Covered Interest Parity CIP Penelitian Terdahulu

memerlukan kompensasi terhadap ketidakpastian yang berhubungan dengan mata uang perdagangan di masa depan.

2.4. Covered Interest Parity CIP

Menurut Zhou 2003, persamaan CIP dapat ditulis sebagai berikut: t t t f t d S f r r − + = , , 2.6 Dimana 1 ln , , t d t d R r + = yang menunjukkan logaritma dari yield aset domestik; 1 ln , , t f t f R r + = adalah logaritma dari yield aset asing yang sama. R d,t dan R f,t adalah suku bunga domestik dan suku bunga asing; t t S s ln = adalah logaritma dari nilai tukar spot mata uang domestik per mata uang asing; dan t t F f ln = adalah logaritma dari nilai tukar forward. Premium forward f t - s t yang secara umum dapat didekomposisi dalam risiko premium RP dan diharapkan dapat merubah nilai tukar mata uang dari kedua negara E Δs. Persamaannya adalah sebagai berikut: , , s E RP r r t f t d Δ + + = 2.7 Dimana 1 + − = t t S E f RP adalah logaritma dari nilai tukar spot yang diharapkan; dan t t s S E S E − = Δ + 1 . Karena perubahan nilai tukar tidak berubah untuk semua negara industri, maka perubahan yang diharapkan dari nilai tukar umumnya dianggap tidak berubah.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian lain sebelumnya. Peneliti tersebut diantaranya Trivisvavet 2001 dan Hanie 2006. Trivisvavet 2001 dalam penelitiannya yaitu ”Do East Asian Countries Constitute An Optimum Currency Area?” menggunakan model Bayoumi dan Eichengreen 1994. Data yang digunakan mulai dari tahun 1970 hingga 1999 dengan data tahunan. Penelitian ini menggunakan analisis ekonometrika Vector Autoregression VAR. Variabel yang digunakan adalah Consumer Price Index CPI untuk mengukur tingkat inflasi dan GDP riil untuk mengukur tingkat pendapatan nasional. Negara-negara yang digunakan adalah Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa negara-negara Asia Timur dapat membentuk monetary union tanpa kehilangan kebebasan dari kebijakan moneter dan fiskal di setiap negara. Tanpa Indonesia, Asia Timur dapat membentuk monetary union dan menggunakan mata uang regionalnya. Hanie 2006 dalam penelitiannya ”Analisis Konvergensi Nominal dan Riil diantara Negara-negara ASEAN_5, Jepang, dan Korea Selatan” menggunakan analisis ekonometrika Vector Autoregression VAR yang dilanjutkan dengan Vector Error Correction Model VECM. Program yang digunakan adalah Eviews.4.1 dan variabel yang digunakan adalah IPX sebagai proksi dari pendapatan nasional serta CPI untuk mengukur tingkat inflasi. Data yang digunakan adalah data bulanan dari Januari 1990 hingga Desember 2005. Negara-negara yang digunakan adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada konvergensi nominal dan riil di antara negara-negara tersebut kecuali Indonesia. Konvergensi riil juga terjadi di antara ASEAN dan Korea Selatan kecuali Indonesia.

2.6. Kerangka Pemikiran