Categories yang memperkenalakan 3 kategori besar yaitu i teacher talk ii pupil talk, dan iii silence
c. Langkah – langkah Observasi
Dalam hala pelaksanaan PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pelaksanaan observasi perlu dilakukan dalam 3 fase kegiatan yaitu
i pertemuan perencanaan, ii Pelaksanaan observasi kelas, dan iii Pembahasan balikan. Berikut dijelaskan secara lebih rinci hal –
hal yang berkaitan dengan observasi interpretasi dalam rangka penyelenggaraan PTK secara kolaboratif tersebut.
1 Pertemuan Perencanaan Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan
bersama untuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antara observer pengamat dan observee
yang diamati mengenai focus. Kriteria atau kerangka piker interpretasi di samping teknik observasi termasuk perekaman hasil
observasi yang akan digunakan. Bila kesamaan pandang telah tercapai, maka di satu pihak keinginan masing – masing dapat
dipenuhi sedangkan di pihak lain kekakuan dalam mengobservasi dapat di kurangi kondisi kerja seperti ini dapat menghemat waktu
ayng di gunakan dalam melaksanakan observasi di kelas dalam mendiskusikan balikan dan dalam melakukan refleksi serta dalam
menyusun rencana tindak lanjut, apabila diperlukan. a Penetapan focus Observasi
Fokus Observasi adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran tujuan dalam pelaksanaan observasi. Dalam rangka PTK, focus
observasi dibatasi pada sasaran – sasaran tertentu yang diprioritaskan dalam kerangka piker tindakan perbaiakan yang
tengah di gelar dalam sesuatu siklus PTK. Berhubung dengan hakekatnya yang khas, maka ada 3 catatan yang perlu diingat
dalam pelaksanaan observasi dalam rangka PTK, yaitu i actor tindakan perbaikan adalah juga pelaku utama pelaksanaan
observasi, dengan resiko bahwa cakupan wilayah observasinya kemungkinan akan lebih terbatas, dibandingkan dengan apabila
ada mitra yang dapat memberikan bantuan, ii Sebagaimana telah ditekankan sebelumnya, kehadiran pengamat mitra berperan
melengkapi amatan dari pelaksana tindakan perbaikan, bukan menggantikannya, dan iii Sebagai pengamat, mitra tetap
berfungsi sebagai pengamat, bukan sebagai supervisor penuh atau paling banyak sebagai peer supervisor.
b Kriteria Observasi Kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan observasi adalah
kerangka pikit yang digunakan dalam menafsirkan makna dari berbagai fakta yang terekam sebagai indicator dari berbagai gejala
yang diharapkan terjadi sebagai perwujudan dari proses atau dampak dari tindakan perbaikan yang diimplementasikan. Kerangka
piker tersebut dapat lebih bersifat kuantitatif seperti misalnya dalam bentuk frekuensi pertanyaan yang diajukan siswa dalam
sesuatu kurun waktu tertentu. Sebaliknya, kerangka piker tersebut dapat juga lebih menampilkan sifat kualitataif seperti berkenaan
dengan sifat danatau tujuan pertanyaan yang diajukan itu pertanyaan factual atau pertanyaan analitik, pertanyaan evaluatif
dan pertanyaan – pertanyaan yang menuntut pengerahan proses kognitif
tingkat tinggi
lainnya. Namun yang lebih sering dibutuhkan adalah kombinasi di antara
keduanya. Yang tentu saja harus diramu secara kontekstual sesuai dengan tujuan, materi dan prosedur yang terdapat dalam scenario
di satu pihak, serta sesuai pula dengan mini perbaikan dari hipotesis tindakan yang kebetulan di gelar pada saat itu. Pada
gilirannya, sebagaimana telah diisyaratkan di awal bagian ini, kriteria observasi menyediakan kerangka acuan yang dapat
digunakan untuk menunjau kembali berbagai aktivitas yang telah digelar sebagai perangkat tindakan perbaikan. Oleh karena itu,
pengembangan kriteria observasi sekaligus juga merupakan pemetaan kerangka piker yang membingkai tindakan perbaikan.
