3
BAB I Evaluasi Terhadap Pembahasan RKUHP 2013-2014
1.1. Proses Pembahasan
Wacana pembaruan terhadap Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP sudah lama terdengar bahkan sebelum 2013. Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana RKUHP secara rutin masuk
dalam Program Legislasi Nasional Prolegnas, baik lima tahunan maupun prioritas satu tahunan. Terakhir, RKUHP masuk dalam Prolegnas 2009-2014 dan dijadikan Prolegnas Prioritas pada periode 2013
- 2014. Pada 6 Maret 2013, pemerintah mengirimkan RKUHP bersamaan dengan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana RKUHAP kepada DPR untuk dilakukan pembahasan. Penyerahan
RKUHP menjelang berakhirnya periode atau masa kerja pemerintah dan DPR menimbulkan pesimisme dari berbagai kalangan, termasuk kalangan pemerintah dan DPR sendiri. Proses perjalanan RKUHP 2014
tersebut akan dipaparkan dibawah ini. RKUHP akhirnya mulai ke arah yang lebih jelas.
1
Pada Rabu, 6 Maret 2013, pemerintah yang diwakili Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Amir Syamsuddin, dan fraksi-fraksi di Komisi III DPR mencapai
kesepahaman untuk memulai pembahasan RKUHP dan RKUHAP. Menurut Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, RKUHP ini perlu segera dibentuk karena KUHP yang berlaku saat ini memiliki banyak
kelemahan dan belum mengikuti perkembangan zaman. KUHP yang berlaku sekarang masih merupakan warisan dari bangsa kolonial Belanda. Oleh karena itu, pembaruan KUHP dilakukan tidak hanya dalam
rangka menjalankan misi dekolonialisasi, namun juga menjalankan misi rekodifikasi, demokratisasi hukum pidana, konsolidasi hukum pidana, serta adaptasi dan harmonisasi terhadap perkembangan
hukum nasional maupun internasional.
2
Terkait teknis pembahasan RKUHP, beberapa anggota DPRmengusulkan agar proses pembahasannya menggunakan strategi khusus yang efektif sekaligus efisien. Hal ini dengan mempertimbangkan
terbatasnya masa jabatan anggota DPR periode 2009-2014. Rata-rata anggota Komisi III juga berharap kedua rancangan ini dapat disahkan sebelum periode jabatan anggota DPR 2009-2014 berakhir. Badan
Legislatif Baleg DPR juga sempat melontarkan ide tentang strategi pembahasan RKUHP mengusulkan model pembahasan dengan cara mencicil alias bertahap. Sementara itu, seluruh fraksi di Komisi III satu
suara menyatakan setuju untuk segera membahas RKUHP dan RKUHAP. Oleh karena itu, Wakil Ketua Komisi III, Aziz Syamsudin, mengatakan bahwa Komisi III akan membentuk Tim Pembahasan RKUHAP
1
Pembahasan RKUHAP dan RKUHP Butuh Strategi Khusus, Bersama RUU terkait lainnya, rancangan KUHP dan KUHAP
diharapkan selesai
pada periode
DPR 2009-
2014 , [
http:www.hukumonline.comberitabacalt51375d5d16ddepembahasan-rkuhap-dan-rkuhp- butuh-strategi-khusus
].
2
Ibid.
4 dan RKUHP. Menurutnya, Komisi III juga akan membentuk panitia kerja, tim perumus, dan sinkronisasi.
Ia berharap agar RUU MA, Kejaksaan, KUHAP dan KUHP dapat diselesaikan dalam periode 2009 - 2014.
3
Setelah penyerahan naskah RKUHP ke DPR, Tim Komisi III langsung melakukan kunjungan kerja dan
mencari masukan ke beberapa Negara di Eropa. Beberapa anggota Panja RKUHPKUHAP sudah bertolak
ke negara-negara Eropa dengan alasan studi banding. Setidaknya, empat negara dikunjungi anggota Panitia Kerja Panja, yakni Perancis, Rusia, Inggis, dan Belanda. Rombongan yang terdiri dari 15 orang ini
berangkat April 2013.
