkoordinir kebersamaan lembaga penelitian dalam aspek perumusan kebijakan dan implementasi kebijakan di bidang litbang Iptek supply-push technology. DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS 2. Mempromosikan hasil litbang Iptek untuk didayagunakan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. 3. Menyerap kebutuhan masyarakat termasuk pasar dalam rangka mengarahkan aktivitas litbang Iptek demand-driven approach. Peranan intermediasi ini penting untuk dilaksanakan dengan pendekatan manajemen yang efektif dan efisien, karena ditengarai adanya beberapa permasalahan di lapangan seperti adanya tumpang tindih program dan anggaran, Agenda Riset Nasional ARN yang masih belum diacu secara penuh oleh stake-holders pembangunan Iptek, efek sinergi yang lemah, sehingga pembangunan Iptek nasional menjadi lambat, marjinal, dan tidak terkoordinasi dengan baik. Strategi yang akan dijalankan oleh KRT dalam menjalankan peran intermediasi dan fungsi “koordinasi” dan “sinkronisasi” kelembagaan litbang LPNK, LPD, Pemda, Swastaindustribadan usaha, dan perguruan tinggi dan program litbang adalah dengan menjalankan sinergi fungsional, yaitu sinergi yang mengedepankan kebersamaan antar berbagai pemangku kepentingan dalam menjalankan fungsi-fungsi kelitbangan Iptek. Orientasi untuk melakukan sinergi fungsional ini sesuai dengan UU 392008 tentang Kementerian Negara Pasal 25, yaitu ayat 1: “ Hubungan fungsional antara Kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian dilaksanakan secara sinergis sebagai suatu sistem pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan ayat 2:”Lembaga pemerintah non-kementerian berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui menteri yang mengkoordinasikan.” Pendekatan koordinasi dan sinkronisasi secara sinergi fungsional diharapkan mampu menerobos kebuntuan struktural melalui upaya membangun kebersamaan dalam menjalankan tupoksi untuk meningkatkan binding energy di antara pemangku kepentingan Iptek. Dengan sinergi fungsional yang baik, maka hasil litbang dan penemuan Iptek yang dikembangkan lembaga penelitian baik di lembaga riset pemerintah maupun perguruan tinggi dapat diupayakan mampu melintasi “Lautan Kemubaziran“ untuk didayagunakan. Proses melintasi Lautan Kemubadziran adalah sebuah proses pengembangan produk dari hasil temuan dan litbang Iptek untuk bisa dikomersialkan atau didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan industri maupun masyarakat pengguna lain. Dalam hal ini KRT menempatkan posisi DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS sebagai “nakhkoda” untuk mendorong proses pendayagunaan berbagai hasil litbang Iptek menjadi produk inovasi yang bernilai tambah tinggi value creation, merubah orientasi pengembangan teknologi yang bersifat supply-push menjadi demand-driven dalam bingkai Sistem Inovasi Nasional SINas. Prinsip penggalangan kompetisi dan kerjasama untuk membangkitkan industri hasil inovasi dilakukan dengan cara mengelola interaksi serta hubungan-hubungan antar elemen pendukung. Karena, selain upaya ke dalam, yakni bagaimana mengefektifkan interaksi antar lembaga-lembaga penghasil teknologi LPNK Ristek, Balitbang Dep, daerah serta Perguruan Tinggi, tetapi juga penting interaksi ke luar dengan dunia usaha, agar inovasi dapat mewujud dalam penyediaan barang dan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat. Kementerian Riset dan Teknologi berupaya memfasilitasi interaksi antar LPNK di bawah koordinasi KRT, serta interaksi dengan lingkungan eksternal. Dalam kaitan dengan lingkungan eksternal yang mempengaruhi efektifitas SINas, maka tidak semua kendali SINas berada dalam portofolio KRT, karena menyangkut sistem yang lebih luas seperti: sistem pendidikan, keuangan, pajak dan moneter, hukum, HKI, dll. Ini semua berada dalam kendali berbagai kementerian lain. Sebagai contoh UU No. 182002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diikuti oleh aturan pelaksanaan di bawahnya. Kenyataannya, koherensi antar peraturan tersebut dengan Peraturan Pemerintah yang mengatur Keuangan Negara masih perlu di harmonisasikan. Misalnya Peraturan Pemerintah RI No. 202005 Tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Kegiatan Penelitian Dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, maupun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 352007 Tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha Untuk Peningkatan Kemampuan Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi Teknologi. Dalam implementasinya, dua PP ini sangat bergantung kepada UU Keuangan Negara dan perangkat aturan di bawahnya, yang masih perlu diselaraskan agar tidak saling meniadakan. Kunci keberhasilan implementasi penguatan sistem inovasi di suatu negara adalah koherensi kebijakan inovasi dalam dimensi antarsektor dan lintas sektor; antar waktu intertemporal; dan nasional-daerah inter teritorial, daerah-daerah, dan internasional. Dalam perspektif hubungan nasional-daerah, koherensi kebijakan inovasi dalam penguatan SINas di Indonesia perlu dibangun melalui kerangka kebijakan inovasi innovation policy DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS framework yang sejalan, dengan sasaran dan milestones terukur, serta komitmen sumberdaya yang memadai pada tataran nasional maupun daerah sebagai common platform. Dalam kasus pelaksanaan program yang bersifat top-down, seperti Kontrak Kinerja Menteri, Program 5 Tahun P5T, 11 Program Prioritas Nasional, dan 15 Program Pilihan Presiden, yakni yang berkaitan dengan peningkatan ketahanan dan produksi pangan; industri pertahanan, pengembangan energi alternatif, pengembangan teknologi untuk daerah perbatasan dan rawan bencana dll., maka Kementerian Riset dan Teknologi berperan dalam aspek perumusan kebijakan nasional, koordinasi pelaksanaan kebijakan yang memberikan arti adanya sinkronisasi program - termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi yang akan disampaikan kepada Presiden. Sementara LPNK di bawah koordinasi KRT berperan dalam merumuskan kebijakan dibidangnya dan melaksanakan program-program ini sesuai dengan tupoksinya masing-masing dan bekerja di bawah koordinasi, supervisi, sinkronisasi dan monev Kementerian Riset dan Teknologi. Secara umum strategi sinergi fungsional dalam kerangka Visi dan Misi serta tujuan dan sasaran Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 bisa digambarkan dalam sebuah bagan pada Gambar-3.2. DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS Gambar-3.2 Pola pikir sinergi fungsional dalam kerangka Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014

3.2.3. Program