Nana Cholisna, 2015 PERANAN BENAZIR BHUTTO D ALAM MEMPERJUANGKAN D EMOKRASI D I PAKISTAN TAHUN 1977-
2007
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional.
Kekacauan telah terjadi sejak negara tersebut menyatakan kemerdekaan dari India, masalah pengungsi yang terjadi usai perang sampai pada campur tangan
militer dalam politik. Sistem politik yang belum stabil dianggap sebagai alasan utama pergantian kekuasaan yang terus terjadi di Pakistan.
Pergantian kekuasaan yang terjadi di Pakistan tidak selalu berjalan dengan demokratis seperti melalui pemilihan umum, tetapi juga dilakukan dengan cara
coup d’etat kudeta oleh pihak militer. Pemerintahan militer sudah ada sejak tahun 1956 dibawah pimpinan Jenderal Ayub Khan, yang dilanjutkan oleh kudeta
militer kedua yang dilakukan oleh Jenderal Yahya Khan. Kekuasaan militer berakhir setelah rakyat Pakistan menginginkan pemerintahan yang baru, era baru
di bawah pimpinan politisi sipil dimulai dengan naiknya Zulfikar Ali Bhutto menjadi Presiden menggantikan Jenderal Yahya Khan.
“Pemerintahan militer maupun sipil yang silih berganti memimpin Pakistan tidak merubah salah satu dasar konstitusinya yaitu semua undang-undang harus
mengikuti prinsip-prinsip dasar Islam ” Mahmud, 1988, hlm. 278. Para politisi
tersebut menyadari Pakistan merupakan negara Islam yang menggunakan sistem demokrasi menjunjung tinggi peran para ulama, sehingga mereka banyak mencari
dukungan demi kekuasaannya. Para ulama tersebut mempertahankan agar Pakistan tetap menjadi negara yang berdasakan prinsip-prinsip dasar Islam,
sehingga akan sulit bagi politisi yang berkuasa ketika tidak sesuai dengan prinsip yang mereka jaga.
Nana Cholisna, 2015 PERANAN BENAZIR BHUTTO D ALAM MEMPERJUANGKAN D EMOKRASI D I PAKISTAN TAHUN 1977-
2007
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pemerintahan sipil pimpinan Bhutto hanya bertahan lima setengah tahun, dan kekuatan militer di Pakistan kembali mengambil alih pemerintahan. Hal
tersebut diungkapkan Burki 1991, hlm. 61-65 yang menyatakan bahwa: Pada tanggal 5 Juli 1977, Bhutto disingkirkan oleh militer, yang mengambil
kontrol sekali lagi tidak keluar dari ambisi politik, tetapi karena adanya ketegangan-ketegangan akibat perlakuan Bhutto terhadap para pemimpin
politik lainnya, partai-partai mereka, dan program-program mereka.
Kudeta tersebut mendapat dukungan dari partai-partai Islam yang menentang kebijakan Bhutto beraliran sosialisme dan keluar dari nilai-nilai Islam
sebagai jati diri negara Pakistan. Sehingga mereka membentuk sebuah Aliansi Nasional yang mendapat dukungan militer, khususnya Zia ul-Haq yang
menjanjikan akan mengakomodasi kepentingan mereka dan Islam. Pengambilalihan kekuasaan oleh militer tersebut mendapatkan sambutan
yang beragam di tengah kekacauan yang terjadi di Pakistan. Kalangan pendukung Bhutto tidak menghendaki kembalinya militer berkuasa di Pakistan, gerakan-
gerakan dilakukan selama kekuasaan militer di bawah pimpinan Jenderal Zia ul- Haq. Gerakan-gerakan tersebut membuat sebuah kekuatan oposisi baru terhadap
pemerintah, dilakukan tidak hanya oleh para politisi laki-laki melainkan juga oleh para politisi perempuan.