4
Anggota Komisi III DPR RI yang sekaligus wakil ketua Badan Legislasi DPR, Achmad Dimyati Natakusumah menjelaskan bahwa studi banding dilaksanakan pada 14 - 19 April 2013. Dimyati juga menjelaskan
bahwa studi banding ke empat negara Eropa tersebut dipandang sangat penting dan tepat dalam rangka pembahasan RKUHAP dan RKUHP. Sebab, ke empat negara itu memiliki sistem penyelenggaraan hukum
yang baik. Tanggapan senada juga disampaikan oleh anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Hanura F- Hanura Syarifuddin Sudding. Ia bersikukuh bahwa studi banding dalam rangka pembahasan RKUHP ke
empat negara Eropa tersebut memang perlu dilakukan. Pasalnya, KUHP merupakan produk dari peninggalan kolonial Belanda yang sudah tidak sesuai dengan keadaan hukum yang terjadi di Indonesia
saat ini.
5
Pasca kunjungan kerja tersebut, Komisi III kemudian secara bertahap mulai melakukan persiapan pembahasan RKUHP. Misalnya pada Senin, 27 Mei 2013,Komisi III melakukan Rapat Dengar Pendapat
Umum RDPU yang dibuka pukul 19.35 WIB oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Aziz Syamsuddin, dengan agenda rapat menerima aspirasimasukan terkait dengan pembahasan RUU tentang Kitab
3
Ibid.
4
[http:nasional.kompas.comread2014082413494231Anggota.DPR.Sudah.ke.Eropa.RUU.KUHP- KUHAP.Terancam.Gagal.Disahkan]; [http:news.detik.comberita3005739ketika-komisi-iii-dpr-lagi-lagi-ke-
eropa-untuk-studi-banding-ruu-kuhpkomentar]; [http:www.dpp.pkb.or.idpkb-izinkan-anggotanya-kunker-ke- eropa].
5
Kontroversi pasal santet merupakan salah satu alasan diadakannya studi banding ini. Ketua Front Pembela Islam FPI Jakarta, Habib Selon menyatakan bahwa plesiran jauh-jauh ke luar negeri sama saja dengan menghambur-
hamburkan uang rakyat.Bahkan Pengamat Hukum dari Universitas Andalas Unand, Feri Amsari, menilai Revisi UU tersebut merupakan produk Indonesia dan berkaitan dengan pidana Indonesia, sehingga dinilai tidak tepat apabila
komisi III melakukan kunjungan kerja Kunker dan membandingkan dengan produk hukum negara-negara Eropa, khususnya menyangkut beberapa pasal yang tidak tepat ketika akan dibandingkan dengan kultur negara-negara di
Eropa, seperti pasal mengenai kumpul kebo . Sependapat terhadap Habib Selon dan Feri Amsari, Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid, memastikan anggotanya tidakakan ikut serta dalam Kunker t
erse ut, Ka i sudah putuska sejak akhir 2012 lalu bahwa PKS tidak ikut kunker atau studi banding ke luar negeri sampai selesai masa jabatan
tahun 2014, Kami bisa searching ke profesor Google, tapi kami hormati kawan-kawan yang akan berangkat, tuturnya.
Begitu a yak pro ko tra atas re a a studi a di g i i. “ulit u tuk e e tuka siapa ya g e ar da siapa yang salah. Apabila studi banding itu harus dilakukan kiranya berdasarkan pertimbangan bahwa Negara
Indonesia sangat membutuhkan hal ini, bukan berdasarkan keinginan Wakil Rakyat semata yang dituding e jadika alasa studi a di g se agai aja g liburan gratis ke Eropa.
[
http:icjr.or.idstudi-banding-kuhap- dan-kuhp-antara-keinginan-atau-kebutuhan].
