+ i
s
adalah jarak alternatif ke-i dari solusi ideal positif,
− i
s
adalah jarak alternatif ke-i dari solusi ideal negatif,
ij
v
adalah elemen dari matriks keputusan yang ternormalisai terbobot V,
+ j
v adalah elemen matriks solusi ideal positif,
− j
v adalah elemen matriks solusi ideal negatif. 6. Menghitung kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif.
Kedekatan relatif dari setiap alternatif terhadap solusi ideal positif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut [2]:
+ −
− +
+ =
i i
i i
s s
s c
, 0 ≤
+ i
c
≤ 1, ………………..2.7 dimana :
i = 1, 2, 3, . . . , m
+ i
c
adalah kedekatan relatif dari alternatif ke-i terhadap solusi ideal positif,
+ i
s
adalah jarak alternatif ke-i dari solusi ideal positif,
− i
s
adalah jarak alternatif ke-i dari solusi ideal negatif. 7. Merangking Alternatif.
Alternatif diurutkan dari nilai
+
C
terbesar ke nilai terkecil. Alternatif dengan nilai
+
C
terbesar merupakan solusi yang terbaik.
2.3 Penentuan Siswa Berprestasi
Pada SMA Swata Eria Medan, di bawah Yayasan Hj.Ani Idrus penentuan untuk menjadi siswa berprestasi masih menggunakan cara manual dan memerlukan
waktu yang lama. Maka penulis berinisiatif untuk membuat suatu sistem pendukung keputusan pemilihan siswa berprestasi di sekolah SMA Swasta Eria untuk
mempermudah para guru di SMA Swasta Eria Medan dalam memilih dan siswa yang
berhak menjadi siswa yang berprestasi.
Ada pun kriteria untuk menjadi siswa berprestasi yaitu: • Masih aktif sebagai siswa disekolah
• Jumlah nilai rata-rata
• Persentase kehadiran • Rangking
• Predikat tingkah lakusopan santun • Predikat kerapian
• Jumlah ekstrakurikuler yang di ikuti • Jumlah prestasi yang pernah di proleh
Ada pun kerumitan dalam menentukan siswa berprestas secara manual yaitu: • Untuk menyelesaikan permasalahan format penilaian yang berbeda,contohnya
terhadap nilai numerik dengan nilai non numerik. • Adanya range yang berbeda untuk kriteria nilai yang numerik.
• Untuk menghindari subjektivitas terhadap calon siswa berprestasi,misalnya adanya
hubungan internal siswa dengan yayasan atau kepala sekolah.
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Permasalahan
Penentuan siswa berprestasi di SMA Swasta Eria Medan ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu masih aktif sebagai siswa di sekolah, jumlah nilai rata-rata, persentase
kehadiran, rangking, predikat tingkah lakusopan santun, jumlah ekstrakurikuler yang diikuti, jumlah prestasi yang pernah diperoleh. Jumlah calon siswa berprestasi akan
dibandingkan satu dengan lainnya berdasarkan tujuh kriteria tersebut. Kriteria tersebut dinilai dengan istilah linguistik, yaitu sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat
baik. Pada awalnya sekolah tidak menentukan nilai bobot untuk kriterianya, tetapi hanya membandingkan kriteria-kriteria tersebut.
Pengambilan keputusan sering kali mengalami kesulitan dalam menentukan calon siswa berprestasi yang akan dipilih. Terkadang keputusan yang diambil tidaklah
akurat. Untuk itu, metode TOPSIS digunakan untuk membantu pihak sekolah melalui Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Siswa Berprestasi di SMA Swasta Eria
Medan.
TOPSIS mengasumsikan bahwa setiap kriteria akan dimaksimalkan dan diminimalkan. Maka dari itu nilai solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dari
setiap kriteria ditentukan, dan setiap alternatif dipertimbangkan dari informasi tersebut. Namun, solusi ideal positif jarang dicapai ketika menyelesaikan masalah
dalam kehidupan nyata. Maka asumsi dasar dari TOPSIS adalah ketika solusi ideal positif tidak dapat dicapai, pembuat keputusan akan mencari solusi yang sedekat
mungkin dengan solusi ideal positif. TOPSIS memberikan solusi ideal positif yang relatif dan bukan solusi ideal positif yang absolut. Alternatif akan dirangking
berdasarkan besarnya nilai kedekatan relatif suatu alternatif terhadap solusi ideal positif. Hasil perangkingan dijadikan sebagai referensi bagi pengambil keputusan
untuk memilih solusi terbaik yang diinginkan.
3.2 Analisis Kebutuhan Sistem Pendukung Keputusan