Uji Kestabilan Uji Kointegrasi Simulasi Impulse Response Function IRF

f 1 RFIL t-1 + f 2 RFIL t-2 + g 1 RIND t-1 + g 2 RIND t-2 + h 1 RHONG t-1 + h 2 RHONG t-2 RMAL t = a 1 RKOR t-1 + a 2 RKOR t-2 + b 1 RTHAI t-1 + b 2 RTHAI t-2 + c 1 RMAL t-1 + c 2 RMAL t-2 + d 1 RSING t-1 + d 2 RSING t-2 + e 1 RJEP t-1 + e 2 RJEP t-2 + f 1 RFIL t-1 + f 2 RFIL t-2 + g 1 RIND t-1 + g 2 RIND t-2 + h 1 RHONG t-1 + h 2 RHONG t-2 RSING t = a 1 RKOR t-1 + a 2 RKOR t-2 + b 1 RTHAI t-1 + b 2 RTHAI t-2 + c 1 RMAL t-1 + c 2 RMAL t-2 + d 1 RSING t-1 + d 2 RSING t-2 + e 1 RJEP t-1 + e 2 RJEP t-2 + f 1 RFIL t-1 + f 2 RFIL t-2 + g 1 RIND t-1 + g 2 RIND t-2 + h 1 RHONG t-1 + h 2 RHONG t-2 RTHAI t = a 1 RKOR t-1 + a 2 RKOR t-2 + b 1 RTHAI t-1 + b 2 RTHAI t-2 + c 1 RMAL t-1 + c 2 RMAL t-2 + d 1 RSING t-1 + d 2 RSING t-2 + e 1 RJEP t-1 + e 2 RJEP t-2 + f 1 RFIL t-1 + f 2 RFIL t-2 + g 1 RIND t-1 + g 2 RIND t-2 + h 1 RHONG t-1 + h 2 RHONG t-2

4.3.3. Uji Kestabilan

Uji ini menunjukkan bahwa persamaan VAR telah stabil pada lag optimalnya, yaitu lag dua karena semua nilai modulusnya kurang dari satu. Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 19.

4.3.4. Uji Kointegrasi

Proses integrasi dapat dilakukan apabila seluruh variabel telah memenuhi persyaratan, yaitu stasioner pada derajat yang sama, yaitu derajat I1 atau dengan kata lain stasioner pada tingkat first difference. Uji kointegrasi ini dilakukan pada lag dua, dimana lag dua merupakan lag optimumnya. Hasil uji kointegrasi menggunakan Test Johanssen’s Trace Statistic dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Uji Johanssen’s Trace Statistic Hypothesized No. of CEs Eigenvalue Eigenvalue 5 Percent Critical Value 1 Percent Critical Value None 0.551 380.974 165.580 177.200 At most 1 0.527 258.326 131.700 143.090 At most 2 0.331 143.673 102.140 111.010 At most 3 0.188 82.079 76.070 84.450 At most 4 0.115 50.039 53.120 60.160 At most 5 0.096 31.308 34.910 41.070 At most 6 0.066 15.730 19.960 24.600 At most 7 0.033 5.162 9.240 12.970 signifikan pada taraf nyata 1 signifikan pada taraf nyata 5 Sumber: Lampiran 20 Uji Johanssen’s Trace Statistic digunakan untuk mengetahui jumlah persamaan yang terkointegrasi di dalam sistem. Untuk menentukan jumlah persamaan yang terkointegrasi dilakukan dengan membandingkan estimasi Trace Statistic terhadap nilai kritisnya crirical value, dimana penelitian ini menggunakan tingkat kritis 5. Apabila nilai Trace Statistic lebih besar dari nilai kritisnya, maka persamaan tersebut dikatakan terkointegrasi. Dari Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa terdapat empat persamaan yang terkointegrasi pada taraf nyata 5 persen.

