4.4 Fasilitas Penunjang Perikanan
Salah satu cara untuk melancarkan kegiatan usaha perikanan adalah tersedianya sarana maupun prasarana seperti adanya tempat pendaratan ikan
tangkahan, adanya tempat pengolahan ikan dan adanya pedagang atau retailer untuk mendistribusikan hasil tangkapan para nelayan.
Di daerah Sibolga terdapat 18 unit tangkahan, 171 unit tempat pengolahan ikan perebusan 77 unit dan pengeringan 94 unit, pabrik es sebanyak 2 unit dan
adanya pedagangretailer sebanyak 508 jiwa pengecer 291 jiwa dan pengirim ikan 217 jiwa. Tangkahan-tangkahan yang ada disana berfungsi sebagai tempat
pendaratan ikan hasil tangkapan dalam keadaan segar. Ikan-ikan yang menjadi hasil tangkapan tersebut ada yang dijual dalam keadaan segar dan ada yang dijual
dalam bentuk olahan seperti ikan asin, ikan pindang, ikan kering dan lain-lain. Ikan-ikan tersebut dijual oleh pedagang pengecer dan pedagang pengirim ke
daerah Padangsidimpuan, ke daerah Balige, Samosir, Porsea dan ke daerah lain. Untuk melihat perkembangan unit usaha pengolahan ikan Sibolga tahun 2000-
2004 dapat dilihat Gambar 7.
85 70
85 70
95 77
95 77
94 77
20 40
60 80
100
J u
m la
h u
n it
2000 2001
2002 2003
2004
Tahun
Pengeringan Perebusan
Gambar 7. Perkembangan unit usaha pengolahan ikan tahun 2000-2004 di Sibolga 36
5 HASIL PENELITIAN
5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine
Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat
bantu penangkapan dan metode pengoperasian alat tangkap.
5.1.1 Unit penangkapan purse seine 1 Alat tangkap purse seine
Purse seine merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan yang ada di Sibolga selain bubu. Jumlah alat tangkap purse
seine di Sibolga relatif konstan dimana sejak tahun 2000 sampai 2002 tidak mengalami pertambahan yaitu sebanyak 204 unit. Pada tahun 2003 mengalami
pertambahan sebanyak 49 unit menjadi 253, tetapi pada tahun 2004 tidak mengalami pertambahan lagi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.
204 204
204 253
253
50 100
150 200
250 300
J u
m la
h u
n it
2000 2001
2002 2003
2004
Tahun
Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 2000-2004.
Purse seine yang dioperasikan oleh para nelayan Sibolga memiliki konstruksi yang hampir sama dengan purse seine yang dioperasikan oleh para
nelayan yang ada di daerah lain di Propinsi Sumatera Utara. Pada umumnya jaring purse seine yang digunakan memiliki panjang antara 500 – 1000 meter dengan
lebar rata-rata 50 meter. Srampad selvadge terdapat pada bagian atas, samping kirikanan dan bawah dari pukat cincin yang bertujuan untuk memperkuat pukat
cincin sewaktu dioperasikan terutama pada waktu hauling. Srampad ini juga terbuat dari bahan polyethylene dengan ukuran mata 2 inchi.
Bahan utama pembuat jaring purse seine adalah polyamide dengan ukuran mata jaring berkisar antara 3-4 cm. Tali ring berfungsi untuk
menggantungkan cincin yang terdapat pada bagian tali ris bawah, tali ini terbuat dari polyethylene dengan diameter 15 mm dengan panjang 100 meter. Sedangkan
tali kolor purse line berguna untuk mengkerucutkan pukat cincin pada bagian bawah pada saat hauling setelah pukat tersebut selesai dilingkarkan. Apabila
seluruh ring telah terkumpul maka cincin pada bagian bawah akan berkumpul menjadi satu dan akan membentuk seperti lingkaran. Panjang tali ini kolor ini bisa
mencapai 1,5 kali panjang alat tangkap purse seine Pelampung yang digunakan pada alat tangkap purse seine berwarna
putih atau coklat dengan ukuran diameter 11 cm dan panjang 20 cm. Pelampung ini terbuat dari bahan polyvinyl chloride. Gambaran umum berikut komponen alat
tangkap purse seine di Sibolga dapat dilihat pada Lampiran 3. Para nelayan purse seine di Sibolga dalam mengoperasikan alat
tangkapnya dalam satu trip membutuhkan 4 hari operasi. Dalam satu bulan mereka mampu melakukan operasi penangkapan sebanyak 5 trip. Jumlah trip
yang dapat dilakukan dalam setahun adalah sebanyak 50 trip, karena alat tangkap tersebut hanya dapat dioperasikan selama 10 bulan dalam setahun. Karena pada
saat tertentu para nelayan tidak pergi melaut disebabkan karena adanya musim badai dan pada waktu tersebut pada umumnya mereka melakukan docking untuk
melakukan perawatan serta perbaikan terhadap armada purse seine. Pada saat musim puncak, jumlah trip yang dilakukan oleh nelayan di sana rata-rata
sebanyak 15 trip, musim sedang 25 trip dan musim paceklik 10 trip.