Beberapa contoh kriteria observasi dalam rangka PTK dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Peningkatan proses pembelajaran, seperti:
Peningkatan frekuensi danatau kualitas pertanyaan siswa dalam interaksi belajar – mengajar.
Peningkatan kerja sama antar siswa dalam pelaksanaan tugas – tugas pembelajaran
Peningkatan jumlah danatau ragam sumber belajar yang dimanfaatkan oleh siswa.
2 Peningkatan hasil belajar, seperti :
Peningkatan perasaan puas para siswa
Peningkatan perasaan ingin tabu para siswa
Peningkatan jumlah, jenis danmutu produk belajar yang dihasilkan siswa
Peningkatan prestasi akademik konvensional
Penurunan frekuensi terjadinya miskonsepsi terhadap materi belajar
3 Peningkatan keterlibatan warga sekolah dalam tindakan perbaikan, seperti
Keterlibatan sejawat guru – guru lain dalam tindakan – tindakan perbaikan yang serupa
Dukungan pimpinan sekolah dan para orang tua siswa
Pemanfaatan hasil PTK oleh sejawat guru lain
c Alat bantu observasi Berbagai alat bantu observasi dapat digunakan untuk memfasilitasi
perekaman data sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki. Berbagai alat bantu tersebut dapat direntang mulai dari yang
paling terbuka sampai dengan yang paling terstruktur. Selain itu juga terdapat alat bantu rekam elektronik yang dapat
mendokumentasikan peristiwa secara relative lengkap sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, alat bantu yang
paling terbuka adalah selembar kertas kosong. Penstrukturan awal dilakukan dengan menetapkan terlebuh dahulu
focus observasi berupa pokok – pokok titik incar. Penstrukturan dapat lebih ditingkatkan dengan penggunaan checklist termasuk
yang merekam data secara mekanistik tanpa interpretasi secara format RAC
Flanders’ Inter-Action Categories Alat bantu rekam elektronik memang menjanjikan kelengkapan
dokumentasi, meskipun masih mengandung keterbatasan – keterbatasan juga. Kamera hanya mampu merekam informasi
audio, sedangkan kamera video dapat merekam 2 dimensi informasi yaitu audio dan visual, meskipun masih tetap ada
keterbatasan teknis seperti misalnya dari segi sudut pandang kamera.
d Ketarampilan Mengobservasi Dari segi keterampulan mengobservasi, tidak setiap orang yang
berkeinginan, secara begitu saja terampil melakukan observasi. Ada 3 keterampilan utama yang diperlukan untuk dapat melakukan
observasi yang baik, yaitu : 1 Kemampuan “menunda” kesimpulan:
Ketegasan dalam penarikan kesimpulan dapat diatasi dengan selalu “kembali” kepada focus serta tata aturan observasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pengamat yang efektif merekam baik fakta yang dilihatnya dari kerangka piker tindakan perbaikan yang
digelar melalui
PTK. Pengamat apakah itu guru pelaku tindakan perbaikan atau mitra
pengamat harus secara eksplisit memisahkan antara fakta dengan interpretasi terhadap fakta yang dimaksud. Dengan kata lain
kedua-duanya memang harus direkam, namun secara jelas diindikasikan pemilahannya. Fakta yang direkam tanpa penyorotan
dari sesuatu bingkai piker, akan kehilangan maknanya sebaliknya rekaman hasil observasi yang hanya memuat interpretasi,
cenderung menampilkan gambaran yang distorsi biased.
