lingkungan terdekat. terdapat beberapa faktor utama penyebab diskriminasi
dalam pelayanan publik. Lemahnya pengawasan juga
menjadi sebab
buruknya kinerja
birokrasi. Lembaga pengawas kinerja birokrasi didaerah tidak optimal dari
segi kelembagaan. Lembaga pengawas dalam hal ini Inspektorat Daerah
merupakan bagian dari SKPD. Ada semangat korps yang terbangun antara
sesama SKPD yang dengan demikian sangalah
sulit untuk
melakukan pengawasan.
Kemudian karakter birokrat yang masih terpola pada kebiasaan
lama yakni pegawai harus dihormati dan dilayani. Pegawai Negeri Sipil
selalu terikat dengan ststus sosial. Sebagian orang menganggap bahwa
menjadi PNS
adalah untuk
meningktakan status sosial yang daripadanya harus selalu dihormati
oleh orang lain dan kerap merasa terhina jika harus melayani orang lain
terutama kalangan orang miskin. Oleh karena status sosial inilah sehingga
banyak yang harus merelakan menjual sawah atau kebun hanya karena ingin
mendambakan menjadi PNS.
3. Korupsi Birokrasi
Beberapa indikasi
yang menyebabkan
buruknya kinerja
birokrasi diatas, yakni manajemen rekrutmen dan promosi pegawai,
lemahnya pengawasan serta karakter pegawai ikut juga memberi kontribusi
terhadap peluang-peluang terjadinya korupsi. Rekrutmen pegawai yang
dilakukan tanpa
analisis jabatan
memberi peluang terjadinya suap. Jika analisis dilakukan, kebutuhan pegawai
akan sangat terbatas dan pelamarnya akan terbatas pula. Selama ini prilaku
dan modus-modus korupsi penerimaan CPNS telah terungkap dan sudah ada
yang divonis di pengadilan. Tindakan yang dilakukan pada saat melamar
CPNS akhirnya terbawa-bawa sampai menduduki sebuah jabatan tertentu.
Uang yang disetorkan pada saat masuk CPNS,
menjadi alasan
untuk melakukan korupsi dengan maksud
agar uang itu harus kembali. Korupsi birokrasi terjadi pula akibat lemahnya
pengawasan, baik pengawasan yang dilakukan
lembaga external
inspektorat daerah,
maupun pengawasan yang dilakukan oleh
atasan sendiri. Terkesan telah menjadi kebiasaan bahwa “silakan lakukan,
tetapi harus bertanggungjawab sendiri,
karena kami juga ada yang harus dipertanggungjawabkan”. Dari segi
pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat selalu berbenturan dengan
kelemahan kelembagaan dan SDM. Korupsi birokrasi terjadi pula
karena kebutuhan akan ststus sosial dari pegawai yang bersangkutan. PNS
selalu indentik dengan ststus sosial yang tinggi yang ditandai dengan
kepemilikan barang-barang
yang mahal dan gaya hidup istimewa.
Mereka yang
tidak mampu
menyediakannya sering menempuh jalan
pintas dengan
melakukan korupsi.
Sejumlah kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka peningkatan kinerja birokrasi seperti
penguatan kelembagaan,
penyediaan regulasi-regulasi maupun penguatan kapasitas SDM birokrasi
serta penyediaan anggaran. Tetapi keadaan untuk mengubah kinerja
birokrasi belum juga optimal. Artinya penguatan struktur birokrasi belum
membuahkan hasil yang diharapkan.
4. Penguatan Etika dan Integritas