File Contoh Proposal PTK SD/Penelitian Tindakan Kelas Sekolah Dasar ptk

(1)

PENYUSUNAN PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DI SD

Penul is:

Edi Prayitno

Sri Wulandari D

Penilai:

Sukayati

Asniatin Saki

Editor:

Atmini Dhoruri

Layouter:

Eko Wasisto A

Kementerian Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan

Tenaga Kependidikan

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuni a, petunj uk, dan bi mbi ngan-Nya sehi ngga Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendi dik dan Tenaga K ependidi kan (PPPPTK) Matematika dapat mewuj udkan modul pengelol aan pembelaj aran matemati ka untuk guru SD dan SMP. Pada penyusunan modul untuk tahun 2010 telah tersusun sebanyak dua puluh judul, terdiri dari sepul uh judul untuk guru SD dan sepul uh judul lai nnya untuk guru SM P.

Modul -modul i ni di susun dalam rangka memf asi li tasi peni ngkatan kompetensi guru SD dan SMP di f orum K elompok Kerja Guru (KK G) dan Musyawarah Guru M ata Pelajaran (MGM P), khususnya K KG dan M GMP yang dikel ola melal ui program

Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading

(BERM UTU). Modul yang telah tersusun, sel ain didistribusi kan dal am j umlah terbatas ke KK G dan MGMP, juga dapat di akses mel alui website PPPPTK Matematika dengan alamat www.p4tkmatematika.com.

Penyusunan modul diawal i dengan kegi atan workshop yang menghasil kan kesepakatan tentang daftar j udul modul , sistematika penuli san modul , dan gari s besar (outline) i si ti ap judul modul. Sel anjutnya secara berturut-turut dilakukan kegiatan penul isan, peni lai an (telaah), editing, dan layoutingmodul .

Penyusunan modul mel ibatkan beberapa unsur, meli puti Widyaiswara dan staf PPPPTK M atemati ka, Dosen Lembaga Pendidi kan Tenaga Kependidikan (LPTK), Widyaiswara Lembaga Penj ami nan Mutu Pendidikan (LPMP), Guru SD dan Guru Matematika SM P dari berbagai propi nsi . Untuk itu, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tak terhi ngga kepada semua pi hak yang telah membantu terwuj udnya penyusunan modul tersebut.

Mudah-mudahan dua puluh modul tersebut dapat bermanfaat optimal dal am peni ngkatan kompetensi para guru SD dan SM P dal am mengel ola pembel ajaran matemati ka, sehingga dapat meni ngkatkan kual itas dan kuantitas hasi l bel ajar matematika siswa SD dan SMP di seluruh Indonesi a.


(4)

iv

K ami sangat mengharapkan masukan dari para pembaca untuk menyempurnakan modul-modul i ni, demi peni ngkatan mutu layanan kita dalam upaya peni ngkatan mutu pendi dikan matemati ka di I ndonesi a.

A khirnya, kami ucapkan selamat membaca dan menggunakan modul i ni dal am mengelol a pembel ajaran matematika di sekolah.


(5)

DAFTAR ISI

K ATA PENGA NTA R... i ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAM PI RAN ... ix

PENDAHULUAN ...1

A . Latar Belakang...1

B. Tuj uan...2

C. Peta K ompetensi ...2

D. Ruang Lingkup...3

E. Saran Cara Penggunaan M odul di K KG...3

Modul 1 PENENTUAN FOK US MA SALA H UNTUK PTK DA LA M PEMBELA JA RA N M ATEMATI KA SD ...5

A . K egi atan Belajar 1: Memunculkan dan Mengidentifi kasi Masal ah ...6

1. M emuncul kan Masal ah ...7

2. M engidentifi kasi Masal ah ...12

B. K egi atan Bel ajar 2: Menganalisis dan Merumuskan Masalah ...12

1. M enganali si s Masal ah ...12

2. M erumuskan Masal ah ...14

C. K egi atan Belajar 3: Menentukan A lternati f Judul ...16

D. Ri ngkasan ...19

E. Tugas ...19

F. Daftar Pustaka...20

Modul 2 RA NCA NGAN PROPOSAL PTK DALA M PEMBELA JARA N MA TEM ATIK A SD ...23

A . K egi atan Bel ajar 1: K omponen dan Perancangan Proposal PTK...24

1. Tuj uan dan Manfaat Proposal PTK ...24

2. K omponen Proposal PTK ...24

3. Perancangan Proposal PTK Bagi an Pendahuluan ...26

B. K egi atan Belajar 2: Menyusun Kaj ian Pustaka...32

1. Landasan Teori ...32

2. Penel itian yang Rel evan ...34

3. K erangka Pi kir ...35

4. Hipotesi s Tindakan...35

5. M encari Sumber K aj ian Pustaka dan Cara Penul isan Sumber ...37

C. K egi atan Belajar 3: Merancang Metode Peneli ti an...39

1. Jenis Penel itian Ti ndakan Kelas...40

2. Subyek Penelitian dan Lokasi Penel itian ...40

3. Data dan sumber data ...41

4. I nstrumen penel itian ...42

5. I ndikator K eberhasilan ...46


(6)

vi

7. Tahap/Sikl us penel iti an ...49

8. Jadwal Pelaksanaan ...50

9. Prakiraan biaya...50

D. Ri ngkasan ...52

E. Latihan...52

F. Daftar Pustaka...54

PENUTUP ...55

A . Rangkuman...55


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Anali sis M asal ah Tabel 2. Bentuk Instrumen Peneli ti an Tabel 3. I ndikator K eberhasil an

Tabel 4. Contoh Kual if ikasi Hasil Observasi Tabel 5. Contoh Jadwal Pelaksanaan


(8)

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampi ran 1. Case Study 1.

Lampi ran 2. Contoh I nstrumen Penel itian Lampi ran 3. Contoh A nal isi s Data

Lampi ran 4. Case Study 2. Lampi ran 5. K unci Jawaban


(10)

(11)

(12)

(13)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidi kan Nasi onal No 16 tahun 2007 mengenai Standar K ompetensi Guru menyatakan bahwa guru harus memi li ki empat kompetensi utama yai tu kompetensi pedagogi k, kompetensi kepri badian, kompetensi sosi al, dan kompetensi profesional . Salah satu aspek kompetensi pedagogi k adalah guru mampu mel akukan tindakan refl ekti f untuk peningkatan kual itas pembelaj aran. Hal i tu dapat dil akukan antara lai n dengan penel itian ti ndakan kelas. Guru juga harus memil iki kompetensi profesi onal yaitu mampu mengembangkan keprof esional an secara berkelanj utan dengan mel akukan ti ndakan refl ekti f yang diantaranya j uga dengan mel akukan penel itian tindakan kelas.

Penel itian Tindakan Kel as (PTK ) pada dasarnya merupakan kegiatan nyata yang dil akukan guru dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran di kel asnya. Secara ri ngkas, PTK dimulai dari tahap perencanaan setelah ditemukannya masal ah dal am pembelaj aran, di lanj utkan dengan pel aksanaan tindakan, pengamatan, dan refl eksi. Dasar-dasar teori mengenai apa i tu PTK dan bagai mana melaksanakan PTK telah dihi mpun dalam Bahan Bel aj ar M andiri (BBM ) Panduan Belaj ar Generik PTK dalam Pembelaj aran dan Bahan Belaj ar Mandiri bagi Guru Matemati ka SD untuk program

Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading

(BERM UTU).

Bahan Bel ajar Mandiri Generik mengintegrasi kan case study, lesson study, dan PTK . Belaj ar model BERMUTU merupakan suatu cara bel ajar bagi guru peserta di K KG/MGMP dalam peningkatan kompetensi prof esionalnya secara kolaborati f mel al ui kaji an pembel ajaran yang komprehensif dan berkelanj utan dengan menggunakan keti ga strategi tersebut. Guru yang tel ah menyelesai kan BBM BERMUTU akan menghasi lkan portof oli o belajar. Salah satunya adal ah rancangan atau proposal PTK .

