Analisis Sistem Informasi Pengajuan Pindah Siswa Sekolah Dasar (SD) Di Dinas Penddikan Kabupaten Bandung

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Kerja Praktek

Di jurusan Manajemen Informatika terdapat mata kuliah Kerja Praktek (KP) yang harus dilakukan atau dilaksanakan oleh mahasiswa. Kerja praktek yang dilakukan oleh penulis mempunyai tujuan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan nilai dari mata kuliah Kerja Praktek pada semester enam. Selain itu, penulis juga ingin meningkatkan wawasan yang lebih luas dan mendapatkan pengalaman di dunia kerja.

Kerja Praktek juga bermanfaat bagi UNIKOM dan perusahaan atau instansi pemerintahan dimana penulis melaksanakan kerja praktek, manfaat tersebut yaitu terciptanya kemitraan yang baik antara UNIKOM dengan perusahaan atau instansi pemerintahan dan adanya masukan yang bermanfaat yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan atau instansi pemerintahan yang sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama melaksanakan kerja praktek.

Dinas Pendidikan merupakan salah satu instansi pemerintah yang bergerak di bidang pendidikan. Dimana tugas pokok dari dinas pendidikan adalah menentukan kebijakan-kebijakan dan operasional yang berhubungan dengan pendidikan, selain tugas pokok yang lainnya.


(2)

Pada Dinas Pendidikan Kabupaten, khususnya Dinas pendidikan Kabupaten Bandung dilihat dari cara dan prosedur pengajuan pindah siswa Sekolah Dasar (SD) yang dilakukan mulai dari siswa atau dalam hal ini orang tua siswa meminta Surat Permohonan Pindah Sekolah (SPPS) ke Kepala Sekolah, lalu Kepala sekolah memberikan Surat Keterangan Pindah Sekolah (SKPS) kepada orang tua siswa, Orang Tua siswa kemudian ke Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dengan membawa SKPS lalu mendapatkan Surat Keterangan (SK) dari UPTD. Orang tua siswa kemudian membawa SPPS, SKPS, dan SK ke Dinas Pendidikan Kabupaten untuk kemudian di olah, dalam hal ini Bidang TK/SD dan Bidang Data dan Informasi. Bidang Data dan Informasi akan mengolah data dengan aplikasi web yang terhubung secara Nasional dengan menginputkan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) yang mengecek data-data mengenai siswa tersebut, yang kemudian apabila data valid maka orang tua siswa akan mendapatkan Surat Tanda Bukti Pengajuan Pinda Siswa (STBPPS). Dengan Prosedur seperti yang dijelaskan di atas membutuhkan waktu yang lama dan kurang efisien, Maka diperlukan sebuah cara atau prosedur yang cepat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin menganalisis dan mencoba mengusulkan prosedur atau cara pengajuan pindah siswa Sekolah Dasar (SD) di Dinas Pendidikan khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dengan judul Kerja Praktek :


(3)

“ ANALISIS SISTEM INFORMASI PENGAJUAN PINDAH SISWA

SEKOLAH DASAR (SD) DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN

BANDUNG .“

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Prosedur pengajuan pindah siswa SD kurang tepat dan cepat dalam validasi data.

1.2.2. Rumusan Masalah

Bagaimana seharusnya prosedur pengajuan pindah siswa SD agar berjalan lebih baik.

1.3Maksud dan Tujuan Kerja Praktek 1.3.1 Maksud Kerja Praktek

Memberikan analisa dan usulan tentang prosedur pengajuan pindah siswa SD di Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.

1.3.2 Tujuan Kerja Praktek

Memberikan Solusi dan usulan yang lebih baik tentang prosedur pengajuan pindah sekolah khususnya bagi siswa Sekolah Dasar.

1.4Batasan Masalah

1. Analisis Sistem Informasi Pengajuan Pindah Siswa Sekolah Dasar (SD) di Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.


(4)

2. Analisis Sistem Informasi Pengajuan Pindah Siswa Sekolah Dasar (SD) ini hanya membahas tentang sistem pindah siswa baik dalam kabupaten, kota, luar kota dalam satu propinsi maupun di luar propinsi.

1.5Lokasi dan Jadwal Kerja Praktek

Kerja Praktek dilaksanakan dalam waktu ± 1 bulan, terhitung tanggal 5 Juli sampai dengan 5 Agustus 2010. Penulis melakukan kuliah kerja praktek di Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung yang beralamat di Jalan Raya Soreang Km 17 – Komplek Pemda Kabupaten Bandung Telp. 5897517 Fax. 022-5897518 Kode Pos 40512.


(5)

(6)

Tabel 1.2

Aktivitas Kerja Praktek

No. Hari Waktu Keterangan

1. Senin s/d Kamis 08.00-16.00 WIB

Aktivitas Kerja Praktek

12.00-13.00 WIB

Istirahat Kerja Praktek

2. Jum’at 08.00-16.00

WIB

Aktivitas Kerja Praktek

11.00-13.00 WIB

Istirahat Kerja Praktek


(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sistem

“Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan / untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.” (Jogiyanto. HM, 1989 : 2)

2.1.1. Elemen Sistem

Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :

1. Tujuan

Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.

2. Masukan

Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal


(8)

yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).

3. Proses

Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lbih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.

4. Keluaran

Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

5. Batas

Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah


(9)

sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.

6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik

Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.

7. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem.

2.1.2. Karakteristik Sistem

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tertentu, yaitu: 1. Komponen Sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, artinya saling bekerjasama membentuk suatu kesatuan


(10)

2. Batas Sistem

Batas sistem (Boundary) merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.

3. Lingkungan Luar Sistem

Lingkungan luar (environment) dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.

4. Penghubung Sistem

Penghubung (interface) merupakan media penghubung antara subsistem dengan subsistem lainnya. Dengan penghubung suatu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya membentuk suatu kesatuan. 5. Masukan Sistem

Masukan (input) adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan signal (signal input).

6. Keluaran Sistem

Keluaran (output) adalah hasil dari energy yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dari sisa pembuangan. 7. Pengolah Sistem

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merunah masukan (input) menjadi keluaran (output).


(11)

8. Sasaran Sistem

Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran.

2.1.3. Klasifikasi Sistem

Karena sistem bersifat umum, maka ada baiknya untuk memahami berbagai konsep kategori sistem melalui identifikasi terhadap sistem yang dimaksud untuk menyajikan perilaku dan karakteristiknya.

1. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak (abstract system) dan sistem fisik (Physical system).

Sistem abstrak adalah suatu susunan yang teratur dari gagasan atau konsep yang saling bergantung satu sama lain. Sedangkan sistem fisik adalah kumpulan eleme-elemen yang beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuannya.

2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah dan buatan

Sistem alamiah adalah sistem yang telah terbentuk dengan sendirinya yang dapat ditemui di alam bebas. Sistem buatan adalah system yang diciptakan dan dilandaskan dengan tujuan tertentu.