2 Kapal purse seine
Untuk menangkap ikan pelagis kecil yang terdapat di perairan Sibolga nelayan purse seine menggunakan kapal dengan ukuran 30-50 GT yang
dilengkapi dengan alat bantu penangkapan seperti fish finder. Untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul pada suatu area mereka menggunakan lampu
halogen yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kapal. 38
Bahan utama pembuat kapal tersebut adalah dari kayu yang terdapat di sekitar daerah Sibolga. Adapun jenis-jenis kayu yang digunakan adalah kayu
meranti, damar laut dan kayu rasak. Umumnya kapal purse seine yang ada di sana memiliki panjang 15 - 22 meter dengan lebar 3,5 – 5 meter dan tinggi
dalam 2 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki tonase 30 -50 GT dengan mesin utama kapal berkekuatan 120 sampai 300 PK, dengan merek yang berbeda seperti
Yanmar, Nissan, dan Mitsubishi. Kapal purse seine itu memiliki beberapa ruangan yaitu ruang palka,
ruang mesin, ruang kemudi dan gudang. Ruang palka terdapat pada haluan bagian bawah, sedangkan gudang terdapat pada bagian belakang buritan. Ruang kemudi
terdapat pada bagian tengah kapal. Gambaran umum dari bentuk kapal purse seine yang ada di Sibolga dapat dilihat pada Lampiran 4.
3 Nelayan
Sebagaimana bentuk usaha yang lain, pada kapal purse seine juga terdapat tenaga kerja atau anak buah kapal ABK yang bertugas untuk
menjalankan kegiatan penangkapan ikan. Jumlah ABK tersebut sekitar 17 orang. Pembagian tugas masing-masing ABK dan komposisi jumlahnya dapat dilihat
pada Tabel 2. Tabel 2. Pembagian tugas dan keuntungan pada kapal purse seine di Sibolga
No. Perincian tugas
Jumlah orang Pembagian pendapatan
Keuntungan 40 BagianABK
Jlh bagian 1
juru mudi 1
2 2
4.32 2
juru mesin 1
1,5 1.5
3.24 3
penata pelampung 2
1 2
4.32 4
Penarik pelampung 2
1 2
4.32 5
penarik jaring 8
1 8
17.30 6
penata pemberat 1
1 1
2.16 7
penata tali kolor 2
1 2
4.32 Jumlah
17 18.5
40.00
Ikan-ikan yang telah ditangkap kemudian dijual ke tempat pendaratan ikan. Sistem bagi hasil antara pemilik modal dengan ABK adalah 60 : 40. Dari
bagian yang 40 tersebut masing-masing juru mudi mendapat 2 bagian, juru mesin mendapat 1,5 bagian dan ABK mendapatkan 1 bagian Tabel 2
4 Alat bantu penangkapan
Dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan, nelayan purse seine di Sibolga menggunakan alat bantu fish finder,lampu dan rumpon. Fish finder
digunakan untuk mencari daerah gerombolan ikan yang terdapat di perairan. Lampu digunakan untuk menarik perhatian ikan agar terkonsentrasi dan
berkumpul pada suatu catchable area. Lampu sangat efektif digunakan pada malam hari, karena tingkah laku ikan yang hidup pada daerah permukaan ikan
pelagis memiliki sifat phototaksis positif yang berarti bahwa ikan-ikan pelagis akan terpengaruh dengan adanya cahaya. Jadi ikan-ikan yang masih jauh berada
dari catchable area akan mendekat menuju tempat sumber cahaya. Rumpon juga memiliki fungsi yang sama dengan lampu yaitu untuk mengumpulkan ikan pada
suatu catchable area. Umumnya rumpon digunakan pada siang hari.
