Produksi Perikanan HASIL DAN PEMBAHASAN

62

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Produksi Perikanan

Secara umum ada 2 macam perikanan, yaitu perikanan tangkap capture fishery dan perikanan budidaya culture fishery. Yang dimaksud dengan perikanan tangkap dalam penelitian ini adalah perikanan laut, tidak termasuk perikanan di perairan umum. Sedangkan yang dimaksud dengan perikanan budidaya adalah budidaya ikan atau udang di tambak brackish water. Untuk perikanan tangkap, secara umum ada 2 kategori ikan dari perikanan tangkap, yaitu golongan ikan pelagis, yaitu ikan yang hidup di permukaan air laut dan ikan demersal, yaitu ikan yang hidup di kolom air atau dasar laut. Penelitian ini memfokuskan hanya pada ikan pelagis saja dengan target spesies ikan tongkol dan cakalang. Di perairan Aceh, baik pantai timur maupun pantai barat, terdapat lebih dari 20 jenis ikan pelagis, baik pelagis besar maupun kecil. Namun pelagis yang paling dominan adalah ikan tongkol dan cakalang. Data lima tahun terakhir sebelum tsunami, tahun 1999 – 2003, menunjukkan bahwa produksi total ikan pelagis 25 spesies ikan di Aceh adalah 304 444.5 ton. Dari jumlah tersebut 75 532.3 ton atau 25 merupakan ikan tongkol dan cakalang. Sisanya merupakan share produksi dari 23 spesies lainnya DKP NAD, 2004. Data ini sesuai dengan kenyataan bahwa jenis ikan laut yang paling populer di Aceh adalah ikan tongkol dan cakalang. Kedua ikan ini seolah-olah harus ada pada setiap acara pesta dan hajatan yang dilakukan di Aceh seperti pesta pernikahan, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, kenduri bulan puasa, dan lain sebagainya. Oleh karena dominasi pelagis tongkol dan cakalang di perairan Aceh seperti disebutkan di atas, maka kedua spesies ini dijadikan target spesies dari penelitian ini. Data produksi target spesies tongkol dan cakalang selama 21 tahun terakhir, mulai Tahun 1984 – 2004, adalah seperti terlihat pada Tabel 1. 63 Tabel 1. Data produksi ikan pelagis ton sebagai target spesies yang digunakan dalam penelitian, Tahun 1984– 2004 di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD. Sumber : Diolah dari data DKP NAD 1984 – 2005 dan Data Primer 2004 . beberapa data sekunder yang outlier di adjust dengan data primer Dari Tabel 1 terlihat bahwa ada perbedaan produksi rata-rata kedua target spesies tongkol dan cakalang di daerah penelitian. Produksi ikan dari pantai barat Aceh relatif lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pantai timur. Hal ini disebabkan lokasi penangkapan ikan bagi nelayan di pantai barat tersebar mulai dari sekitar Laut Sabang Burok sampai Samudera Hindia, sedangkan lokasi Pantai Timur Pantai Barat Tahun tongkol cakalang total tongkol cakalang total 1984 11 387.26 6 919.99 18 307.25 8 143.80 5 697.60 13 841.40 1985 12 187.49 6 879.57 19 067.06 7 819.80 7 745.40 15 565.20 1986 14 182.26 6 932.89 21 115.15 7 899.30 8 804.10 16 703.40 1987 14 733.95 8 534.21 23 268.16 16 098.00 6 709.20 22 807.20 1988 14 263.53 7 359.88 21 623.41 15 815.10 8 480.10 24 295.20 1989 11 461.10 6 467.30 17 928.40 17 584.80 8 058.30 25 643.10 1990 13 099.50 5 605.20 18 704.70 20 217.30 7 455.00 27 672.30 1991 12 291.60 6 638.00 18 929.60 18 886.50 7 842.60 26 729.10 1992 13 140.00 6 