5 Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Dalam rapat tersebut Prof. Muladi menyampaikan makalah
terkait dengan latar belakang dan arah reformasi KUHP. Walaupun RDPU Komisi III dan Prof. Muladi tidak mengambil kesimpulankeputusan, namun semua hal yang berkembang dalam rapat menjadi
masukan bagi Komisi III DPR RI dalam penyusunan Daftar Inventarisasi Masalah DIM fraksi-fraksi, serta pembahasan RUU tentang KUHP dan KUHAP lebih lanjut.
Pada 17 Juni 2013, Komisi III DPR RI kembali mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum RDPU terkait RKUHP dan RKUHAP yang telah masuk prioritas pembahasan RUU di DPR. Acara tersebut berlangsung di
ruang sidang Komisi III Gedung Nusantara II DPR dengan mengundang setidaknya tujuh lembaga dan ahli untuk melakukan dengar pendapat tersebut. Hadir dalam acara ini Lembaga-lembaga yang tergabung
dalam Aliansi Nasional Reformasi KUHP dan Koalisi KUHAP, O.C. Kaligis Associates, Komando Pejuang Merah Putih KPMP, Ikatan Alumni FE UKI, Pengurus Pusat Persatuan Keluarga Besar Purnawirawan
POLRI PP POLRI, Kartika LawFirm, serta fraksi-fraksi yang ada di DPR. Kesimpulan awal yang dapat diambil dari pertemuan ini adalah masih banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh DPR dalam
merumuskan arah RKUHP dan RKUHAP, sehingga masih diperlukan pembahasan lebih jauh terkait kedua rancangan ini, namun dilain sisi anggota dewan merasa optimis dapat menyelesaikan dan melegalkan
rancangan ini sebelum periode ini berakhir. Akhirnya, setelah hampir tujuh bulan, pada Senin,7 Oktober 2013, dilakukan Rapat Komisi III DPR
dengan agenda: 1 Penyerahan DIM Fraksi-Fraksi kepada Pemerintah; 2 Pembahasan DIM; dan 3 Pembentukan Panja
6
. Rapat Kerja tersebut dibuka pada pukul 14.00 WIB oleh Wakil Ketua Komisi III DPR, Aziz Syamsuddin. Komisi III DPR secara resmi menyampaikan DIM fraksi-fraksi DPR terhadap
Rancangan Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana dan Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang mewakili Presiden.
Pimpinan Komisi III menyampaikan matriks rekapitulasi dari kedua RUU tersebut, sebagai berikut: Berdasarkan DIM Fraksi-fraksi, terhadap RUU tentang KUHP BUKU KESATU:
1 Jumlah keseluruhan DIM sebanyak 704 DIM. 2 Jumlah DIM yang dinyatakan Tetap sebanyak 365 DIM.
3 Jumlah DIM yang bersifat Catatan sebanyak 39 DIM. 4 Jumlah DIM yang bersifat Redaksional sebanyak 130 DIM.
5 Jumlah DIM yang bersifat Substansi sebanyak 134 DIM. 6 Jumlah DIM yang bersifat Minta Penjelasan sebanyak 33 DIM.
7 Jumlah DIM yang bersifat Substansi Baru sebanyak 3 DIM. Berdasarkan DIM Fraksi-fraksi, terhadap RUU tentang KUHP BUKU KEDUA sebagai berikut:
1 Jumlah keseluruhan DIM sebanyak 1596 DIM. 2 Jumlah DIM yang bersifat Substansi sebanyak 210 DIM.
6
LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR-RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM DALAM RANGKA PEMBAHASAN RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA KUHP DAN KITAB UNDANG-UNDANG
TENTANG ACARA PIDANA KUHAP, Senin, 7 Oktober 2013.
6 3 Jumlah DIM yang bersifat Catatan sebanyak 145 DIM.