3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem terbuka dan tertutup

Sistem terbuka adalah sistem yang mampu berinteraksi dengan lingkungan dimana dimungkinkan adanya pertukaran materi, energi, maupun informasi dengan lingkungannya. Sistem tertutup didefinisikan sebagai


(12)

sistem yang tidak mempunyai relasi atau interaksi terhadap lingkungannya.

4. Sistem permanen dan sementara

Semua sistem yang berlaku untuk rentang waktu yang cukup panjang dibandingkan dengan kegiatan manusia dalam sistem tersebut dapat digolongkan sebagai sistem permanen. Sedangkan sistem yang bersifat sementara diadakan untuk jangka waktu tertentu saja dan sesudahnya bisa dihapuskan/dimodifikasi.

2.2 Pengertian Informasi

“Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya” (Jogiyanto. HM, 1993 : 8)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan.

2.3 Pengertian Sistem Informasi

“ Sistem Informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.” (Jogiyanto.HM, 1993 : 11)


(13)

2.4 Metode Pendekatan dan Pengembangan Sistem

2.4.1. Metode Pendekatan Sistem

1. Pemecahan Masalah

Masalah merupakan suatu kondisi yang memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian luar biasa atau menghasilkan keuntungan luar biasa. Jadi pemecahan masalah berarti tindakan memberikan respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang keuntungannya. Oleh karena itu masalah penting untuk dipecahkan. Keputusan adalah pemilihan suatu strategi atau tindakan. Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang manajer yakini akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut.

2. Pendekatan Sistem

Proses pemecahan masalah secara sistematis bermula dari John Dewey, seorang professor filosofi di Columbia University pada awal abad ini. Dalam bukunya 1910 diidentifikasi ada 3 seri penilaian dalam memecahkan suatu kontroversi yang memadai :

1) Mengenali kontroversi. 2) Menimbang klaim alternatif. 3) Membentuk penilaian.


(14)

2.4.2. Alat Bantu Analisis

2.4.2.1 Flow Map

Diagram alir dokumen (Flowmap) merupakan diagram yang memberikan gambaran luar keseluruhan operasi tanpa penguraian semua langkah input spesifik, pengolahan dan output yang akan dilaksanakan. Hal yang penting adalah untuk menampilkan gambaran total tanpa khawatir akan tiap detail yang kecil. Setiap alir dokumen memasukkan dari beberapa program yang terpisah.

Simbol-simbol System Procedure Diagram :


(15)

2.4.2.2 Diagram Kontek

Diagram konteks disebut juga model konteks, merupakan tingkat tertinggi dari diagram aliran data, dalam diagram konteks menggambarkan batasan sistemsebagai suatu lingkaran dengan dikelilingi oleh entitasentitas luar/external entity.

Context Diagram merupakan tingkatan tertinggi dalam diagram aliran data dan hanya memuat satu proses, menunjukkan sistem secara keseluruhan. Proses tersebut diberi nomor nol. Semua entitas eksternal yang ditunjukkan pada diagram konteks berikut aliran data-aliran data utama menuju dan dari sistem.

Diagram tersebut tidak memuat penyimpanan data dan tampak sederhana untuk diciptakan, begitu entitas-entitas eksternal serta aliran data-aliran daa menuju dan dari sistem diketahui penganalisis dari wawancara dengan user dan sebagai hasil analisis dokumen. Context diagram menggaris bawahi sejumlah karakteristik penting dari suatu sistem:

1. Kelompok pemakai, organisasi, atau sistem lain dimana sistem kita melakukan komunikasi yang disebut juga sebagai terminator.

2. Data dimana sistem kita menerima dari lingkungan dan harus diproses dengan cara tertentu.


(16)

4. Penyimpanan data yang digunakan secara bersama antara sistem kita dengan terminator. Data ini dibuat oleh sistem dan digunakan oleh lingkungan atau sebaliknya dibuat oleh lingkungan dan digunakan oleh sistem kita.

5.Batasan antara sistem kita dan lingkungan.

Context Diagram dimulai dengan penggambaran terminator, aliran data, aliran control penyimpanan, dasn proses tunggal yang menunjukkan keseluruhan sistem. Bagian termudah adalah menetapkan proses (yang hanya terdiri dari satu lingkaran) dan diberi nama yang mewakili sistem. Nama dalam hal ini dapat menjelaskan proses atau pekerjaan atau dalam kasus ekstrim berupa nama perusahaan yang dalam hal ini mewakili proses yang dilakukan keseluruhan organisasi.

Terminator ditunjukkan dalam bentuk persegi panjang dan berkomunikasi langsung dengan sistem melalui aliran data atau penyimpanan eksternal Antar terminator tidak diperbolehkan komunikasi langsung. Pada kenyataannya hubungan antar terminator dilakukan, tetapi secara definitif karena terminator adalah bagian dari lingkungan, maka tidak relevan jika dibahas dalam context diagram.


(17)

2.4.2.3. Diagram Arus Data (Data Flow Diagram)

Data Flow Diagram merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang terstruktur (structured analysis and design). DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan. Untuk mewakili arus data dalam suatu sistem digunakan notasi atau simbol sehingga membantu dalam komunikasi dengan pemakai sistem untuk memahami sistem secara logika. Beberapa simbol yang digunakan dalam DFD :

a. External Entity (kesatuan luar) atau Boundary (Batas Sistem) Setiap sistem mempunyai batas sistem (Boundary) yang memisahkan suatu sistem lingkungan luarnya. Sistem akan menerima input-input dan menghasilkan output kepada lingkungan luarnya. Kesatuan luar (external entity) merupakan kesatuan di lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi atau sistem lainnya yang akan memberikan input atau menerima output dari system.

b. Data Flow (arus data)

Arus data menunjukan arus data yang berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses system. Arus data ini mengalir


(18)

diantara proses, simpanan data dan kesatuan luar. Arus data di DFD diberi simbol suatu panah.

c. Process (proses)

Suatu proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau computer dari hasil dari suatu arus data yang masuk kedalam proses untuk dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses. Suatu proses data dianjurkan dengan simbol lingkaran.

d. Data Store (simpanan data)

Simpanan data merupakan simpanan dari data yang dapat berupa suatu file atau database di system computer. Simpanan data di DFD dapat disimbolkan dengan sepasang garis Horizontal parallel.

2.5.Pengertian Pengajuan Pindah Siswa Sekolah Dasar

Dalam laporan ini saya ingin membahas tentang Pengajuan Pindah Siswa Sekolah Dasar. Adapun pengertian dari Pengajuan Pindah Siswa Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :

“proses yang diajukan jika siswa melakukan pindah sekolah baik dalam kabupaten, kota, luar kota dalam satu propinsi maupun di luar propinsi.” (sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung).


