KOALISI PARTAI POLITIK DALAM PEMENANGAN PILKADA (Study Kasus Koalisi DPD Partai Golkar Kabupaten Malang Tahun 2010)

(1)

KOALISI PARTAI POLITIK

DALAM PEMENANGAN PILKADA

(Study Kasus Koalisi DPD Partai Golkar Kabupaten Malang Tahun 2010)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun Oleh: Andry Marakusuma

06230008

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Pada :

Hari : Senin

Tanggal : 14 November 2011

Jam : 08.00

Tempat : Kajur IP

Dewan Penguji

1. Drs. Jaenuri, M.Si ( )

2. Dr. Tri Sulistyaninggsih, M.Si ( ) 3. Prof. Dr. H. M. Mas’ud, Said, MM ( )

4. Drs. Asep Nurjaman, M.Si ( )

Mengesahkan

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang demi tegaknya agama Islam. Sehingga dengan ini penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Koalisi Partai Politik Dalam

Pemenangan Pilkada (Study Koalisi DPD Partai Golkar Kabupaten Malang Tahun 2010)

Partai politik merupakan pelembagaan politik yang dibutuhkan untuk membangun tatanan demokrasi yang berkualitas. Tujuan ini akan sulit tercapai jika kondisi partai politik masih belum melembaga dengan baik. Dimana dalam pelaksanaan pilkada langsung peran partai politik masih cukup strategis dan dominan. Namun demikian, dalam berbagai aktivitasnya peran dan fungsi partai politik dalam pilkada langsung belum dilakukan secara maksimal. Kecenderungan sifat oligarkis menjadi perilaku yang dijalankan oleh partai politik dalam pilkada langsung. Hal tersebut ditunjukkan dengan belum berpengaruhnya ideologi terhadap perilaku partai politik, dominasi elit dan pengurus partai politik dalam pengambilan keputusan, orientasi dan motivasi partai politik masih bersifat pragmatis dan materialis, program partai politik yang belum berorientasi fungsi, dan strategi partai politik dalam koalisi, pemilihan kandidat, serta kampanye yang belum mencerdaskan masyarakat secara politik.

Akhirnya sebagai manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan kekeliruan, tentu dalam mengerjakan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas sumbangsih, dukungan, bantuan, serta kerjasamanya yang telah diberikan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:

1. Segenap Pimpinan UMM: DR. Muhadjir Effendy, M.AP., Prof. DR. Ir.

Sujono, M.Kes., Drs. Mursidi, MM., Drs. Joko Widodo, M.Si.

2. Segenap Pimpinan FISIP: Dr. Wahyu, M.Si., Drs. Sulismadi, M.Si., Drs.

Asep Nurjaman, M.Si., Drs. Abdullah Masmuh, M.Si.

3. Segenap Pimpinan Jurusan Ilmu Pemerintahan: Dr. Tri Sulistyaninggsih,

M.Si,. Drs. Jaenuri, M.Si.

4. Dosen pembimbing: Prof. Dr. H. Mas’ud Said, MM sebagai dosen


(4)

terima kasih atas dukungan dan arahan keduanya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Segenap Bapak/Ibu dosen FISIP, khususnya dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, terima kasih atas transformasi ilmunya selama di bangku kuliah.

5. Bapak Drs. H. Rendra Kresna, BcKU, SH, MM, MPM, Ketua DPD Partai

Golkar Kabupaten Malang, Bapak Achmad Andi, SH, Mhum, Selaku Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Malang. Terima kasih atas bantuannya kepada peneliti selama proses penelitian di lapangan.

Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan, hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan amal ibadah mereka. Amien.

Billahi Fii Sabililhaq, Fastabiqul Khairat

Malang, 04 November 2011

Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv

Persembahan ... v

Abstraksi ... vi

Kata Pengantar ... xi

Daftar Isi ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat Penelitian ...10

1. Manfaat Akademik ...10

2. Kegunaan Praktis ...11

E. 1. Definisi Konseptual ...11

1. Partai Politik ...11

2. Koalisi ...13

3. Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung ...17

2. Definisi Operasional ...18

F. Metode Penelitian ...19

1. Jenis Penelitian ...19

2. Lokasi Penelitian ...20

3. Subyek Penelitian ...20

4.Sumber Data ...21

1. Data Primer ...21

2. Data Skunder ...21

5.Teknik Pengumpulan Data ...21

1. Observasi ...21

2. Wawancara ...21

3. Dokumentasi ...22

6.Teknik Analisis Data ...22

1. Reduksi Data ...23

2. Display Data ...23


(6)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Partai Politik ...25

B. Tipologi Partai ...31

1. Kaukus Atau Partai Kader ...31

2. Partai Cabang Atau Partai Massa ...32

3. Fungsi Partai Politik ...33

C. Prilaku Partai Politik ...40

D. Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung ...43

E. Koalisi ... 48

BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Kondisi Umum Kabupaten Malang ...57

1. Kondisi Geografis ...58

2. Kondisi Topografi ...69

3. Kondisi Fisiografi ...60

4. Kondisi Hidrologi ...60

5. Dinamika Sosial Politik Kabupaten Malang ...61

B. Profil Partai Peserta Koalisi Dan Perolehan Suara Dalam Pemilu Legislatif 2009 Kabupaten Malang ... 64

1. Profil Dan Sejarah Singkat Partai Peserta Koalisi ... 64

a. Partai Golkar ... 64

b. Partai Demokrat ... 69

c. Partai Keadilan Sejahtra ... 73

d. Partai Persatuan Pembangunan ... 74

2. Perolehan Suara Peserta Koalisi Dalam Pemilihan Legislatif Tahun 2009 ... 76

C. Partai Dan Koalisi Pengusung Pasangan Calon Dalam Pilkada Kabupaten Malang 2010 ... 79


(7)

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Proses Pembentukan Koalisi Partai Golkar Dalam Pilkada Langsung