A da beberapa temuan pada monitori ng pel ati han di Kelompok Kerja Guru(K KG) oleh Tim Pengembang Program BERMUTU Tahun 2009 yang masih perl u mendapat


(14)

2

perhatian khusus antara l ain: para peserta pel ati han masi h perl u bimbingan dalam merancang proposal PTK dan menyusun laporannya (87,5%), perlu bimbingan dalam pemodelan tahap-tahap PTK model BERMUTU di K K G (68%), dan PTK merupakan tagi han yang pali ng sul it di penuhi ol eh peserta pel ati han (64,71%). Oleh karena itu, para peserta menyebutkan PTK sebagai sal ah satu judul topik yang perl u dituli s di luar bahan belaj ar BERMUTU lai nnya yang sudah ada.

A tas dasar kebutuhan tersebut, maka disusunl ah modul Penyusunan Proposal PTK Matematika di SD ini sebagai pelengkap bahan belaj ar mandiri. M odul i ni tidak l agi mengupas dasar-dasar teori PTK, namun lebih menekankan pada alur berpiki r dan langkah-langkah dalam menyusun sebuah proposal PTK di sertai dengan contoh. A nda diharapkan telah memahami dasar-dasar teori PTK agar modul ini dapat dimanfaatkan secara optimal .

B. Tujuan

Modul ini ditujukan bagi guru SD untuk dipelaj ari bersama melal ui f orum KK G. Modul disusun dengan tuj uan untuk:

1. membantu guru dal am menentukan fokus masalah yang dapat di angkat untuk PTK dal am pembelajaran matematika

2. membantu guru dal am merancang proposal PTK matematika C. Peta Kompetensi

K ompetensi guru yang diharapkan dapat tercapai mel alui penguasaan modul i ni sebagai berikut.

1. K ompetensi Pedagogi k

Memanfaatkan hasi l peni lai an dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. Mel akukan ti ndakan reflektif untuk peningkatan kual itas pembelaj aran. 2. K ompetensi Sosi al

Berkomunikasi dengan komuni tas prof esi sendi ri dan profesi l ain secara l isan dan tul isan atau bentuk l ain.


(15)

3. K ompetensi Profesi onal

Mengembangkan keprofesional an secara berkelanj utan dengan melakukan ti ndakan reflektif .

D. Ruang Lingkup Modul ini terdiri atas:

Modul 1: Penentuan fokus masal ah untuk PTK dalam pembelaj aran matemati ka SD Modul 2: Rancangan proposal PTK dalam pembelaj aran matemati ka SD

E. Saran Cara Penggunaan Modul di KKG

Modul i ni dapat dimanfaatkan pada kegiatan pelatihan menyusun proposal PTK dal am wadah K KG. Waktu yang di perl ukan untuk mempelaj ari modul ini kurang lebih dua kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk membahas dan berl ati h menentukan f okus masalah untuk PTK . Pertemuan kedua di gunakan untuk mempel ajari dan berlatih merancang proposal PTK. Keberhasi lan A nda dal am merancang proposal PTK sangat tergantung pada keberhasi lan A nda dal am menentukan f okus masalah untuk PTK . Oleh karena itu, Anda di sarankan untuk mempel ajari modul ini secara urut.

Pada akhir modul 1 terdapat tugas menentukan f okus masal ah dari suatu case study. Pada akhi r modul 2 terdapat latihan merancang sebuah proposal. Kerjakanlah tugas dan l ati han i ni dengan sungguh-sungguh. Setelah tugas dan latihan sel esai di kerj akan, dapat berdi skusi bersama teman sejawat untuk meni lai hasi l pekerj aan dengan mengacu pada rambu-rambu yang diberikan. Sebagai evaluasi akhi r, di bagian Penutup terdapat peni lai an yang berguna sebagai self evaluation keberhasil an Anda dal am mempel ajari modul i ni. Semoga berhasi l!


(16)

(17)

M OD UL 1

PEN EN TUAN FOKUS

M ASALAH UN TUK

PTK D ALAM

PEM BELAJARAN

M ATEM ATI KA SD


(18)

(19)

MODUL 1

PENENTUAN FOKUS MASALAH UNTUK

PTK DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA SD

MA SALA H A PEL JA TUH

Seri ngkali seorang guru merasa ti dak ada masalah apapun dalam pembelaj aran matematika di kel asnya. M ari kita mengingat kisah I saac Newton, sang penemu teori gravi tasi. Teori itu berhasil ditemukan berawal dari sebuah peristiwa yang sangat biasa terj adi. Isaac Newton sedang duduk di bawah pohon apel ketika itu sebuah apel jatuh menimpanya. Peri sti wa tersebut sangat biasa tetapi j ustru menj adi tidak biasa bagi Isaac Newton. I a mul ai berpikir, mengapa apel jatuhnya ke bawah. Suatu peri stiwa yang bi asa saja ternyata mengandung hal yang luar biasa yaitu di temukannya teori gravi tasi bumi . Sama hal nya dengan pembel ajaran di kel as, mungki n saj a nampak tak bermasal ah namun sesungguhnya ada suatu masal ah besar. Ketika guru yang bersangkutan ti dak menyadari bagaimana kual itas pembelaj aran matemati ka di kelasnya maka itu adalah masalah besar. Ki sah Isaac Newton tadi dapat mengi nspi rasi Anda. Mungkin saja ada masalah dal am proses pembel ajaran matematika yang dil aksanakan, namun hal ini bel um disadari .

Bagaimanakah cara memunculkan masalah itu? Jika Anda telah menemukan masalah, apa yang harus Anda lakukan selanj utnya? Mungkinkah masalah yang muncul tersebut adalah masal ah yang mendasar dan krusial , ataukah masalah yang muncul akibat ada masalah l ain? Ol eh karena itu, bagaimana cara menentukan fokus masal ah?


(20)

6

Pada modul i ni akan dibahas tentang bagai mana menentukan fokus masalah dalam pembelaj aran matemati ka di SD. Y ang dimaksud dengan fokus masal ah adalah masalah yang dapat atau perl u diselesaikan melal ui PTK.

Modul ini terdiri atas ti ga kegi atan bel ajar (K B), yaitu:

A . kegi atan bel ajar 1: M emuncul kan dan Mengi denti fikasi M asalah B. kegi atan bel ajar 2: M enganali si s dan Merumuskan M asal ah C. kegi atan bel ajar 3: M enentukan A lternatif Judul

A. Kegiatan Belajar 1: Memunculkan dan Mengidentifikasi Masalah

A pa yang di maksud dengan masal ah? Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan, atau masalah adalah situasi yang ti dak memuaskan pi kiran dan perasaan yang mendorong orang dalam hal ini pendi dik untuk mencari sol usi. Masalah dalam pendi dikan adal ah harapan tentang kondi si pembel ajaran yang berkualitas.

Mengambil i nspirasi dari kisah I saac Newton tersebut, maka Anda sebagai pendi dik tentu ti dak akan menemukan masal ah j ika ti dak pernah merefl eksikan kembali apa yang selama ini Anda lakukan dalam proses pembel ajaran. Refleksi berarti merenung/memi kirkan kembal i apa yang telah dilakukan. Melalui refl eksi, guru seol ah-ol ah melakukan introspeksi terhadap di ri nya. Apa yang telah di lakukan dalam pembelaj aran? Bagai mana hasi lnya? Bagai mana respon siswa? Mengapa terj adi demi kian, dan seterusnya.