5.1.2. Metode pengoperasian purse seine
Sebelum melakukan kegiatan penangkapan, para nelayan terlebih dahulu mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan selama operasi penangkapan
mulai berangkat dari fishing base menuju fishing ground dan kembali ke fishing base. Nelayan yang ada di Sibolga tidak memiliki suatu daerah fishing ground
tertentu tetapi mereka mendeteksi suatu gerombolan ikan berdasarkan fish finder. Tetapi berdasarkan pengalaman, mereka sudah bisa melihat bahwa dalam suatu
perairan tertentu banyak terdapat ikan. Hal ini ditandai dengan adanya tanda- tanda alam seperti terdapat burung camar di atas permukaan perairan, adanya
buih di tengah-tengah perairan. Apabila tanda-tanda alam tersebut sudah ditemukan, maka nelayan akan
bersiap-siap untuk melakukan setting penurunan alat tangkap ke perairan. Untuk mengumpulkan ikan yang masih jauh dari daerah catchable area maka lampu
dinyalakan sekitar 40 menit. Setelah ikan mulai terkumpul, secara perlahan-lahan lampu akan dipadamkan. Setelah dilakukan pemadaman lampu barulah dilakukan
setting. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan setting adalah arah renang dan kecepatan renang dari ikan tersebut. Penentuan ini harus cepat ditentukan
mengingat ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan pelagis yang memiliki kemampuan renang yang cepat. Kemampuan renang ikan yang cepat itu
bertujuan untuk bisa memburu mangsa serta untuk menghindarkan diri dari predator. Apabila kegiatan setting telah selesai dilakukan, barulah tali kolor
ditarik, sehingga bagian bawah dari jaring tersebut mengkerucut sehingga ikan akan terkumpul pada bagian kantong dari jaring. Ikan-ikan yang terdapat pada
kantong tersebut diangkat dengan menggunakan serok ke atas kapal, kemudian dimasukkan ke dalam palka. Apabila hasil tangkapan sudah mencukupi ± 2 ton,
maka kegiatan penangkapan tidak akan dilakukan lagi. Tetapi jika hasil tangkapan masih dirasa kurang, maka dicari fishing ground yang baru dan dilakukan setting
lagi. Setelah kegiatan penangkapan selesai baru kembali menuju fishing base. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Metode pengoperasian purse seine 42
Mulai
Fishing base
Mencari fishing ground
Tiba di Fishing ground
Penyalaan lampu ± 1 jam
Pemadaman lampu secara bertahap ± 30 menit
Setting ± 1 jam
Hauling ± 1 jam
Pengangkatan hasil tangkapan
Penanganan hasil tangkapan
Kurang ± 2 ton ?
Selesai Ya
Tidak
5.2.Aspek Biologi
Aspek biologi ini digunakan untuk melihat tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan, sehingga menghasilkan jumlah hasil tangkapan yang
maksimum dan berkelanjutan tanpa merusak kelestarian sumberdaya ikan. Oleh karena itu perlu diketahui nilai maximum sustainable yield MSY yang
menunjukkan jumlah potensi lestari yang boleh ditangkap, sehingga tidak menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap sumberdaya yang ada. Pada aspek
biologi ini, yang akan dibahas adalah mengenai hasil tangkapan dan fungsi produksi lestari ikan pelagis kecil. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan data
tentang produksi serta upaya penangkapan effort serta CPUE dari beberapa jenis alat tangkap yang menangkap ikan pelagis kecil di perairan laut Sibolga.
Data tersebut berupa data time series lima tahun terakhir yaitu tahun 2000-2004. Perkembangan produksi, effort dan CPUE dapat dilihat pada Gambar
10serta Lampiran 5 dan 6. Perkembangan produksi, upaya penangkapan effort dan CPUE tahun 2000-2004 berfluktuasi dan cenderung menurun. Produksi ikan
pelagis kecil paling tinggi di Sibolga terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 32.087,4 ton, dengan jumlah CPUE sebesar 1, 47 tontrip. Produksi terendah
terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 16.3999 ton tahun dengan nilai CPUE sebesar 0,9 tontrip.
