Sebagai media untuk mempelajari peran jenis kelamin, melalui bermain anak belajar tentang peran dan tingkah laku apa yang diharapkan dari
seorang anak perempuan atau laki-laki.
c. Jenis bermain
Anak usia 2 tahun melakukan kegiatan main untuk membangun skema mental melalui interaksi dengan objek, manusia, dan berbahasa. Anak-
anak dengan senang melakukan berbagai gerakan saat bereksplorasi menggunakan mata, pendengaran, dan inderawi lainnya saat bermain
dengan lingkungan mereka. Seiring dengan pertumbuhan usia, fungsi bermain kemudian akan membangun aspek lain yang melibatkan
keterampilan sosial mereka seperti rasa percaya diri saat mereka mampu meraih berbagai kecakapan lainnya.
Jenis-jenis bermain diungkapkan oleh Smilansky dalam Fauziah 2010:111 sebagai berikut :
1 Bermain Simbolik
Bemain dengan menghadirkan sesuatu sebagai simbol, telah dimulai sejak anak berusia dua tahun dan terus berlangsung dalam berbagai
bentuk hingga mereka dewasa. Bermain simbolik terkait dengan permainan konstruktif dan bermain drama.
2 Bermain Konstruktif
Bermain konstruktif menggunakan materi atau obyek terkait fungsi atau lebih canggih lagi dapat terkait dengan simbol. Anak menciptakan
sendiri atau membangun sendiri berbagai materi secara konkrit dan
menghadirkannya sebagai objek. Intinya ialah dalam bermain permbangunan bukan hanya karya yang diperhatikan tetapi yang
terpenting adalah membangun gagasan dan cara berfikir anak itu sendiri. 3
Bermain Drama Bermain drama anak menciptakan sendiri tokoh imajinasi yang mereka
inginkan. Mereka bermain dengan gambar, bereksperimen dengan situasi-situasi yang diinginkan. Jika ada dua anak atau lebih terlibat
dalam permainan itu, maka akan terjadilah permainan sosiodrama. Misalnya mereka akan bermain,”dokter-dokteran, masak-masakan,
kakak- adikan “ atau bermain dengan berbagai tema yang mereka pilih
melalui rundingan negoisasi bersama teman. ketika mereka bermain sendiri, ,mereka akan berbicara sendiri, sesuai dengan fantasi atau
imajinasi mereka sendiri.
C. Bermain peran
Hakikat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata
dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaannya, memperoleh wawasan
tentang sikap, nilai, dan persepsinya, mengembangkan keterampilan sosial dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan
mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.
Pengertian bermain peran adalah salah satu bentuk pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlihat aktif memainkan peran-peran tertentu. Bermain
peran role playing merupakan sebuah permainan dimana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut
sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka
tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditetapkan dan ditentukan, asalkan tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para
pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permainan. Menurut Piaget dalam Mayke S 2003:25-
26 bahwa “bermain peran dengan istilah symbolic play atau make believe play yang ditandai dengan
bermain khayalan dan bermain pura-pura, anak menggunakan berbagai benda sebagai simbol atau representasi benda itu”. Sedangkan menurut
Stasen Berger dan Garvey dalam Mayke 2001:35 bahwa “bermain peran yaitu kegiatan bermain khayal atau pura-pura yang melihatkan
unsur imajinasi dan peniruan terhadap prilaku orang dewasa. Misalnya, bermain dokter-dokteran, ibu-ibuan, masak-masakan, sekolah-sekolahan,
polisi-polisian, dan lain- lain”
“Kegiatan bermain peran memberikan kesempatan kepada anak untuk menciptakan situasi khayalan dimana anak diberi
kesempatan untuk menciptakan situasi khayalan dimana anak diberi kesempatan untuk berekplorasi dengan suatu objek dan
melakukan kegiatan sesuai dengan suatu objek dan melakukan kegiatan sesuai dengan karakter objek tersebut. Menurut Vygotsky
dan Erickson dalam Bambang 2006:35 bahwa “bermain peran disebut juga main simbolik, pura-pura , fantasi , imajinasi atau
main drama sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial ,
dan emosi anak pada usia tiga sampai enam bulan”.
Berdasarka pendapat di atas dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu bermain peran dilaksanakan berdasarkan pengalaman siswa dan isi dari
pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi “disini pada saat ini”. Bermain peran memungkinkan siswa untuk mengungkapkan perasaannya yang
tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaannya untuk mengurangi beban emosional. Dengan demikian, para
siswa dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah
yang pada
gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal. Kegiatan bermain peran berasumsi bahwa proses psiklogis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai
dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, anak dapat menguji sikap
dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah.
D. Manfaat Bermain Peran
Bermain peran bermanfaat untuk mendorong anak turut aktif dalam pemecahan sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain
berbicara mengenai masalah yang sednag dihadapinya. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, peserta didik juga dapat mengeksplorasi
perasaannya, memperoleh wawsan tentang sikap, nilai dan persepsi mengenai suat hal, mengembangkan keterampilan dan sikap dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dan mengeksplorasi inti
permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan Surya 2006:47 manfaat bermain peran yaitu :
1. Mengajarkan pada anak bagaimana memahami dan mengerti
perasaan orang lain 2.
Mengajarkan pembagian
pertanggung jawwaban
dan melaksanakannya
3. Mengajarkan cara menghargai pendapat orang lain
4. Mengajarkan cara mengambil keputusan dalam kelompok
Selain itu menurut Mayke S 2001:58 “bermain peran bermanfaat untuk
membantu penyesuaian diri anak. Dengan memerankan tokoh-tokoh tertentu ia belajar tentang aturan-aturan atau perilaku apa yang bisa
diterima oleh orang lain, baik dalam berperan sebagai ibu, ayah, guru, murid dan
seterusnya”. Anak juga belajar untuk memandang suatu masalah dari kacamata tokoh-tokoh yang ia perankan sehingga
diharapkan dapat membantu pemahaman sosial pada diri anak. Manfaat lain adalah dapat memeproleh kesenangan dari kegiatan yang dilakukan
atas usaha sendiri, belajar.
E. Jenis Bermain Peran
Dilihat dari jenisnya bermain peran terdiri dari bermain peran makro dan bermain peran mikro. Sejalan dengan pendapat mutiah 2010:115
bermain peran terbagi kedalam dua jenis kegiatan yaitu bermain peran makro dan bermain peran mikro. Jenis bermain peran makro adalah yang
sifatnya kerja lebih dari 2 orang bahkan lebih khususmya untuk anak usia