Tujuan khusus dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar oksigenasi. 2. Mengidentifikasi perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan dasar oksigenasi. 3. Mengidentifikasi penyusunan rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi. 4. Mengidentifikasi implementasi yang dilakukan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar oksigenasi. 5. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pasien dengan masalah kebutuhan dasar
oksigenasi.
2.3. Manfaat
2.3.1. Manfaat Teoritis Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam
pengembangan ilmu yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
2.3.2. Manfaat Praktis a. Praktik Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi. b. Pendidikan Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi praktik mahasiswa keperawatan.
c. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan
dasar oksigenasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi
Kebutuhan Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran pernafasan bagian atas, bagian bawah dan paru Hidayat, 2006.
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak, tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan
yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara
3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen Kozier Erb, 1998.
Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas.Melalui peran sistem
respirasi oksigen diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon oksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusi
masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme Tarwoto dan Wartonah,2010 . Proses yang mempengaruhi oksigenasi pada klien termasuk perubahan
yang mempengaruhi kapasitas darah untuk membawa oksigen, seperti anemia dan perubahan yang mempengaruhi gerakan dinding dada atau sistem saraf pusat klien Potter
Perry, 2006. Proses Oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen diatmosfer, kemudian oksigen
masuk melalui organ pernafasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernafasan bagian bawah seperti trachea, broncus utama,
broncus sekunder, broncus tersier sekmental, terminal bronchiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain untuk jalan masuknya udara ke organ pernafasan bagian bawah, organ
pernafasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernafasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembabkan
Universitas Sumatera Utara
gas. Sedangkan fungsi organ pernafasan bagian bawah, selain sebagai tempat untuk masuknya oksigen, berperan juga dalam proses difusi gas Tarwoto Wartonah, 2010.
1. Respirasi
Respirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida baik yang terjadi diparu-paru, maupun dijaringan. Proses respirasi dibagi menjadi dua,
yaitu: respirasi eksternal pernafasan luar, dan respirasi internal respirasi seluler atau respirasi dalam
a. Respirasi Eksternal
Merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida diparu-paru dan kapiler pulmonal dengan lingkungan luar. Pertukaran gas ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan dan konsentrasi antara udara lingkungan dengan di paru-paru. Konsentrasi gas diatmosfer terdiri atas nitrogen
78,62, oksigen 20,84, karbon dioksida 0,04, dan air 0,5. Adanya konsentrasi gas menimbulkan tekanan parsial dari masing-masing
gas tersebut.Tekanan parsial gas adalah tekanan yang diberikan oleh gas dalam suatu gas campuran hukum gas.
Respirasi ekternal melibatkan kegiatan-kegiatan berikut ini : 1.
Pertukaran udara dari luar atau atmosfer dengan udara alveoli melalui aksi mekanik yang disebut ventilasi.
2. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dengan kapiler
pulmonal melalui proses difusi. 3.
Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah dari paru-paru keseluruh tubuh dan sebaliknya.
4. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida darah dalam pembuluh kapiler
dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi. Respirasi eksternal tergantung dari perbedaan tekanan parsial, luas area
permukaan untuk pertukaran gas, jarak difusi melewati membran alveoli dengan kapiler, dan kecepatan aliran udara masuk dan keluar paru-paru
Tarwoto Wartonah, 2010.
Universitas Sumatera Utara
b. Respirasi Internal
Merupakan proses pemanfaatan oksigen dalam sel yang terjadi dimitokondria untuk metabolisme dan produksi karbon dioksida. Proses
pertukaran gas pada respirasi internal hampir sama dengan proses respirasi eksternal. Adanya peranan tekanan parsial gas dan proses difusi untuk
pertukaran gas antara kapiler sistemik dengan ke jaringan. Tekanan parsial oksigen PO
2
dijaringan selalu lebih rendah dari darah arteri sistemik dengan perbandingan 40 mmHg dan 104 mmHg. Dengan demikian oksigen
akan masuk dari kapiler sistemik kejaringan sampai terjadi keseimbangan, sedangkan karbon dioksida akan bergerak cepat masuk ke aliran vena dan
kembali ke jantung Tarwoto Wartonah, 2010.