505.20 19 645.20 19 492.20 11 463.30 30 955.50 1993 11 146.80 6 871.60 18 018.40 20 078.40 10 998.00 31 076.40 1994 10 128.00 8 645.60 18 773.60 18 312.90 10 853.40 29 166.30 1995 14 451.64 7 372.75 21 824.39 18 240.02 8 875.20 27 115.22 1996 16 933.20 8 742.80 25 676.00 20 387.40 6 279.60 26 667.00 1997 16 048.80 11 104.20 27 153.00 23 761.80 10 767.30 34 529.10 1998 17 523.90 12 579.75 30 103.65 22 668.30 11 298.90 33 967.20 1999 19 615.95 15 832.35 35 448.30 17 522.40 10 437.60 27 960.00 2000 19 111.95 16 849.35 35 961.30 17 866.50 10 490.40 28 356.90 2001 22 202.40 14 404.80 36 607.20 20 018.10 12 719.70 32 737.80 2002 25 174.00 13 729.60 38 903.60 24 954.90 11 351.10 36 306.00 2003 26 434.34 14 592.72 41 027.06 24 374.40 15 549.90 39 924.30 2004 27 767.60 15 449.20 43 216.80 25 223.10 19 050.00 44 273.10 Rerata 16 346.92 9 905.57 26 252.49 18 350.72 10 044.13 28 394.84 64 penangkapan ikan bagi nelayan di pesisir timur Aceh tersebar di Selat Malaka. Dari beberapa informasi dari Pawang Boat, Panglima Laot dan Panglima Laot Lhok bahwa keberadaan dan produksi ikan di pesisir barat Ace lebih banyak dibandingkan produksi ikan di pesisir timur Aceh. Hal ini sesuai dengan data potensi dan penyebaran ikan di beberapa lokasi penangkapan ikan di Indonesia bahwa produksi atau volume penangkapan ikan di Selat Malaka sudah melebihi potensinya atau dikatakan sudah over fishing, sedangkan potensi ikan di Samudera Hindia, secara umum, masih cukup tinggi dibandingkan produksinya Dahuri 2002. Produksi kedua jenis ikan, tongkol dan cakalang tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan berfluktuasi. Tinggi rendahnya produksi dalam tiap tahun dipengaruhi oleh tinggi rendahnya trip dan musim ikan. Ada dua musim yang sangat mempengaruhi aktivitas nelayan di Aceh, yaitu musim barat dan timur. Musim barat ditandai dengan angin kencang, ombak cukup besar dan tinggi, akibatnya produktivitas nelayan atau kapalboatarmada relatif rendah. Sebaliknya pada musim timur, kekuatan angin relatif rendah dan laut terlihat lebih teduh, sehingga produktivitas nelayan dan kapal relatif lebih tinggi dibandingkan produktivitas di musim barat. Trend produksi ikan tongkol dan cakalang di Aceh selama periode 1984 – 2004 seperti terlihat pada Gambar 13. 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 1984 1986 1988 199 1992 1994 19 96 1998 200 2002 2004 Tahun P roduk si ton Tongkol Cakalang 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 198 4 198 6 19 88 19 90 19 92 1994 1996 199 8 200 200 2 20 04 Tahun P roduk si to n Tongkol Cakalang a b Gambar 13. Perkembangan data produksi ikan pelagis yang digunakan dalam penelitian di Pantai Timur a dan Pantai Barat b. 65 Dari Gambar 13 terlihat bahwa produksi ikan tongkol relatif lebih tinggi dibandingkan produksi ikan cakalang baik untuk pantai timur maupun pantai barat Aceh. Namun, dari tahun ke tahun kedua jenis ikan pelagis ini menunjukkan pola kenaikan yang sama dengan trend produksi yang terus meningkat. Peningkatan produksi ini lebih disebabkan karena peningkatan effort dan jumlah alat tangkapboat yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Kenaikan yang terus menerus ini akan menjadi masalah dalam analisis time series. Untuk menentukan apakah