4 Jumlah DIM yang bersifat Redaksional sebanyak 53 DIM. 5 Jumlah DIM yang bersifat Minta Penjelasan sebanyak 8 DIM.
6 Jumlah DIM yang bersifat Substansi Baru sebanyak 2 DIM. 7 Jumlah DIM yang dinyatakan Tetap sebanyak 1178 DIM.
Dalam rapat tersebut, Pimpinan juga meminta pandangan dan pendapat dari Anggota Komisi III dan Pemerintah, yaitu:
7
a. Apakah DIM yang dinyatakan tetap dari kedua RUU tersebut dapat langsung disetujui, namun
dengan catatan dapat dibahas kembali apabila terdapat keterkaitan dengan DIM lainnya; b.
Terkait metode atau model pembahasan RUU tentang KUHAP dan RUU tentang KUHP, apabila disepakati pembahasan RUU tentang KUHP didahulukan, apakah pembahasannya dilakukan
secara keseluruhan atau sementara terbatas pada Buku Satu dari RUU tentang KUHP danapakah pembahasannya dilakukan per cluster, dalam arti membahas terlebih dahulu substansi-substansi
pokok yang menjadi prioritas atau tetap dilakukan pembahasan per DIM; c.
Apakah dalam penyusunan RUU tentang KUHAP dan RUU tentang KUHP, lembaga KPK diikutsertakan dalam penyusunannya. Apabila tidak ada, diharapkan kedepannya dapat
diikutsertakan termasuk juga dari Asosiasi Advokat. Berdasarkan rapat, maka diusulkan:
8
Untuk pembahasan kedua RUU tersebut, lebih diutamakan pembahasan RUU tentang KUHP Buku Kesatu dan RUU tentang KUHAP. Pembahasan kedua RUU dapat dilakukan simultan, sedangkan
untuk pengesahannya tetap dilakukan secara bersamaan. Agar metode yang digunakan dalam pembahasan RUU KUHAP dan KUHP, untuk terlebih dahulu
melakukan pembahasan Buku I RUU KUHP, dengan metode pembahasan intensif seperti konsinyering dan mengusulkan pula adanya pembahasan yang terbuka atau transparan dan
akuntabel untuk menghindari gugatan di kemudian hari. Terkait hal ini,pemerintah dan Tim Penyusun RUU tentang KUHAP dan KUHP menjelaskan bahwa penyusunan kedua RUU dimaksud
jauh sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu yaitu hampir 25 tahun, sehingga tidak ada sedikitpun untuk melemahkan lembaga yang ada.
Terhadap lembaga penegak hukum lembaga yang ada, tetap berjalan sebagaimana saat ini atau kedepannya disesuaikan dengan RUU tentang KUHAP dan RUU tentang KUHP jika disahkan atau
dengan Undang-Undang khusus yang ada sebagaimana saat ini. Bahwa dalam pembahasan kedua RUU tersebut harus ada kesepahaman bersama terlebih dahulu, dalam hal ini tentang soal hukum
yang bersifat umum atau lex generalis. Ini merupakan hukum umum dan bukan khusus. Bahwa ada kekhawatiran terkait dengan dibatasinya wewenang penyadapan oleh KPK dalam KUHP dan
KUHAP tidak pada tempatnya. Pasalnya, persoalan terkait KPK sudah diatur dalam Undang- Undang khusus.
7
Ibid.
8
Ibid.
7 Selain itu,beberapa bahasan lainnya mencakup:
a. RUU tentang KUHP dan RUU tentang KUHAP dianggap mendesak untuk segera dibahas,
dikarenakan Undang-Undang yang ada saat ini merupakan warisan kolonial Belanda. b.
Pembaruan Undang-Undang tentang KUHP dilakukan tidak hanya dalam rangka menjalankan misi dekolonialisasi. Lebih dari itu, juga menjalankan misi rekodifikasi, demokratisasi hukum pidana,
konsolidasi hukum pidana serta adaptasi dan harmonisasi terhadap perkembangan hukum nasional maupun internasional.
