Perumusan Masalah Sumber Pemecahan Masalah Permainan Bola Voli Mini

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah, yaitu: Apakah ada peningkatan kemampuan servis bawah pada permainan bola voli mini dengan menggunakan model pembelajaran secara bertahap pada siswa kelas V SDN 01 Ngadiwarno Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal tahun pelajaran 20112012? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan servis bawah pada permainan bola voli mini dengan menggunakan model pembelajaran secara bertahap pada siswa kelas V SDN 01 Ngadiwarno Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal tahun pelajaran 20112012.

1.4 Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut di atas, diharapkan penelitian ini memberi manfaat antara lain: 1.4.1 Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan mampu: 1 menjadi referensi dan memberikan sumbangan bagi penelitian sejenis dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan terutama pendidikan jasmani; 2 menjadi rujukan alternatif pendekatan pembelajaran penjasorkes di sekolah- sekolah.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut. 1 Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki secara profesional sebagai seorang guru khususnya untuk pengembangan pembelajaran; 2 Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan servis bawah pada permainan bola voli mini; 3 Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberi motivasi para guru untuk selalu mengembangkan inovasi pembelajaran dan memecahkan masalah-masalah kelas dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.5 Sumber Pemecahan Masalah

Bentuk tindakan untuk memecahkan masalah penelitian ini adalah dengan penerapan servis bawah dengan menggunakan model pembelajaran secara bertahap pada permainan bola voli mini. Peneliti sekaligus berperan sebagai guru yang mengajar materi tersebut dalam dua siklus penelitian tindakan kelas. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap Darsono, 2000:4. Menurut Gagne dan Berliner, sebagaimana dikutip oleh Anni 2006:2, belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya sebagai hasil dari pengalaman. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa proses belajar menghasilkan perubahan perilaku yang berupa pemahaman, keterampilan dan sikap.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Anni, 2006:5. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor Munadi, 2010:2. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk yaitu perubahan pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan individu yang belajar. Bloom 1956 sebagaimana dikutip dalam Munadi 2010 mengklasifikasi hasil belajar dalam tiga domain, yaitu: 1 Domain Kognitif, yaitu domain yang mencakup pengetahuan dan pengembangan skill intelektual, termasuk mengidentifikasi fakta-fakta spesifik, pola prosedur, dan konsep yang mengembangkan kemampuan intelektual; 2 Domain Afektif, yaitu domain yang mencakup sikap secara emosional, perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi dan perilaku; 3 Domain Psikomotor, yaitu domain yang mencakup gerakan fisik, koordinasi dan penggunaan skill motorik. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah perubahan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam melakukan lempar turbo serta perilaku siswa selama proses pembelajaran.

2.2 Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah dasar

Sanusi 2003:2 mengemukakan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan penjasorkes merupakan bagian integral dari kurikulum yang berlaku di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di tingkat pendidikan dasar memiliki karakteristik yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik usia pendidikan dasar yang harus selalu melakukan aktivitas gerak dalam masa pertumbuhan.

2.2.1 Pengertian Penjasorkes

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial, dan emosional Depdiknas, 2003:6. Hal tersebut bermakna bahwa pendidikan jasmani pada hakikatnya merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas jasmani sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya, yaitu meningkatkan kualitas hidup siswa secara menyeluruh baik secara fisik, psikis, mental, moral, maupun sosial agar menjadi manusia seutuhnya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidikan jasmani selanjutnya disebut Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Penjasorkes yang tidak hanya memperhatikan aktivitas fisik, melainkan juga kesehatan peserta didik Suharjana, 2010:1.

2.2.2 Tujuan Penjasorkes di Sekolah Dasar

Depdiknas 2003b:6 mengemukakan bahwa penjasorkes memiliki tujuan sebagai berikut . 1 meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani. 2 membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial, dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama. 3 menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar pendidikan jasmani. 4 mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis melalui pendidikan jasmani. 5 mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga. 6 mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas pendidikan jasmani. 7 mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. 8 mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat. 9 mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang rekreatif.