(19)

BAB III

RUANG LINGKUP PERUSAHAAN

3.1 Tinjauan Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Umum Pendidikan

Sejak kekuasaan Belanda yang menggantikan Portugis di Indonesia. Brugmans menyatakan pendidikan ditentukan oleh pertimbangan ekonomi dan politik Belanda di Indonesia (Nasution, 1987:3). Pendidikan dibuat berjenjang, tidak berlaku untuk semua kalangan, dan berdasarkan tingkat kelas. Pendidikan lebih diutamakan untuk anak-anak Belanda, sedangkan untuk anak-anak Indonesia dibuat dengan kualitas yang lebih rendah. Pendidikan bagi pribumi berfungsi untuk menyediakan tenaga kerja murah yang sangat dibutuhkan oleh penguasa. Sarana pendidikan dibuat dengan biaya yang rendah dengan pertimbangan kas yang terus habis karena berbagai masalah peperangan.

Untuk melancarkan misi pendidikan demi pemenuhan tenaga kerja murah, pemerintah mengusahakan agar bahasa Belanda bisa diujarkan oleh masyarakat untuk mempermudah komunikasi antara pribumi dan Belanda. Lalu, bahasa Belanda menjadi syarat Klein Ambtenaarsexamen atau ujian pegawai rendah pemerintah pada tahun 1864. (Nasution, 1987:7). Syarat tersebut harus dipenuhi para calon pegawai yang akan digaji murah. Pegawai sedapat mungkin dipilih dari anak-anak kaum ningrat yang telah mempunyai kekuasaan tradisional dan berpendidikan untuk menjamin keberhasilan


(20)

perusahaan (Nasution, 1987:12). Jadi, anak dari kaum ningrat dianggap dapat membantu menjamin hasil tanam paksa lebih efektif, karena masyarakat biasa mengukuti perintah para ningrat. Suatu keadaan yang sangat ironis, kehidupan terdiri dari lapisan-lapisan sosial yaitu golongan yang dipertuan (orang Belanda) dan golongan pribumi sendiri terdapat golongan bangsawan dan orang kebanyakan.

Pemerintah Belanda lambat laun seolah-olah bertanggung jawab atas pendidikan anak Indonesia melalui politik etis. Politik etis dijalankan berdasarkan faktor ekonomi di dalam maupun di luar Indonesia, seperti kebangkitan Asia, timbulnya Jepang sebagai Negara modern yang mampu menaklukkan Rusia, dan perang dunia pertama (Nasution, 1987:17). Politik etis terutama sebagai alat perusahaan raksasa yang bermotif ekonomis agar upah kerja serendah mungkin untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Irigasi, transmigrasi, dan pendidikan yang dicanangkan sebagai kedok untuk siasat meraup keuntungan. Irigasi dibuat agar panen padi tidak terancam gagal dan memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Transmigrasi berfungsi untuk penyebaran tenaga kerja, salah satunya untuk pekerja perkebunan. Politik etis menjadi program yang merugikan rakyat.

Pendidikan dasar berkembang sampai tahun 1930 dan terhambat karena krisis dunia, tidak terkecuali menerpa Hindia Belanda yang disebut mangalami malaise (Mestoko dkk, 1985 :123). Masa krisis ekonomi merintangi perkembangan lembaga pendidikan. Lalu, lembaga pendidikan dibuat dengan biaya yang lebih murah. Kebijakan yang dibuat termasuk


(21)

penyediaan tenaga pengajar yang terdiri dari tenaga guru untuk sekolah dasar yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan guru (Mestoko, 1985:158), bahkan lulusan sekolah kelas dua dianggap layak menjadi guru. Masalah lain yang paling mendasar adalah penduduk sulit mendapatkan uang sehingga pendidikan bagi orang kurang mampu merupakan beban yang berat. Jadi, pendidikan semakin sulit dijangkau oleh orang kebanyakan. Pendidikan dibuat untuk alat penguasa, orang kebanyakan menjadi target yang empuk diberi pengetahuan untuk dijadikan tenaga kerja yang murah.

Pendidikan dibuat oleh Belanda memiliki ciri-ciri tertentu. Pertama, gradualisme yang luar biasa untuk penyediaan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Belanda membiarkan penduduk Indonesia dalam keadaan yang hampir sama sewaktu mereka menginjakkan kaki, pendidikan tidak begitu diperhatikan. Kedua, dualisme diartikan berlaku dua sistem pemerintahan, pengadilan dari hukum tersendiri bagi golongan penduduk. Pendidikan dibuat terpisah, pendidikan anak Indonesia berada pada tingkat bawah. Ketiga, kontrol yang sangat kuat.

Pemerintah Belanda berada dibawah kontrol Gubernur Jenderal yang menjalankan pemerintahan atas nama raja Belanda. Pendidikan dikontrol secara sentral, guru dan orang tua tidak mempunyai pengeruh langsung politik pendidikan. Keempat, Pendidikan beguna untuk merekrut pegawai. Pendidikan bertujuan untuk mendidik anak-anak menjadi pegawai perkebunan sebagai tenaga kerja yang murah. Kelima, prinsip konkordasi yang menjaga agar sekolah di Hindia Belanda mempunyai kurikulum dan


(22)

standar yang sama dengan sekolah di negeri Belanda, anak Indonesia tidak berhak sekolah di pendidikan Belanda. Keenam, tidak adanya organisasi yang sistematis. Pendidikan dengan ciri-ciri tersebut diatas hanya merugikan anak-anak kurang mampu. Pemerintah Belanda lebih mementingkan keuntungan ekonomi daripada perkembangan pengetahuan anak-anak Indonesia.

Pemerintah Belanda juga membuat sekolah desa. Sekolah desa sebagai siasat untuk mengeluarkan biaya yang murah. Sekolah desa diciptakan pada tahun 1907. Tipe sekolah desa yang dianggap paling cocok oleh Gubernur Jendral Van Heutz sebagai sekolah murah dan tidak mengasingkan dari kehidupan agraris (Nasution, 1987:78). Kalau lembaga pendidikan disamakan dengan sekolah kelas dua, pemerintah takut penduduk tidak bekerja lagi di sawah. Penduduk diupayakan tetap menjadi tenaga kerja demi pengamankan hasil panen.

Sekolah desa dibuat dengan biaya serendah mungkin. Pesantren diubah menjadi madrasah yang memiliki kurikulum bersifat umum. Pesatren dibumbui dengan pengetahuan umum. Cara tersebut dianggap efektif, sehingga pemerintah tidak usah membangun sekolah dan mengeluarkan biaya (Nasution, 1987:80). Guru sekolah diambil dari lulusan sekolah kelas dua, dianggap sanggup menjadi guru sekolah desa. Guru yang lebih baik akan digaji lebih mahal dan tidak bersedia untuk mengajar di lingkungan desa.

Masa penjajahan Belanda berkaitan dengan pendidikan merupakan catatan sejarah yang kelam. Penjajah membuat pendidikan sebagai alat untuk meraup keuntungan melalui tenaga kerja murah. Sekolah juga dibuat dengan biaya


(23)

yang murah, agar tidak membebani kas pemerintah. Politik etis menjadi tidak etis dalam pelaksanaannya, kepentingan biaya perang yang sangat mendesak dan berbagai masalah lain menjadi kenyataan yang tercatat dalam sejarah pendidikan masa Belanda.