2. Mekanisme pernafasan
Pernafasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan udara dari dan ke paru-paru. Proses bernafas terdiri atas dua fase, yaitu : inspirasi periode
ketika aliran udara luar masuk ke paru-paru dan ekspirasi periode ketika udara meninggalkan paru-paru keluar ke atmosfer. Hubungan antara tekanan dan
volume gas dinyatakan dalam hukum boyle, yang menyatakan bahwa volume suatu gas bervariasi, berlawanan, atau berbanding terbalik dengan tekanan pada
temperatur konstan tekanan. Tekanan yang berperan dalam proses bernafas adalah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmonal, dan tekanan intra pleura.
Adanya perbedaan tekanan yang terjadi mengakibatkan perubahan rongga thoraks menjadi lebih besar atau mengecil :
a. Tekanan atmosfer yaitu tekanan udara luar besar sekitar 760 mmHg.
Tekanan ini diakibatkan oleh kandungan gas yang berada di atmosfer. b.
Tekanan intrapulmonal yaitu yang terjadi dalam alveoli paru-paru. Ketika bernafas normal atau biasa terjadi perbedaan tekanan dengan antmosfer.
Pada inspirasi, tekanan intra pulmonal 759 mmHg dan pada saat ekspirasi tekanannya menjadi lebih tinggi 761 mmHg. Tekanan intra pulmonal akan
meningkat ketika bernafas maksimum, pada inspirasi perbedaan tekanan dapat mencapai -30 mmHg dan ekspirasi +100 mmHg.
Universitas Sumatera Utara
c. Tekanan intra pleura adalah tekanan yang terjadi pada rongga pleura yaitu
ruang antara pleura parietalis dan viseralis. Besar tekanan ini kurang dari tekanan pada alveoli atau atmosfer sekitar -4 mmHg atau sekitar 756 mmHg
dalam pernafasan biasa dan dapat mencapai -18 mmHg pada inspirasi dalam atau kuat Hidayat,2006
3. Inspirasi
Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli dibawah tekanan atmosfer. Otot yang paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, bentuk melengkung dan
melekat pada iga paling bawah dan otot intercosta eksterna ketika diafragma berkontrasi, bentuk menjadi datar dan menekan bagian bawahnya yaitu isi
abdomen dan mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran rongga dan paru-paru.Meningkatnya ukuran dada menurunkan tekanan intra pleura
sehingga paru-paru mengembang.Mengembangnya paru-paru berakibat pada turunnya tekanan alveolus sehingga udara bergerak menurut gradien tekanan
dari atmosfer ke paru-paru. Hal ini terus berlangsung sampai tekanan menjadi sama dengan tekanan atmosfer, demikian seterusnya. Sebelum inspirasi dimulai
tekanan intra alveolus sama dengan tekanan atmosfer selisihnya 0.
4. Ekspirasi
Selama pernafasan biasa ekspirasi merupakan proses pasif, tidak ada kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirasi, otot-otot respirasi relaks, membiarkan
elastisitas paru dan rongga dada untuk volume paru.Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Relaksasi diafragma dan
otot intercosta eksterna mengakibatkan recoil elastis dinding dana dan paru sehingga terjadi peningkatan tekanan alveolus dan menurunkan volume paru.
Dengan demikian, udara bergerak dari paru-paru ke atmosfer Tarwoto Wartonah, 2010.
Universitas Sumatera Utara
5. Otot-otot pernafasan
Perubahan volume paru-paru terjadi karena kontraksi otot-otot skeletal, khususnya otot-otot sela iga dan diafragma yang merupakan pembatas rongga
thoraks dan rongga abdomen.Otot-otot utama pernafasan adalah diafragma dan otot-otot intercosta eksterna pada keadaan pernafasan normal. Otot-otot
tambahan atau aksesori juga berperan dalam pernafasan kuat, peningkatan pernafasan seperti intercosta interna, sternokleidomastoideus, seratus anterior,
pektoris minor, transversus thoracis, ekstrenal dan internal obliqus, dan rektus abdominalis.