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000
2000 2001
2002 2003
2004
Tahun
P r
o d
u k
s i
t o
n t
E ff
o r
t t
r ip
0.5 1
1.5 2
C P
U E
to n
t r
CPUE tontrip Produksi tonthn
Total effort
Gambar 10. Perkembangan produksi hasil tangkapan ikan pelagis kecil, upaya penangkapan effort serta CPUE dari gabungan alat tangkap ikan
pelagis kecil di kota Sibolga tahun 2000-2004. 43
Nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 1,53 tontrip dan yang paling rendah terjadi pada tahun 2003, yaitu sebesar 0,9 tontrip. Jumlah
total produksi ikan pelagis kecil yang ditangkap oleh gabungan seluruh alat tangkap selama lima tahun adalah sebesar 125.904,2 ton, dengan rata-rata
produksi untuk setiap tahunnya sebesar 25.180,84 ton tahun Untuk dapat mengetahui lebih jelas tentang kecenderungan produktivitas
dari gabungan seluruh alat tangkap, harus diketahui hubungan antara CPUE dengan effort. Hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan effort dapat
digambarkan pada Gambar 11.
y = -0.0052x + 1206.5
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000
Effor t tr ip C
P U
E K
g t
r
Hub. CPUE dan Ef f ort Garis trend
Gambar 11. Hubungan antara CPUE dengan effort untuk penangkapan ikan pelagis kecil dari gabungan alat tangkap di perairan laut Sibolga tahun
2000-2004.
CPUE merupakan jumlah hasil tangkapan per satuan upaya effort. Hubungan antara kedua parameter tersebut memiliki korelasi negatif, yang berarti
semakin tinggi jumlah effort maka akan menyebabkan penurunan nilai CPUE. Nilai produksi maksimum lestari C
MSY
ikan pelagis dengan menggunakan alat tangkap yang telah distandarisasi adalah sebesar 70.200,36
tontahun. Nilai ini menunjukkan tingkat produksi maksimum lestari ikan pelagis yang boleh ditangkap di perairan laut Sibolga. Selanjutnya berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan program MAPLE 8 dapat pula diketahui upaya penangkapan yang optimum E
MSY
yaitu sebesar 116.366 triptahun. Upaya 44
penangkapan tersebut merupakan gabungan dari beberapa jenis alat tangkap yang terdiri dari purse seine, bagan perahu, jaring insang hanyut dan jaring insang tetap
Hubungan kuadratik antara upaya penangkapan ikan dengan produksi ikan pelagis di perairan laut Sibolga dari gabungan alat tangkap dapat dilihat pada Gambar 12.
2002 2000
2003 2004
2001
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000
20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 200000 220000 240000
Effort Trip P
r o
d u
k si
to n
Gambar 10. Hubungan antara hasil tangkapan ikan pelagis kecil dengan upaya penangkapan effort dari gabungan seluruh alat tangkap di perairan
laut Sibolga.
Berdasarkan Gambar 12 terlihat bahwa hubungan antara upaya penangkapan purse seine dengan hasil tangkapan ikan pelagis membentuk
parabola sempurna fungsi kuadratik yang berarti bahwa setiap adanya penambahan tingkat upaya penangkapan E akan menghasilkan jumlah hasil
tangkapan C yang bertambah pula sampai mencapai titik maksimum. Tetapi apabila terjadi penambahan upaya yang terus menerus berlanjut setelah
melampaui titik maksimum tersebut, maka akan terjadi penurunan hasil tangkapan.