Seorang guru yang akan melakukan PTK terlebih dahulu harus memi liki masal ah, sehi ngga ia tertantang untuk menyel esaikan masal ah yang dihadapinya dal am pembelaj aran tersebut. M anakala seorang guru ti dak punya masal ah maka ia tidak akan berikhtiar untuk mencari solusi bagi masal ahnya. Oleh karena i tu, seorang penel iti harus pandai memuncul kan suatu masalah yang biasa dihadapi dal am kehi dupan sehari -hari yaitu kehi dupan dalam kegi atan pembelaj aran. Case study

merupakan catatan pribadi mengenai pengal aman mengaj arnya.

Dalam hal ini guru mengungkapkan kejadi an yang real , f aktual , dan kontekstual . K eti ka menuli s case study, sesungguhnya guru sedang melakukan ref leksi. Bermul a


(21)

dari case study, Anda dapat mencari tahu masalah yang ada didal amnya dan mempertanyakan sol usi nya.

Beri kut i ni contoh memunculkan masalah dari case study. Case study ini di ambi l dari Bahan Aj ar 8 BBM Bagi Guru Matematika SD dengan judul “Ketika Proses Mengali atau Membagi Menj adi Faktor Penentu” oleh Harliny. Isi case study selengkapnya dapat dibaca pada lampiran 1. Case Study 1 modul ini .

1. Memunculkan Masalah

Sil ahkan A nda menyimak secara perlahan-lahan dan tel iti i nformasi Bu Harli ny saat mel akukan pembelajaran. Masal ah yang ada dal am pembel ajaran di angkat dengan cara memil ih kesenjangan antara idealisme dal am pembel ajaran yaitu guru dal am mengajar menunjukkan keberhasi lannya dengan ditandai nya hasi l evaluasi yang bai k, si swa menunjukkan kesungguhan dan perhatian yang tinggi . Dicermati pul a dengan fakta yang ada dal am pembelaj aran Bu Harli ny yai tu siswa ti dak menguasai pembagian yang hasil nya merupakan bilangan pecahan, keakti fan rendah, daya ingat rendah dan cenderung santai .

Tujuan pembel ajaran yang dil aksanakan Bu Harli ny adalah agar si swa dapat mengubah pecahan biasa menj adi pecahan dalam bentuk persen. Fakta apa yang diperoleh di kel as saat Bu Harl iny mengajar?

Perhatikan kalimat yang berbunyi: “Ternyata didapatkan anak dalam menjawab mengubah pecahan bi asa menjadi persen dengan cara menebak”. Anak dalam menj awab mengubah pecahan bi asa menjadi persen dengan cara menebak merupakan masalah dalam pembel ajaran. Perhatikan kal imat dalam naskah yang berbunyi seperti beri kut.

“Bagaimana prosesnya sehingga muncul angka lima puluh”? Anak-anak terdiam.

Rupanya mereka menebak. A nak-anak menjawab dengan cara menebak juga merupakan masalah yang dihadapi Bu Harl iny.

Masalah l ain yang di jumpai adalah anak ti dak konsentrasi dal am bel ajar atau i a mel amun dalam mengikuti pel ajaran. Hal tersebut didapat pada naskah yang berbunyi


(22)

8

seperti berikut:” Saya lanjutkan lagi dengan angka l ain dengan cara yang sama. Baru tersendat ketika saya memanggil seorang siswa yang saya perhatikan pandangannya ke papan tuli s seperti kosong. Saya menyuruh siswa tersebut untuk menyel esaikan contoh soal pecahan

8 6

diubah menjadi persen”

Bagi siswa yang melamun dal am mengikuti pel ajaran, tentu tidak akan mencapai tuj uan pembelaj aran yang di harapkan yai tu dapat mengubah pecahan biasa menj adi pecahan dal am bentuk persen. Si swa yang mel amun dan mengapa i a mel amun dalam mengi kuti pel ajaran merupakan masalah dal am pembelajaran.

Masalah yang j uga ki ta jumpai adalah siswa kurang aktif dan cenderung santai dalam

pembelajaran. Hal tersebut dapat kita jumpai pada naskah yang berbunyi: “Setiap

kel ompok yang sedang bekerja saya datangi berulang-ulang untuk memberi bimbingan. Selal u saj a saya temukan dalam setiap kelompok ada siswa yang kurang

aktif dan cenderung santai”

Faktor ketidakmampuan dal am mengali atau membagi juga merupakan masal ah yang menyebabkan beberapa anak bersikap kurang aktif dan cenderung santai dal am menyelesaikan tugasnya. Fakta tersebut dapat ki ta j umpai pada kali mat yang

berbunyi: “Ketika saya menanyakan mengapa mereka tidak berpartisi pasi dal am pembelaj aran, jawaban mereka hampir seragam. M ereka mengatakan bahwa keti ka saya masih sedang membagi atau mengal inya teman lai n sudah dapat hasi lnya, mereka berlomba-lomba untuk cepat siap. “Kamu terbentur di mana sehingga kamu terti nggal? Waktu mengali dan membagi, Bu”, jawab si anak. Oh, ternyata ini masalahnya. Rupanya faktor ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada sebagian anak tersebut bi sa membuat anak tersebut bersi kap kurang akti f dan cenderung santai dal am menyelesaikan tugasnya. Pada anak yang l ain bi sa menj adi faktor pemacu untuk menjadi lebi h bersemangat dan bel ajar giat agar ti dak merasa terti nggal dengan teman yang lai n.

Masalah lai n yang j uga dihadapi Bu Harl iny adal ah daya i ngat si swa memil iki ti ngkatan yang berbeda-beda atau daya ingat siswa heterogen. Hal i ni dapat di lihat


(23)

berbeda-beda sehi ngga wal aupun sudah dil ati h menghaf al perkalian berulang-ulang,

pada sebagian anak hanya sedikit yang dia ingat”.

Masalah lain juga di hadapi Bu Harli ny yai tu ada anak yang mengal ami kesul itan dal am mel akukan pembagian delapan dari 100, diduga hasil nya bukan merupakan bil angan bulat sehingga siswa ragu-ragu akan kebenaran jawaban. Perhatikan kali mat

berikut : “Saya menyuruh siswa tersebut untuk menyelesaikan contoh soal pecahan

8 6

di ubah menj adi persen. Langkah pertama yang harus di ambil adal ah angka 8 harus dij adi kan 100 dengan cara 100:8. A nak tersebut tidak dapat mel akukan pembagian. Saya menuntunnya dengan sabar hingga akhirnya si anak dapat menyelesaikan soal itu” Masalah-masal ah tersebut di atas dapat menyebabkan tuj uan pembel ajaran yang dil akukan Bu Harli ny ti dak tercapai secara tuntas. Di sampi ng i tu dalam pembelaj aran yang dil akukan terkesan guru yang lebih domi nan, sedangkan siswa hanya mengi kuti saj a instruksi guru. Guru ti dak memberi kan waktu yang cukup kepada si swa untuk mengkonstruk pengetahuan mel alui proses kegiatan belaj ar mengajar. Hal i ni dapat

dilihat dari kalimat berikut: “Saya memulai pembel ajaran dengan mengadakan tanya jawab seputar materi yang l al u. Saya bertanya pada siswa, “Apa arti persen, siapa

yang dapat menuliskan lambang bilangan lima belas persen”. Dari jawaban yang

diberikan siswa, saya mul ai masuk kepada materi cara mengubah pecahan bi asa menj adi persen. Saya membuat 5 contoh bi langan di papan tul is, yaitu

2 1 , 4 3 , 8 6 , 5 2 , dan 20 5

. Satu per satu saya j elaskan proses pengerjaan bil angan itu. Saya memberi kan dua macam contoh pengerjaan pada anak. Anak dapat memi li h contoh mana yang dianggap pal ing mudah untuk diikuti. Pengerj aan pertama adalah pecahan

2 1

, penyebutnya harus di jadi kan 100. Saya tanyakan pada siswa, “Dua kali berapa

supaya jadi seratus?”. Mereka menjawab, “lima puluh”. Saya tanyakan lagi, “Bagaimana prosesnya sehingga muncul angka lima puluh”? Anak-anak terdiam.