Kabupaten Malang 2010 ... 84

1. Proses Penjajakan Calon Mitra Koalisi ... 84

2. Calon Peserta Koalisi Potensial ... 87

B. Mekanisme Pembentukan Koalisi ... 89

1. Alasan Pemilihan Koalisi ... 89

2. Kontrak Dan Kesepakatan Koalisi ... 91

1. Ideologi ... 91

2. Suara Hasil Pemilu Legislatif ... 93

C. Koalisi Dan Hasil Pilkada ... 95

1. Kekuatan Riil Koalisi Pendukung ... 95

1.Kekuatan Koalisi Yang Dibangun Oleh Partai Golkar ... 100

2.Kelemahan Koalisi Pendukung Rendra Kresna- Ahmad Subhan ... 103

3.Kesempatan Untuk Memenangkan Pilkada 2010 Di Kabupaten Malang ... 104

4. Ancaman Yang Dapat Menghambat Kemenangan Pasangan Calon Rendra Kresna-Ahmad Subhan ... 105

2. Perolehan Suara Dalam Pilkada Langsung Di Kabupaten Malang 2010 ... 106

BAB V PENUTUP Kesimpulan...110


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Asfar, Muhammad. 2006. Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004. Surabaya:

Pustaka Eureka dan PusDeHAM

Bambang Cipto, Partai, Kekuasaan dan militerisme, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

2000

Budiardjo, Miriam. 1978. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Drs. M. Suparmoko, M.A, Phd, 1999. Metode Penelitian Praktis, BPFE,

Yogyakarta

Dr. Rainer Adam, “Masa Depan Ada Di Tengah” Toolbox Manajemen Koalisi,

Mitra Alembana Grafika pt. Jakarta Desember 2007

Faturrohman, Deden dan Wawan Sobari. 2002. Pengantar Ilmu Politik. Malang:

UMM Press.

Firmanzah, Ph.D. 2008. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia

Hadari, Nawawi dan M. Martini Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Bidang

Sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan

Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.

Marijan, Kacung. 2006. Demokratisasi di Daerah (Pelajaran dari Pilkada secara

Langsung). Surabaya: Pustaka Eureka.

Mas’oed, Mohtar dan Colin MacAndrews. 2001. Perbandingan Sistem Politik.


(9)

Muh. Nazir Ph.D, 1988. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rush, Michael dan Phillip Althoff. 2005. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada

Singarimbun, Masri. 1982. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Gaffar, Afan. 1999. Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Amal, Ichlasul (Ed.). 1996. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: PT.

Tiara Wacana Yogya.

Maruto MD dan Anwari WMK (Eds.). 2002. Reformasi Politik dan Kekuatan

Masyarakat, Kendala dan Peluang Menuju Demokrasi. Jakarta: LP3ES.

Karim, Abdul Gaffar (Ed.). 2003. Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah di

Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Website Oline

http://danisugiri. wordpress. com/2009/06/26/aspek-koalisi-dalam-pemilu/

http://tuhan. multiply. com/ journal/ Koalisi_Politik. Diakses Tanggal 07 juli 2011

http://theindonesianistitute.com/index.php/

Koalisi-untuk-Pemerintahan-yang-kuat.html, Diakses Tanggal 11 september 2010

http://www.malangkab.go.id/

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Malang

http://simpuldemokrasi.blogspot.com/dinamika-sosial-politik-kabupaten.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Golongan_Karya

http://pacitan.demokrat.or.id/sejarah

http://madinahku.blogspot.com/mengenal-sejarah-pks.html. Diakses Tanggal 05

Mei 2011


(10)

http://software-pilkada.com/component/content/ article/57-pilkada/172-formatkoalisi-pilkada-2010.

http://www.tempointeraktif.com/politik/2010/04/11/brk,20100411-239517,id.html

http://edwardmushalli.wordpress.com/2011/03/24/dinamika-politik-pilkada

http://www.surabayapost.co.id/

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0502/07/opini/1543567.html.

Koran

Radar Malang , Kamis 5 agustus 2010. Halaman 29 Radar Malang, Jum’at 6 Agustus 2010. Halaman 47


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partai politik memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan yang demokratis. Dalam kehidupan politik moderen yang demokratis keberadaan partai politik menjadi suatu keharusan, sebab fungsi utama partai politik adalah bersaing untuk memenangkan pemilu mengagregrasikan kepentingan, menyediakan alternatif kebijakan dan mempersiapkan calon pemimpin yang akan duduk dalam pemerintahan. Secara umum dapat di rumuskan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.

Istilah partai bila ditelusuri dari asal katanya berarti bagian atau pihak didalam masyarakat dimanapun secara alamiah terdapat pengelompokan masyarakat berdasarkan atas persamaan paham dalam bentuk doktrin politik yang

oleh Benyamin Constan disebut partai politik. Sedangkan menurut Carl J

Freederick partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintah bagi pemimpin partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan

kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun material.1

Senada dengan Frederich, RH Soultau, menyatakan bahwa partai politik adalah

sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dengan memanfaatkan satu kesatuannya untuk

1


(12)

2

memilih bertujuan mengendalikan atau menguasai pemerintahan serta melaksanakan pemerintahan serta melaksanakan kebijakan mereka (partainya). Lebih jauh Budiardjo mendefinisikan tentang partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperebutkan dan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik—(biasanya)

dengan cara konstitusional—untuk melakukan kebijakan-kebijakan mereka”.2

Keberadaan partai politik adalah salah satu konsekuensi diterapkannya

sistem demokrasi tidak langsung (indirect democracy). Dimana, dianggap bahwa

kepentingan dan aspirasi masyarakat yang beragam akan sia-sia jika tidak diakomodir bersama aspirasi senada dalam satu wadah yang dapat menampung kemudian menyalurkannya. Maka, eksistensi partai politik ditempatkan sebagai entitas perantara antara kepentingan masyarakat dengan pembuat kebijakan (policy maker). Dengan demikian, peran partai politik adalah salah satu pilar terbentuknya konstruksi demokrasi.

