Monitoring Kebakaran Hutan Monitoring Suhu Permukaan

4. Pemetaan Tumbuhan di Daerah Kering dan Basah

Seperti halnya satelit lain JERS-1 dan Landsat, citra TERRAASTER dapat pula digunakan untuk memetakan distribusi tumbuhan di permukaan bumi, terutama untuk daerah kering dan basah dengan menggunakan sensor VNIR dan SWIR.

5. Monitoring Suhu Permukaan Laut

Distribusi temperatur permukaan laut dapat diperoleh dengan mudah menggunakan citra TERRAASTER, atau langsung dengan menggunakan citra sensor TIR. Aplikasi dari citra ini dapat digunakan untuk mengetahui distribusi panas air laut, dimana informasi ini dapat diterapkan untuk mengetahui fenomena kelautan, termasuk distribusi tumbuhan dan ikan.

6. Monitoring Hutan Bakau

Kerusakan hutan bakau, baik secara sengaja maupun karena pengaruh perubahan alam, dapat dideteksi dengan menggunakan citra TERRAASTER. Beberapa sensor satelit ini mempunyai kesamaan dengan JERS-1 maupun Landsat, oleh karena itu kombinasi citra satelit lain dapat digunakan untuk monitoring hutan bakau dan hutan lainnya.

7. Monitoring Kebakaran Hutan

Citra TERRAASTER dapat memonitoring area kebakaran hutan, dimana VNIR menghasilkan liputan wilayah bakar dan kumpulan asap yang dihasilkan oleh kebakaran tersebut, SWIR menunjukkan distribusi temperatur wilayah bakar, dan TIR menunjukkan distribusi lahan bakar berdasarkan intensitas suhu permukaan lahan bakar. Warna merah dan biru pada citra menunjukkan distribusi suhu tinggi dan rendah.

8. Monitoring Suhu Permukaan

Distribusi permukaan bumi dapat diturunkan dengan mudah menggunakan data VNIR dan TIR citra TERRAASTER. Penerapan proses ini dapat digunakan untuk mengetahui fenomena kenaikan suhu yang terjadi di daerah perkotaan. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Permodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Sedangkan untuk kegiatan pengambilan data lapangan dilaksanakan di DTA Cipopokol Sub DAS Cisadane Hulu, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama 4 bulan yaitu Bulan Juli sampai dengan Oktober 2005. Berikut ini merupakan gambar peta lokasi penelitian. Gambar 2. Peta lokasi penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer yang dilengkapi dengan paket Sistem Informasi Geografis perangkat keras dan perangkat lunak termasuk software ArcInfo versi 3.5.1, ArcView GIS versi 3.3, ERDAS Imagine versi 8.5, ANSWER_PLUS V1.01, Microsoft Excel 2003, scanner. Sedangkan peralatan yang digunakan di lapangan diantaranya Global Positioning System GPS, ring sampel, kamera dan alat tulis. Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Jenis dan sumber data No. Jenis Data Sumber Data 1. Citra ASTERTERRA tahun 2004 Lab. SDAF, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan-IPB 2. Peta Daerah Tangkapan Air Cipopokol Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung Bogor 3. Peta Jenis Tanah, Peta Administrasi Bogor Pusat Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup IPB-Bogor 4. Peta Geologi, Peta RTRW, Peta Curah Hujan dan Peta Iklim Kabupaten Bogor Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Bogor 5. Peta Topografi, Peta Sungai Kabupaten Bogor Lab. SDAF, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan-IPB 6. Data Curah hujan, Tinggi muka air, sedimen, koordinat ground truth, foto Observasi lapang dan data sekunder 7. Data parameter tanah, parameter penggunaan lahan dan parameter saluran Data sekunder dan analisis laboratorium 8. Data jumlah penduduk dan kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Lemah Duhur dan Tangkil Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor Metode Penelitian Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap pembangunan basis data, tahap pembangunan data model hidrologi ANSWERS, tahap pengujian model, tahap pemetaan penyebaran nilai erosi dan sedimen, tahap analisa sensitivitas model dan tahap simulasi penggunaan lahan. Berikut ini akan dijelaskan secara lengkap teknis pelaksanaan dari masing- masing tahapan. Tahap Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan sebagai input atau masukan data untuk model ANSWERS terdiri dari dua macam data, yaitu data spasial dan data atribut. Data spasial merupakan data yang bersifat keruangan atau diperoleh dari pengolahan peta-peta tematik dan penginderaan jauh, diantaranya peta batas DTA Cipopokol, peta jenis tanah, peta kemiringan lahan, peta arah aliran, peta ketinggian tempat atau elevasi, peta penutupan lahan, peta saluran atau sungai dan data GCP Ground control point. Selain data spasial, data lain yang diperlukan adalah data atribut, yaitu data dalam bentuk tulisan ataupun angka- angka, diantaranya adalah data curah hujan, data tinggi muka air sungai, data parameter penutupan lahan, data parameter jenis tanah, data parameter atau karakteristik saluran atau sungai dan data kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi- instansi terkait selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan untuk data GCP diperoleh dengan melakukan survei lapangan. Tahap Pembangunan Basis Data Pembangunan basis data merupakan suatu proses untuk memperoleh data masukan model ANSWERS. Hasil keluaran dari pembangunan basis data adalah peta dalam bentuk raster. Data raster merupakan data dimana semua obyek disajikan pada kolom dan baris dalam bentuk sel-sel atau yang sering disebut dengan piksel. Masing-masing sel mewakili suatu areal yang berbentuk bujur sangkar, memiliki koordinat dan informasi atribut keruangan dan waktu. Informasi inilah yang nantinya digunakan menjadi input atau masukan data untuk model ANSWERS. Tahap pembangunan basis data terdiri dari 3 kegiatan yaitu pembuatan peta digital, pembuatan DEM dan arah aliran serta pembuatan peta penutupan lahan. Proses dari masing-masing kegiatan dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pembuatan Peta Digital