5.2.1 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan DPI
CMSY = 70.200,36 tonthn
EMSY = 116.366 tripthn
Daerah penangkapan ikan fishing ground merupakan suatu daerah dimana banyak terdapat gerombolan ikan. Para nelayan purse seine di Sibolga
menggunakan alat bantu fish finder dan rumpon untuk menentukan daerah penangkapan yang potensial dalam kegiatan penangkapan. Tanda-tanda alam
yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan suatu daerah penangkapan adalah adanya burung yang terbang di atas perairan dan sesekali burung tersebut
menukik ke dalam perairan untuk mendapatkan ikan. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan para nelayan yang ada di Sibolga, pada umumnya
mereka tidak memiliki daerah fishing ground untuk melakukan penangkapan ikan. Tetapi mereka menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pada
pengalaman mereka saja. Para nelayan tersebut biasanya melakukan penangkapan di sekitar pulau Mursala, Pantai Barat Sumatera yang meliputi daerah Padang,
Aceh dan ada juga yang sampai ke Bengkulu. Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di sana
berlangsung sepanjang tahun. Musim puncak untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan umumnya terjadi pada bulan Pebruari sampai Mei. Pada bulan
Juni sampai bulan Oktober merupakan musim sedang dimana jumlah hasil tangkapan tidak terlalu banyak. Sedangkan musim paceklik berlangsung antara
November sampai Januari.
5.2.2 Jenis hasil tangkapan
Ikan-ikan yang menjadi hasil tangkapan purse seine di Sibolga adalah ikan pelagis khususnya ikan pelagis kecil. Jenis ikan yang tertangkap bermacam
macam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di tangkahan-tangkahan tempat pendaratan ikan yang ada di Sibolga dapat diketahui bahwa jenis ikan yang
tertangkap pada umumnya adalah ikan tongkol Euthynnus affinis, ikan kembung Rastrelliger Sp, ikan layang Decapterus russelli, ikan tembang Fringescale
sardinella, dan ikan selar Selar crumenopthalmus.
5.3 Aspek Bio-ekonomi
Pendugaan parameter biologi hanya digunakan untuk melihat nilai C
MSY
dan E
MSY
, sehingga belum bisa menentukan tingkat pemanfaatan maksimum secara ekonomi. Oleh karena itu digunakan model bio-ekonomi model Gordon-
Schaefer dengan cara memasukkan harga ikan per kg p yang dikalikan dengan produksi hasil tangkapan kemudian dikurangi biaya keseluruhan total cost.
Aspek ini bertujuan untuk melihat berapa keuntungan maksimum yang bisa dihasilkan dari usaha penangkapan ikan pelagis kecil.
Hasil tangkapan purse seine menunjukkan produksi ikan pelagis pada tingkat upaya tertentu. Pada saat produksi dalam keadaan rendahmenurun, tentu
para nelayan akan berusaha menambah jumlah upaya sehingga akan menimbulkan jumlah penerimaan yang bertambah pula. Perlu diketahui bahwa penambahan
tingkat upaya akan menyebabkan terjadinya penambahan biaya juga. Untuk dapat mengetahui berapa jumlah biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan purse
seine per trip dan per tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pembiayaan operasional nelayan purse seine per trip dan per tahun di
Sibolga
No. Uraian
Satuan Nilai
Nilai Akhir
1 Biaya Operasional Nelayan Per trip
Solar Rp.trip
800.000 800.000
Oli Rp.trip
100.000 100.000
Minyak tanah Rp.trip
100.000 100.000
Ransum Rp.trip
1.000.000 1.000.000
Es Rp.trip
250.000 250.000
Sub Total Rp.trip
2.250.000 2 Biaya Operasional Tahunan
Biaya Operasional Rp.tahun
112.500.000 Biaya Retribusi
Rp.tahun 7.256.250
Total Biaya Operasional Rp.tahun
119.756.250 Sumber : Data primer 2004
Untuk memprediksi keuntungan maksimum yang bisa diperoleh haruslah diketahui harga ikan pelagis hasil tangkapan purse seine. Berdasarkan wawancara
yang telah dilakukan pada nelayan dapat diketahui bahwa harga ikan berbeda, tergantung pada permintaan konsumen dan musim ikan. Harga ikan di Sibolga
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu, harga ikan pada musim puncak yaitu sebesar Rp 5000 per kg, harga pada saat musim sedang sebesar Rp 6000 per
kg dan harga ikan pada musim paceklik sebesar Rp 7000 per kg. Harga ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga ikan rata-rata yaitu Rp 6.000. Harga
ikan pada musim puncak lebih rendah dari pada musim sedang dan paceklik, hal ini disebabkan karena produksi pada saat musim ini tinggi.