Terkait dengan teknis pembahasan RUU tentang KUHP dan KUHAP, diusulkan agar proses pembahasannya menggunakan strategi khusus yang efektif sekaligus efisien. Hal ini dengan
mempertimbangkan terbatasnya waktu jabatan anggota DPR periode 2009-2014. Diharapkan kedua rancangan ini dapat disahkan sebelum periode jabatan anggota DPR 2009-2014 berakhir. Bahwa untuk
mendalami dan mengefektifkan pembahasan RUU tentang KUHP dan Panja RUU tentang KUHAP, Pimpinan menawarkan untuk dibentuknya Panitia Kerja Panja dengan komposisi sesuai dengan alokasi
jumlah masing-masing fraksi. Pemerintah mengusulkan untuk prioritas pembahasan Buku Kesatu dari DIM RUU tentang KUHP karena
Buku Kesatu berisi asas-asas dan pembahasan Buku Kesatu agar dilakukan dengan sistem cluster terhadap DIM yang bersifat substansi. Pimpinan Komisi III dalam waktu dekat akan menyampaikan surat
kepada masing-masing Ketua Kelompok Komisi Kapoksi perihal keanggotaan masing-masing fraksi dalam pembahasan kedua RUU tersebut. Diusulkan dalam pembahasan RUU tentang KUHAP dan KUHP
yang bersifat terbuka dilakukan bersama dengan Pemerintah, termasuk juga dari Kejaksaan Agung, KPK, Mahkamah Agung, dan Asosiasi Pengacara. Selanjutnya fraksi-fraksi agar mengirimkan nama untuk
masuk dalam keanggotaan Panitia Kerja Panja. Rapat Kerja Komisi III DPR dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia beserta jajarannya telah
bersepakat terhadap beberapa hal: Pertama, terhadap DIM yang bersifat tetap langsung disetujui, namun dengan catatan dapat dibahas kembali apabila terdapat keterkaitan dengan DIM lainnya,
sedangkan untuk DIM yang bersifat redaksional dibahas dalam Rapat Panitia Kerja Panja; Kedua, prioritas pembahasan pada Buku Kesatu DIM RUU tentang KUHP dan DIM RUU tentang KUHAP;
Ketiga,Pemerintah mempelajari terlebih dahulu DIM Fraksi-Fraksi DPR RI terhadap RUU tentang KUHAP dan RUU tentang KUHP; dan Keempat, pembahasan RUU tentang KUHAP dan RUU tentang KUHP untuk
dibentuk Panitia Kerja Panja. Namun, pasca rapat penyerahan DIM, pembahasan RKUHP justru terkatung-katung , bahkan pihak
Pemerintah sendiri justru tidak satu suara mengenai substansi dalam RKUHP tersebut. Akhirmya,melihat kondisi tersebut, pada Oktober 2013 beberapa organisasi anti korupsi dan Komisi Pemberantasan
Korupsi KPK kemudian mengkritik pembahasan RKUHP saat itu. Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas meminta DPR dan pemerintah untuk menghentikan pembahasan R KUHP dan R KUHAP sebab ada
beberapa pasal dalam kedua RUU itu justru melemahkan upaya penegakan hukum yang berkaitan
8 dengan pemberantasan korupsi.
9
Menurutnya,lebih baik pembahasan dihentikan agar tidak terjadi public distrust. Rekomendasipembahasan RKUHP dan RKUHAP lebih baik diserahkan kepada DPR
periode mendatang, bukan periode sekarang ini. KPK dalam berbagai diskusi dengan pakar, juga berharap proses pembahasan RKUHP dan RKUHAP tidak lagi diprioritaskan.