4.3.5. Simulasi Impulse Response Function IRF

Impulse Response adalah respon sebuah variabel dependen jika mendapat guncangan dari variabel independen sebesar satu standar deviasi. Respon dari suku bunga Filipina apabila terjadi guncangan pada suku bunga tujuh negara lainnya terlihat pada Gambar 4.1, sedangkan untuk keluaran tabel dapat dilihat pada Lampiran 21. -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 RKOR RTHAI RMAL RSING RJEP RIND RHONG R es p o n S tan d ar D evi asi Periode Gambar 4.1. Respon Suku Bunga Filipina Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara lain Sumber: Lampiran 21 Dari gambar di atas terlihat bahwa guncangan suku bunga sebesar satu standar deviasi dari Thailand, Indonesia dan Hongkong direspon negatif oleh fluktuasi suku bunga Filipina. Respon negatif mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di Thailand dan Indonesia, maka akan terjadi capital outflow dari Filipina ke Thailand dan Indonesia. Akibatnya, mata uang Filipina terdepresiasi karena permintaan terhadap Baht ataupun Rupiah meningkat yang mengindikasikan terjadinya penurunan inflasi di Filipina, sehingga suku bunga Filipina juga mengalami penurunan. Sedangkan guncangan dari Korea, Malaysia, Singapura, dan Jepang direspon positif. Respon positif ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di negara lain, maka akan menyebabkan terjadinya capital outflow dari Filipina karena para investor akan memilih return tingkat pengembalian dari aset finansial yang lebih tinggi. Akibatnya, akan terjadi kelebihan permintaan aset finansial di negara lain dan suku bunga Filipina akan terdorong meningkat untuk menyerap kelebihan permintaan tersebut dengan asumsi inflasi tetap dan mobilitas modal yang sempurna. Respon dari suku bunga Hongkong apabila terjadi guncangan pada suku bunga tujuh negara lainnya terlihat pada gambar berikut: -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 5 10 15 20 25 30 35 40 45 RKOR RTHAI RMAL RSING RJEP RFIL RIND R esp on S ta n d ar D e vi asi Periode Gambar 4.2. Respon Suku Bunga Hongkong Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara lain Sumber: Lampiran 22 Dari gambar terlihat bahwa hanya guncangan suku bunga sebesar satu standar deviasi dari Filipina yang direspon negatif oleh fluktuasi suku bunga Hongkong. Respon negatif mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di Filipina, maka akan terjadi sedikit capital outflow dari Hongkong. Hal ini disebabkan karena Hongkong memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi di banding Filipina, sehingga resiko untuk berinvestasi finansial di Hongkong lebih rendah. Akibatnya para investor akan tetap berinvestasi di Hongkong yang menyebabkan suku bunga Hongkong menurun seiring dengan permintaan aset finansial yang cukup banyak. Selain itu, Hongkong juga merupakan financial centre di seluruh dunia, sehingga banyak investor yang berinvestasi di Hongkong. Guncangan dari negara lainnya direspon positif oleh fluktuasi suku bunga Hongkong. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di negara lain, maka akan menyebabkan terjadinya capital outflow dari Hongkong karena para investor akan memilih return tingkat pengembalian dari aset finansial yang lebih tinggi. Akibatnya, akan terjadi kelebihan permintaan aset finansial di negara lain dan suku bunga Hongkong akan terdorong meningkat untuk menyerap kelebihan permintaan tersebut dengan asumsi inflasi tetap dan mobilitas modal yang sempurna. Respon dari suku bunga Indonesia apabila terjadi guncangan pada suku bunga tujuh negara lainnya terlihat pada gambar berikut: -2 -1 1 2 3 4 5 10 15 20 25 30 35 40 45 RKOR RTHAI RMAL RSING RJEP RFIL RHONG R e sp o n S tan d ar D evi as i Periode Gambar 4.3. Respon Suku Bunga Indonesia Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara Lain Sumber: Lampiran 23 Dari gambar terlihat bahwa semua guncangan suku bunga negara-negara lain sebesar satu standar deviasi direspon positif oleh fluktuasi suku bunga Indonesia. Respon positif ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di negara lain, maka akan menyebabkan terjadinya capital outflow dari Indonesia karena para investor akan memilih return tingkat pengembalian dari aset finansial yang lebih tinggi. Akibatnya, akan terjadi kelebihan permintaan aset finansial di negara lain dan suku bunga Indonesia akan terdorong meningkat untuk menyerap kelebihan permintaan tersebut dengan asumsi inflasi tetap dan mobilitas modal yang sempurna. Respon dari suku bunga Jepang apabila