Belanda digantikan oleh kekuasaan Jepang. Jepang membawa ide kebangkitan Asia yang tidak kalah liciknya dari Belanda. Pendidikan semakin menyedihkan dan dibuat untuk menyediakan tenaga cuma-cuma (romusha) dan kebutuhan prajurit demi kepentingan perang Jepang (Mestoko, 1985 dkk:138). Sistem penggolongan dihapuskan oleh Jepang. Rakyat menjadi alat kekuasaan Jepang untuk kepentingan perang. Pendidikan pada masa kekuasaan Jepang memiliki landasan idiil hakko Iciu yang mengajak bangsa Indonesia berkerjasama untuk mencapai kemakmuran bersama Asia raya. Pelajar harus mengikuti latihan fisik, latihan kemiliteran, dan indoktrinasi yang ketat.

Sejarah Belanda sampai Jepang dipahami sebagai alur penjelasan kalau pendidikan digunakan sebagai alat komoditas oleh penguasa. Pendidikan dibuat dan diajarkan untuk melatih orang-orang menjadi tenaga kerja yang murah. Runtutan penjajahan Belanda dan Jepang menjadikan pendidikan sebagai senjata ampuh untuk menempatkan penduduk sebagai pendukung biaya untuk perang melalui berbagai sumber pendapatan pihak penjajah. Pendidikan pula yang akan dikembangkan untuk membangun negara Indonesia setelah merdeka.


(24)

Setelah kemerdekaan, perubahan bersifat sangat mendasar yaitu menyangkut penyesuaian bidang pendidikan. Badan pekerja KNIP mengusulkan kepada kementrian pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan supaya cepat untuk menyediakan dan mengusahakan pembaharuan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan rencana pokok usaha pendidikan (Mestoko, 1985:145). Lalu, pemerintah mengadakan program pemberantasan buta huruf. Program buta huruf tidak mudah dilaksanakan dengan berbagai keterbatasan sumber daya, kendala gedung sekolah dan guru. Kementrian PP dan K juga mengadakan usaha menambah guru melalui kursus selama dua tahun. Kursus bahasa jawa, bahasa Inggris, ilmu bumi, dan ilmu pasti(Mestoko dkk, 1985:161). Program tersebut menunjukkan jumlah orang yang buta huruf seluruh Indonesia sekitar 32,21 juta (kurang lebih 40%), buta huruf pada tahun 1971. Buta huruf yang dimaksud adalah buta huruf latin (Mestoko dkk, 1985:327). Jadi, kegiatan pemberantasan buta huruf di pedesaan yang diprogramkan oleh pemerintah untuk menanggulangi angka buta aksara di Indonesia dan buta pengetahuan dasar, tetapi pendidikan kurang lebih tidak berdampak pada rumah tangga kurang mampu.

Pendidikan pada masa Belanda, Jepang dan setelah kemerdekaan sulit dicapai oleh orang-orang dari rumah tangga kurang mampu. Mereka diajarkan dan diberi pengetahuan untuk kepentingan pihak penguasa. Mereka dijadikan tenaga kerja yang diandalkan untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Setelah jaman kemerdekaan, rakyat dari rumah tangga kurang mampu terus menjadi sumber pemaksaan secara halus untuk pengembangan


(25)

bibit padi unggul. Pendidikan sebagai alat penguasa untuk mengembangkan program yang dianggap dapat mendukung peningkatan pemasukan pemerintah.

3.1.2. Sejarah Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu pada tanggal 9 bulan Muharram tahun Alif atau sama dengan hari sabtu tanggal 20 April 1641 Masehi. Bupati pertamanya adalah Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M). dari bukti sejarah tersebut ditetapkan bahwa 20 April sebagai Hari Jadi Kabupaten Bandung. Jabatan bupati kemudian digantikan oleh Tumenggung Nyili salah seorang putranya. Namun Nyili tidak lama memegang jabatan tersebut karena mengikuti Sultan Banten. Jabatan bupati kemudian dilanjutkan oleh Tumenggung Ardikusumah, seorang Dalem Tenjolaya (Timbanganten) pada tahun 1681-1704.

Selanjutnya kedudukan Bupati Kabupaten Bandung dari R. Ardikusumah diserahkan kepada putranya R. Ardisuta yang diangkat tahun 1704 setelah Pemerintah Hindia Belanda mengadakan pertemuan dengan para bupati se-Priangan di Cirebon. R. Ardisuta (1704-1747) terkenal dengan nama Tumenggung Anggadiredja I setelah wafat dia sering disebut Dalem Gordah. sebagai penggantinya diangkat putra tertuanya Demang Hatapradja yang bergelar Anggadiredja II (1707-1747).


(26)

Pada masa Pemerintahan Anggadiredja III (1763-1794) Kabupaten Bandung disatukan dengan Timbanganten, bahkan pada tahun 1786 dia memasukkan Batulayang ke dalam pemerintahannya. Juga pada masa Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794-1829) inilah ibu kota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Karapyak (Dayeuhkolot) ke tepi sungai Cikapundung atau alun-alun Kota Bandung sekarang. Pemindahan ibu kota itu atas dasar perintah dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels tanggal 25 Mei 1810, dengan alasan daerah baru tersebut dinilai akan memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan wilayah tersebut.

Raden Aria Adipati Wiranatakusumah IV (masa jabatan 1846-1874) dan pengikutnya (sekitar tahun 1870)

Setelah kepala pemerintahan dipegang oleh Bupati Wiranatakusumah IV (1846-1874), ibu kota Kabupaten Bandung berkembang pesat dan beliau dikenal sebagai bupati yang progresif. Dialah peletak dasar master plan

Kabupaten Bandung, yang disebut Negorij Bandoeng. Tahun 1850 dia mendirikan pendopo Kabupaten Bandung dan Mesjid Agung. Kemudian dia memprakarsai pembangunan Sekolah Raja (Pendidikan Guru) dan mendirikan sekolah untuk para menak (Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren). Atas jasa-jasanya dalam membangun Kabupaten Bandung di segala bidang beliau mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Hindia Belanda berupa Bintang Jasa, sehingga masyarakat menjulukinya dengan sebutan Dalem Bintang.


(27)

Di masa pemerintahan R. Adipati Kusumahdilaga, rel kereta api mulai dibangun, tepatnya tanggal 17 Mei 1884. Dengan masuknya rel kereta api ini ibu kota Bandung kian ramai. Penghuninya bukan hanya pribumi, bangsa Eropa, dan Cina pun mulai menetap di ibu kota, dampaknya perekonomian Kota Bandung semakin maju. Setelah wafat penggantinya diangkat R.A.A. Martanegara, bupati inipun terkenal sebagai perencana kota yang jempolan. Martanegara juga dianggap mampu menggerakkan rakyatnya untuk berpartisipasi aktif dalam menata wilayah kumuh menjadi permukiman yang nyaman. Pada masa pemerintahan R.A.A. Martanegara (1893-1918) ini atau tepatnya pada tanggal 21 Februari 1906, Kota Bandung sebagai ibu kota Kabupaten Bandung berubah statusnya menjadi Gementee (Kotamadya).