Rupanya mereka menebak. Saya j elaskan pada siswa bahwa angka 50 i tu hasi l bagi dari bi langan 100 dengan bi langan 2. Sel anjutnya, bi la penyebutnya dikal i 50, pembi langnya (bil angan 1) harus dikal i 50 juga supaya pecahan i tu ti dak berubah


(24)

10

nil ainya. Jadi , pecahan 2 1

, bi la dikal ikan dengan 50 50

hasil nya sama dengan 100

50 , atau sama dengan 50%. Cara yang kedua adalah bil angan

2 1

di kali kan dengan 100%. Hasil nya adal ah

2 100

% atau sama dengan 50%. Saya lanjutkan lagi dengan bil angan lain dengan cara yang sama. Baru tersendat ketika saya memanggi l seorang si swa yang saya perhati kan pandangannya ke papan tuli s seperti kosong. Saya menyuruh si swa tersebut untuk menyelesaikan contoh soal pecahan

8 6

diubah menj adi persen. Langkah pertama yang harus di ambi l adalah angka 8 harus dij adikan 100 dengan cara 100:8. A nak tersebut ti dak dapat mel akukan pembagian. Saya menuntunnya dengan sabar hingga akhi rnya si anak dapat menyel esai kan soal itu. Untuk contoh pecahan

5 2

dan 20

5

dengan mudah dapat mereka j awab. Ji ka penyebutnya 5, di kali kan 20 supaya penyebutnya j adi 100, dan pembi langnya (bi langan 2) juga di kali kan 20, sehi ngga 5 2 kal i 20 20 menj adi 100 40

atau 40%. Sementara i tu, untuk 20

5

penyebutnya dikali kan 5, begitu juga pembil angnya sehingga pecahan itu menjadi

100 25

atau 25%.”

Berdasarkan uraian di atas nampak banyak masalah yang muncul dal am pembelaj aran yang di lakukan Bu Harli ny yai tu:

a. si swa ti dak menguasai pembagi an yang hasil nya merupakan bi langan pecahan, keaktifan rendah, dan cenderung santai.

Hal tersebut merupakan masalah karena si swa tidak menguasai pembagi an sehingga menjadi kendala dal am menguasai konsep-konsep yang dipelajari. Demi ki an pula siswa yang kurang aktif, daya ingat rendah serta perilaku yang santai dapat mengakibatkan lambannya penguasaan konsep yang dipel ajari. Akibatnya tujuan pembelaj aran yang di lakukan guru menjadi terhambat

b. terdapat si swa yang menj awab untuk mengubah pecahan bi asa menjadi persen dengan cara menebak.


(25)

Siswa dalam menjawab mengubah pecahan bi asa menj adi persen dengan cara menebak merupakan masal ah karena mengakibatkan siswa terbi asa tidak juj ur yai tu asal -asalan dalam menj awab sehingga ti dak ada kepasti an yang tepat dalam menyelesaikan masalah. Tentu hal tersebut menyebabkan tidak lancarnya dalam proses pembel aj aran.

c. mereka mengal ami kesul itan dalam mengal ikan pecahan dengan suatu bi langan tertentu.

Kesulitan siswa mengal ikan pecahan akan menjadi kendal a dal am menguasai konsep yang dipel ajari.

d. si swa tidak konsentrasi atau melamun saat mengi kuti pelajaran.

Tidak konsentrasinya si swa mengikuti pelajaran merupakan kendala karena konsentrasi sangat diperl ukan sehi ngga pembelaj aran menjadi lancar.

e. ti ngkatan yang berbeda-beda atau daya i ngat si swa heterogen.

Daya tanggap si swa yang heterogen saat mengikuti pel ajaran dapat membuat proses pembelaj aran tidak l ancar.

f. si swa mengal ami kesulitan dal am mel akukan pembagi an del apan dari seratus. K esuli tan si swa mel akukan pembagi an delapan dari seratus biasanya akan dii kuti kesul itannya melakukan pembagi an delapan dari seribu dan lai nnya. Tentu kesul itan tersebut merupakan kendala dalam pembel ajaran.

g. sebagi an anak kurang tel iti dalam mengerjakan soal.

K urang teliti mengerjakan soal juga merupakan kendala dalam pembelajaran karena akan menghambat tujuan pembelaj aran.

h. dal am pembelaj aran terkesan guru lebih domi nan, sedangkan siswa hanya mengi kuti saj a instruksi guru.

Pembelaj aran secara dominan yang dil akukan guru dikatakan sebagai pembelaj aran

teachers centre dapat mengakibatkan si swa hanya menuruti peri ntah guru dan akan mematikan kreatif itas siswa. K ekurangmandirian siswa akan muncul dan bil a hal i ni berl arut-l arut akan menci ptakan si fat menunggu perintah bagi si swa dalam segal a hal.


(26)

12

2. Mengidentifikasi Masalah

Langkah awal yang cukup penting bagi A nda untuk digunakan dalam memecahkan masalah adalah mengenal i masalah tersebut secara cermat dan tel iti agar dapat ditemukan masal ah nyata dalam pembel aj aran. Di atas telah dimunculkan masal ah-masalah dalam pembelajaran yang mengakibatkan kekurangl ancaran dal am proses pembelaj aran untuk mencapai tuj uan. Mengidentifi kasi masalah yang dihadapi dalam pembelaj aran berarti mentabul asi secara rinci seti ap masal ah yang muncul dal am kegi atan pembelaj aran. M engidentif ikasi masalah yang di hadapi perlu di lakukan secara kolaborati f bersama kol ega guru yang sedang melakukan PTK , agar diperoleh masalah yang benar-benar krusial dalam pembel ajaran. M asal ah yang di cermati dapat berasal dari si swa, guru, medi a maupun li ngkungan.

Berdasarkan masalah yang muncul dal am case study Bu Harliny, A nda dapat mengidentifi kasi masalah secara l ebih ri nci dalam bentuk kal imat beri ta sebagai beri kut:

a. si swa tidak menguasai pembagian yang hasi lnya merupakan bi langan pecahan b. si swa ti dak akti f dal am mengi kuti pel ajaran

c. daya i ngat si swa rendah

d. si swa cenderung santai dalam menerima pel ajaran e. si swa kurang teli ti dalam menyel esai kan soal

f. si swa mengal ami kesul itan dalam mel akukan pembagian dari bi langan tertentu g. si swa hanya menebak dalam mengubah pecahan biasa menjadi persen

h. si swa kesuli tan mengal ikan pecahan dengan suatu bil angan tertentu i. guru banyak mendominasi kegi atan dal am pembel ajaran

K esembi lan kal imat berita tersebut di atas merupakan i denti fikasi masalah dal am proses pembelaj aran Bu Harli ny.

B. Kegiatan Belajar 2: Menganalisis dan Merumuskan Masalah 1. Menganalisis Masalah

A pabil a masalah dalam pembelaj aran matematika telah berhasil dii denti fi kasi, langkah sel anjutnya adalah menganal isi s masalah tersebut. A nali si s masalah


(27)

bertujuan untuk mengumpul kan inf ormasi mengenai karakteri sti k masalah sehingga dapat disi mpul kan kemungkinan penyebab ti mbul nya masalah-masalah tersebut. Berdasarkan karakteristik masalah, Anda dapat menentukan tindakan apa yang tepat guna menyelesaikan masal ah tersebut.

A nali sis masalah di lakukan dengan cara mengklasi fi kasi kecenderungan masal ah tersebut diti njau dari berbagai perspekti f. Perspekti f yang umum digunakan dal am anal isa pembelajaran adal ah metode pembelaj aran, materi pembelajaran, atau medi a pembelaj aran.

