b. Materi IPS juga terkait dengan masalah-masalah sosial
kemasyarakatan dan kebangsaan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta
tuntutan dunia global. c.
Jenis materi IPS dapat berupa fakta, konsep, dan generalisasi, terkait juga dengan aspek kognitif, afektif,
psikomotorik dan nilai-nilai spritual. Dengan demikian ruang lingkup mata pelajaran IPS di SMP dan MTs,
merupakan perpaduan dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, ilmu humaniora, dan masalah-masalah sosial baik
berupa fakta, konsep, dan generalisasi untuk mengembangkan aspek kognitif, psikomotor, afektif, dan
nilai-nilai spiritual yang dimiliki oleh peserta didik.
B. Metode Problem Solving
1. Pengertian metode problem solving
Metode problem solving atau sering juga disebut dengan nama metode pemecahan masalah menurut Sudjana 2008: 85 bukan hanya
sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Problem solving menurut Hamalik 2009: 151
adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu
masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat.
Dari pengertian
beberapa para
ahli maka
peneliti menyimpulkan bahwa metode problem solving merupakan metode
pemecahan masalah yang bertujuan untuk melatih siswa dalam berfikir secara kritis dan memecahkan permasalahan.
2. Karakteristik metode problem solving
Menurut Sanjaya, 2006 : 214 terdapat 3 ciri utama dari metode problem solving atau pembelajaran berbasis masalah. Pertama,
strategi pembelajaran berbasis masalah SPBM atau disebut juga dengan metode problem solving merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengharapkan
siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak
mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis
dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu, sedangkan
empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Untuk
mengimplementasikan SPBM atau metode problem solving, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat
dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di
lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.
Perbedaan metode problem solving dengan metode pembelajaran yang lain adalah metode problem solving mengarahkan
siswa untuk berfikir kritis dalam mengatasi sebuah masalah yang disuguhkan dalam bentuk wacana mengenai suatu masalah yang
dihadapi oleh masyarakat dalam suatu wilayah untuk diselesaikan dan dicari solusinya. Metode problem solving dapat dilakukan secara
individu maupun kelompok dalam kelas. Metode pembelajaran problem solving ini sangat berbeda dengan metode pembelajaran yang
lain karena metode ini tidak hanya membantu siswa untuk menghafal materi dalam bentuk teori saja, melainkan siswa dilatih untuk
menganalisis sebuah masalah dan mencari jalan keluar atau solusi, sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam dunia nyata atau di
lingkungan masyarakat. Metode problem solving juga mampu diterapkan oleh siswa di luar kelas. Siswa yang sudah terbiasa
menggunakan metode problem solving dalam pembelajaran di kelas diharapkan mampu berfikir lebih kritis untuk menghadapi masalah-
masalah yang dihadapi ataupun terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar dan mampu mengambil
keputusan atau solusi untuk menyelesaikan dan menyikapi fenomena- fenomena yang sedang terjadi.
3. Langkah-langkah metode problem solving
Siswa dalam
mencari pemecahan
masalah harus
memperhatikan dan menyesuaikan urutan langkah-langkah pemecahan masalah.
Sudjana 2008:
85, menjabarkan langkah-langkah
pemecahan masalah secara lebih terperinci yaitu sebagai berikut: a.
Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan masalah membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang diperoleh, pada langkah kedua di atas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai
dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai dengan
jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode
lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain. e.
Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpilan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
C. Aktivitas Belajar Siswa dalam Metode Problem Solving