6. Pertukaran dan transpor gas pernafasan
Pertukaran gas terjadi antara udara luar dengan darah dalam membran respiratori.Pernafasan adalah pertukan gas oksigen dengan karbon dioksida pada
alveolus dan tingkat kapiler pernafasan eksternal dan sel dalam jaringan pernafasan internal.Selama pernafasan, jaringan tubuh membutuhkan oksigen
untuk metabolisme dan karbon dioksida untuk dikeluarkan. Udara yang kita butuhkan daria atmosfer untuk dimanfaatkan oleh tubuh membutuhkan proses
yang kompleks yang meliputi proses ventilasi, perfusi, difusi ke kapiler, dan transportasi Asmadi, 2008
a. Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Ada tiga
kekuatan yang berperan dalam ventilasi yaitu: 1.
Compliance atau kemampuan untuk merenggang merupakan sifat dapat direnggangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini terkait dengan
volume dan tekanan paru-paru. 2.
Tekanan Surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus mempengaruhi kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan
disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan alveolus yang dihasilkan oleh sel tipe II.
3. Otot-otot pernafasan. Ventilasi sangat membutuhkan otot-otot
pernafasan untuk mengembangkan rongga thoraks b.
Difusi adalah proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari alveolus ke kapiler pulmonal melalui membran, dari area dengan konsentrasi tinggi
Universitas Sumatera Utara
ke area konsentrasi rendah. Karbon dioksida di difusi 20x lipat lebih cepat dari difusi oksigen, karena CO
2
daya larutnya lebih tinggi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan tekanan
maka semakin cepat pula proses difusi. 2.
Besarnya area membran. Semakin luas area membran difusi maka semakin cepat difusi melewati membran.
3. Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka semakin cepat
proses difusi. 4.
Koefisien difusi yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan membran paru. Semakin tinggi koefisien maka semakin cepat pula difusi
terjadi. c.
Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi pulmonal. Darah dipompakan masuk ke paru-paru melalui ventrikel kanan kemudian
masuk ke arteri pulmonal. Arteri pulmonal kemudian bercabang dua kanan dan kiri selanjutnya masuk ke kapiler paru untuk terjadi pertukaran gas.
Adekuatnya pertukaran gas tergantung pada ke adekuatan ventilasi dan perfusi, yang diukur dengan perbandingan atau rasio antara ventilasi
alveolar V dan perfusi Q. Pada orang dewasa yang normal, sehat dan dalam keadaan istirahat, ventilasi alveolar sekitar 4,0 litermenit dan
perfusinya sekitar 5,0 litermenit dengan demikian rasio ventilasi dan perfusi adalah :
Ventilasi V 4,0 litermenit __________ = ____________ = 0,8
Perfusi Q 5,0 litermenit
Besar rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Apabila terjadi penurunan ventilasi karena sebab tertentu, maka rasio VQ juga akan
menurun, sehingga pertukaran gas juga akan menurun. Apabila nilai VQ meningkat, berarti proses pertukaran gas akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi dapat terjadi karena tidak adekuatnya ventilasi atau perfusi atau keduanya Tarwoto Wartonah,
2010. 7.
Volume dan kapasitas paru Pengukuran volume dan kapasitas paru menunjukkan adekuatnya pertukaran gas
dan fungsi paru. a.
Volume paru Pengukuran volume paru menunjukkan jumlah udara dalam paru-paru
selama berbagai siklus pernafasan.Aliran udara yang masuk dan keluar paru- paru memberikan ukuran nyata volume paru-paru.Volume udara yang
masuk dan keluar paru-paru sekali bernafas disebut volume tidal.Besarnya volume pertukaran udara antara sistem pernafasan dengan udara
luaratmosfer selama 1 menit disebut ventilasi pulmonal.Dengan demikian, volume ventilasi pulmonal tergantung volume tidal dan jumlah pernafasan
per menit . Volume udara yang masuk ke alveoli setiap menit disebut ventilasi alveolar
dan besarnya dirumuskan :
Jumlah pernafasan per menit x volume tidal-ruang mati Jika pernafasan 12xmenit x 500 ml-150 ml = 4200 mlmenit
Pengukuran jumlah pertukaran udara selama bernafas diukur dengan menggunakan spirometer. Volume paru-paru terdiri atas berikut ini :
1. Volume Tidal VT, yaitu volume udara yang masuk dan keluar saat
sekali bernafas normal, besarnya sekitar 500 ml atau 5-10 mlkgBB. 2.