10
KPK lalu mengirimkan surat kepada DPR dan Presiden meminta pembahasan R KUHPKUHAP dihentikan. KPK berdalih selain persoalan waktu yang singkat, substansi dari RKUHP juga masih memuat delik tindak
pidana kejahatan luar biasa, padahal sudah ada Undang-Undang tersendiri yang mengaturnya. DPR menyatakan telah menerima surat yang disampaikan KPK itu. Namun, DPR bersama Tim Penyusun KUHP
dari Pemerintah sepakat tetap melanjutkan pembahasan sampai ada sikap resmi dari Presiden. Menanggapi hal tersebut anggota Tim Penyusun RKUHP, Muladi, meminta KPK kembali melihat
posisinya dalam susunan ketatanegaraan.
11
KPK tidak boleh seenaknya memaksakan kehendak meminta pembahasan R KUHPKUHAP dihentikan. Sebaiknya KPK tahu diri di mana kedudukannya dalam
struktur kenegaraan. KPK harus menghormati wibawa seorang Presiden, karena RUU dibawa oleh Presiden dan disetujui DPR masuk dalam program legislasi.
12
Muladi mengungkapkan bahwa KPK seharusnya menghargai proses penyusunan R KUHPKUHAP yang sudah dilakukan sejak 40 tahun lalu, sebelum KPK terbentuk. Proses penyusunannya juga melibatkan
pakar-pakar hukum di Indonesia dan internasional. Karena itu, Muladi menyarankan jika KPK merasa tidak dilibatkan dalam pembahasan ini, sebaiknya memberikan masukannya dalam bentuk surat kepada
Presiden maupun DPR. Bila perlu, KPK minta dipanggil DPR untuk didengarkan pendapatnya. Terkait permintaan KPK agar tindak pidana luar biasa seperti korupsi tidak dicantumkan dalam RKUHP, Muladi
menyatakan hal itu tidak bisa dilakukan karena R KUHP mencakup semua tindak pidana dan norma- norma yang berlaku umum. Untuk hukum acaranya, menurut Muladi, baru bisa diatur dalam undang-
undang khusus.
13
9
Busyro: Stop Pembahasan RUU KUHP dan RUU KUHAP ,[http:news.detik.comberita2381593busyro-stop-
pembahasan-ruu-kuhp-dan-ruu-kuhap]. Menururt Busyro,ada sosial danger dalam materi dua RUU tersebut. Ada sejumlah kewenangan dari BNN dan KPK yang terancam hilang.Sikap KPK dalam pembahasan RUU KUHP dan RUU
KUHAP berpihak kepada rakyat sebab yang berdaulat itu adalah rakyat. Sementara itu, kondisi yang ada tengah dimiskinkan oleh mesin-mesin korupsi.Kami berharap, DPR dan pemerintah berpikir kembali dengan jiwa besar
dan sabar, untuk menyerahkan pembahasan dua RUU itu kepada DPR periode yang mendatang, ujar Busyro.Lebih lanjut, dia mengingatkan pemerintah agar tidak ngotot untuk memaksakan pembahasan RUU KUHP dan KUHAP
untuk segera disahkan menjadi Undang-Undang. DPR dan pemerintah diimbau untuk berpikir, berjiwa besar dan sabar, serta melibatkan lebih banyak pihak untuk kesempurnaan RUU KUHP dan RUU KUHAP.KPK sendiri hingga
hari ini tidak pernah diundang untuk membahas dua hal tersebut. Ibid.
10
Ibid.
11
Minta Penarikan RUU KUHP, KPK Diminta TahuDiri ,
[http:nasional.kompas.comread201402200800245Minta.Penarikan.RUU.KUHP.KPK.Diminta.Tahu.Diri].
12
Ibid.
13
Ibid.
9 Proses pembahasan RKUHP di DPR akhirnya menjadi stagnan karena munculnya kontroversi beberapa
pasal yang dianggap melemahkan KPK dan proses pembahasannya yang terlalu singkat.