Jumlah produksi, trip effort, penerimaan, biaya dan keuntungan dari gabungan alat tangkap pada kondisi aktual, MSY, MEY dan open acces dapat
dilihat Lampiran 7, sedangkan untuk alat angkap purse seine dapat dilihat pada Lampiran 8. Kondisi aktual adalah kondisi yang menggambarkan tentang
keadaan pengelolaan perikanan yang terjadi pada saat sekarang , yaitu yang terjadi lima tahun terakhir. Kondisi MSY adalah kondisi yang menggambarkan tentang
jumlah produksi maksimum yang boleh ditangkap secara berkelanjutan tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Kondisi MEY adalah kondisi yang
menggambarkan tentang keadaan yang dapat memberikan keuntungan optimum tanpa merusak kelestarian sumberdaya yang ada. Sedangkan kondisi open acces
menjelaskan tentang keadaan perikanan, dimana setiap orang bebas melakukan kegiatan penangkapan terbuka bagi siapa saja yang ingin melakukan kegiatan
penangkapan. Pada kondisi inilah jumlah keuntungan yang diperoleh hanya mampu meutupi biaya operasional break even point. Jumlah produksi dari
gabungan seluruh alat tangkap dan alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Gambar 13 dan Lampiran 7 dan 8.
25180.84 13471
70200.36 37555
63418.97 33927
60149.28 32178
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000 80000
P r
o d
u k
s i
t o
AKTUAL MSY
MEY Open
Acces
Kondisi
Total Purse seine
Gambar 13. Jumlah produksi dari gabungan alat tangkap dan alat tangkap purse seine pada masing-masing kondisi di perairan Sibolga.
Hasil tangkapan yang diperoleh pada kondisi MSY di kota Sibolga tahun 2000-2004 sebesar 70.200 ton. Hasil tangkapan tersebut lebih besar jika
dibandingkan dengan hasil tangkapan pada saat konsisi pengelolaan aktual, MEY dan open acces. Hasil tangkapan ikan pada kondisi MSY merupakan hasil
tangkapan maksimum lestari. Pengelolaan sumberdaya ikan dari ketiga kondisi di 48
atas tidak boleh melewati produksi maksimum lestari karena akan mengakibatkan sumberdaya ikan pelagis menjadi tidak berkelanjutan untuk pengelolaan di masa
yang akan datang sustainable Jika dilihat dari jumlah produksi alat tangkap purse seine pada masing-
masing kondisi dapat diketahui bahwa jumlah tersebut masih jauh dari nilai MSY ikan pelagis kecil di Sibolga. Oleh karena itu harus dicari bagaimana cara
mengoptimalkan jumlah produksi tersebut. Pada masing-masing kondisi MEY, MSY dan open acces purse seine memberikan kontribusi yang cukup besar untuk
dapat meningkatkan produksi agar sesuai dengan yang diharapkan yaitu sebesar 53,50 , bagan perahu sebesar 35,05 , alat tangkap jaring insang hanyut sebesar
0,99 dan jaring insang tetap sebesar 10,46 . Perbandingan upaya penangkapan antara seluruh alat tangkap dengan
alat tangkap purse seine pada kondisi aktual, MSY, MEY dan Open acces dapat dilihat pada Gambar 14 dan Lampiran 7 dan 8. Gambar tersebut memperlihatkan
bahwa jumlah upaya penangkapan yang dilakukan oleh seluruh alat tangkap di kota Sibolga pada kondisi pengelolaan open acces sebesar 160.398 trip per tahun.
Jumlah upaya trip pada kondisi ini lebih besar daripada ketiga kondisi aktual, MEY dan MSY karena siapa saja bebas untuk melakukan kegiatan usaha
penangkapan ikan. Kemudian kondisi yang paling tinggi setelah open acces adalah pada kondisi pengelolaan MSY dimana jumlah tripnya adalah sebesar
116.366 trip per tahun. Nilai ini lebih besar daripada jumlah trip pada saat MEY dan aktual dimana jumlah trip pada saat MEY adalah sebesar 80.199 trip dan pada
saat aktual sebanyak 23.370 trip 49
23370 12502
116366 62254
80199 42905
160398 85810
20000 40000
60000 80000
100000 120000
140000 160000
180000
E ff
o r
t t
r ip
t
AKTUAL MSY
MEY Open
Acces
Kondisi
Total Purse seine
Gambar 14. Jumlah effort dari gabungan alat tangkap dan alat tangkap purse seine pada masing-masing kondisi di Sibolga.