R. A. A. Wiranatakoesoema V (Dalem Haji, masa jabatan 1912-1931 dan 1935-1945) sebagai wakil Volksraad di Congres van Prijaji-Bond (Kongres Perhimpunan Priyayi) di Surakarta tahun 1929

Periode selanjutnya Bupati Bandung dijabat oleh Aria Wiranatakusumah V (Dalem Haji) yang menjabat selama 2 periode, pertama tahun 1912-1931 sebagai bupati yang ke-12 dan berikutnya tahun 1935-1945 sebagai bupati yang ke-14. Pada periode tahun 1931-1935 R.T. Sumadipradja menjabat sebagai Bupati ke-13. Selanjutnya bupati ke-15 adalah R.T.E. Suriaputra (1945-1947) dan penggantinya adalah R.T.M. Wiranatakusumah VI alias Aom Male (1948-1956), kemudian diganti oleh R. Apandi Wiriadipura sebagai bupati ke-17 yang dijabatnya hanya 1 tahun (1956-1957).


(28)

Bupati berikutnya adalah Letkol. R. Memet Ardiwilaga (1960-1967). Kemudian pada masa transisi (Orde Lama ke Orde Baru) dilanjutkan oleh Kolonel Masturi. Pada masa Pimpinan Kolonel R.H. Lily Sumantri tercatat peristiwa penting yaitu rencana pemindahan ibu kota Kabupaten Bandung yang semula berada di Kotamadya Bandung ke Wilayah Hukum Kabupaten Bandung, yaitu daerah Baleendah. Peletakan batu pertamanya pada tanggal 20 April 1974, yaitu pada saat Hari Jadi Kabupaten Bandung yang ke-333. Rencana pemindahan ibu kota tersebut berlanjut hingga jabatan bupati dipegang oleh Kolonel R. Sani Lupias Abdurachman (1980-1985). Atas pertimbangan secara fisik geografis, daerah Baleendah tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai ibu kota kabupaten, maka ketika jabatan bupati dipegang oleh Kolonel H.D. Cherman Affendi (1985-1990), ibu kota Kabupaten Bandung pindah ke lokasi baru yaitu Kecamatan Soreang. Di tepi Jalan Raya Soreang, tepatnya di Desa Pamekaran inilah dibangun Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung seluas 24 hektare, dengan menampilkan arsitektur khas gaya Priangan. Pembangunan perkantoran yang belum rampung seluruhnya dilanjutkan oleh bupati berikutnya yaitu Kolonel H.U. Djatipermana, sehingga pembangunan tersebut memerlukan waktu sejak tahun 1990 hingga 1992.

Tanggal 5 Desember 2000, Kolonel H. Obar Sobarna, S.I.P. terpilih oleh DPRD Kabupaten Bandung menjadi Bupati Bandung dengan didampingi oleh Drs. H. Eliyadi Agraraharja sebagai Wakil Bupati. Sejak itu, Soreang betul-betul difungsikan menjadi pusat pemerintahan. Pada tahun 2003 semua aparat


(29)

daerah, kecuali Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Kebersihan, Kantor BLKD, dan Kantor Diklat, sudah resmi berkantor di kompleks perkantoran Kabupaten Bandung. Pada periode pemerintahan H. Obar Sobarna, S.I.P. yang pertama telah dibangun Stadion Olahraga Si Jalak Harupat, yaitu stadion bertaraf internasional yang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Bandung. Selain itu, berdasarkan aspirasi masyarakat yang diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, Kota Administratif Cimahi berubah status menjadi kota otonom.

Tanggal 5 Desember 2005, H. Obar Sobarna, S.I.P. menjabat bupati Bandung untuk kali kedua didampingi oleh H. Yadi Srimulyadi sebagai wakil bupati, melalui proses pemilihan langsung oleh seluruh masyarakat Kabupaten Bandung. Di masa pemerintahan H. Obar Sobarna yang kedua ini, berdasarkan dinamika masyarakat dan didukung oleh hasil penelitian dan pengkajian dari 5 perguruan tinggi, secara yuridis terbentuklah Kabupaten Bandung Barat bersamaan dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat. Ibu kota Kabupaten Bandung Barat terletak di Kecamatan Ngamprah). Pelaksana Tugas Bupati Bandung Barat saat itu adalah Drs. Tjatja Kuswara.

3.1.3. Visi Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung :

“Terwujudnya pendidikan yang berprestasi, inovatif, professional, partisifatif dan agamis”.


(30)

3.1.4. Misi Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung :

1. Mengupayakan perluasaan dan pemerataan pendidikan bermutu dan berkeadilan.

2. Meningkatkan mutu pendidikan yang inovatif melalui implementasi manajemen berbasis sekolah dan berbasis masyarakat.

3. Memberikan pelayanan yang profesional dan religius. 4. Mewujudkan transparansi, partisipatif, akuntabilitas.

3.1.4. Tujuan (berdasarkan misi)

1. Menuntaskan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, pengembangan pendidikan anak usia dini (PAUD), pengembangan pendidikan non formal, pengembangan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) serta memberikan kesempatan melaksanakan pendidikan hingga ke jenjang SMA/SMK dan sederajat.

2. Meningkatkan kualitas pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pendidikan Berbasis Luas (BBE), Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill), serta jaringan dan pengembangan pendidikan berdasarkan prinsip Manajemen Berbasis Sekola (MBS) dan Manajemen Berbasis Masyarakat (MBM).

3. Meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien, meningkatkan kualitas tenaga kependidikan yang visioner dan kompeten, melaksanakan


(31)

pengembangan imtaq secara integral dalam setiap pelayanan pendidikan, serta peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.

4. Meningkatkan transparansi, partisipatif dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pembangunan pendidikan serta peningkatan dan pengembangan lembaga pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga.

3.1.5. Strategi :

Tujuan dan sasaran ditempuh dengan berbagai strategi berikut :

Misi 1, strategi yang ditetapkan :

1. Penyediaan dan perluasan lembaga pendidikan formal dan non formal 2. Peningkatan pelayanan pendidikan formal dan non formal

3. Penyediaan dana, sarana dan prasarana yang memadai berazaskan efektif, efisien dan berkeadilan

Misi 2, strategi yang ditetapkan :

1. Peningkatan pemahaman guru tentang penguasaan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi/kurikulum tingkat suatu pendidikan

2. Pengembangan sekolah standar nasional/internasional dan sekolah yang mandiri

3. Peningkatan pemberdayaan gugus sekolah, MGMP dan perluasan jaringan kerjasama dalam penelitian dan pengembangan pendidikan

Misi 3, strategi yang ditetapkan :

1. Mengutamakan kualitas pelayanan prima bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan


(32)

2. Mengembangkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki komitmen tinggi terhadap tugas sesuai dengan bidang pekerjaannya

3. Mengembangkan proses berfikir tenaga pendidikan dan kependidikan untuk menumbuhkan kreativitas

4. Menguatkan keyakinan beragama dan penguasaan iptek dalam melaksanakan tugas

Misi 4, strategi yang ditetapkan :

Mengembangkan pengelolaan pendidikan yang transfaran, pasrtisipatif, dan akuntabel.

