Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelekatan Attachment

pada figur lekat pengganti yaitu tetangga, dapat menyebabkan berpindahnya perkembangan kelekatan dari orangtua ke orang lain. Disatu sisi keberadaan figur lekat pengganti menjadi sangat penting agar timbul kelekatan yang aman pada anak. Namun disisi lain jika ibu masih ada tetapi karena ada sesuatu hal yaitu ditinggal bekerja atau bahkan orangtua meninggal, maka kelekatan akan muncul pada figur lekat yang lain sehingga menimbulkan rasa ketidakmampuan peran ibu. Artinya, segala perilaku, norma, dan prinsip-psrinsip hidup yang sudah diterapkan dan ditanamkan sejak dini oleh orangtua dapat bergeser ke orang lain yang menjadi figur lekatnya.

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelekatan Attachment

Pembentukan pola kelekatan pada anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Soetjiningsih 2012: 163 menyatakan bahwa pembentukan pola kelekatan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kondisi anak dan kondisi lingkungan. 2.1.6.1 Kondisi Anak Anak harus belajar membedakan ibu figur lekat dengan orang lain. Kondisi penglihatan dan pendengaran anak juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perkembangan kelekatan yang mendukung yaitu kemampuan perseptual telah muncul. Kira-kira usia tiga bulan merupakan saat-saat untuk mengembangkan kelekatan. Akhir bulan keenam, kondisi persepsi dan neurologis anak telah cukup berkembang yang merupakan masa peka untuk mengembangkan tingkah laku lekat. Berdasarkan penelitian Schaffer Bowlby, 1981 mengemukakan bahwa pada usia 12 bulan, 19 dari 20 bayi yang diteliti telah benar-benar mengembangkan kelekatan, dapat dikatakan bahwa sampai dengan awal tahun pertama merupakan masa-masa kelekatan berkembang. Anak harus sudah memahami bahwa seseorang mempunyai sifat permanen dan mandiri, meskipun tidak tampak dalam jangkauan pandang anak. Jika hal ini telah terpenuhi dan semakin matangnya kemampuan kognisi anak, maka anak dapat memperkirakan apa yang dilakukan ibu walaupun ibu tidak berada dalam jangkauannya. 2.1.6.2 Kondisi Lingkungan Lingkungan sebagai tempat berkembang anak harus memberi kesempatan yang cukup. Salah satu bentuknya adalah bayi harus mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan figur yang spesifik dan berkesinambungan secara tetap, serta mampu memenuhi kebutuhan anak dengan cepat dan tepat. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Harlow Mussen, dkk., 1980 tentang pemberian makan disertai kehangatan dengan menggunakan kera. Anak kera tidak mau lekat pada “ibu besi” yang hanya memberi makan tanpa kehangatan. Kera-kera tersebut hanya mau datang bila butuh makan saja, setelah itu meninggalkannya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pembentukan pola kelekatan menurut Santrock 2012: 210 adalah temperamen anak. Temperamen anak mempunyai akibat langsung terhadap figur lekat yang dimilikinya. Anak dengan temperamen sulit akan membentuk pola kelekatan tidak aman dengan figur lekatnya, tetapi bagi anak yang memiliki sifat mudah marah bisa jadi menghambat pola kelekatan yang aman. Hal tersebut tidak akan terjadi apabila ibu atau figur lekat memiliki keterampilan untuk menghadapi temperamen anak. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor kelekatan dipengaruhi oleh kondisi anak, kondisi lingkungan dan temperamen. Kondisi anak, bahwa masa-masa sensitif munculnya tingkah laku lekat pada anak adalah pada enam bulan pertama. Kelekatan akan tampak dalam bentuk tingkah laku yang bertujuan setelah anak menguasai konsep permanensi objek seseorang yang mempunyai sifat permanen atau tetap. Kondisi lingkungan yaitu munculnya suatu kelekatan karena adanya proses belajar dimana terjadi interaksi antara anak dengan figur lekatnya, terutama dengan ibu. Dalam lingkungan, anak harus mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan figur lain secara tetap. Ditambahkan oleh Santrock bahwa temperamen dapat mempengaruhi pola pembentukan kelekatan dan mempunyai akibat langsung terhadap figur lekat yang dimilikinya.

2.2 Temperamen