Volume Cadangan Inspirasi VCI, yaitu jumlah udara yang dapat dihirup sekuat-kuatnya setelah inspirasi normal, jumlahnya sekitar 3000
ml. 3.
Volume cadangan ekspirasi VCI , merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan sekuat-kuatya setelah ekspirasi normal, besarnya sekitar
1100 ml.
Universitas Sumatera Utara
4. Volume residu VR, merupakan volume udara yang masih dapat tersisa
setelah ekspirasi kuat, besarnya sekitar 1200 ml.
b. Kapasitas paru
Pengukuran kapasitas paru merupakan kombinasi volume-volume paru, teerdiri atas kapasitas inspirasi, kapasitas residual fungsional, kapasitas vital
dan kapasitas total paru Tarwoto Wartonah, 2010. 1.
Kapasitas vital KV, adalah total jumlah udara maksimum yang dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Jumlah
penambahan volume tidal TV, volume cadangan inspirasi VCI, dan vulome cadangan ekspirasi = 500 ml + 3000 ml + 1100 ml = 4600 ml.
2. Kapasitas inspirasi KI, merupakan total jumlah volume tidal VT dan
volume cadangan inspirasi VCI, jumlahnya sekitar 3500 ml. 3.
Kapasitas residual fungsional KRF, merupakan jumlah udara sisa setelah ekspirasi normal, besarnya jumlah volume residual VR dengan
volume cadangan ekspirasi VCE sekitar 2300 ml. 4.
Kapasitas total paru KTP, merupakan jumlah total udara yang dapat ditampung dalam paru-paru. Besarnya sama dengan kapasitas vital KV
ditambah dengan volume residual VR sekitar 5800 ml. 8.
Pengaturan pernafasan Pengendalian dan pengaturan pernafasan dilakukan sistem persarafan,
mekanisme kimia dan mekanisme non-kimia. a.
Pengendalian pernafasan oleh sistem persarafan Pengaturan pernafasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks serebri,
medula oblongata, dan pons. 1.
Korteks serebri Korteks serebri berperan dalam pengaturan pernafasan yang bersifat
volenter, sehingga memungkinkan kita dapat mengatur nafas dan menahan nafas, misalnya pada saat bicara atau makan.
2. Medulla oblongata
Universitas Sumatera Utara
Medulla oblongata terletak pada batang otak, berperan dalam pernafasan otomatis atau spontan. Pada medulla oblongata terdapat dua kelompok
neuron, yaitu : Dorsal Respiratoriy Group DRG yang terletak pada bagian dorsal medulla dan Ventral Respiratory Group VRG yang
terletak pada ventro lateral medulla. Kedua kelompok neuron ini berperan dalam pengaturan irama pernafasan.
3. Pons
Pada pons terdapat dua pusat pernafasan, yaitu pusat apneutik dan pusat pneumotaksis.Pusat apneutik terletak di formasio retikularis pons bagian
bawah. Fungsi pusat apneutik adalah mengkoordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi dengan cara mengirimkan rangsangan impuls
pada area inspirasi dan menghambat ekspirasi. Sedangkan pusat pneumotaksis terletak di pons bagian atas.Impul dari pusat pneumotaksis
menghambat aktivitas neuron inspirasi, sehingga inspirasi dihentikan dan terjadi ekspirasi. Fungsi dari pusat pnemotaksis adalah membatasi
durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi sehingga irama respirasi menjadi lebih halus dan teratur, proses inspirasi dan ekspirasi
berjalan secara teratur pula Tarwoto Wartonah, 2010. b.
Kendali kimiawi Ada banyak faktor yang mempengaruhi laju dan kedalaman pernafasan yag
sudah diset oleh pusat pernafasan yaitu adanya perubahan kadar oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah arteri. Perubahan tersebut
menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan respons dari sensor yang
disebut kemoreseptor.
Ada dua jenis kemoreseptor, yaitu kemoreseptor pusat yng berada di medulla, dan kemoreseptor perifer yang berada di badan aorta dan karotid
pada sistem arteri. 1.
Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah arteri, cairan serebrospinal, peningkatan ion hidrogen
dengan merespon penigkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
Universitas Sumatera Utara
2. Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan
konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen. Misalnya, adanya penurunan oksigen, peningkatan karbon dioksida, dan
peningkatan ion hidrogen, maka pernafasan menjadi meningkat Tarwoto Wartonah, 2010.
c. Pengaturan oleh mekanisme non-kimiawi
Beberapa faktor non-kimiawi yang mempengaruhi pengaturan pernafasan diantaranya pengaruh baroreseptor, peningkatan temperatur tubuh, hormon
epinefrin, dan refleks Hering-Breuer. 1.
Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta-atrium, ventrikel, dan pembuluh darah besar. Baroreseptor berespons terhadap perubahan
tekanan darah. Peningkatan tekanan darah arteri akan menghambat respirasi. Menurunnya tekanan arteri dibawah tekanan arteri rata-rata
akan menstimulasi pernafasan. 2.
Peningkatan temperatur tubuh, misalnya karena demam atau olahraga, maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh
dengan cara meningkatkan ventilasi. 3.
Hormon epinefrin, peningkatan hormon epinefrin akan meningkatkan rangsang simpatis yang juga akan merangsang pusat respirasi untuk
meningkatkan ventilasi. 4.
Refleks Hering-Breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan ekspirasi. Pada inspirasi mencapai batas tertentu terjadi stimulasi pada reseptor
regangan dalam otot polos paru untuk menghambat aktivitas neuron respirasi. Dengan demikian, refleks ini mencegah terjadinya overinflasi
paru-paru saat aktivitas berat Tarwoto Wartonah, 2010 Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap.Sewaktu-waktu tubuh memerlukan
oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Asmadi, 2008:
1. Lingkungan Pada lingkungan yang panas tubuh berespons dengan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir kekulit.Hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.Respons demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan
oksigen pun meningkat.Sebaliknya pada lingkungan yang dingin,pembuluh darah mengalami
konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
2. Latihan Fisik Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung
dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi. 3. Emosi
Cemas, takut, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang sebab
merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. 5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, system kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secaraa
dekuat.Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernafasan dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Faktor-faktor perkembangan dan proses penuaan yang normal memengaruhi oksigenasi jaringan yaitu Potter Perry, 2010.
1. Bayi dan Anak-anak Bayi dan anak-anak berisiko terkena infeksi saluran napas atas karena sering
tepapar asap rokok. Infeksi saluran nafas atas biasanya tidak berbahaya dan bayi atau anak- anak, dan dapat sembuh tanpa mengalami kesulitan Potter Perry, 2010.
2. Anak-anak Usia Sekolah dan Remaja Anak-anak usia sekolah dan remaja terpapar infeksi pernafasan dan faktor-faktor
risiko pernafasan seperti asap rokok dan merokok. Individu yang mulai merokok sejak
Universitas Sumatera Utara
remaja dan terus merokok sampai usia pertengahan memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit kardiopulmonal dan kanker paru Potter Perry, 2010.
3. Dewasa Muda dan Dewasa Pertengahan Faktor risiko kardiopulmonal multipel,antara lain: diet yang tidak sehat,kurang
olahraga, stress, penggunaan obat bebas dan obat yang diresepkan yang tidak sesuai dan merokok Potter Perry, 2010.
4. Lansia Sistem pernapasan dan jantung mengalami perubahan sepanjang proses penuaan.
Perubahan dihubungkan dengan klasifikasi katup jantung, nodus SA, dan tulang rawan iga.Osteoporosis menyebabkan perubahan ukuran dan bentuk toraks Potter Perry, 2010.
2.2. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dari fungsi kardiopulmonal meliputi riwayat yang mendalam terhadap fungsi normal kardiopulmonal klien, gangguan terdahulu pada fungsi
respirasi dan sirkulasi, serta ukuran yang klien gunakan untuk optimalisasi oksigenasi Potter Perry, 2010.
A. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi : ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan gangguan hidung dan tenggorokan seperti
epistaksis kondisi akibat lukakecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker, Obstruksi nasal Kondisi akibatpolip,
hipertropi tulang hidung, tumor dan influenza, dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan Hidayat, 2006.
B. Pemeriksaan Fisik • Pada tahap dini sulit diketahui
• Ronchi basah, kasar, dan nyaring • Hipersonortimpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik • Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal, dan fibrosis
Universitas Sumatera Utara
• Bila mengenai pleura terjadi effusi pleura perkusi memberikan suara pekak
Somantri, 2008 C. Pemriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum: Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap
aktif penyakit. 2.