data bersifat trending non stationary, maka dilakukan analisis stationary dengan uji Dickey Fuller serta handling data yang bersifat trending dengan menggunakan teknik co-integration Anna 2003. Selanjutnya, alat tangkap yang paling dominan untuk menangkap kedua target spesies ini tongkol dan cakalang adalah pukat cincin dan pancing tonda. Hasil perhitungan berdasarkan data sekunder dan disesuaikan dengan data primer hasil interview dengan PawangABK boat, “Toke Bangku” lembaga pemasaran ikan dan “Panglima Laot Lhok” diperoleh bahwa lebih dari 75 produksi tongkol dan cakalang di Aceh ditangkap dengan alat tangkap pukat cincin dan pancing tonda. Proporsi target spesies dari kedua alat tangkap pukat cincin dan pancing tonda seperti terlihat pada Tabel 2. Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa alat tangkap pukat cincin lebih dominan atau memberikan kontribusi produksi yang lebih tinggi dibandingkan produksi pancing tonda. Secara grafik kontribusi kedua alat tangkap tersebut seperti terlihat pada Gambar 14. 66 Tabel 2. Share produksi ikan pelagis tongkol dan cakalang dari alat tangkap pukat cincin dan pancing tonda di daerah penelitian periode 1984 – 2004. Pantai Timur Pantai Barat Tahun P.cincin Pc.tonda Total P.cincin Pc.tonda Total 1984 8 978.97 5 271.76 14 250.74 6 421.47 4 340.53 10 762.00 1985 9 609.96 5 240.97 14 850.93 6 165.99 5 900.58 12 066.57 1986 11 182.86 5 281.59 16 464.45 6 228.68 6 707.11 12 935.79 1987 11 617.87 6 501.50 18 119.38 12 693.44 5 111.18 17 804.62 1988 11 246.94 5 606.88 16 853.82 12 470.37 6 460.28 18 930.65 1989 9 037.20 4 926.90 13 964.09 13 865.80 6 138.95 20 004.74 1990 10 329.09 4 270.13 14 599.23 15 941.55 5 679.34 21 620.89 1991 9 692.05 5 056.94 14 748.99 14 892.20 5 974.62 20 866.82 1992 10 361.03 4 955.77 15 316.80 15 369.80 8 732.93 24 102.74 1993 8 789.37 5 234.90 14 024.27 15 832.03 8 378.46 24 210.49 1994 7 986.03 6 586.36 14 572.40 14 439.91 8 268.30 22 708.21 1995 11 395.27 5 616.68 17 011.95 14 382.45 6 761.28 21 143.72 1996 13 352.00 6 660.41 20 012.41 16 075.68 4 783.90 20 859.58 1997 12 654.65 8 459.36 21 114.01 18 736.43 8 202.71 26 939.13 1998 13 817.78 9 583.46 23 401.24 17 874.19 8 607.69 26 481.88 1999 15 467.38 12 061.35 27 528.73 13 816.59 7 951.54 21 768.13 2000 15 069.97 12 836.12 27 906.09 14 087.92 7 991.76 22 079.68 2001 17 506.82 10 973.82 28 480.64 15 784.48 9 690.08 25 474.56 2002 19 849.96 10 459.44 30 309.40 19 677.20 8 647.46 28 324.66 2003 20 843.75 11 116.98 31 960.73 19 219.47 11 846.17 31 065.64 2004 21 895.04 11 769.46 33 664.50 19 888.68 14 512.61 34 401.28 Rerata 12 889.71 7 546.23 20 435.94 14 469.73 7 651.78 22 121.51 Sumber : Diolah dari data DKP NAD 1984 – 2005 dan Data Primer 2004 . beberapa data sekunder yang outlier di adjust dengan data primer 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 1984 198 6 1988 199 1992 199 4 19 96 1998 20 00 2002 200 4 Tahun P roduk si ton Pk.Cincin Pc.Tonda 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 19 84 198 6 1988 19 90 19 92 199 4 1996 1998 20 00 200 2 2004 Tahun P roduk si to n Pk.Cincin Pc.Tonda a b Gambar 14. Perbandingan hasil tangkapan dari masing-masing alat tangkap di Pantai Timur a dan Pantai Barat b. 67

4.2. Standarisasi Unit Effort