Alat bantu perekaman elektronik lebih berpeluang menghasilkan gambaran yang lebih obyektif, anamun agar benar – benar
bermanfaat sebagai masukan, interpretasi yang dilabel secra jelas memang dibutuhkan. Oleh karena itu, hasil rekaman elektronik
harus secepatnya ditranskripsikan dan dibubuhi catatan – catatan interpretative sesuai dengan keperluan sehingga terwujud sebagai
catatan lapangan field-notes. Alat bantu yang lebih sederhana
yang sangat praktis namun juga cukup produktif. Sehingga cocok digunakan oleh pengamat yang juga sekaligus pelaku tindakan,
adalah jurnal harian. Sebagaimana telah dikemukakan jurnal harian merupakan semacam catatan harian sehinggga dapat berfungsi
sebagai rekaman pengmatan yang sangat efektif, apabila distrukturkan sedemikian sehingga mengandung a rekaman
factual, b pemberian makna terhadap informasi factual yang terekam itu, dan c paparan mengenai implikasinya dilihat dari
kerangka piker PTK yang tengah dilakukan. 2 Keteampilan dalam hubungan antar pribadi.
Khususnya apabila melibatkan mitra sebagai pengamat. Maka diperlukan pendekatan hubungan antar pribadi agar “campur
tangan “ pihak luar, tidak justru menimbulkan komplikasi – komplikasi yang tidak perlu. Yang penting ditekankan adalah agar
masing – masing pihak, baik yang diamati maupun yang
mengamati “bertemu” dalam arena denagan maksud untuk saling membantu dalam belajar.
3 Kemampuan teknis Untuk menungkatkan produktivitas, diperlukan kemampuan teknis
di pihak pengamat untuk menjadwal. Memilih “sample peristiwa” serta instrumentasi protokol, checklist dan format – format
perekaman data lain yang paling tepat secara kontekstual sesuai dengan sosok dalam perbaikan yang bersangkutan yang akan
digunakan untuk mengumpulkan informasi melalui pengamatan. 4 Pelaksanaan Observasi
Pada waktu observasi dilakukan, observer mengamati proses belajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang
terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baiak yang terjadi pada guru maupun situasi kelas.Perlu diingat bahwa observer hanya
mencatat yang dilihat dan didengar bukan memberikan penilaian atau mengganggu. Untuk menghilangkan ketegangan guru selama
diobservasi, pada akhir observasi dilakukan diskusi yang bersifat positif selama 5 atau 10 menit. Observer sebaliknya juga
memberikan salinan catatan observasi kepada guru yang diobservasi.
5 Diskusi Balikan Sebagaiman telah dikemukakan diskusi balaikan harus
dilaksanakan dalam situasi yang tidak menakutkan melainkan saling mendukung mutually supportive serta didasarkan pada
informasi yang diperoleh selama observasi.penentuan serta penetapan target dilakukan berdasarkan pembahasan yang terjadi
dalam diskusi balikan. Target – target yang ditetapkan itu hanya bersifat realistis dalam arti balik untuk dicapi dalam kurun waktu
yang telah ditentukan. Pada gilirannya, rencana tindakan untuk pengembanagan berikutnya juga disusun dengan bertolak dari
diskusi balikan dimana segala sesuatu yang terjadi dan tidak terjadi selama implementasi tindakan perbaikan itu direfleksikan. Secara
visual ketiga fase observasi kelas dapat digambarakan sebagai berikut:
The three-phase observation cycle Hopkin,1993:81 6 Perencanaan Tindak Lnjut
Sebagaimana telah dikemukakan, dalam diskusi balikan apabila diperlukan, ditetapkan sasaran – sasaran baru perbaikan. Pada
gilirannya sasaran – sasaran baru perbaikan tersebut merupakan titik tolak untuk perancangan tindakan perbaikan untuk siklus
berikutnya atau apabila sesuatu tujuan perbaikan telah dinilai tercapai secara cukup memuaskan, terbuka peluang untuk
mengidentifikasi permasalahan – permasalahan baru yang memerlukan pengatasan melalui PTK. Dengan daur kegiatan PTK
seperti ini, maka akan terpiculah mekanisme perbaikan yang berkelanjutan.
2. Wawancara