Salah satu tokoh perempuan yang menghadapi kesulitan luar biasa, karena menjadi
“Perempuan pertama yang memimpin negara dengan mayoritas muslim pada masa pasca kolonial adalah Benazir Bhutto
” Khayyirah, 2013; Faidi, 2013. Benazir Bhutto merupakan perdana menteri perempuan pertama di Republik
Islam Pakistan, sekaligus perdana menteri termuda yang pernah terpilh di negara tersebut. Beliau bersama ibunya yang bernama Nusrat Bhutto melakukan
perjuangan melawan kekuasaan militer yang dipimpin oleh Jenderal Zia ul-Haq, yang mengakibatkan dirinya ditahan sampai diasingkan ke luar negeri. Namun,
peran keduanya menghadapi kesulitan karena dianggap di luar kebiasaan politik di Pakistan yang lebih mengutamakan peran laki-laki daripada perempuan sebagai
seorang pemimpin.
Nana Cholisna, 2015 PERANAN BENAZIR BHUTTO D ALAM MEMPERJUANGKAN D EMOKRASI D I PAKISTAN TAHUN 1977-
2007
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Perjuangan dalam menegakkan kembali demokrasi di negerinya diwujudkan dengan langkah demokrasi pula, yaitu dengan cara menjadi pemimpin partai
politik Pakistan People’s Party PPP yang dahulu dipimpin oleh ayahnya.
Gerakan Benazir menggulingkan pemerintahan yang dipegang oleh Zia ul-Haq yang telah mengkudeta ayahnya ketika menjabat sebagai perdana menteri menjadi
alasan utama,
selain itu
juga untuk
menghapuskan kediktatoran
dan mengembalikan demokrasi di Pakistan. Alasan inilah yang membuat PPP
membuat sebuah gerakan, seperti menurut Riaz 2000, hlm. 37- 38 “
It was suggested that a Movement for Restoration of Democracy
MRD,
in February 1981 the MRD was formally formed
”. PPP telah mengusulkan sebuah Gerakan Pemulihan Demokrasi GPD, gerakan tersebut secara resmi terbentuk pada
Februari 1981. Langkahnya menjadi seorang pemimpin partai politik tidaklah mudah,
karena banyak pro-kontra mengenai masalah gender. Sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam akan memilih seorang pemimpin laki-
laki daripada perempuan. Benazir yang mendapat tantangan tersebut memulai safari politiknya dari kota ke kota di Pakistan, untuk menunjukkan tekadnya
“Menegakkan keadilan dan menggulingkan pemerintahan Zia yang dianggapnya merupakan pemerintahan diktatorial
” Munif, 2009, hlm. 16. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merasa tertarik untuk menulis
kajian mengenai gerakan perubahan yang dilakukan oleh Benazir Bhutto, karena terdapat kesenjangan-kesenjangan yang ada dalam tema penelitian ini. Pertama,
karena pemerintahan Zia yang menggunakan militer sebagai alat melanggengkan kekuasaannya
telah mengubah pemerintahan demokratis yang sebelumnya
dipimpin oleh Zulfikar Ali Bhutto sebagai perdana menteri. Bersamaan dengan hal tersebut, muncul sosok Benazir menuntut ketidakadilan terhadap ayahnya dan
Pakistan yang dilakukan oleh pemerintahan Zia dan menegakkan kembali demokrasi di Pakistan.
Nana Cholisna, 2015 PERANAN BENAZIR BHUTTO D ALAM MEMPERJUANGKAN D EMOKRASI D I PAKISTAN TAHUN 1977-
2007
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kedua, Aliansi Nasional penentang sosialisme Zulfikar Ali Bhutto yang sebelumnya mendukung kudeta militer Zia ul-Haq berbalik menentang beberapa
kebijakan Zia yang tidak lagi mengakomodasi kepentingan Islam. Kekuasaan militer dianggap tidaklah Islami dan dibutuhkan sebuah perubahan, maka negara
dituntut untuk mengakomodasi hal tersebut, akan tetapi ditentang oleh Zia ul-Haq. Kemudian
“Muncul ‘Gerakan Pemulihan Demokrasi’ yang pendukungnya tidak hanya terdiri dari partai-partai sekularis seperti PPP, tetapi juga partai-partai
anggota Aliansi Nasional yang dikecewakan oleh Zia ul-Haq ” Sjadzali, 1990,
hlm. 231. Tekanan terhadap pemerintahan militer Zia ul-Haq tidak sia-siakan oleh putri Zulfikar Ali Bhutto yaitu Benazir Bhutto, untuk mencari dukungan para
ulama yang sebelumnya menentang kebijakan ayahnya dan berbalik mendukung dirinya dalam menggulingkan pemerintahan militer Zia ul-Haq.