14
Hal ini kemudian memicu gelombang pasang penolakan terhadap pembahasan RKUHP. Beberapa partai
politik akhirnya juga menanggapi gelombang penolakan tersebut. Ketua Umum Partai Nasional Demokrat, Surya Paloh,menyatakan bahwa agar tidak menjadi isu yang memanaskan dinamika politik
jelang Pemilu 2014, sebaiknya pembahasan R KUHP ditunda. Menurutnya, sebaiknya semua pihak lebih fokus lagi agar pembahasan R KUHP ini tidak menimbulkan polemik dan membuang energi. NasDem
ingin mengajak konsentrasi. Karena semakin banyaknya hal yang menimbulkan polemik terhadap kondisi kebangsaan kita, yang memerlukan semangat kesatuan kita, jelas Surya Paloh. Dalam
pandangannya, sebaiknya pemerintah memanfaatkan peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Biar pemerintah baru nanti yang menyelesaikan masalah ini. Mungkin nanti ada pemerintahan baru ke
depan. Ada anggota dewan kita yang terpilih ke depan, duduk lebih tenang, berpikir mengkaji apa yang kurang. Itu yang kita perbaiki, ungkap Surya Paloh.
15
Bambang Soesatyo, Anggota Komisi III DPR juga berpandanganagar pembahasan R KUHP dan R KUHAP yang terkesan dipaksakan dan dinilai bertujuan mengganggu konsentrasi pemilihan umum Legislatif
tahun 2014 sebaiknya dihentikan saja.
16
Lebih baik fokus dan konsentrasi pada persiapan dan penyelenggaraan pemilihan umum tahun 2014 yang bersih dan jujur. Persiapan dan penyeenggaraan
pemilihan umumbisa berantakan jika kontroversi seputar R KUHP dan R KUHAP dibiarkan berlanjut. Menurutnya, pembahasan tersebut dihentikan saja agar semua elemen rakyat bisa berkonsentrasi pada
Pemilu 2014 dan para penegak hukum sendiri menilai kedua RUU itu mengganggu dan melemahkan
penegakan hukum. Alasan lainnya, kalau proses pembahasan di DPR tidak mulus, suasana akan menjadi
hiruk pikuk, sehingga akan membelokkan konsentrasi publik dari persiapan pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 ke isu seputar silang pendapat atas dua RUU dimaksud.
17
Anggota DPR, Budiman Sudjatmiko, menyatakan bahwa memaksa pembahasan RKUHP selesai dalam waktu singkat tidak logis. Jika asal jadi, hal itu bisa mengesankan ada maksud yang negatif. Jika wakil
rakyat yang saat ini bertugas membahas rancangan undang-undang hukum pidana tersebut kesannya sedang melakukan investasi bisnis dibanding investasi politik di parlemen.
18
Menurutnya, pembahasan R KUHP harus dilakukan dalam keadaan pikiran legislatif yang jernih dan bebas dari kepentingan politik
praktis. Dia juga mengusulkan R KUHP yang di tangan DPR saat ini ditarik saja oleh pemerintah. Kemudian dikaji ulang secara mendalam. Karena itu ia setuju perlu pembentukan komisi khusus yang
membahas RKUHP oleh pemerintah, dengan melibatkan para ahli hukum.
19 14
Pembahasan RUU KUHP Sebaiknya Ditunda ,[http:lampost.coberitapembahasan-ruu-kuhp-sebaiknya-
ditunda-].
15
Ibid.
16
Hentikan Pembahasan RUU KUHP KUHAP, Ganggu Konsentrasi Pileg ,[http:suaraagraria.comdetail-20201-
hentikan-pembahasan-ruu-kuhp-kuhap-ganggu-konsentrasi-pileg.html.VlwH0V6S_IU].
17
Ibid.
18
Proses Legislasi RUU KUHP dan KUHAP Mepet ,[http:www.pikiran-rakyat.comserial-kontenproses-legislasi-
ruu-kuhp-dan-kuhap-mepet].