Perhatikan masal ah yang telah di identif ikasi beri kut:

a. si swa tidak menguasai pembagian yang hasi lnya merupakan bi langan pecahan b. si swa ti dak akti f dal am mengikuti pembelaj aran

c. daya i ngat si swa rendah

d. si swa cenderung santai dalam menerima pel ajaran e. si swa kurang teli ti dalam menyel esai kan soal

f. si swa mengal ami kesul itan dalam mel akukan pembagian dari bi langan tertentu g. si swa hanya menebak dalam mengubah pecahan biasa menjadi persen

h. si swa kesuli tan mengal ikan pecahan dengan suatu bil angan tertentu i. guru banyak mendominasi kegi atan dal am pembel ajaran

Berbagai masalah tersebut muncul dimungkinkan karena:

a. si swa bel um menguasai pengetahuan prasyarat untuk mempelaj ari materi mengubah pecahan bi asa menjadi persen

b. si swa belum menguasai konsep mengubah pecahan biasa menjadi persen c. si swa kurang konsentrasi dal am bel ajar

d. guru mendominasi dalam pembel ajaran yaitu akti f menj elaskan sementara siswa hanya pasif mendengarkan dan mel aksanakan perintah guru

Dari anali sis tersebut muncul suatu pertanyaan. A pakah guru telah menerapkan PAK EM? A pakah guru dal am pembel ajaran tel ah menggunakan salah satu tipe kooperatif ? Apakah pendekatan yang di gunakan telah sesuai dengan taraf berpiki r si swa? A pakah guru sudah memanf aatkan media dalam pembelaj aran matematika seperti alat peraga?


(28)

14

Mungki nkah berbagai masalah tersebut muncul karena karakteri stik materi pembelaj arannya? Apakah terdapat kesal ahan konsep yang disampaikan guru? A pakah materi ajar cukup menarik perhati an si swa?

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, diperoleh kecenderungan bahwa masalah tersebut muncul karena strategi pembelaj aran yang di gunakan ti dak berpusat pada siswa. Kesimpulan yang dapat di muncul kan adalah perl u melakukan inovasi dal am strategi pembelajaran.

Dari masalah-masalah yang ada di upayakan dil akukan pembenahan atau tindakan sehi ngga dapat menanggul angi kelemahan/kekurangan yang terj adi dalam pembelaj aran. Dalam melakukan peneli ti an dimungkinkan semua masalah sekal igus diselesaikan dengan satu perlakuan, namun secara pri oritas perl u dipi lih f okus masalah yang akan diperbaiki atau dicari solusi nya. Untuk i tu di perl ukan batasan masalah dengan cara memil ih masal ah-masal ah yang akan dil akukan tindakan, dal am hal ini perlakuan ti ndakan kelas.

Fokus masal ah adal ah masalah yang mendasar, krusi al/penti ng, dal am j angkauan kemampuan penel iti, dan f okus masalah ini diduga menjadi penyebab utama munculnya masal ah lai n. Fokus masalah untuk case study Bu Harli ny mi sal nya keaktifan siswa, ketel itian siswa, daya ingat siswa, penggunaan medi a, atau penguasaan konsep.

2. Merumuskan Masalah

Rumusan Masalah dalam penel itian ti ndakan adal ah beberapa pertanyaan yang akan terjawab setel ah ti ndakan selesai di lakukan. Rumusan masalah di nyatakan dalam bentuk kali mat tanya dengan memperhatikan :

a. masalah hendaknya dirumuskan secara j el as b. perumusan tidak mempunyai makna ganda

c. rumusan masalah pada umumnya menunjukkan hubungan dua vari abel yai tu hubungan antara masal ah dengan al ternatif ti ndakan.

d. rumusan masalah hendaknya dapat diuj i

e. rumusan masal ah hendaknya menunj ukkan secara j elas subjek dan/atau lokasi penel itian


(29)

A lternati f rumusan masal ah untuk case study “Ketika Proses Mengalikan atau Membagi Menjadi Faktor Penentu” sebagai berikut.

a. A pakah pembelaj aran dengan pendekatan kooperatif ti pe Student Teams Achievment Divisions (STAD) dapat meningkatkan keakti fan siswa dalam mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen di kelas V SD?

Perumusan cukup jel as, tidak mengandung kal imat tidak bermakna, memuat dua vari abel kunci yaitu pembelaj aran dengan kooperati f ti pe STA D dan keakti fan si swa dalam mempelaj ari bil angan pecahan. K eakti fan siswa meningkat atau tidak dapat diuj i dengan menggunakan l embar pengamatan.

b. A pakah penerapan pembelajaran dengan pendekatan kooperati f tipe Ji gsaw dapat meni ngkatkan daya ingat si swa mempel aj ari materi mengubah pecahan biasa menj adi persen di kelas V SD?

Perumusan cukup jel as, tidak mengandung kal imat tidak bermakna, memuat dua vari abel kunci yaitu pembel ajaran dengan kooperatif tipe Ji gsaw dan daya i ngat si swa untuk mempelaj ari konsep bi langan pecahan. Daya ingat siswa untuk mempel ajari konsep bi langan pecahan meningkat atau ti dak dapat diuji dengan menggunakan instrumen tes.

c. A pakah pembel ajaran dengan pendekatan PAK EM dapat meni ngkatkan keteli ti an si swa dal am mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen di kel as V SD?

Perumusan cukup j elas, mengandung kali mat bermakna, memuat dua vari abel kunci yai tu pembelaj aran dengan pendekatan PA K EM dan keteli tian si swa dal am mempel ajari matematika. Keteli ti an si swa dalam mempelaj ari matematika dapat diuj i dengan menggunakan i nstrumen tes.

d. A pakah pembel ajaran dengan pendekatan kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meni ngkatkan penguasaan konsep mengubah pecahan biasa menj adi persen di kelas V SD?

Perumusan cukup j elas, mengandung kali mat bermakna, memuat dua vari abel kunci yaitu pembel ajaran dengan pendekatan kooperatif tipe TGT dan penguasaan


(30)

16

konsep pecahan. Penguasaan konsep pecahan dapat di uji dengan menggunakan instrumen tes.

e. A pakah pembelaj aran dengan menggunakan LK S dapat meningkatkan prestasi bel ajar mengubah pecahan biasa menjadi persen di kel as V SD?

Perumusan cukup j elas, mengandung kali mat bermakna, memuat dua vari abel kunci yai tu pembelaj aran dengan menggunakan LKS dan meningkatkan prestasi bel ajar bi langan pecahanan. Prestasi belajar bi langan pecahanan dapat di uji dengan menggunakan i nstrumen tes.

C. Kegiatan Belajar 3: Menentukan Alternatif Judul

Berkai tan dengan masalah-masal ah dalam pembel ajaran yang dihadapi, Bu Harli ny dapat mengaj ukan suatu judul peneli ti an. Dalam menul iskan judul , sebai knya memperhati kan beberapa hal sebagai berikut:

1. Judul PTK harus mencerminkan permasalahan yang i ngin diubah, dikembangkan, ditingkatkan, dan di tumbuhkan.

2. Mencermi nkan ti ndakan apa yang akan dil akukan 3. Judul harus j elas, menarik dan bermakna.

Judul memuat masal ah yang dihadapi dan sekal igus cara mengatasi masalah tersebut serta sasarannya. Di ibaratkan judul memuat penyakit dan al ternati f obat yang akan diberikan. Ide ti ndakan dapat berasal dari pengal aman, saran teman sejawat, hasil membaca buku, penel itian dan l ain-l ain. A lternati f tindakan untuk meni ngkatkan kemampuan penguasaan materi dapat dilakukan dengan inovasi model pembel ajaran, keterampi lan menggunakan media pembel ajaran, dan l ain-lai n.