terjadi guncangan pada suku bunga tujuh negara lainnya terlihat pada gambar berikut: -.04 .00 .04 .08 .12 .16 5 10 15 20 25 30 35 40 45 RKOR RTHAI RMAL RSING RFIL RIND RHONG R esp o n S tan d ar D evi asi Periode Gambar 4.4. Respon Suku Bunga Jepang Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara Lain Sumber: Lampiran 24 Gambar di atas memperlihatkan bahwa guncangan suku bunga sebesar satu standar deviasi dari Indonesia, Singapura, dan Korea direspon positif oleh pergerakan suku bunga Jepang. Respon positif ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di Indonesia, Singapura, dan Korea, maka akan menyebabkan terjadinya capital outflow dari Jepang karena para investor akan memilih return tingkat pengembalian dari aset finansial yang lebih tinggi. Akibatnya, akan terjadi kelebihan permintaan aset finansial di tiga negara tersebut dan suku bunga Jepang akan terdorong meningkat untuk menyerap kelebihan permintaan tersebut dengan asumsi inflasi tetap dan mobilitas modal yang sempurna. Sedangkan guncangan dari Filipina, Malaysia, Thailand, dan Hongkong direspon negatif oleh pergerakan suku bunga Jepang. Respon negatif mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di Filipina, Malaysia, dan Thailand, maka akan terjadi sedikit capital outflow dari Jepang. Hal ini disebabkan karena Jepang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi di banding negara-negara tersebut, sehingga resiko untuk berinvestasi finansial di Jepang lebih rendah. Akibatnya para investor akan tetap berinvestasi di Jepang yang menyebabkan suku bunga Jepang menurun seiring dengan permintaan aset finansial yang cukup banyak. Respon dari suku bunga Korea apabila terjadi guncangan pada suku bunga tujuh negara lainnya terlihat pada gambar berikut: -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 5 10 15 20 25 30 35 40 45 RTHAI RMAL RSING RJEP RFIL RIND RHONG R esp o n S tan d ar D evi asi Periode Gambar 4.5. Respon Suku Bunga Korea Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara Lain Sumber: Lampiran 25 Dari gambar di atas terlihat bahwa guncangan suku bunga sebesar satu standar deviasi dari Hongkong, Jepang, Thailand, Filipina dan Malaysia direspon positif oleh fluktuasi suku bunga Korea. Respon positif ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di Hongkong, Jepang, Thailand, Filipina dan Malaysia, maka akan menyebabkan terjadinya capital outflow dari Korea karena para investor akan memilih return tingkat pengembalian dari aset finansial yang lebih tinggi. Akibatnya, akan terjadi kelebihan permintaan aset finansial di negara-negara tersebut dan suku bunga Korea akan terdorong meningkat untuk menyerap kelebihan permintaan tersebut dengan asumsi inflasi tetap dan mobilitas modal yang sempurna. Sedangkan guncangan dari suku bunga Singapura dan Indonesia direspon negatif oleh fluktuasi suku bunga Korea. Respon negatif mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di Indonesia, maka akan terjadi sedikit capital outflow dari Korea. Hal ini disebabkan karena Korea memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi di banding Indonesia, sehingga resiko untuk berinvestasi finansial di Korea lebih rendah. Akibatnya para investor akan tetap berinvestasi di Korea yang menyebabkan suku bunga Korea menurun seiring dengan permintaan aset finansial yang cukup banyak. Respon dari suku bunga Malaysia apabila terjadi guncangan pada suku bunga tujuh negara lainnya terlihat pada gambar berikut: -.3 -.2 -.1 .0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 5 10 15 20 25 30 35 40 45 RKOR RTHAI RSING RJEP RFIL RIND RHONG R esp o n S ta n d ar D e vi a s i Periode Gambar 4.6. Respon Suku Bunga Malaysia Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara Lain Sumber: Lampiran 26 Gambar di atas menunjukkan bahwa guncangan suku bunga sebesar satu standar deviasi dari Indonesia dan Hongkong direspon negatif oleh fluktuasi suku bunga Malaysia. Respon negatif mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di Indonesia, maka akan terjadi capital outflow dari Indonesia ke Malaysia. Akibatnya, mata uang Malaysia terdepresiasi karena permintaan terhadap Rupiah meningkat yang mengindikasikan terjadinya penurunan inflasi di Malaysia, sehingga suku bunga Malaysia juga mengalami penurunan. Sedangkan guncangan dari suku bunga dari Korea, Singapura, Thailand, Filipina dan Jepang direspon positif oleh fluktuasi suku bunga Malaysia. Respon positif ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di negara-negara