19
Ibid.
10 Seperti yang telah diduga dari awal, menjelang pergantian anggota DPR menuju periode 2014-2019
pada 30 September 2014, ternyata menimbulkan kesibukan yang luar biasa bagi DPR. Akhirnya masih banyak pekerjaan rumah yang belum dituntaskan para anggota Dewan sebelumnya. Salah satunya
penyelesaian pembahasan RUU KUHPKUHAP.
20
Anggota Panitia Kerja Panja RUU KUHPKUHAP, Trimedya Panjaitan, mengakui bahwa RUU ini diperkirakan tidak akan tuntas dibahas dalam periode DPR
2009-2014. Pasalnya, Panja RUU KUHPKUHAP sama sekali belum membahas hal-hal substantif pasal per pasal dalam kedua RUU itu. Pada Senin, 25 Agustus 2014, Komisi III baru akan rapat internal untuk
menentukan agenda, termasuk soal panja RKUHP. Sampai Agustus 2014 saja Panja baru memanggil sejumlah elemen masyarakat untuk dimintai masukan
terkait RUU yang menuai banyak kontroversi ini. Disamping itu, apabila R KUHPKUHAP ini gagal disahkan pada DPR periode sekarang, maka pembahasan kedua RUU itu akan kembali mengulang dari
awal. Pasalnya, tidak ada istilah carry over melanjutkan pembahasan yang sudah ada. Nasib R KUHPKUHAP yang sejak awal selalu masuk Program Legislasi Nasional Prolegnas selalu gagal dibahas
sampai tuntas di setiap periode DPR. Tidak adanya carry over menyebabkan persoalan R KUHPKUHAP sulit dituntaskan dalam lima tahun periode DPR. Tidak mungkin jika RUU ini pembahasannya terburu-
buru. Sampai dengan 17 September 2014. Komisi Hukum DPR menunggu daftar inventarisasi masalah DIM
RKUHP dan RKUHAP dari pemerintah. Wakil Ketua Komisi Hukum DPR, Aziz Syamsuddin mengatakan komisinya masih menunda pembahasan revisi KUHP.
21
Ini karena ada DIM yang masih menjadi perdebatan dari stakeholders. DPR minta DIM itu diselaraskan dulu oleh pemerintah. DPR, kata dia,
tidak jadi membahas revisi KUHP dan KUHAP lantaran Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian menyurati komisinya beberapa waktu lalu. Oleh karena itu, DPR memberi waktu untuk diselesaikan dulu
permasalahan yang ada dan penyelesaiannya harus dari kedua belah pihak.
22
Aziz sendiri tidak bisa menjanjikan pembahasan revisi KUHP dan KUHAP ini selesai sebelum masa tugasnya berakhir pada 20 Oktober 2014. Soalnya, revisi ini bergantung pada pembahasan DIM oleh
pemerintah dan para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, Aziz meminta pemerintah segera membahas dan mencari titik temu masalah ini dengan KPK dan kepolisian. DPR bisa jalan kalau
sebenarnya pemerintah konsisten. Cuma, di antara pemerintah dan stakeholders belum ada titik temu. DPR akan selalu siap dan menunggu pembahasan revisi KUHAP dan KUHP setelah tidak ada pandangan
yang bertabrakan di lingkup internal pemerintah.
23
Akhirnya, sampai pemerintah baru terbentuk, pembahasan RKUHP periode 2013-2014 berakhir tanpa perkembangan yang berarti.
20
[http:nasional.kompas.comread2014082413494231Anggota.DPR.Sudah.ke.Eropa.RUU.KUHP- KUHAP.Terancam.Gagal.Disahkan].
21
[http:nasional.tempo.coreadnews20140917078607710dpr-ragu-revisi-kuhap-dan-kuhp-rampung- oktober-ini].
22
Ibid.
23
Ibid.
11
1.2. Catatan atas Pembahasan