2.2.3 Strategi Pemilihan Model Pembelajaran Penjasorkes

Pada prinsipnya, pemilihan model pembelajaran penjasorkes harus memperhatikan kesesuaian dengan materi dan karakteristik siswa sebagai subjek yang belajar. Guru hendaknya memperhatikan berbagai kemungkinan pendekatan yang dapat ditempuh agar seluruh kebutuhan siswa dalam pembelajaran dapat terakomodasi. Guru hendaknya selalu memilih cara agar anak yang kurang terampil juga tetap menyukai latihan dan memperoleh pengalaman sukses. Kriteria keberhasilan juga harus disesuaikan dengan kemampuan anak Kusuma, 2010:5.

2.2.4 Pembelajaran Penjasorkes Berdasarkan DAP

DAP adalah singkatan dari Developmentally Appropriate Practice, yaitu prinsip-prinsip bahwa pembelajaran atau layihan penjasorkes harus diberikan sesuai taraf perkambangan anak Semiawan, 2008:121. Anak usia SD dalam arti mental berada dalam tahap operasional konkret dalam aspek intelektualnya. Fase perkembangan ini 6-12 tahun sebagai salah satu tahap progresif 0-21 tahun, memilki beberapaaspek penting yang menandai terjadinya transisi ke masa opersional konkret dari tahap praoperasional 4-6 tahun. Pada masa operasional pembelajaran sebaiknya dikenakan pada: 1 perkembangan pengetahuan yang terkait dengan pengalaman dalam kehidupan keluarga dan gejala yang tampak nyata observable phenomeon , bersifat holistik, dan dapat dilakukan melalui berbagai permainan dalam konteks Penjaskes; 2 observasi dan manipulasi objek konkret, juga terkait dengan berbagai permainan konkret penjaskes; 3 belajar dan melatih membaca, menulis, berhitung, serta ketrampilan dasar lainnya, yang diperoleh melalui berbagai permainan. Pada masa transisi ke masa operasional konkret terjadilah perubahan yang amat signifikan dalam perkembangan anak yaitu ia peka untuk pembelajaran berdasarkan: 1 pengembangan kemampuan membedakan berbagai aspek lingkungan yang penting, yang dapat dilakukan melaui berbagai permainan mencari persamaan kelompok benda yang disembunyikan untuk dilombakan yang paling cepat memperolehnya; 2 koordinasi bentuk yang terpisah alam suatu keseluruhan yang lebih besar dan struktur kognitif menyatu serta dalam suatu operasional konkret, sekelompok anak disuruh membentuk lingkaran, segmen lingkaran, segitiga, dan jajar genjang; 3 kemampuan berpikir berkenan dengan sebab-akibat maupun berkenan dengan akibat-sebab juga dilakukan melalui berbagai permainan yang dikombinasikan dengan berbagai ilmu lainnya contohnya bidang IPA, seperti memainkan pergerakan bumi dan bulan, dan akibat terhadap bumi. Pada masa operasional konkret kemampuan mental anak sudah mencapai kemampuan berpikir induktif dan deduktif. Berkaitan dengan perkembangan tersebut maka sebaiknya kurikulm belajar harus banyak memberikan latihan untuk menangkap, menghayati, dan mengalami keseluruhan ssuatu menuju bagiannya, berpikit tentang sebab-akibat dan akibat-sebab, membedakan sesuatu dari yang lain dalam mengembangkan konsep generalisasi. Sebagaimana tadi telah digambarkan maka mengingat sifat holistik dari pengalaman dan perkembangan anak serta taraf praoperasional konkret yang dialaminya, maka kurikulum tersebut ditandai oleh keterkaitan inter dan antar bidang yang bersifat faktual konkret yang dialaminya, serta beranjak dari pengamatan berbagai objek nyata untuk dibandingkan, diklasifikasikan, dan dikategorikasikan. Pengembangan konsep beranjak dari berbagai latihan untuk pnghayatan pengalaman dan pemahaman konsep melalui berbagai kegiatan yang manipulatif hands-on mind on-activities kesemuanya sangat mungkin dilakukan dalam konteks penjaskes yang kemudian diteruskan dengan bebagai jenis latihan. Pembelajaran dengan landasan ketrampilan profesional yang mengacu pada permodalan merupakan modus dalam pengembangan kurikulum D-II PGSD 1995 untuk menghasilkan guru SD yang dapat membawa anak pada kemandirian yang dipersyaratkan untuk belajar berpikir dan belajar bagaimana seharusnya belajar itu to learn how to learn mengahadapi berbagai tantangan masa depan. Bahkan, lebih dari itu diharapkan bahwa motivasi untuk belajar melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi SLTP akan tergalakan karena anak akan senang enjoy belajar. Hal ini, disebabkan oleh keterlibatan emosional dan sosial itu, ia akan berprakarsa dan belajar aktif, sehingga ia tidak saja menjadi melek huruf melainkan juga melek pikir. Juga dalam arti fisik koordinasi bagian bagian badan sudah mulai mencapai kematangan. Namun, berbagai macam latihan Penjaskes yang baik sering diberikan bagi pembangunan bangsa, seperti kerjasama teamwork, disiplin, fairness, akan menjadi ciri-ciri dari pembangunan manusia seutuhnya. Kalau dalam segi mental berbagai pembelajaran ditandai hands-on mind on activities , maka dalam segi ini terjadi berbagai peluang untuk mewujudkan DAP yang serasi dan holistik dengan mengkombinasikan berbagai kegiatan Penjaskes dengan matapelajaran lainnya Semiawan, 2008:121-123.