Kehadiran partai politik dalam sistim demokrasi tidak dapat dilepaskan dari peran dan fungsinya, tidak hanya kepada konstituen yang dikelola tetapi juga kepada bangsa dan negara. Karena, organisasi partai politik yang dapat menempatkan orang-orangnya dalam jabatan-jabatan politis berarti akan menentukan kebijakan publik berdampak luas, tidak hanya kepada konstituen mereka. Sehingga kehadiran partai politik juga perlu diletakkan dalam kerangka yang lebih luas dan tidak terbatas pada kelompok ideologis mereka saja.

2


(13)

3

Secara garis besar peran dan fungsi partai politik dapat di bedakan menjadi

dua: Pertama, peran dan tugas internal organisasi. Dalam hal ini organisasi partai

politik memainkan peran penting dalam pembinaan, edukasi pembekalan, kaderisasi dan memperkuat ideologi politik yang menjadi latar belakang pendirian

partai politik. Kedua, partai politik juga mengemban tugas yang lebh bersifat

external organisasi. Di sini peran dan fungsi organisasi partai politik terkait dengan masyarakt luas, bangsa dan negara.

Menurut Leon D. Epstein, partai politik adalah setiap kelompok-kelompok, meskipun terorganisasi secara sederhana, yang bertujuan untuk mendapatkan jabatan di pemerintahan, dengan identitas tertentu. Sedangkan menurut sarjana politik lainnya, Jean Blondel mendefenisikan bahwa partai politik adalah sebagai kelompok-kelompok dengan sistem keanggotaan yang terbuka dan

memfokuskan kegiatannya pada seluruh spektrum dari sisi-sisi negara.3

Selain dari defenisi partai politik yang dijelaskan di atas, cara berbeda digunakan oleh Austin Ranney dalam memberikan defenisi dan batasan tentang partai politik. Dalam hal ini, Ranney tidak mendefenisikan partai politik dalam suatu termininologi yang tunggal, tetapi membaginya dalam beberapa karakteristik-karakteristik fundamental yang setidaknya harus dimiliki oleh organisasi yang bernama partai politik. Adapun beberapa karakteristik-karakteristik fundamental yang harus dimiliki oleh partai politik meliputi:

1. Berwujud kelompok-kelompok masyarakat yang beridentitas.

2. Terdiri dari beberapa orang yang terorganisasi, dan dengan sengaja bertindak bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan partai.

3


(14)

4

3. Masyarakat mengakui partai politik memiliki legitimasi berupa hak-hak untuk mengorganisasikan dan mengembangkan diri mereka.

4. Beberapa tujuannya diantaranya, mengembangkan aktivitas-aktivitas, partai bekerja melalui mekanisme “pemerintahan yang mencerminkan pilihan rakyat”.

5. Aktivitas inti partai politik adalah menyeleksi kandidat untuk jabatan publik.4

Sementara itu berkaitan dengan koalisi antarpartai, regulasi pilkada sebenarnya tidak mengatur aturan mainnya secara jelas. Baik UU maupun PP tentang pilkada bahkan tidak menggunakan istilah “koalisi” partai meskipun hakikat pencalonan oleh “gabungan partai” adalah koalisi. Seperti dikemukakan sebelumnya, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah diajukan oleh partai atau gabungan partai. Dalam kaitan ini, PP No. 49 tahun 2008 yang mengatur pencalonan oleh partai atau gabungan partai, antara lain hanya menyebut dua persyaratan penting, yakni pertama, kewajiban “menyerahkan surat pencalonan yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik atau para pimpinan partai politik yang bergabung di daerah pemilihan”, dan kedua, “kesepakatan tertulis antar partai politik yang bergabung untuk mencalonkan pasangan calon”. Namun demikian, apa syarat-syarat, prosedur dan mekanisme koalisi serta bagaimana isi “kesepakatan tertulis” antarpartai, sama sekali tidak diatur dalam UU dan PP, kecuali bahwa total perolehan kursi/suara minimal partai-partai yang bergabung itu tidak kurang dari 15 persen.

Kerjasama dan koalisi antarpartai amat dibutuhkan untuk membangun dan melembagakan tradisi konsensus di para pemimpin partai. Koalisi juga diperlukan untuk meningkatkan efektivitas pemerintahan dan produktivitas demokrasi.

4


(15)

5

Dalam pemilihan kepala daerah (pilkada), koalisi ini hampir tak terhindarkan. Sebab, Pasal 59 Ayat 1 Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan, pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik dan dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan.

Namun, hingga sekarang, perubahan ketentuan dalam UU No 32 Tahun 2004 menjadi UU No.12 Tahun 2008 hampir tak pernah menghasilkan koalisi yang mampu mencapai tujuan, seperti yang diidealkan secara teoretis. Sebaliknya, sering kali justru menimbulkan kerumitan karena dibentuk hanya berdasarkan kepentingan sesaat, misalnya mengantarkan pasangan calon untuk ikut dan memenangi pilkada.

Kenyataan ini dapat dilihat dari pelaksanaan pilkada yang bangunan koalisinya tidak ada yang sama dengan bangunan koalisi di kota/kabupaten yang lain. Seringkali dalam satu daerah mereka berpasangan untuk memenagkan satu calon tapi ditempat lain dan mungkin juga dalam waktu yang sama mereka harus bertarung untuk memenangkan masing-masing calonnya.

Beragamnya koalisi yang terjadi di tingkat Provinsi maupun kabupaten/kota

juga menunjukkan tingginya pragmatisme parpol. Mereka bisa saling

dikombinasikan dengan bentuk apa pun, dengan warna apa pun. Parpol juga seolah dapat menjadi perahu bagi pasangan calon yang ingin mengikuti pilkada


(16)

6

hingga ke kantor KPU asal mereka dapat memenuhi sejumlah persyaratan. Namun, setelah itu, nasib selanjutnya lebih banyak ditentukan masing-masing pasangan calon.