Ketiga, kesenjangan yang terjadi ketika sosok seorang perempuan seperti Benazir Bhutto datang menawarkan sebuah konsep negara Islam dengan
demokrasi modern dapat diterima oleh para ulama yang sebelumnya begitu konservatif. Sosok Benazir banyak mendapatkan dukungan dari rakyat yang pada
awalnya menentang perempuan sebagai seorang pemimpin, bahkan sebagian dari pendukung pemerintahan Zia ul-Haq memilih dirinya sebagai Perdana Menteri
perempuan pertama di Pakistan. Selain itu meskipun dirinya diturunkan menjadi Perdana Menteri dengan tuduhan kasus korupsi, dirinya dapat terpilih kembali
sebagai Perdana Menteri kedua kalinya. Sosok Benazir untuk kedua kalinya harus dilengserkan dengan tuduhan yang hampir sama dan harus diasingkan ke luar
negeri selama bertahun-tahun, namun berkat gerakan-gerakan politik yang dilakukannya dalam pengasingan, dirinya mampu mendapatkan simpati dari
rakyat Pakistan untuk mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri untuk ketiga kalinya sampai terjadi tragedi bom mobil pada tahun 2007 yang menewaskan
dirinya. Melihat permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai sosok Benazir Bhutto sebagai seorang tokoh pemimpin perempuan yang kuat dan tangguh dalam memperjuangkan demokrasi di Pakistan. Selain itu,
Nana Cholisna, 2015 PERANAN BENAZIR BHUTTO D ALAM MEMPERJUANGKAN D EMOKRASI D I PAKISTAN TAHUN 1977-
2007
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
masih kurangnya kajian historis mengenai Benazir Bhutto atau pun Pakistan yang dibahas dalam sebuah skripsi, sehingga peneliti memilih judul “Peranan Benazir
Bhutto dalam Memperjuangkan Demokrasi di Pakistan Tahun 1977-2007 ”.
Pemilihan tahun 1977 sebagai awal kajian, yaitu ketika terjadi kudeta yang dilakukan oleh Zia ul-Haq terhadap pemerintahan Zulfikar Ali Bhutto dan ketika
itu pula Benazir dipenjara karena memprotes penahanan ayahnya. Sejak saat itu pula Benazir keluar-masuk penjara, tahanan rumah sampai pengasingan ke luar
negeri yang dilakukan oleh Pemerintahan Zia. Pada tahun 1986, PM Pakistan saat itu Muhammad Khan Junejo mencabut UU Darurat Perang setelah delapan tahun
diberlakukan, kesempatan itu pula tidak disia-siakan oleh Benazir dan ibunya Begum Nusrat Bhutto memimpin PPP untuk menjadi partai oposisi menolak
pemerintahan Zia. Ketika tahun 1988 Zia ul-Haq tewas akibat sebuah kecelakaan pesawat,
kemudian diadakan pemilu yang dimenangkan oleh PPP dan mengangkat Benazir Bhutto sebagai perdana menteri untuk pertama kalinya, namun tidak untuk waktu
yang lama menjabat kembali diturunkan dengan tuduhan korupsi. Tahun 1993 Benazir kembali terpilih sebagai Perdana Menteri, namun pada tahun 1996 dirinya
kembali diturunkan dengan tuduhan yang sama dan diasingkan keluar negeri selama beberapa tahun. Penelitian ini dibatasi sampai tahun 2007, tahun dimana
Benazir Bhutto kembali ke Pakistan dari pengasingannya di luar negeri dan akan mencalonkan diri kembali sebagai Perdana Menteri ketiga kalinya, namun terjadi
tragedi bom mobil yang membuat dirinya dan beberapa pendukungnya meninggal dalam sebuah kampanye terbuka.
Nana Cholisna, 2015 PERANAN BENAZIR BHUTTO D ALAM MEMPERJUANGKAN D EMOKRASI D I PAKISTAN TAHUN 1977-
2007
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
1.2 Rumusan Masalah