2.3 Pembelajaran Bola Voli untuk Sekolah Dasar

2.3.1 Pengertian permainan bola voli

Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup banyak penggemarnya dan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang pesat. Permainan bola voli dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan dan masing-masing regu terdiri enam orang pemain. Permainan bola voli dilakukan dengan cara bola dipantulkan sebanyak-banyaknya tiga kali. Seperti dijelaskan dalam peraturan permainan bola voli edisi 2001-2004: 7 bahwa, “Tujuan dari permainan bola voli adalah melewatkan bola di atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan. Setiap tim dapat memainkan tiga pantulan untuk mengembalikan bola di luar perkenaan blok”. Prinsip bermain bola voli adalah memainkan bola dengan memvoli memukul dengan tangan dan berusaha menjatuhkannya ke dalam permainan lapangan lawan dengan menyeberangkan bola lewat atas net atau jaring, dan mempertahankannya agar bola tidak jatuh di lapangan sendiri. Permainan bola voli harus dilakukan dengan dipantulkan. Syarat pantulan bola harus sempurna tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Dari masing-masing tim dapat memantulkan bola sebanyak-banyaknya tiga kali dan setelah itu bola harus diseberangkan melewati net ke daerah permainan lawan. Untuk memantulkan bola dapat menggunakan seluruh tubuh.

2.3.2 Peralatan dan Lapangan Bola Voli

Dalam bermain bola voli, ada beberapa peralatan yang harus dipersiapkan sebelumnya, yaitu sebagai berikut. 1 Bola Bola yang dipakai, biasanya terbuat dari kulit lunak dengan garis lingkar antara 25-27 inchi, dengan berat 8-9 ons. 2 Kostum Pada umumnya para pemain mengenakan pakaian olahraga yang longgar agar tidak mengganggu gerakan. Di dalam pertandingan, mereka mengenakan pakaian seragam masing-masing menurut pendiriannya. Tetapi sebagian besar terbuat dari bahan kaos dan celana pendek dengan sepatu karet untuk menjaga keseimbangan badan agar tidak mudah terguling. 3 Perlengkapan Selain kostum atau pakaian team yang harus dipakai, setiap pemain mempunyai tingkat kebugaran badan yang berbeda. Dalam hal ini perlu menggunakan perlengkapan, guna mendukung penampilan dan menghindari cedera dalam bermain voli. Adapun perlengkapan yang dapat digunakan oleh pemain voli adalah: 1 deker jari, 2 deker tangan, 3 deker kaki, 4 korset.