Hal ini terjadi karena di sejumlah daerah, pasangan calon yang diusung

parpol atau koalisi parpol yang punya suara banyak di DPRD belum tentu

memenangi pilkada. Kemenangan lebih ditentukan figur dan popularitas masing-masing pasangan calon.

Kenyataan ini, misalnya, terjadi dalam Pilkada Jawa Barat, pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf, yang hanya bermodal 21 dari 100 kursi di DPRD Jabar, ternyata memenangi persaingan dengan memperoleh 40,5 persen suara. Pasangan yang diusung PKS dan PAN ini berhasil mengalahkan pasangan Agum Gumelar-Numan Abdul Hakim yang bermodalkan 42 dari 100 kursi di DPRD Jabar dan duet Danny Setiawan-Iwan Sulandjana yang bermodalkan 37 kursi di

DPRD.

Koalisi partai politik, seperti yang telah sering kita dengar dalam

perpolitikan di Indonesia ini, merupakan suatu gabungan beberapa partai politik.

Koalisi partai ini sering terjadi ketika ada pemilihan umum, baik pemilihan kepala daerah atau pun pemilihan presiden. Koalisi partai bisa saja dilandasi oleh beberapa hal, misalnya kesamaan ideology, kesamaan visi misi, kesamaan historis, atau kesamaan yang lainnya. Koalisi partai adalah hal yang wajar terjadi di Indonesia karena Indonesia menganut sistem multipartai. Jelas di dalam multipartai untuk mendapat suatu kekuasaan yang maksimal maka harus menggabungkan kekuatan beberapa partai.


(17)

7

Pilakada secara langsung di Kabupaten Malang telah dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2010. Dari berbagai proses suksesi politik Pilkada langsung yang telah dilaksanakan telah menempatkan pasangan Rendra Kresna-Ahmad Subhan yang diusung Koalisi Partai Golkar, Demokrat, PPP dan PKS. Pasangan Rendra Kresna-Ahmad Subhan memenangi pilkada langsung Kabupaten Malang 2010 mengungguli 2 pasangan calon lainnya yakni M. Geng Wahyudi-Abdul Rahman yang di usung oleh koalisi Partai PDI Perjuangan dan PKB serta pasangan calon Agus Wahyu A-Abdul Mujib S yang di usung oleh koalisi partai

Hanura, Gerindra, dan PKNU.5

Pasangan calon bupati dan wakil Bupati Malang, Rendra Kresna-Ahmad Subhan bisa dipastikan akan menduduki kursi Bupati dan Wakil Bupati Malang Priode 2010-2015, di mana dalam perhitungan cepat (quick count) di berbagai lembaga survei, pasangan ini merai suara di atas 60 persen. Hasil dari hitungan cepat Lingkaran survei Indonesia (LSI), Rendra-Subhan unggul 61,63 persen. Sedangkan M. Geng Wahyudi-Abdul Rahman merai 30,17 persen, dan Agus Wahyu arifin-abdul Mujib Syadzili mendapat 8,20 persen.

Menurut koordinator laboratorium Ilmu Politik dan Rekayasa Kebijakan (Lapora) Fisip Universitas Brawijaya Wawan Sobri, mengungkapkan bahwa modal suara dalam pemilihan legislatif kekuatan Geng-Rahman tidak bisa dimanfaatkan secara utuh. Modal suara itu menyusut loyalitas yang terbentuk bertahun-tahun luntur. Salah satu pemicunya karena figur yang diusung kurang kuat dibandingkan dengan figur yang diusung oleh koalisi Golkar, Demokrat,

5


(18)

8

PKS dan PPP yakni Rendra-Subhan. Artinya, sosok Geng Wahyudi tak begitu diminati masyarakat dibandingkan sosok Rendra. Padahal modal suara PDIP dan PKB dalam pemilu legislatif 2009 mencapai 40,70 persen. Selisihnya tidak terlalu banyak dibandingkan dengan modal suara koalisi Golkar, Demokrat, PKS dan PPP yang mencapai 46,05 persen. Kalau karakter sosok yang diusung PDIP dan PKB bisa mengimbangi sosok Rendra Kresna dan Ahmad Subhan bisa jadi modal

suara legislatif utuh.6

Dari ulasan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwasanya kemenangan pasangan calon Rendra Kresna dan Ahmad Suhban didapat berdasarkan dua faktor yaitu pertama, pasangan Rendra dan Subhan di usung oleh empat partai besar yang berkoalisi, kedua pasangan Rendra Kresna dan Ahmad Subhan memiliki figur dan popularitas yang baik di mata masyarakat kabupaten Malang.

Kita cukup sulit memprediksi arah dan kebijakan seorang kepala daerah. Sebab, hal-hal seperti itu akan lebih ditentukan faktor kekuasaan jangka pendek

dan konstelasi politik lokal, seperti saham parpolyang mengusung kepala daerah

itu. Kondisi ini akhirnya juga akan menyulitkan sinkronisasi kebijakan dan konsolidasi pemerintahan di daerah serta pusat dan daerah. Sebab, peta politik kekuasaan akan berbeda di setiap daerah.

Koalisi tentu menginginkan terciptanya suatu pemerintahan yang kuat sehingga semua program-program yang direncanakan oleh pemerintah terlaksana dengan lancar. Tetapi terkadang kenyataan tidak sesuai yang diharapkan semula.

6


(19)

9

Ada beberapa partai yang merupakan pendukung koalisi kabinet (pendukung pemerintah) tetapi ternyata dia tidak mendukung pemerintah ketika berada di parlemen. Secara logika saja, bahwa suatu partai yang merupakan penyokong pemerintah tentu nya harus mendukung pemerintah itu sendiri ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan. Tetapi, pada kenyataannya ada partai yang tidak malah menjegal pemerintah itu sendiri di parlemen.