tersebut, maka akan menyebabkan terjadinya capital outflow dari Malaysia karena para investor akan memilih return tingkat pengembalian dari aset finansial yang lebih tinggi. Akibatnya, akan terjadi kelebihan permintaan aset finansial di negara-negara tersebut dan suku bunga Malaysia akan terdorong meningkat untuk menyerap kelebihan permintaan tersebut dengan asumsi inflasi tetap dan mobilitas modal yang sempurna. Respon dari suku bunga Singapura apabila terjadi guncangan pada suku bunga tujuh negara lainnya terlihat pada gambar berikut: -.2 -.1 .0 .1 .2 .3 .4 .5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 RKOR RTHAI RMAL RJEP RFIL RIND RHONG R esp o n S tan d ar D e vi asi Periode Gambar 4.7. Respon Suku Bunga Singapura Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara Lain Sumber: Lampiran 27 Gambar di atas menunjukkan bahwa hanya guncangan suku bunga sebesar satu standar deviasi dari Indonesia yang direspon negatif oleh fluktuasi suku bunga Singapura. Hal mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di Indonesia, maka akan terjadi sedikit capital outflow dari Singapura. Hal ini disebabkan karena Singapura memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi di banding Indonesia, sehingga resiko untuk berinvestasi finansial di Singapura lebih rendah. Akibatnya para investor akan tetap berinvestasi di Singapura yang menyebabkan suku bunga Singapura menurun seiring dengan permintaan aset finansial yang cukup banyak. Sedangkan guncangan dari Korea, Jepang, Hongkong, Malaysia, Filipina dan Thailand direspon positif oleh pergerakan suku bunga Singapura. Respon positif ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di lima negara tersebut, maka akan menyebabkan terjadinya capital outflow dari Singapura karena para investor akan memilih return tingkat pengembalian dari aset finansial yang lebih tinggi. Akibatnya, akan terjadi kelebihan permintaan aset finansial di negara-negara tersebut dan suku bunga Singapura akan terdorong meningkat untuk menyerap kelebihan permintaan tersebut dengan asumsi inflasi tetap dan mobilitas modal yang sempurna. Respon dari suku bunga Thailand apabila terjadi guncangan pada suku bunga tujuh negara lainnya terlihat pada gambar berikut: -0.8 -0.4 0.0 0.4 0.8 1.2 1.6 5 10 15 20 25 30 35 40 45 RKOR RMAL RSING RJEP RFIL RIND RHONG Resp on S ta n d ar Devi asi Periode Gambar 4.8. Respon Suku Bunga Thailand Terhadap Guncangan Suku Bunga Negara Lain Sumber: Lampiran 28 Dari gambar terlihat bahwa hanya guncangan suku bunga sebesar satu standar deviasi dari Filipina dan Indonesia direspon negatif oleh fluktuasi suku bunga Thailand. Respon negatif mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di Filipina dan Indonesia, maka akan terjadi capital outflow dari Thailand ke Filipina dan Indonesia. Akibatnya, mata uang Thailand terdepresiasi karena permintaan terhadap Peso ataupun Rupiah meningkat yang mengindikasikan terjadinya penurunan inflasi di Thailand, sehingga suku bunga Thailand juga mengalami penurunan. Sedangkan guncangan dari Korea, Jepang, Hongkong, Malaysia, dan Singapura direspon positif oleh pergerakan suku bunga Thailand. Respon positif ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi peningkatan suku bunga di lima negara tersebut, maka akan menyebabkan terjadinya capital outflow dari Thailand karena para investor akan memilih return tingkat pengembalian dari aset finansial yang lebih tinggi. Akibatnya, akan terjadi kelebihan permintaan aset finansial di negara-negara tersebut dan suku bunga Thailand akan terdorong meningkat untuk menyerap kelebihan permintaan tersebut dengan asumsi inflasi tetap dan mobilitas modal yang sempurna. Dari penjelasan masing-masing respon suku bunga di setia negara terlihat bahwa guncangan suku bunga dari setiap negara ASEAN dapat saling mmberikan respon dengan respon yang hampir sama kecuali Indonesia dimana responnya terhadap guncangan dari setiap negara sangat besar kecuali terhadap Singapura. Sedangkan guncangan suku bunga ASEAN dengan Korsel dapat saling merespon dengan respon yang hampir sama dalam jangka waktu yang cukup lama, kecuali Indonesia. Dan guncangan suku bunga Jepang tidak memberikan respon yang sama dengan respon yang diberikan ASEAN terhadap guncangan dari suku bunga Jepang karena respon Jepang sangat kecil hampir mendekati nol terhadap guncangan dari ASEAN. Untuk Hongkong dengan ASEAN, suku bunganya saling memberikan respon yang hampir sama, kecuali Thailand.

4.3.6. Simulasi Dekomposisi Penduga Ragam Galat