2.3.3 Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Bola Voli

Syarat utama agar dapat bermain bola voli adalah menguasai teknik dasar bermain bola voli. Teknik dasar bola voli pada dasarnya merupakan suatu upaya seorang pemain untuk memainkan bola berdasarkan peraturan dalam permainan bola voli. Teknik dasar bola voli merupakan suatu gerakan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bola voli. Teknik dalam permainan bola voli merupakan aktivitas jasmani yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Adapun macam-macam teknik dasar bola voli menurut A. Sarumpaet dkk. 1992: 87 yaitu: “1 passing atas, 2 passing bawah, 3 set-up 4 bermacam-macam service , 5 bermacam-macam smash spike, 5 bermacam-macam block bendungan”. Sedangkan teknik dasar bermain bola voli menurut Suharno HP. 1991: 23 dibedakan menjadi dua yaitu: Teknik tanpa bola terdiri atas: 1 Sikap siap normal, 2 Pengambilan posisi yang tepat dan benar, 3 Langkah kaki gerak ke depan, ke belakang, ke samping kiri, ke samping kanan, 4 Langkah kaki untuk awalan smash dan block, 5 Guling ke samping , ke belakang, 6 Gerak meluncur, 7 Gerak tipuan. Teknik dengan bola terdiri atas: 1 Servis untuk penyajian bola pertama, 2 Pass bawah untuk passing dan umpan bertahan, 3 Pass atas berguna untuk umpan dan passing, 4 Umpan untuk menyajikan bola ke smasher, 5 Smash untuk menyerangmematikan lawan, 6 Block, pertahanan di net. Teknik dasar bermain bola voli pada prinsipnya terdiri dua macam yaitu, teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola berupa gerakan- gerakan khusus yang mendukung teknik dengan bola, sedangkan teknik dengan bola adalah cara memainkan bola dengan anggota badan secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Teknik tanpa bola dan teknik dengan bola merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam bermain bola voli. Keterkaitan antara teknik tanpa bola dan teknik dengan bola didasarkan kebutuhan dalam permainan.

2.3.4 Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bola Voli

Hal yang mendasar dan harus dikuasai agar dapat bermain bola voli adalah menguasai macam-macam teknik dasar bola voli. Tanpa menguasai teknik dasar bola voli tidak mungkin mencapai prestasi bola voli yang optimal. Penguasaan teknik dasar bola voli merupakan unsur yang sangat mendasar untuk mencapai prestasi bola voli, selain faktor fisik, taktik dan mental. Teknik dasar bola voli merupakan faktor utama yang harus dikembangkan melalui latihan yang baik dan teratur. Teknik dasar permainan bola voli merupakan suatu proses gerak tubuh yang dibuktikan dengan praktek yang dilakukan dengan sebaik mungkin dalam arti efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti guna mencapai hasil yang baik dalam permainan bola voli. Teknik permainan bola voli merupakan aktivitas jasmani yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Penguasaan teknik dasar bermain bola voli mempunyai peran penting dalam usaha mencapai prestasi yang optimal. Seorang pemain yang menguasai teknik dasar bola voli dengan baik akan mendukung penampilannya baik secara individu maupun secara kolektif. penguasaan Teknik dasar bola voli mempunyai peran penting baik secara individual maupun secara kolektif dalam bermain bola voli di samping faktor fisik, taktik dan mental. Dengan menguasai teknik dasar bola voli akan mendukung penampilan seorang pemain lebih baik, dan secara kolektif dapat mempengaruhi menang atau kalahnya sutau tim dalam pertandingan.