Penjegalan kebijakan di parlemen oleh partai pendukung pemerintah tersebut disertai dengan alasan-alasan tertentu. Suatu kebijakan pemerintah apabila dinilai oleh suatu partai itu bakal mendongkrak citranya di masyarakat dan

kebijkan tersebut merugikan rakyat, maka partai yang mendukung koalisi Kabinet

bakal menjegal pemerintah ketika di parlemen. Misalnya saja PKS yang mendukung koalisi kabinet pemerintah SBY tetapi dalam kasus Century kemarin malah mendukung penggunaan hak angket oleh DPR. Seharusnya PKS sebagai partai pendukung cabinet tentu menolak penggunaan hak anget tersebut, seperti yang dilakukan oleh Partai Demokrat dan PAN.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian permasalahan dalam latar belakang di atas, penulis memberikan batasan permasalahan agar penelitian terarah secara sistematis dan memperoleh gambaran yang jelas, Oleh sebab itu, dari berbagai permasalahan


(20)

10

BAGAIMANA PARTAI GOLKAR MENENTUKAN KOALISI DALAM

MEMENANGKAN PILKADA LANGSUNG DI KABUPATEN MALANG. C. Tujuan Penelitian

Adapun beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana pemilihan koalisi partai Golkar

b. Untuk mengetahui persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh partai-partai

politik lain untuk berkoalisi dengan partai Golkar.

c. Untuk mengetahui bagaimana proses pemenangan Koalisi partai Golkar dalam

Pilkada Langsung di Kabupaten Malang 2010.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Sebagai referensi bagi mahasiswa FISIP khususnya mahasiswa ilmu pemerintahan dan memberikan gambaran tentang bagaimana kinerja partai politik dalam menentukan koalisi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan dan berguna bagi masyarakat umum, instansi, baik yang berada di pemerintahan birokrat, mengenai Koalisi Partai Politik Dalam Pemenangan Pilkada.


(21)

11

E. Definisi Konseptual

Defenisi konseptual adalah unsur atau bagian penting dalam penelitian dan merupakan defenisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara

abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena yang alami.7

Defenisi konseptual ini dimaksudkan untuk memberikan penegasan tentang makna arti dari kalimat yang ada dalam permasalahan yang disajikan. Sehingga, dengan adanya penegasan arti tersebut akan mempermudah dalam memahami

maksud kalimat yang tercantum dalam penelitian.8

1. Partai Politik

Secara teoritis partai politik merupakan penyaluran bagi setiap kepentingan rakyat. Partai politik selain sebagai organisasi yang bertujuan untuk memperoleh dan merebut kekuasaan dalam suatu negara, partai politik juga merupakan media atau sarana bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya kepada pemerintah yang berkuasa. Selain itu melalui parpol itu sendiri masyarakat dapat terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik. Hal ini sesuai dengan arti, peran dan fungsi yang dimiliki oleh partai politik dalam suatu negara khususnya Indonesia seperti yang dikemukakan oleh Miriam Budiardjo yang mengemukakan bahwa:

“Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita

7

Singarimbun, Masri. 1982. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. Halaman: 17. 8

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. Halaman: 45.


(22)

12

yang sama. Tujuan kelompok ini ialah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksaan mereka. 9

Sementara itu Koirudin menambahkan bahwa:

“Partai poltik pada umumnya didefinisikan sebagai organisasi artikulatif yang terdiri atas pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada persoalan kekuasaan pemerintah dan bersaing guna memperoleh dukungan rakyat untuk menempati kantong-kantong kekuasan politik.10

Kesimpulan yang dapat ditarik dari kedua pendapat tokoh diatas yaitu keberadaan partai politik dalam suatu negara tidak hanya dimaknai sebagi organisasi yang bertujuan untuk memperoleh dan memperebutkan kekuasan semata. Tetapi yang terpenting ialah bagaimana mereka mengelola kekuasaan setelah mereka berhasil memenangkan pemilu, terutama yang terkait dengan kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan oleh para tokoh partai setelah mereka duduk dilembaga legislatif maupun eksekutif.

Disamping itu, salah satu hal yang menjadi penting bagi sebuah partai politik adalah identitas atau karakteristik sebagai ciri dari sebuah partai, sehingga semua orang bahkan partai politik yang lain dengan mudah menemukan dan menentukan partai tersebut.

2. Koalisi

Secara harfiah pengertian koalisi adalah penggabungan. Koalisi merupakan kelompok individu yang berinteraksi yang sengaja dibentuk secara independen dari struktur organisasi formal, terdiri dari keanggotaan yang dipersepsikan saling menguntungkan, berorientasi masalah/isu, memfokuskan

9Miriam Budardjo, 1999; 160 10Koirudin, 2004; 191


(23)

13

pada tujuan (pengaruh pada pihak-pihak) di luar koalisi, serta memerlukan aksi

bersama para anggota.11

Secara garis besar, berdasar jenisnya, koalisi dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

 Koalisi potensial, yaitu suatu keadaan di mana terdapat kepentingan yang

muncul, bisa menjadi koalisi jika tindakan kolektif diambil. Koalisi ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu Latent (belum terbentuk menjadi koalisi aktif) dan Dormant (terbentuk sebelumnya, tapi sudah tak aktif).

 Koalisi aktif (operating), yaitu koalisi yang sedang berjalan. Koalisi ini dibagi

menjadi dua, yaitu koalisi mapan (established) dan koalisi temporer (temporary). Koalisi mapan merupakan koalisi yang aktif, relatif stabil, dan berlangsung dalam rentang waktu tak terbatas. Sedangkan koalisi temporer adalah koalisi yang dientuk untuk jangka pendek, fokus pada isu tunggal.

 Koalisi berulang (recurring), yaitu koalisi temporer yang berlanjut karena isu

belum terpecahkan. 12

Suatu koalisi dapat terbentuk melalui berbagai cara, yaitu:

 Bermula dengan satu pendiri (founder)

 Dengan menambahkan satu anggota sekali waktu

 Mencapai massa kritis (critical mass)

 Mengajak yang paling lemah untuk mendukung (weak ties can be strong)

11

http://danisugiri.wordpress.com/2009/06/26/aspek-koalisi-dalam-pemilu/ 12


(24)

14

 Membentuk diam-diam dan membubarkan secepatnya.