A lternati f j udul penel iti an untuk case study “Ketika Proses Mengalikan atau Membagi Menjadi Faktor Penentu” sebagai berikut:

1. Meni ngkatkan keaktif an mempel aj ari materi mengubah pecahan bi asa menj adi persen dengan pembelaj aran kooperati f tipe STAD si swa kelas V SD

V ariabel penel itiannya adal ah keaktifan mempelaj ari bi langan pecahan dan pendekatan kooperati f tipe STA D. Saki tnya adalah keaktifan siswa rendah. Obatnya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sasaran adalah siswa kelas V SD.


(31)

2. Meningkatkan daya ingat siswa untuk mempelajari konsep mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas V SD

V ariabel peneli ti annya adalah daya i ngat si swa dan pembel ajaran kooperati f ti pe ji gsaw. Saki tnya adal ah daya ingat siswa rendah. Obatnya adalah pembel ajaran kooperatif ti pe ji gsaw. Sasaran adal ah siswa kel as V SD.

3. Meningkatkan pembel ajaran dengan pembelajaran PAKEM untuk meningkatkan ketelitian siswa dalam mengubah pecahan biasa menjadi persen siswa kelas V SD V ariabel pembelaj aran dengan pendekatan PAK EM dan meningkatkan ketel itian si swa dalam mempelajari matematika. Saki tnya adalah keteli ti an si swa dalam mempel ajari matematika rendah. Obatnya adalah pembelaj aran dengan pendekatan PAK EM. Sasaran adal ah siswa kel as V SD.

Sampai dengan kegiatan belaj ar 3 Anda tel ah mel akukan identifi kasi masal ah, anal isi s masalah, hingga merumuskan masalah, dan menentukan judul PTK. Langkah-l angkah tersebut dapat di bantu dengan menggunakan tabel anal isi s masalah.

Contoh:

A nali sis masalah untuk case study “Ketika Proses Mengalikan atau Membagi Menjadi Faktor Penentu” seperti berikut.


(32)

18

Tabel 1. Tabel Anali sis M asal ah Masalah

pembelajaran yang muncul di kelas

Masalah pembelajaran yang akan diperbaiki Anali sis masalah Rumusan masalah Judul Penelitian

1. siswa tidak menguasai pembagi an yang hasilnya

merupakan bil angan pecahan

2. siswa tidak aktif dalam mengikuti pelaj aran 3. daya i ngat siswa

rendah

4. siswa cenderung santai dalam menerima pelaj aran 5. siswa kurang

teliti dal am menyelesaikan soal

6. siswa mengalami kesulitan dalam melakukan pembagian dari bil angan tertentu 7. siswa hanya

menebak dalam mengubah pecahan biasa menjadi persen 8. siswa kesulitan

mengalikan pecahan dengan suatu bilangan tertentu 9. guru banyak

mendominasi kegiatan dalam pembelajaran

2. siswa tidak aktif dalam mengikuti pelaj aran

2.1. siswa belum menguasai pengetahuan prasyarat untuk mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen dikelas

2.2 siswa belum menguasai konsep mengubah pecahan biasa menjadi persen 2.3. siswa kurang konsentrasi dalam belajar 2.4. guru aktif menjelaskan sementara siswa hanya pasif mendengarkan dan melaksanakan perintah guru Apakah pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa mempelajari mengubah pecahan biasa menjadi persen di kelas V SD?

Meningkatkan keaktifan mempelajari mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa di kelas V SD


(33)

D. Ringkasan

Masalah dalam pendi dikan adal ah harapan tentang kondisi pembel ajaran yang berkualitas.

Langkah-l angkah menentukan fokus masalah untuk PTK dal am pembelaj aran matematika sebagai beri kut.

1. Memunculkan masal ah, sal ah satunya dari case study.

2. Mengidenti fikasi masalah, yai tu dengan mencermati rangkaian aktivitas dalam proses pembelajaran untuk kemudian mendata faktor-faktor yang menimbulkan masalah tersebut.

3. Menganalisis masalah mel al ui berbagai perspektif misalnya dari aspek metode pembelaj arannya, materi pembelajarannya, atau media pembel aj arannya.

4. Menentukan fokus masalah yai tu masal ah yang mendasar, krusial /penting, dan terjangkau dalam kemampuan penel iti.

5. Menyusun rumusan masalah dal am kal imat tanya yang akan terj awab setelah ti ndakan selesai .

6. Menyusun judul yang memuat masalah yang dihadapi dan sekaligus cara mengatasi masalah tersebut serta sasarannya.

E. Tugas

Setelah Anda sel esai membahas dan mempelaj ari bersama rangkaian kegiatan belaj ar pada modul 1, maka kerj akanl ah tugas beri kut.

1. Susunl ah suatu case study dari pengal aman A nda mengajar matematika. 2. Muncul kan masalah yang ada dalam case study tersebut.

3. A pakah masalah yang muncul tersebut cukup mendasar dan krusi al? Jelaskan. 4. Buatl ah rumusan masalah untuk fokus masal ah tersebut.

5. Buatl ah judul PTK yang sesuai untuk f okus masalah tersebut.

Penil aian terhadap tugas ini dil akukan dengan evaluasi bersama teman-teman sej awat saat A nda presentasi dan di lanj utkan diskusi dal am forum KK G. A nda dikatakan telah berhasi l mempel ajari modul 1 ini bi la dapat mengidentifi kasi masalah, membuat


(34)

20

rumusan masalah dan menentukan judul yang tepat dan sesuai. Skor diberikan dari

10–100 dengan mengingat kembali acuan sebagai berikut:

case study di susun berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan refleksi di ri dan mengi kuti petunjuk penul isan case study.

masalah dari case study dimunculkan dari hasil membaca dengan kri ti s, mel akukan identi fikasi masal ah kemudian menganal isis masalah dari perspektif metode pembelaj aran, media pembelajaran, atau materi pembelajarannya.

masalah yang di pil ih untuk di tindaklanj uti dengan PTK merupakan fokus masal ah dengan perti mbangan kepenti ngan, kebutuhan, dan kemampuan peneli ti .

rumusan masal ah di nyatakan dalam bentuk kalimat tanya dengan memperhati kan: masalah hendaknya di rumuskan secara jelas, tidak mempunyai makna ganda, menunj ukkan hubungan dua variabel, dapat di uji , menunj ukkan secara jel as subjek dan/atau l okasi peneli ti an.

judul PTK sebaiknya menyatakan secara akurat dan padat akan permasal ahan yang dipi li h. Formulasi j udul hendaknya: mencerminkan masal ah, mencermi nkan upaya ti ndakan yang akan di lakukan, singkat, jelas dan mudah untuk dipahami.

Berdi skusi lah dengan sej awat atau fasil itator A nda bil a ada bagi an-bagi an yang bel um dikuasai terkait uraian pada modul ini . Keberhasi lan Anda dal am merancang proposal PTK sangat tergantung pada keberhasi lan dal am menentukan f okus masal ah untuk PTK . Oleh karena itu, usaha A nda dalam mengerjakan tugas ini sangat berguna untuk bekal memahami uraian pada modul beri kutnya. Bi la masih menjumpai kesul itan sil ahkan berkonsultasi dengan narasumber terdekat.

Daftar Pustaka

Depdikbud .1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdi kbud.

Hopkins, D. 1985. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Phi ladelphia: Open University Press.

Ibrohim, A di Suryanto dan Suki rman.2008. Panduan Belajar Generik PTK dalam Pembelajaran. Jakarta: Di rj en Bindi klat Direktorat Peni ngkatan mutu Pendidi k dan Tenaga K ependidikan Departemen Nasi onal.


(35)

Juj un S. Suriasumantri . 1984. Ilmu dalam Perspektif. Sebuah K umpul an K arangan Tentang Hakekat Il mu. Jakarta: PT Garmedia.

K emmis, S and Taggart,R. 1988. The Action Research Planner. V ictori a: Deaki n University.

Lukman A li dkk. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Bal ai Pustaka.

Suharsimi Arikunto, Suhardj ono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi A ksara.