3.1.6. Kebijakan

Kebijakan Dinas Pendidikan dalam mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung sesuai dengan arah kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan Aksetabilitas melalui pendidikan formal dan non formal. 2. Peningkatan mutu pendidikan dengan pengembangan model manejemen

pembelajaran serta demokratisasi dalam pendidikan.

3. Pelayanan prima dan peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan yang professional, memiliki keimanan dan ketaqwaan. 4. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pendidikan yang

transparan, partisipatif, dan akuntabel serta pembinaan Generasi Muda dan Olahraga.


(33)

3.1.7. Program

1. Peningkatan pelayanan pendidikan

2. Pengembangan Partisipasi Masyarakat dan Dunia Usaha terhadap Pendidikan

3. Pengkayaan Muatan Lokal, Kebudayaan Daerah dan Keagamaan

4. Pemantapan Wajar Dikdas 9 Tahun dan Rintisan Wajar Dikdas 12 Tahun 5. Peningkatan dan Pembinaan Lembaga Pendidikan Nonformal dan

Kejuruan

6. Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan 7. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan 8. Pengembangan Manajemen Sekolah

9. Peningkatan Kesejahteraan Guru

10.Pengembangan Tingkat Partisipasi Sekolah 11.Peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 12.Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini

13.Pemberdayaan Potensi Generasi Muda Dalam Kewirausahaan, Kepemimpinan dan Kepeloporan (lintas SKPD)


(34)

3.2Struktur Organisasi

KEPALA DINAS PENDIDIKAN

SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

BIDANG TK DAN SD SEKRETARIS

BIDANG DATA DAN INFORMASI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL UPTD SEKSI PENGOLAHAN DATA SEKSI INFORMASI

SEKSI EVALUASI DAN PELAPORAN

SEKSI KURIKULUM

SEKSI SARANA DAN PRASARANA

SEKSI TENAGA TEKNIS KEPENDIDIKAN

Gambar 3.2 Struktur Organisasi

3.3 Deskripsi Kerja

Deskripsi kerja adalah pernyataan-pernyataan tertulis yang meliputi tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab dan hubungan kerja harus dilaksanakan dengan baik dan benar dalam satu organisasi.


(35)

Berikut ini deskripsi kerja atau tugas dan fungsi pokok : 1. KEPALA DINAS

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umun

sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. Pembinaa dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan funsinya.

2. SEKRETARIAT

a. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

b. Penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu;

c. Penetapan rumusan kebijakan pelayanan administrative Dinas;

d. Penetapan rumusan kebijkan pengelolaan administrasi umum dan kerumahtanggaan;

e. Penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan dan ketatalaksanaan serta hubungan masyarakat;


(36)

f. Penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi kepegawaian;

g. Penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan;

h. Penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Dinas;

i. Penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan tugas dinas;

j. Penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan dan penyampaian bahan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas Dinas;

k. Evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

l. Paelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

m. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

n. Pelaksanaan koordinasi / kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja / instansi / lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan.


(37)

3. BIDANG DATA dan INFORMASI

a. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan data dan informasi pelayanan pendidikan;

b. Penetapan rumusan kebijakan pemantauan dan evaluai bidang pendidikan;

c. Penetapan rumusan kebijakan pemutakhiran data dalam sistem informasi manajemen pendidikan nasional;

d. Pengkoordinasian terhadap pelaksana fasilitasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan ujian sekolah;

e. Penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan evaluasi pengelola, satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan TK, SD, SMP, SMU, SMK dan pendidikan nonformal;

f. Penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan evaluasi pencapaian standar nasional pendidikan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan TK, SD, SMP, SMU, SMK dan pendidikan nonformal;

g. Penetapan rumusan kebijakan evaluasi pelaksanaan dan dampak penjaminan mutu satuan pendidikan;

h. Penetapan rumusan kebijakan rencana pengembangan teknologi informasi di tingkat satuan pendidikan;


(38)

i. Penetapan rumusan koordinasi pengumpulan dan pengolahan Nomor Induk Siswa Nasional, Nomor Pokok Sekolah dan Nomor Induk Tenaga Pendidik;

j. Pelaksanaan evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan data dan informasi pelayanan pendidikan;

k. Pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan data dan informasi pelayanan pendidikan;

l. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

m. Pelaksanaan koordinasi / kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja / instansi / lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan data dan informasi pelayanan pendidikan.

4. BIDANG TK dan SD

a. Penetapan punyusunan rencana dan program kerja pelayanan pendidikan pada jenjang pendidikan TK dan SD;

b. Penetapan rencana kebijakan dan oprasional pendidikan pada jenjang pendidikan TK dan SD sesuai dengan perencanaan kebijakan nasional dan provinsi;

c. Penetapan kebijakan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan TK dan SD;


(39)

d. Penetapan kebijakan pemberian izin pendirian serta pencabutan izin pada jenjang pendidikan TK dan SD berbasis keunggulan local;

e. Penetapan kebijakan penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan berbasis keunggulan lokal pada jenjang pendidikan TK dan SD;

f. Penetapan kebijakan koordinasi dan supervise pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang TK dan SD;

g. Penetapan kebijakan sosialisasi kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan pada jenjang pendidikan TK dan SD; h. Penetapan kebijakan sosialisasi dan implementasi standar isis

dan standar kompetensi lulusan pendidikan pada jenjang pendidikan TK dan SD;

i. Penetapan kebijakan sosialisasi dan fasilitasi implementasi kurikulum pada jenjang pendidikan TK dan SD;

j. Penetapan kebijakan pengawasan terhadap pemenuhan standar nasional sarana dan prasarana pada jenjang pendidikan TK dan SD;

k. Penetapan kebijakan pengawasan pendayagunaan bantuan sarana dan prasarana pada jenjang pendidikan TK dan SD; l. Penetapan kebijakan pengawasan pendayagunaan bantuan


(40)

m. Penetapan kebijakan perencanaan kebutuhan, pengangkatan, penempatan, pemindahan, peningkatan kesejahteraan, penghargaan, perlindungan, pembinaan, pengembangan, pemberhentian pendidikan dan tenaga kependidikan PNS pada jenjang pendidikan TK dan SD;

n. Pelaporan pelaksanaan tugas pelayanan pendidikan pada jenjang pendidikan TK dan SD;

o. Pelaksanaan evaluasi tugas pada jenjang pendidikan TK dan SD;

p. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

q. Pelaksanaan koordinasi / kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja / instansi / lembaga atau pihak ketiga di bidang pelayanan pendidikan jenjang pendidikan TK dan SD.

3.4 Analisis sistem pengajuan pindah siswa sekolah dasar (SD) yang sedang berjalan

Analisa sistem memberikan gambaran tentang sistem yang diamati yang saat ini berjalan. Kelebihan dan kekurangan sistem tersebut dapat diketahui dan diidentifikasi sehingga dalam membangun perangkat lunak lebih mudah. Dari analisa sistem lama maka akan ditemukan beberapa data dan fakta yang akan dijadikan bahan uji dan analisa menuju pengembangan dan penerapan sebuah aplikasi sistem yang diusulkan.