2.4 Permainan Bola Voli Mini

Permainan bola voli mini merupakan suatu bentuk permainan bola voli yang dimainkan di lapangan yang kecil, ukuran lapangan, tinggi net dan jumlah pemain tidak seperti pada permainan bola voli standar. Permainan bola voli mini adalah permainan bola voli yang dimainkan di atas lapangan kecil dengan empat pemain tiap-tiap tim dan mempergunakan peraturan sederhana. Adapun ukuran panjang lapangan 12 m, lebar 6 m, tinggi net untuk putra 2,10 m, untuk putri 2 m. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, permainan bola voli mini merupakan permainan bola voli dengan ukuran lapangan permainan yang lebih kecil dibandingkan dengan lapangan permainan standart. Selain itu, ketinggian net dan ukuran berat bola juga berbeda. Untuk dapat bermain bola voli mini dengan baik, maka harus menguasai macam-macam teknik dasar bola voli. Bola voli adalah permainan yang sederhana tapi susah dipelajari. Oleh karenanya kita perlu menyesuaikan cara mengajar bagi para pemula. Bola voli mini menyajikan sejenis bola voli yang diselaraskan dengan kebutuhan dan kapasitas anak-anak usia 9 sampai 12 tahun, sejalan dengan prinsip mengajar yang baik. Bila anak-anak mempelajari teknik bola voli, mereka membutuhkan praktek yang sering. Dalam permainan 6 orang jumlah sentuhan bola selama bermain bagi setiap anak tidak akan mencukui demi pengembangan yang pesat. Tingkat ketrampilan dan kemampuan fisik pada tahap awal belajar bola voli tidaklah cukup memadai untuk bisa melangsungkan satu pertandingan. Bola rally akan cepat mati dan para pemainnya pun jadi bosan. Bola voli mini adalah cara terbaik untuk mempelajari ketrampilan dasar. Dengan cara ini tiap pemain lebih banyak menyentuh bola dan ukuran tempat bermain lebih kecil. Dengan bermain bola voli mini anak-anak akan memperoleh kemampuan pokok bagi olahraga seperti: ketangkasan, ketrampilan, kemampuan melompat, tanggapan yang cepat serta mereka bisa mempelajari itu semua sewaktu mereka memainkannya .

2.5 Servis Bawah Bola Voli Underhand

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DRIBBLING PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SDN 1 SUKOREJO KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL TAHUN AJARAN 2012

0 5 159

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS BOLA VOLI DENGAN PENDEKATAN PERMAINAN SERVIS PADA SISWA KELAS V SDN 2 GONDOSARI KECAMATAN GEBOG KUDUS TAHUN 2012

0 11 97

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SERVIS BAWAH DALAM PEMBELAJARAN BOLA VOLI DENGAN MODIFIKASI KETINGGIAN NET BERTAHAP PADA SISWA KELAS V SDN SUKAMANAH KECAMATAN CISALAK KABUPATEN SUBANG.

0 0 45

MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SERVIS ATAS DENGAN MENGUBAH JARAK SERVIS PADA PERMAINAN BOLA VOLI MINI DI KELAS V SDN TOMO KECAMATAN TOMO KABUPATEN SUMEDANG.

1 4 37

(ABSTRAK) PENGARUH LATIHAN SERVIS BAWAH ANTARA JARAK SERVIS BERTAHAP DAN KETINGGIAN NET BERTAHAP TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS BAWAH PADA BOLA VOLI MINI SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI 02 PEKIRINGANALIT KEC. KAJEN KAB. PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

0 0 2

Pengaruh Latihan Servis Bawah antara Jarak Servis Bertahap dan Ketinggian Net Bertahap terhadap Kemampuan Servis Bawah pada Bola Voli Mini Siswa Putra Kelas V SD Negeri 02 Pekiringanalit Kec. Kajen Kab. Pekalongan Tahun Pelajaran 2008/2009.

1 1 66

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH BOLA VOLI MELALUI PERMAINAN BOLA KASTI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KABUPATEN BATANG -

0 0 60

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN SERVIS BAWAH PEMBELAJARAN BOLA VOLI MINI MELALUI MODIFIKASI JARAK DAN TINGGI NET SISWA KELAS V SDN MANGLI KALIANGKRIK KABUPATEN MAGELANG -

0 0 62

PEMBELAJARAN PASSING BAWAH MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PADA PERMAINAN BOLA VOLI SISWA SD KELAS V

0 4 13

View of PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SERVIS BAWAH PERMAINAN BOLA VOLI

0 1 6