Jumlah trip upaya dari alat tangkap purse seine pada kondisi aktual adalah sebanyak 12.502 trip per tahun. Jumlah ini masih jauh dari jumlah trip
pada saat MSY dimana jumlah trip purse seine pada kondisi ini adalah sebanyak 62.254 triptahun. Oleh karena itu masih terbuka peluang untuk penambahan
upaya penangkapan. Pada kondisi open access jumlah trip purse seine adalah sebanyak 85.810. Apabila kegiatan usaha penangkapan ikan masih terus
dilakukan hingga melewati nilai ini, maka kegiatan usaha tersebut akan mengalami kerugian.
Keuntungan usaha perikanan pelagis pada saat kondisi aktual, MSY, MEY dan Open Acces dapat dilihat pada Gambar 15 dan Lampiran 7 dan 8.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa keuntungan tertinggi yang diperoleh dari ikan pelagis kecil yang ditangkap oleh seluruh alat tangkap adalah pada tingkat
MEY yaitu sebesar Rp 200.066,04 juta. Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan optimum diperoleh pada kondisi tersebut tanpa merusak kelestarian
sumberdaya yang ada. Nilai keuntungan ini akan terus berkurang sampai mencapai nilai titik pulang modal break even point yaitu pada kondisi
pengelolaan open acces. Apabila upaya penangkapan ikan terus menerus dilakukan sehingga melewati nilai titik pulang modal maka akan mengakibatkan
kerugian bagi nelayan. 50
98502.08 52697
159378.65 85259
200066.04
107026
50000 100000
150000 200000
250000
K e
u n
tu n
g a
j u
ta r
u p
ia
AKTUAL MSY
MEY Open Acces
Kondisi
Total Purse seine
Gambar 15. Jumlah keuntungan dari gabungan seluruh alat tangkap dengan alat tangkap purse seine pada masing-masing kondisi di Sibolga.
Untuk alat tangkap purse seine jumlah keuntungan tertinggi diperoleh pada kondisi MEY juga, dimana jumlah keuntungan yang dapat diperoleh adalah
sebesar Rp 107.025,75 juta. Selanjutnya pada saat open acces, nelayan tidak memperoleh keuntungan lagi.
Untuk melihat hubungan antara total penerimaan dan biaya penangkapan dari keseluruhan alat tangkap untuk menangkap ikan pelagis kecil dapat dilihat
pada Gambar 16. Gambar tersebut menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan pelagis kecil pada kondisi saat ini masih berada di bawah kondisi MEY dan MSY.
Hal yang sama juga terjadi pada tingkat upaya penangkapan effort yang masih berada di bawah kondisi MEY dan MSY. Ini menunjukkan bahwa pemanfaatan
sumberdaya ikan pelagis kecil di Sibolga masih belum optimum. Oleh karena itu masih terbuka peluang untuk memanfaatkan sumberdaya ikan tersebut.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000 80000
25000 50000
75000 100000
125000 150000
175000 200000
225000
Effort Tripthn
P ro
d u
k s
i T
o n
t h
n
Gambar 16. Keseimbangan Bio-ekonomi Gordon – Schaefer untuk pengelolaan ikan pelagis kecil dari gabungan alat tangkap di kota Sibolga.
Untuk mendapatkan keuntungan yang optimum, maka pemanfaatan sumberdaya ikan perlu dibatasi pada kondisi maximum economic yield. Hal ini
disebabkan karena tingkat pengupayaan pada keadaan ini akan memberikan keuntungan yang optimum dan efisien serta tidak akan menyebabkan terjadinya
kepunahan sumberdaya ikan akibat adanya upaya penangkapan yang berlebihan. Jumlah effort pada kondisi aktual, yaitu sebesar 23.370 triptahun masih jauh di
bawah jumlah effort pada kondisi MSY 116.366 triptahun dan MEY 80.199 triptahun.
5.4 Analisis Finansial