Sukayati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas di SD (versi el ektronik). http://p4tkmatematika.org/tag/ptk-sd/. diakses pada tanggal 1 Maret 2010. Sukayati & Nurj anah. 2008. Bahan Belajar Mandiri bagi Guru Matematika SD.

Jakarta: Depdiknas.

Suyanto. 1996. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Y ogyakarta: Depdikbud BP3GSD di I KI P Yogyakarta.


(36)

(37)

M OD UL 2

RAN CAN GAN

PROPOSAL PTK

D ALAM

PEM BELAJARAN

M ATEM ATI KA SD


(38)

(39)

MODUL 2

RANCANGAN PROPOSAL PTK DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

Pada modul 1 A nda tel ah bersama-sama membahas dan berlatih menentukan f okus masalah dal am pembel ajaran matemati ka untuk PTK . Ki ni Anda tel ah memi li ki masalah yang perlu di selesaikan dengan PTK . Anda j uga tel ah memil iki j udul. Langkah sel anjutnya, Anda perl u merancang proposal PTK.

Berbagai pertanyaan tersebut akan di bahas dalam modul i ni. M erancang proposal PTK mungkin merupakan kesuli tan tersendi ri. Sesungguhnya bil a A nda tel ah memil iki gagasan masal ah penel itian, maka A nda tel ah memil iki nyawa bagi proposal yang akan A nda rancang.

Untuk membantu Anda dal am merancang sebuah proposal PTK , dalam modul ini terdapat tiga kegiatan belajar yang terdi ri atas

A . kegiatan belajar 1: Komponen dan Perancangan Proposal PTK B. kegiatan bel ajar 2: Menyusun K aj ian Pustaka

C. kegiatan belajar 3: Merancang Metode Peneli tian

Bagaimana cara menyusun proposal PTK ? Apa sajakah komponen dari sebuah proposal PTK? Bagai mana cara menuangkan ide pada l atar belakang masalah? A pa yang perlu Anda tuli skan pada kaji an pustaka? Lalu, bagaimana Anda merancang penel itian yang akan dil aksanakan?


(40)

24

A. Kegiatan Belajar 1: Komponen dan Perancangan Proposal PTK 1. Tujuan dan Manfaat Proposal PTK

Mengapa sebelum melakukan PTK Anda perl u merancang proposal ? Proposal PTK merupakan paparan rencana kegi atan yang ditul iskan atau di tuangkan dal am narasi. A nda menj abarkan rencana kegiatan secara terorganisir dengan berpi jak pada gagasan masalah. Jadi, intisari dari proposal peneli ti an beri si gagasan masalah yang akan diselesaikan, rencana pemecahan masalah, dan alasan tentang penti ngnya masal ah itu untuk disel esai kan.

A lur berpi kir dalam menyusun proposal harus l ogis dan si stematis yang terl ihat dari keterkai tan antara komponen-komponen proposal yang satu dengan lai nnya. Tujuannya agar rangkai an rencana ti ndakan dapat terarah, si stematis dan mencapai tuj uan. Dengan demikian, proposal ini akan menjadi pedoman Anda dal am mel aksanakan PTK .

2. Komponen Proposal PTK

Proposal PTK pada dasarnya terdiri atas ti ga bagi an utama, yai tu Pendahul uan, K aji an Pustaka, dan Metode Penel itian. Komponen pada Pendahuluan umumnya terdiri atas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Peneli ti an, Manf aat Penelitian, dan ada yang menambahkan I denti fikasi Masalah (dil etakkan sebelum rumusan masalah) dan Def ini si Operasional . Bagian Kajian Pustaka umumnya berisi l andasan teori, peneli tian yang rel evan, kerangka piki r, dan hipotesis. Hi potesi s dal am PTK

adalah hipotesis tindakan sehingga dituliskan sebagai “hipotesis tindakan”.

K omponen pada Metode Peneli ti an umumnya terdiri atas Jenis Penel iti an, Setting Penel itian, Desai n Peneli ti an, Instrumen Penel itian, Tekni k Pengumpul an Data, Teknik A nal isi s Data, Jadwal Pelaksanaan penel iti an dan I ndikator K eberhasi lan. Bi la penel itian yang di lakukan di biayai oleh sponsor ditambahkan pul a Sumber Dana.


(41)

Beri kut i ni adal ah dua alternatif sistemati ka proposal PTK.

Sistemati ka Proposal PTK (A lternatif 1) A . Judul Peneli ti an

B. Latar Belakang C. Rumusan M asal ah D. Tujuan Penel itian E. Manf aat Penel itian F. K aji an Pustaka G. Hipotesis Ti ndakan

H. Prosedur Penel iti an (Rancangan dan Metode Penel iti an) I. Jadwal beserta ri ncian bi aya

Sistemati ka Proposal PTK (A lternatif 2) Judul Peneli ti an

Bab I Pendahul uan A . Latar belakang B. Rumusan masal ah C. Tujuan Penel itian D. Manf aat Penel itian E. Defini si Opersional Bab II K aj ian Pustaka

A . Landasan Teori B. Hipotesis Ti ndakan Bab III Metode Peneli ti an

A . Subyek Penel itian B. Lokasi Peneli ti an C. Data dan sumber data D. Instrumen penel itian E. Indi kator Keberhasi lan F. Teknik anali sis data G. Tahap/Si klus peneli ti an H. Jadwal Pelaksanaan I. Praki raan bi aya


(42)

26

3. Perancangan Proposal PTK Bagian Pendahuluan

Pada bagian sebel umnya tel ah di jelaskan komponen-komponen proposal. Lalu, bagai mana cara mengisi komponen-komponen tersebut atau bagai mana teknik merancang proposal PTK? Ikuti penjelasan berikut.

a. Latar Belakang

Latar bel akang berisi paparan tentang kondisi yang seharusnya dan kondisi yang ada sehingga terl ihat adanya kesenj angan kondisi i deal yang seharusnya di lakukan dengan fakta di lapangan atau bi asa di sebut dengan masal ah. Dukungan dari hasi l-hasi l peneli ti an terdahul u akan memberi kan l andasan yang kokoh dalam argumentasi mengenai urgensi maupun signif ikansi permasalahan yang akan ditangani melalui tindakan kel as yang diaj ukan. K emudian rasional penti ngnya masalah tersebut di selesaikan dengan suatu ti ndakan dalam pembelaj aran yang tertuang dalam PTK . Bagian yang pali ng penting adalah disebutkannya tindakan yang akan di lakukan untuk menyel esai kan masalah. Dalam hal i ni A nda perl u menj el askan alasan memili h ti ndakan tersebut. Secara gari s besar l atar bel akang beri si urai an :

1) f akta-fakta pendukung,

2) argumentasi teori ti k tentang tindakan yang akan dipi lih, 3) hasil peneli ti an terdahul u (j ika ada), dan

4) al asan pentingnya penel itian i ni di lakukan.

Subbab Latar Bel akang ibaratnya waj ah yang mencermi nkan jati di ri seseorang. Pada Latar Belakang, A nda harus meyaki nkan pembaca bahwa masal ah tersebut betul-betul masalah di kelas yang perl u, penting dan mendesak untuk diselesaikan. Untuk itu kemukakan secara j elas bahwa masalah i tu merupakan masalah yang nyata terjadi di kelas. A nda dapat mengungkapkan kembali catatan

case study dal am saj ian bahasa yang l ebih f ormal .

Memulai gagasan pada Latar Belakang ti dak perl u terlal u jauh. Contohnya, j ika hendak membi carakan keakti fan siswa di kel as maka ti dak perl u mengawal inya dengan pasal 31 UUD 1945. M emul ai gagasan pada Latar Belakang adal ah dari hal yang umum tapi tidak terlal u umum atau j auh. K emudi an agak spesifi k pada permasal ahan yang akan dilakukan. Gagasan tersebut diungkapkan dalam


(43)

kal imat-kal imat yang al urnya harus logis arti nya runtut dan sal ing terkait antara suatu kali mat dengan kal imat beri kutnya.

