taukid penguat arti, dan tawabi ism-ism yang mengikuti meliputi badal pengganti,
na‟at sifat, dan„athaf.
4.2.1 Marfu‟atul Asma‟ Ism-Ism yang Dibaca Rafa‟
Marfu‟atul asma‟ ism-ism yang dibaca rafa‟ menjadi tujuh bagian, meliputi
fa‟il subjek, na‟ib fa‟il pengganti fa‟il, mubtada‟ dan khobar,
dan
saudaranya
,
dan saudaranya, dan tawabi‟ ism-ism yang mengikuti meliputi
badal pengganti, na‟at sifat, dan„athaf.
4.2.1.1 Fa‟il Subjek
Fa‟il adalah ism yang dibaca rafa‟ yang sebelumnya disebutkan fi‟l-nya Ismail 2000:93. Adapun Araa‟ni 2011 mendefinisikan fa‟il dengan ism marfu‟
yang disebut terlebih dahulu fi‟l-nya atau lafadz yang mengandung takwil fi‟l
makna yang dimaksud adalah ism fa‟il, shifat yang diserupakan dengan fi‟l,
mashdar, dan sebagainya dari ism-ism yang dapat beramal seperti fi‟l.
Ketentuan-ketentuan fa‟il menurut Zakaria 2004:85 sebagai berikut:
1. Fa‟il harus selamanya marfu‟
2. Fa‟il harus selamanya didahului fi‟l ma‟lum bentuk aktif
3. Jika fa‟il-nya muannats, maka fi‟l-nya harus diberi tanda muannats.
4. Jika fail-nya mutsanna atau jama‟, maka fi‟l-nya tetap dalam keadaan
mufrad. 5.
Fa‟il boleh ditempatkan setelah maf‟ul bih Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti, telah ditemukan 18 data
is m „alam yang berfungsi sebagai fa‟il dengan nomor data berikut 5, 6, 55,56, 81,
82, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 111, 112, 129, 130, 137, 138.
Berikut beberapa contoh ism „alam yang berfungsi sebagai fa‟il yang telah
ditemukan, diantaranya adalah: Contoh 1 pada kartu data nomor 5:
kalimah pada contoh di atas merupakan
„alam laqb karena berupa nama kedua yang ditujukan untuk memuji
dan berfungsi sebagai fa‟il
subjekpelaku karena berupa ism yang dibaca rafa‟ dan jatuh setelah fi‟l madhi
ma‟lum karena menunjukkan suatu perbuatan yang dikerjakan pada masa
lampau dengan charf pertama ber-charakah fatchach.
Contoh 2 pada kartu data nomor 97:
kalimah pada contoh di atas merupakan
„alam kunyah karena berupa nama yang di awali dengan lafadz
dan berfungsi sebagai fa‟il subjekpelaku
karena berupa ism yang dibaca rafa‟ dan jatuh setelah fi‟l madhi ma‟lum
karena menunjukkan suatu perbuatan yang dikerjakan pada masa lampau dengan charf pertama ber-charakah fatchach
.
4.2.1.2 Naib Fa‟il Pengganti Fa’il
Naib fa‟il artinya pengganti fa‟il, yaitu ism marfu‟ yang terletak setelah fi‟l majhul dan menunjukkan kepada orang yang dikenai suatu perbuatan. Aturannya
pun berlaku sebagaimana aturan fa‟il, yaitu harus marfu‟ Zakaria 2004:88.
Ketentuan-ketentuan na‟ib fa‟il menurut Zakaria 2004:90-91,
adalah sebagai berikut: 1.
Na‟ib fa‟il harus senantiasa berupa marfu‟ 2.
Naib fa‟il selalu didahului fi‟l majhul 3.
Naib fa‟il berasal dari maf‟ul bih, tetapi karena fail-nya tidak ada, maka ia menggantikan tempat
fa‟il 4.
Jika na‟ib fail-nya mutsanna atau jama‟, maka fi‟l-nya tetap dalam keadaan mufrad.
5. Jika naib fa‟il-nya muannats, maka fi‟l-nya harus diberi tanda muannats.
6. Setiap ada naib fa‟il maka fa‟il tidak ada
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti, tidak ditemukan data is
m „alam yang berfungsi sebagai naib fa‟il.
4.2.1.3 Mubtada‟ dan Khobar