menghadapi anak tersebut. Tetapi yang perlu diingat adalah bagaimana sebuah karakteristik dinilai sangat tergantung pada kesesuaiannya dengan lingkungan.
Ketika seorang anak diidentifikasi sebagai anak yang “sulit”, orang lain akan memperlakukan anak dengan cara tertentu yang justru mendorong timbulnya
peri laku “sulit” tersebut.
Salah satu faktor di dalam keluarga yang mempunyai peran penting dalam pembentukan kepribadian anak adalah pengasuhan. Proses pengasuhan dapat
berupa interaksi anak dengan lingkungan, penyesuaian hidup anak, pemenuhan tanggung jawab anak, proses mendukung dan menolak keberadaan anak dengan
orangtua, serta perlindungan anak terhadap lingkungan sosialnya.
2.4 Anak usia 4-6 tahun
Anak usia 4-6 tahun tergolong dalam anak usia dini dimana pada usia tersebut anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Pada usia 4-6 tahun biasanya anak mengikuti program Taman Kanak-Kanak TK. Dalam Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-
kanak 2011 menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak TK dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun. Menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 28 ayat 3 menyatakan bahwa Pendidikan Taman Kanak-kanak TK adalah pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik
psikis dan fisik meliputi moral dan nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik motorik dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar.
Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, tetapi yang lebih utama
agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan berupa kemampuan fisik motorik, intelektual, bahasa, sosial dan emosi sesuai dengan tingkat usianya. Aspek
perkembangan sosial emosional sangat penting dalam membentuk kepribadian anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Adapun karakteristik perkembangan sosial yang dimiliki anak usia 4 sampai 6 tahun adalah gambaran tentang pemahaman diri yang semakin konkret
dan hubungan sosialnya dengan teman sebaya atau orang lain juga semakin meningkat. Dengan bertambahnya usia, anak lebih banyak bermain dan
bersosialisasi dengan orang lain. Anak sudah bisa memahami dirinya sendiri untuk bersikap kooperatif, mampu menyesuaikan diri, memiliki rasa percaya diri
dan mematuhi aturan yang berlaku di masyarakat. Sedangkan karakteristik perkembangan emosi yang muncul pada anak
adalah anak dengan cepat belajar marah karena marah merupakan cara yang sederhana dan mudah untuk memuaskan kebutuhannya. Setelah itu munculnya
sifat egosentris, ditandai dengan keinginan anak untuk selalu menang dan selalu ingin mendapatkan apa yang ia inginkan. Rasa ingin tahu yang tinggi, empati
anak juga sudah mulai berkembang karena anak mulai merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain. Pada usia 4 sampai 6 tahun, anak-anak sudah
memahami konsep emosi yang lebih kompleks seperti rasa takut, malu, sedih, gembira, cemburu, cemas, kecewa, dan rendah diri.
Upaya yang
dilakukan oleh
orangtua atau
pengasuh untuk
mengoptimalkan perkembangan sosial dan emosional pada anak usia 4 sampai 6 tahun Wiyani, 2014: 160 diantaranya: memberikan perhatian kepada anak,
memenuhi kebutuhan anak, mengenalkan berbagai emosi positif dan negatif beserta dampaknya, menciptakan perilaku yang positif melalui latihan-latihan
dalam bentuk pembiasaan rutin, memberikan penguatan tehadap perilaku anak baik itu perilaku positif maupun perilaku negatif, memberikan kesempatan pada
anak untuk memilih dan mengaktualisasikan kegemarannya, menjalin komunikasi dengan anak secara efektif, memberikan contoh perilaku yang baik melalui
pembiasaan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan kegiatan bermain sosial yang melibatkan suatu aturan.
2.5 Penelitian Relevan