(41)

BAB IV

ANALISIS KERJA PRAKTEK

4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan 4.1.1. Analisis Dokumen

Dalam prosedur pengajuan pindah / mutasi siswa harus ada dokumen-dokumen dan alat-alat yang dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan. Adapun dokumen-dokumen yang ada dalam sistem pengajuan pindah siswa sekolah dasar (SD) adalah sebagai berikut :

1. Surat Permohonan Pindah Sekolah (SPPS) yaitu surat yang diisi oleh orang tua wali untuk meminta surat keterangan pindah sekolah dari kepala sekolah asal.

2. Surat Keterangan Pindah Sekolah (SKPS) yaitu surat yang dikeluarkan Kepala Sekolah Asal kepada calon siswa untuk diisi sebagai tanda bukti bahwa permintaan izin pindah dapat diterima.

3. Surat Rekomendasi (SR) yaitu surat yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan di Bagian Bidang TK dan SD.

4. Surat Keterangan (SK) yaitu surat yang dikeluarkan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) kepada calon siswa sebagai tanda bukti rekomendasi ke Dinas Pendidikan.

5. Surat Tanda Bukti Pengajuan Pindah Siswa (STBPPS) yaitu surat yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan di Bagian Bidang Data dan Informasi


(42)

untuk mendapatkan kode validasi dan sebagai tanda bukti siswa yang bersangkutan telah disetujui untuk melakukan pindah sekolah.

4.1.2. Analisis Prosedur Yang Sedang Berjalan

Analisis prosedur memberikan gambaran tentang sistem jaringan dari prosedur-prosedur yang saat ini sedang berjalan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung secara fungsional yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh aliran data yang terdiri dari FlowMap, Diagram Konteks dan DFD.


(43)

4.1.2.1. FlowMap

Siswa Kepala Sekolah UPTD

Dinas Pendidikan

Bidang TK/SD Bidang Data & Informasi

SPPS SPPS SKPS Mengeluarkan SKPS SKPS Ditandatangani

SKPS Yang Sudah Ditandatangani

SKPS Yang Sudah Ditandatangani Mengeluarkan SK SK SK Ditandatangani

SK Yang Sudah Ditandatangani SK Yang Sudah

Ditandatangani SKPS Yang Sudah

Ditandatangani SPPS SKPS SK SPPS SKPS SK Mengeluarkan SR SR SR Ditandatangani

SR Yang Sudah Ditandatangani

SR

Pengecekan data menurut NISN yang tercantum di SR

Data NISN Ada atau Tidak

Mengembalikan Dokumen ke Siswa Tidak Mengeluarkan STBPPS Ada SPPS SKPS SK 5 4 3 2 STBPPS STBPPS Ditandatangani SKPS Yang Sudah Ditandatangani Arsip Arsip


(44)

4.1.2.2. Diagram Kontek

Diagram kontek merupakan gambaran global dari sistem informasi yang berupa aliran-aliran dalam maupun luar. Berikut ini adalah diagram kontek Analisis Sistem Informasi Pengajuan Pindah Siswa Sekolah Dasar (SD) di Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung.

Siswa

Sistem Informasi Pengajuan Pindah

Siswa Dokumen SPSS, SKPS,

SK, SR

Dokumen STBPPS, SPSS, SKPS, SK, SR

Bidang Data dan Informasi STBPPS

Gambar 4.1.2.2. Diagram Konteks Yang Sedang Berjalan

4.1.2.3. Data Flow Diagram

DFD yang digambarkan merupakan suatu alur yang menjelaskan Analisis Sistem Informasi Pengajuan Pindah Siswa dari proses-proses yang saling berkaitan.


(45)

Siswa 1.0 Mengeluarkan SKPS SPPS 2.0 SKPS ditandatangani SKPS 3.0 Mengeluarkan SK SKPS

SPPS Arsip SPPS

4.0 SK ditandatangani 5.0 Mengeluarkan SR 6.0 SR ditandatangani 7.0 Pengecekan data menurut NISN yang tercantum di

SR SK SPPS,SKPS,SK SR SR 8.0 Mengeluarkan STBPPS

Data ada STBPPS F. STBPPS

9.0 Mengembalikan

dokumen Data tidak ada

STBPPS

SPPS, SKPS,SK,SR


(46)

4.1.3. Evaluasi Sistem Yang Berjalan

Sistem yang digunakan dalam proses pengajuan pindah siswa sekolah dasar (SD) sebenarnya cukup sempurna, aplikasi yang digunakan tidak menjadi kesulitan tersendiri ketika akan melakukan penginputan data siswa terutama ketika akan menginputkan data siswa khususnya proses pengajuan pidah siswa pindah siswa sekolah dasar (SD).

4.2 Usulan Perancangan Sistem

4.2.1 Tujuan Perancangan Sistem

Memberikan solusi dan usulan untuk mencoba menganalisis sistem yang telah berjalan, meneliti kekurangan dari sistem tersebut dan mencoba mencari pemecahannya menurut analisis penulis.

4.2.2 Perancangan Prosedur Yang Diusulkan 4.2.2.1. Flow Map Yang Diusulkan

Flowmap analisis sistem informasi pengajuan pindah siswa sekolah dasar (SD) yang diusulkan adalah sebagai berikut:


(47)

Siswa Kepala Sekolah UPTD

Dinas Pendidikan

Bidang TK/SD Bidang Data & Informasi

SPPS SPPS SKPS Mengeluarkan SKPS SKPS Ditandatangani

SKPS Yang Sudah Ditandatangani

SKPS Yang Sudah Ditandatangani Mengeluarkan SK SK SK Ditandatangani

SK Yang Sudah Ditandatangani SK Yang Sudah

Ditandatangani SKPS Yang Sudah

Ditandatangani SPPS SKPS SK Mengeluarkan SR SR SR Ditandatangani

SR Yang Sudah Ditandatangani SR Pengecekan data menurut NISN yang tercantum di SR

Data NISN Ada atau Tidak

Mengembalikan Dokumen ke Siswa Tidak Mengeluarkan STBPPS Ada 5 4 3 2 STBPPS STBPPS Ditandatangani SKPS Yang Sudah Ditandatangani Arsip Arsip arsip SPPS SKPS SK SPPS SKPS SK Arsip Arsip


(48)

1.2.2.2.Diagram Kontek

Diagram kontek yang diusulkan sesuai dengan diagram kontek yang sedang berjalan.

Siswa

Sistem Informasi Pengajuan Pindah

Siswa Dokumen SPSS, SKPS,

SK, SR

Dokumen STBPPS, SPSS, SKPS, SK, SR

Bidang Data dan Informasi STBPPS

Gambar 4.2.2.2 Diagram Konteks yang diusulkan

1.2.2.3.Data Flow Diagram

DFD dimaksudkan untuk menggambarkan aliran data sistem dan tujuan data proses pengolahan data dan tempat penyimpanan data yang diusulkan.