Dalam khazanah politik, koalisi meruapakan gabungan dua partai atau lebih dengan tujuan untuk membentuk secara bersama satu pemerintahan. Koalisi merupakan suatu keniscayaan, yang tak bisa dihindari di dalam proses politik bangsa yang menganut sistem multipartai. Ada banyak alasan bagi partai politik melakukan koalisi. Alasan koalisi lantas dikualifikasi menjadi dua bagian utama yakni koalisi taktis dan koalisi strategis.

Koalisi taktis dibangun tidak untuk memenuhi kepentingan visi dan ideologis dari partai politik yang bergabung. Koalisi ini dibangun tidak berdasarkan pada asas keseimbangan sehingga sangat terlihat dominasi kekuasaan berada dan ditentukan oleh partai politik yang lebih besar. Motivasi berkoalisi sangat pragmatis. Menurut Syarif Makhya, pragmatisme bisa dalam bentuk politik

uang (money politics) dan juga politik “dagang sapi” (Lampung Post, 18-2-2008).

Koalisi ini terbangun lebih dikarenakan kentalnya keputusan oligarki elite kekuasaan tertinggi partai, cenderung menyampingkan aspirasi konstituen partai

di basis massa (Bambang Eka Wijaya, Lampung Post, 19-2-2008). Jangan banyak

berharap terhadap koalisi taktis ini karena koalisi model ini sangat tidak konsisten untuk berpikir dan bertindak dalam memenuhi harapan-harapan rakyat.

Sedangkan koalisi strategis dibangun guna pemenuhan kepentingan visi dan ideologi partai politik.

Tujuan dari koalisi strategis biasanya ada dua yakni, pertama adalah


(25)

15

kedua adalah membagi kekuasaan yang adil dan demokratis untuk tujuan pemenuhan harapan-harapan rakyat. Koalisi strategis terbentuk bukan karena seorang calon Presiden belum dapat “perahu” tetapi terbentuk atas dasar kepentingan politik partai secara secara kelembagaan. Dalam koalisi strategis soal pembagian kekuasaan diputuskan secara bersama-sama dengan anggota koalisi. Karena koalisi ini dibangun atas dasar nilai-nilai politik yang strategis, maka terbentuknya pun melalui proses yang sangat hati-hati dan memakan waktu yang panjang. Maklum saja sebab yang digantungkan oleh koalisi ini bukan soal siapa yang menjadi Presiden dan siapa yang menjadi wakil Presiden, akan tetapi soal pemenuhan harapan rakyat (kesejahteraan) setelah memegang tampuk kekuasaan.

Dalam sistem pemerintahan presidensial yang multipartai, koalisi adalah suatu keharusan untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Hakikat koalisi

sendiri untuk membentuk pemerintahan yang kuat (strong), mandiri

(autonomuos), dan tahan lama (durable). Pemerintahan yang kuat bisa diartikan pemerintah yang mampu menciptakan dan mengimplementasikan kebijakannya tanpa khawatir mendapat penolakan atau perlawanan di parlemen.

Mengacu pada teori Arend Lijphart, setidaknya terdapat empat teori koalisi yang bisa diterapkan di Indonesia, yaitu:

1. Minimal winning coalition, di mana prinsip dasarnya adalah maksimalisasi kekuasaan. Dengan cara sebanyak mungkin memperoleh kursi di kabinet dan mengabaikan partai yang tidak perlu untuk diajak berkoalisi.


(26)

16

2. Minimum size coalition, partai dengan suara terbanyak akan mencari partai yang lebih kecil untuk sekadar mencapai suara mayoritas.

3. Bargaining proposition, yakni koalisi dengan jumlah partai paling sedikit untuk memudahkan proses negosiasi.

4. Minimal range coalition, di mana dasar dari koalisi ini adalah kedekatan pada kecenderungan ideologis untuk memudahkan partai-partai dalam berkoalisi dan

membentuk kabinet. 13

Dalam teori ekonomi politik yang dikembangkan M. Olson mengenai

“logika tindakan kolektif ” (The Logic of Collective Action), tindakan kolektif

untuk mencapai tujuan bersama lebih efektif dilakukan dalam kelompok relatif kecil dan homogen, daripada kelompok yang besar dan beragam. Begitu pula dalam koalisi partai politik, jarang sekali koalisi luas atau koalisi besar. Dalam banyak kasus, partai politik lebih suka membentuk koalisi terbatas yang lebih efektif mencapai tujuan bersama, kepentingan partai, dan individunya, dan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Koalisi juga dapat dikelompokkan secara garis besar menjad dua kelompok, yaitu koalisi yang tidak didasarkan atas pertimbangan kebijakan (policy blind coalitions) dan koalisi yang didasarkan pada preferensi tujuan

kebijakan yang hendak direalisasikan (policy-based coalitions).

Bentuk koalisi kelompok pertama menekankan prinsip ukuran atau

jumlah kursi di parlemen, minimal winning coalition dan asumsi partai bertjuan

office seeking” (memaksimalkan kekuasaan). Bentuk koalisi seperti ini loyalitas

13 ibid


(27)

17

peserta koalisi sulit terjamin dan sulit diprediksi. Sementara koalisi kelompok

kedua menekankan kesamaan dalam preferensi kebijakan, minimal conected

coalition (terdiri dari partai-partai yang sama dalam skala kebijakan dan meniadakan patner yang tidak penting), dan asumsi koalisi partai, bertujuan ”policy seeking”, yaitu mewujudkan kebijakan sesuai kepentingan partai. Bila koalisi seperti ini terbentuk, maka loyalitas peserta koalisi partai akan terbentuk, karena diikat oleh kesamaan tujuan kebijakan.

3. Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung

Dalam negara yang menganut demokrasi sebagai sistem politiknya, ada beberapa pilar penting yang harus ditegakkan, diantaranya adalah adanya pelembagaan politik yang terwujud dalam partai politik dan adanya mekanisme rekrutmen politik yang terwujud dalam pemilihan umum (Pemilu). Pemilu dibutuhkan sebagai media untuk melakukan rotasi kekuasaan di pemerintahan, media pelembagaan konflik, sarana untuk menyalurkan aspirasi rakyat, dan juga sebagai sarana untuk menyeleksi orang-orang yang akan duduk di

lembaga-lembaga pemerintahan.14

Jika Pemilu lazimnya digunakan sebagai proses politik untuk memilih pemimpin nasional pada tataran negara, maka pemilihan kepala daerah merupakan upaya untuk mewujudkan demokrasi di tingkat lokal melalui pemilihan pemimpin-pemimpin daerah secara langsung oleh masyarakat. Mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung adalah sebuah media untuk melakukan

14

Asfar, Muhammad. 2006. Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004. Surabaya: Pustaka Eureka dan PusDeHAM. Halaman: 3


(28)

18

rekruitmen politik terhadap orang-orang yang dianggap mempunyai kompetensi, konstituensi, dan integritas guna memimpin daerah. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan cerminan sistem demokrasi langsung dimana masyarakat diberikan kesempatan untuk menyalurkan aspirasinya melalui pemberian suara dalam menentukan pilihan terhadap orang-orang yang dipercaya

sebagai pemimpin di daerah.15

Secara normatif, berdasarkan UU. Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah pasal 56 ayat (1) disebutkan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dengan demikian, dapat kita lihat bahwa kepala daerah dan wakil kepala dalam pemilihannya dilakukan secara langsung oleh masyarakat melalui proses pemilihan kepala daerah.

F. Defenisi Operasional

Adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan

karakteristik-karakteristik variabel tersebut.16 Dalam penelitian ini terkait dengan

judul “Koalisi Partai Politik Dalam Proses Pemenangan Pilkada” (Study Koalisi DPD Partai Golkar Kabupaten Malang dalam Pilkada Langsung Tahun 2010) indikasinya dapat di rumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana gambaran partai politik peserta koalisi pasangan calon:

- Visi-misi partai politik

15

Karim, Abdul Gaffar. (Ed.). Loc. Cit. Halaman: 234 16


(29)

19 - Perolehan suara dan kursi di DPR

- Jumlah Partai yang bergabung dalam koalisi

b. Apa pertimbangan partai Golkar dalam melakukan koalisi

- Kesamaan Ideologi - Besarnya perolehan suara - Basis dukungan

- Figur dan Popularitas Pasangan calon

G. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai prosedur atau rangkaian cara

yang sistimatik dalam menggali kebenaran ilmiah17

a. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memilih metode penelitian kualitatif deskriptif yaitu dengan melakukan penggambaran dan menguraikan keadaan yang sebenarnya terjadi berdasarkan fakta dan berusaha mencari jalan pemecahnya. Penelitian deskriptif dimaksud untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan mendiskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.

17


(30)

20

Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi pada masa sekarang tujuannya adalah membuat deskripsi, gambaran atau lebih secara sistematis, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki sehingga diperoleh gambaran, dan analisis tentang bagaimana Partai Politik dalam memenangkan pilkada.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi adalah tempat dimana peneliti mampu menangkap fenomena yang akan diteliti dan harus dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan tujuan penelitian. Dengan relevansi data yang akan dibutuhkan berkenaan dengan koalisi partai politik dalam pemenangan pilkada. Penelitian ini dilakukan dikantor DPD Partai Golkar Kabupaten Malang.

c. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode purposive sampling

yaitu peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui dan memahami permasalahan yang akan diteliti secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang tepat.

Adapun subyek penelitian yang akan diambil adalah: Kepala DPD Partai Golkar Kabupaten Malang

Kepala Seksi Humas DPD Partai Golkar Kabupaten Malang Anggota Partai Golkar Kabupaten Malang (3 orang)


(31)

21

Dalam penelitian ini sumber data yang peneliti gunakan adalah:

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber, pihak-pihak yang menjadi obyek penelitian ini antara lain data yang didapat langsung di lapangan yaitu kantor DPD Partai Golkar Kabupaten Malang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen yang ada terutama yang berkenaan dengan arsip-arsip laporan, buku-buku literature, majalah, internet dan data-data yang menunjang.

I. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk diperoleh atau mengumpulkan data sebaik-baiknya dan diolah serta dianalisa sesuai dengan kerangka metode penelitian.

a. Observasi

Adapun yang dimaksud dengan metode observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini observasi digunakan untuk melakukan pengamatan mengenai koalisi partai politik.

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan oleh pewawancara kepada responden. Dalam penelitian ini peneliti akan


(32)

22

melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang dapat memberikan penjelasan yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti.

c. Dokumentasi

Adalah laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan-pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia yang lalu, dokumen tersebut

secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transfusi keterangan.18

Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara mendapatkan dokumen-dokumen atau arsip-arsip data, gambaran-gambaran tabel data, dan lain-lain yang ada hubungannya dengan penelitian.

Dalam penelitian ini, data yang dieperoleh dari dokumen berasal dari kantor DPD Partai Golkar Kabupaten Malang dan membaca serta mempelajari buku-buku litelature, peraturan-peraturan perundang-undangan yang masih berlaku yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.

J. Teknik Analisis Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber baik sumber primer maupun sumber sekunder. Pada dasarnya tujuan dari analisa data di dalam suatu penelitian ialah untuk menggambarkan fakta hasil penelitian sehingga menjadi data yang mempunyai makna serta muda dipahami dan diinterpretasikan.