Ziehl-Neelsen pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah: Positif untuk basil asam-cepat
3. Tes kulit PPD, Mantoux, potongan Vollmer: Reaksi positif area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya
antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien secara klinik sakit berarti bahwa TB
aktif tidak diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda.
4. ELISAWestern Blot: Dapat menyatakan adanya HIV
5. Foto torak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area
fibrosa 6.
Histologi atau kultur jaringan termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit: Positif untuk Mycobacterium
tuberculosis. 7.
Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
8. Elektrosit: Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi: contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat juga ditemukan pada TB paru kronis luas.
9. GDA: Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisi dada
paru 10.
Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total,
Universitas Sumatera Utara
dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkimfibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural
TB paru kronis luas. Dongoes, Marilynn, 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC 11.
Darah : Lekositosis, LED meningkat 12.
Bronkografi : Merupakan peemriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkhus atau kerusakan paru-paru karna TB. Somantri,
2008
2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari
medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.
Tipe data :
1. Data Subjektif
a. Pasien mengatakan batuk
b. Pasien mengeluh sesak
c. Pasien mengatakan nyeri dada
d. Pasien mengatakan adanya sekret di saluran nafas
e. Pasien mengatakan tidak nafsu makan
f. Pasien mengatakan makanan yang disediakan tidak habis
2. Data Objektif a. Suara nafas abnormal ronchi, reles, weezing
b. Frekuensi nafas 38xmenit dengan irama irreguler c. Nyeri dada meningkat ketika batuk berulang
d. Adanya sisa makanan dalam tempat makan pasien makan dari porsi yang dianjurkan
Universitas Sumatera Utara
e. Adanya penurunan berat badan tidak selalu muncul f. Penurunan laboratorium darah albuminemia
3. Rumusan Masalah
a.Tidak efektifnya pembersihan saluran nafas
Definisi : Kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan secret sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernafasan dengan tujuan mempertahankan saluran
pernafasan. Kemungkinan berhubungan dengan :
1 Menurunnya energi dan kelelahan 2 Infeksi trakeobronkial
3 Gangguan kognitif dan persepsi 4 Trauma
5 Bedah toraks
Kemungkinan data yang ditemukan : 1 Suara nafas tidak normal
2 Perubahan jumlah pernafasan 3 Batuk
4 Sianosis 5 Demam
6 Kesulitan bernafas
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : 1
Sindrom gagal nafas akut, cystic fibrosis 2
Pneumonia, injuri dada 3
Kanker paru, gangguan neuromuskular 4
Penyakit obstruksi pernafasan kronis
Universitas Sumatera Utara
Tujuan yang diharapkan : 1 Saluran pernafasan pasien menjadi bersih
2 Pasien dapat mengeluarkan secret 3 Suara nafas dan keadaan kulit menjadi normal Tarwoto Wartonah, 2010.
b.Tidak efektifnya pola pernapasan
Definisi : Kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan pola inhalasi dan ekshalasi karena adanya gangguan fungsi paru.
Kemungkinan berhubungan dengan : 1 Obstrusi trakeal
2 Perdarahan aktif 3 Menurunnya ekspansi paru
4 Infeksi paru 5 Depresi pusat pernapasan
6 Kelemahan otot pernapasan
Kemungkinan data yang ditemukan: 1 Perubahan irama pernafasan dan jumlah pernafasan
2 Dispnea 3 Penggunaan otot tambahan pernafasan
4 Suara pernafasan tidak normal 5 Batuk disertai dahak
6 Menurunnya kapasitas vital 7 Kecemasan
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : 1 Penyakit kanker, infeksi pada dada
2 Penggunaan obat dan keracunan alkohol 3 Trauma dada
4 myasthenia gravis, Gullian Barre Syndrome
Universitas Sumatera Utara
Tujuan yang diharapkan : 1 Pasien dapat mendemostrasikan pola pernafasan yang efektif
2 Data objektif menunjukkan pola pernafasan yang efektif 3 Pasien merasa lebih nyaman dalam bernafas Tarwoto Wartonah, 2010.
c. Menurunnya perfusi jaringan tubuh