(49)

Siswa 1.0 Mengeluarkan SKPS SPPS 2.0 SKPS ditandatangani SKPS 3.0 Mengeluarkan SK SKPS

SKPS F. SKPS

4.0 SK ditandatangani 5.0 Mengeluarkan SR 6.0 SR ditandatangani 7.0 Pengecekan data menurut NISN yang tercantum di

SR SK SPPS,SKPS,SK SR SR 8.0 Mengeluarkan STBPPS

Data ada STBPPS F. STBPPS

9.0 Mengembalikan

dokumen Data tidak ada STBPPS SPPS, SKPS,SK,SR F. SR SR F.SK SK


(50)

4.2.3 Evaluasi terhadap sistem yang di usulkan

Sistem yang diusulkan sesuai dengan sistem yang sedang berjalan tetapi sedikit lebih sederhana dari sistem yang sudah ada. Karena tidak membutuhkan aplikasi yang terlalu banyak.


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari kegiatan yang penulis lakukan selama kerja praktek di Dinas Pendidikan kabupaten Bandung, maka penulis menyimpulkan bahwa prosedur system informasi pengajuan pindah sekolah dasar (SD) sudah berjalan dengan baik. 5.2 Saran

Dari kesimpulan yang penulis kemukakan di atas, penulis ingin memberikan beberapa saran, yaitu :

1. Prosedur pengajuan pindah siswa khususnya siswa SD harus lebih ditingkatkan dalam hal pelayanan.

2. Adanya sistem pengarsipan yang efisien sehingga tidak menjadi kesulitan ketika diperlukan.


(52)

Diajukan untuk memenuhi syarat mata kuliah Kerja Praktek Program Strata Satu Jurusan Manajemen Informatika

Oleh :

Yuliani Tresna Effendi NIM 10507008

JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(53)

v

DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... viii DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR SIMBOL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1 1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 3 1.3Maksud dan Tujuan ... 3 1.4Batasan Masalah... 3 1.5Lokasi dan Jadwal Kerja Praktek ... 4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sistem ... 7 2.1.1. Elemen Sistem ... 7 2.1.2. Karakteristik Sistem ... 9 2.1.3. Klasifikasi Sistem ... 11 2.2 Pengertian Informasi ... 12 2.3 Pengertian Sistem Informasi ... 12 2.4 Metode Pendekatan dan Pengembangan Sistem

2.4.1. Metode Pendekatan Sistem ... 13 2.4.2. Alat Bantu Analisis ... 14 2.4.2.1 Flow Map ... 14 2.4.2.2 Diagram Kontek ... 15 2.4.2.3 Data Flow Diagram ... 17 2.5 Pengertian Pengajuan Pindah Siswa Sekolah Dasar ... 18


(54)

vi

3.1.3. Visi Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung ... 29 3.1.4. Misi Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung ... 30 3.1.4. Tujuan (berdasarkan misi) ... 30 3.1.5. Strategi ... 31 3.1.6. Kebijakan ... 32 3.1.7. Program ... 33 3.2 Struktur Organisasi ... 34 3.3 Deskripsi Kerja... 34 3.4 Analisis Sistem Pengajuan Pindah Sekolah Siswa Yang Berjalan ... 40 BAB IV ANALISIS KERJA PRAKTEK

4.1 Analisis Sistem ... 41 4.1.1. Analisis Dokumen ... 41 4.1.2. Analisis Prosedur Yang Berjalan ... 41

4.1.1.1. Flow Map ... 43 4.1.1.2. Diagram Kontek ... 44 4.1.1.3 Data Flow Diagram ... 44 4.1.3. Evaluasi Sistem Yang Berjalan ... 46 4.2 Usulan Perancangan Sistem ... 46

4.2.1. Tujuan Perancangan Sistem ... 46 4.2.2. Perancangan Prosedur Yang Diusulkan ... 46

4.2.2.1. Flow Map... 46 4.2.2.2. Diagram Kontek ... 48 4.2.2.3. Data Flow Diagram ... 48 4.2.3. Evaluasi Sistem Yang Diusulkan ... 50


(55)

(56)

viii


(57)

ix

Gambar 4.1.2.1 Flowmap Sistem Yang Berjalan ... 43

Gambar 4.1.2.2 Diagram Kontek Sistem Yang Berjalan ... 44

Gambar 4.1.2.3 DFD Sistem Yang Berjalan ... 45

Gambar 4.2.2.1 Flowmap Yang Diusulkan ... 47

Gambar 4.2.2.2 Diagram Kontek Yang Diusulkan ... 48


(58)

(59)

xi

Lampiran 2. Surat Praktek Kerja Lapangan Dari Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

Lampiran 3.Surat Pengantar Izin Praktek Kerja Lapangan Dari Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung

Lampiran 4. Surat Permohonan Pindah Sekolah Lampiran 5.Surat Keterangan Pindah Sekolah Lampiran 6. Surat Keterangan

Lampiran 7. Surat Rekomendasi

Lampiran 8. Surat Tanda Bukti Pengajuan Pindah Siswa

Lampiran 9. Daftar Hadir Praktek Kerja Lapangan Lampiran 10. Form Penilaian Praktek Kerja Lapangan


(60)

DAFTAR PUSTAKA

H.M. Jogiyanto, Pengenalan Komputer, Yogyakarta:Dasar Ilmu

Komputer,Tahun 2004.

H.M. Jogiyanto, Analisis dan Desain Sistem Informatika, Yogyakarta : Andi Offset, 1989.

Online :

http://blog.re.or.id/konsep-dasar-sistem-elemen-sistem.htm http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bandung 30 Juli 2010


(61)

iii Bismilahhirrahmaannirrahim,

Puji dan syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan laporan hasil kerja praktek di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung.

Laporan Kerja Praktek ini ditujukan untuk memenuhi syarat mata kuliah Kerja Praktek program studi Strata I pada jurusan Manajemen Informatika Universitas Komputer Indonesia dengan beban du asks. Tidaklah mungkin laporan ini terselesaikan tanpa dukungan dan doa dari keluarga dan teman-teman.

Saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berjasa atas terselesaikannya laporan ini, terutama kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran baik dalam pelaksanaan Kerja Praktek maupun dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek, Alhamdulillah.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ukun Sastraprawira, Msc selaku dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia..

3. Bapak Dadang Munandar, S.E, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Informatika Universitas Komputer Indonesia.

4. Bapak Tono Hartono. selaku dosen wali dan dosen pembimbing Kerja Praktek.


(62)

iv

Bidang Data dan Informasi, Pembimbing Lapangan Bapak H.Trisna Rohyani,S.Pd,M.Ak, Bapak Suwarma, Ibu Dra.Rini Wijayanti,M.Pd, Ibu Riska, Teh Endah, A Reza, A Dani, A Imam, Bapak Tito.

7. Seluruh keluarga kami terutama Orangtua dan Adik-adik. 8. Teman-teman kelas MI-1.

Saya hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan keterbatasan, maka saya selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan hasil kerja praktek ini dapat lebih baik.

Akhir kata, saya berharap laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya selaku penulis.

Bandung, Oktober 2010


(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)