Adapun analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah “deskriptif kualitatif” yaitu analisa yang berfungsi menggambarkan

18


(33)

23

permasalahan dengan memusatkan pada pemecahan masalah secara kualitatif. Adapun tahapan analisanya adalah:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung.

b. Display Data

Display data adalah rakitan organisasi informal yang memungkinkan kesimpulan dapat dilakkan dengan meliputi gambar atau skema, jaringan kerja berkaitan dengan kegiatan kedalam tabel. Dengan demikian maksud peneliti melakkan display data bertujuan untuk menyajikan data yang berkaitan ke dalam tabel sesuai dengan data yang diperoleh.

K. Pengambilan Keputusan

Setelah seluruh data terkumpul, baik melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, selanjutnya perlu diolah dan dianalisis untuk menjawab penelitian. Untuk menjawab rumusan masalah diatas penulis menggunakan analisa data kualitatif deksriptif, pada penelitian ini tidak bermaksud untuk menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lainnya. Maksud utama adalah untuk memberikan gambaran, mendeksripsikan keadaan obyek atau permasalahan. Dengan kata lain tujuan penelitian deksriptif adalah untuk


(34)

24

pencandraaan secara sistematis paktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu.

Berpedoman pada tipe penelitian deskriptif, dimana setelah data berkumpul, proses selanjutnya adalah menyederhanakan melalui beberapa proses, baik pencatatan, pengetikan, penyutingan dan alih tulis untuk dibaca dan dipahami dalam upaya mencari jawaban atas permasalahan yang dirumuskan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitiatif artinya data yang diperoleh dilakukan pemaparan serta mendalam dengan harapan dapat menarik kesimpulan/ verifikasi darisuatu kegiatan yang utuh dan bermanfaat untuk duji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya.


(35)

(1)

20

Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi pada masa sekarang tujuannya adalah membuat deskripsi, gambaran atau lebih secara sistematis, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki sehingga diperoleh gambaran, dan analisis tentang bagaimana Partai Politik dalam memenangkan pilkada.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi adalah tempat dimana peneliti mampu menangkap fenomena yang akan diteliti dan harus dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan tujuan penelitian. Dengan relevansi data yang akan dibutuhkan berkenaan dengan koalisi partai politik dalam pemenangan pilkada. Penelitian ini dilakukan dikantor DPD Partai Golkar Kabupaten Malang.

c. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui dan memahami permasalahan yang akan diteliti secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang tepat.

Adapun subyek penelitian yang akan diambil adalah: Kepala DPD Partai Golkar Kabupaten Malang

Kepala Seksi Humas DPD Partai Golkar Kabupaten Malang Anggota Partai Golkar Kabupaten Malang (3 orang)


(2)

21

Dalam penelitian ini sumber data yang peneliti gunakan adalah:

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber, pihak-pihak yang menjadi obyek penelitian ini antara lain data yang didapat langsung di lapangan yaitu kantor DPD Partai Golkar Kabupaten Malang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen yang ada terutama yang berkenaan dengan arsip-arsip laporan, buku-buku literature, majalah, internet dan data-data yang menunjang.

I. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk diperoleh atau mengumpulkan data sebaik-baiknya dan diolah serta dianalisa sesuai dengan kerangka metode penelitian.

a. Observasi

Adapun yang dimaksud dengan metode observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini observasi digunakan untuk melakukan pengamatan mengenai koalisi partai politik.

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan oleh pewawancara kepada responden. Dalam penelitian ini peneliti akan


(3)

22

melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang dapat memberikan penjelasan yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti.

c. Dokumentasi

Adalah laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan-pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia yang lalu, dokumen tersebut secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transfusi keterangan.18

Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara mendapatkan dokumen-dokumen atau arsip-arsip data, gambaran-gambaran tabel data, dan lain-lain yang ada hubungannya dengan penelitian.

Dalam penelitian ini, data yang dieperoleh dari dokumen berasal dari kantor DPD Partai Golkar Kabupaten Malang dan membaca serta mempelajari buku-buku litelature, peraturan-peraturan perundang-undangan yang masih berlaku yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.

J. Teknik Analisis Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber baik sumber primer maupun sumber sekunder. Pada dasarnya tujuan dari analisa data di dalam suatu penelitian ialah untuk menggambarkan fakta hasil penelitian sehingga menjadi data yang mempunyai makna serta muda dipahami dan diinterpretasikan.

Adapun analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah “deskriptif kualitatif” yaitu analisa yang berfungsi menggambarkan

18


(4)

23

permasalahan dengan memusatkan pada pemecahan masalah secara kualitatif. Adapun tahapan analisanya adalah:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung.

b. Display Data

Display data adalah rakitan organisasi informal yang memungkinkan kesimpulan dapat dilakkan dengan meliputi gambar atau skema, jaringan kerja berkaitan dengan kegiatan kedalam tabel. Dengan demikian maksud peneliti melakkan display data bertujuan untuk menyajikan data yang berkaitan ke dalam tabel sesuai dengan data yang diperoleh.

K. Pengambilan Keputusan

Setelah seluruh data terkumpul, baik melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, selanjutnya perlu diolah dan dianalisis untuk menjawab penelitian. Untuk menjawab rumusan masalah diatas penulis menggunakan analisa data kualitatif deksriptif, pada penelitian ini tidak bermaksud untuk menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lainnya. Maksud utama adalah untuk memberikan gambaran, mendeksripsikan keadaan obyek atau permasalahan. Dengan kata lain tujuan penelitian deksriptif adalah untuk


(5)

24

pencandraaan secara sistematis paktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu.

Berpedoman pada tipe penelitian deskriptif, dimana setelah data berkumpul, proses selanjutnya adalah menyederhanakan melalui beberapa proses, baik pencatatan, pengetikan, penyutingan dan alih tulis untuk dibaca dan dipahami dalam upaya mencari jawaban atas permasalahan yang dirumuskan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitiatif artinya data yang diperoleh dilakukan pemaparan serta mendalam dengan harapan dapat menarik kesimpulan/ verifikasi darisuatu kegiatan yang utuh dan bermanfaat untuk duji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya.


(6)