Penul isan PTK adal ah karya tulis il mi ah sehingga kata-kata didal amnya dapat dipertanggungj awabkan secara keil muan. Contohnya, bil a A nda mengatakan bahwa nil ai matemati ka si swa rendah disebabkan oleh kurangnya konsentrasi ketika mengikuti pembelaj aran, maka Anda harus memberikan argumentasi atas pernyataan tersebut dengan mengacu pada hasi l penel iti an atau teori yang dapat dikutip dari buku atau j urnal . K emudian ji ka Anda mengatakan bahwa si swa kurang konsentrasi ketika bel ajar di kel as, maka A nda juga harus memberikan bukti -bukti yang mendukung pernyataan tersebut, mi sal nya data observasi, catatan guru, dan lai n-l ain.

Contoh:

A lternati f rangkaian gagasan pada Latar Bel akang untuk PTK berjudul

“Meningkatkan keaktifan siswa mempel ajari mengubah pecahan bi asa menjadi persen dengan pembelaj aran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD”

Fokus masalah pada peneli ti an ini adalah keakti fan si swa, maka untuk latar bel akang A nda dapat memul ai dari paparan tentang i deali sme pendidi kan matematika secara umum atau dari i deali sme proses pembel aj aran secara umum. K emudi an menuju pada gagasan yang agak spesifi k misalnya kondisi pembelaj aran matematika yang i deal dan harapan agar si swa berpartisi pasi akti f. Selanjutnya Anda dapat mengkontraskan paparan tentang kondi si yang i deal tersebut dengan kondisi nyata yang terj adi dalam pembelaj aran matematika di kel as A nda. Dapat pul a pengal aman pribadi yang dituli skan pada case study

diungkapkan dalam bahasa yang f ormal. Beri kutnya Anda sampaikan bahwa ketidakaktifan siswa dal am pembelajaran berdampak timbulnya masalah-masalah lain, seperti konsentrasi belaj ar rendah, kondi si kel as tidak kondusi f, proses bel ajar mengajar tersendat, hi ngga berakibat prestasi bel ajar matematika yang rendah. A nda meyakinkan pembaca proposal bahwa masal ah si swa ti dak akti f itu ada di kel as A nda dan sangat mengganggu kel ancaran proses pembelaj aran, sehi ngga masal ah tersebut perl u di atasi. Pada paragraf selanjutnya Anda menj elaskan al ternati f tindakan yang akan di lakukan untuk mengatasi masal ah


(44)

28

tersebut dengan menerapkan pembelaj aran kooperatif tipe STAD. Sampaikan al asan mengapa memil ih ti pe STAD. Gunakan bukti -bukti penel itian atau sedikit paparan teori yang mendukung bahwa tipe STA D di yakini dapat mengatasi masalah ketidakaktifan si swa dal am pembel ajaran. Pada akhi r subbab Latar Belakang Anda dapat menyampaikan maksud melakukan peneli tian tentang peni ngkatan keaktif an si swa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif ti pe STAD.

b. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah di peroleh dari pengerucutan masalah pada Latar Belakang, hal ini menunj ukkan adanya jal inan l ogis antara Latar Bel akang dan Rumusan Masalah. Untuk mengi si bagian i ni, Anda tinggal menuli skan rumusan masal ah yang tel ah diperoleh sebel umnya. A nda boleh saj a memberikan sedikit narasi sebel um A nda menyampai kan rumusan masalahnya.

Contoh:

Berdasarkan latar bel akang tersebut di atas, maka rumusan masal ah dalam penel itian i ni sebagai berikut.

A pakah pembelaj aran dengan pendekatan kooperati f tipe STA D dapat meni ngkatkan keakti fan siswa mempelaj ari materi mengubah pecahan biasa menj adi persen di kelas V SD?

c. Tujuan Penelitian

Pada Tuj uan Penel itian, Anda menyatakan apa yang menjadi tujuan mel akukan penel itian. Tujuan Peneli ti an harus bermuara dari Rumusan M asal ah sehingga konsi sten atau sejal an. Pernyataan Tujuan Penel itian di rumuskan secara tegas yang i ngin di capai, obj ekti f dan keberhasi lannya dapat dicek secara mudah.

Contoh:

Penel iti an ini bertuj uan untuk meni ngkatkan keakti fan si swa dalam mempel ajari mengubah pecahan biasa menjadi persen mel alui pembel ajaran dengan pendekatan kooperatif ti pe STAD di kel as V SD.

Itu berarti arah kegi atan A nda dal am memberi kan serangkaian tindakan mel alui PTK adalah untuk meni ngkatkan keakti fan siswa. Berdasarkan pernyataan tujuan


(45)

penel itian i ni A nda dapat menentukan indikator keberhasil an ti ndakan untuk satu si klus PTK . Ti ndakan dikatakan berhasil ji ka dalam proses pembel ajaran tel ah menunj ukkan peni ngkatan pada indi kator-indi kator keakti fan siswa.

d. Manfaat Penelitian

Pada Manfaat Peneli ti an, Anda menyampaikan ni lai manf aat dari hasil peneli ti an yang diperoleh bagi siswa, guru, sekolah, atau i nstansi terkait lai nnya. Urai kan sumbangsih hasil peneli ti an Anda terhadap kual itas pembel ajaran sehingga tampak manfaatnya terutama bagi si swa. K emukakan pul a inovasi yang akan dihasil kan dari peneli ti an ini .

Contoh:

Hasil dari peneli ti an ini diharapkan bermanfaat bagi

1) Siswa meni ngkat keaktifannya dal am pembel ajaran sehingga dapat meni ngkatkan pemahaman dan penguasaan materi mengubah pecahan bi asa menj adi persen.

2) Guru memperol eh alternatif model strategi pembelaj aran mengubah pecahan biasa menj adi persen yang dapat mengakti fkan si swa

3) Sekolah memperol eh peningkatan mutu pembel ajaran matemati ka khususnya di kelas V .

e. Definisi Operasional

Pada Defini si Operasional, A nda mendefi nisikan istil ah-isti lah yang Anda gunakan khususnya pada kali mat Judul Penel iti an. Hal i ni di maksudkan agar terdapat kesamaan persepsi mengenai arti atau makna istil ah yang digunakan. Hal ini j uga diperl ukan jika terdapat beragam defi nisi terhadap i sti lah yang sama, maka Anda perlu menegaskan def ini si mana yang digunakan. Defi nisi yang digunakan ditentukan ol eh dasar teori yang menjadi acuan dal am melaksanakan penel itian. Def ini si istil ah dalam penel iti an tidak mengacu pada kamus melai nkan pada dasar teori yang digunakan dal am peneli tian tersebut.


(46)

30

Contoh:

Defini si pembel ajaran konvensi onal

Secara harfi ah konvensional berarti hal yang jamak terjadi , bi asa dil akukan atau tradisional tanpa inovasi. Namun i stilah ini perlu di defi nisikan j ika digunakan dal am konteks pembel aj aran, karena kondisi pembel ajaran yang dikatakan tradisional bisa j adi berbeda antara satu dengan l ainnya.


(47)

Rangkuman dari alternatif rancangan bagi an Pendahuluan untuk PTK Bu Harli ny adalah

Meningkatkan keaktifan mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD

A. Latar Belakang (Pokok-pokok pikiran pada Latar Belakang untuk dikembangkan)

Idealisme proses pembelajaran secara umum.

Kondisi pembelaj aran matematika yang ideal dan harapan agar siswa berpartisipasi aktif.

Kondisi nyata yang terjadi dalam pembel ajaran matematika di kelas. Ketidakaktifan siswa dalam pembelajaran meni mbulkan masalah-masalah lain, seperti konsentrasi belajar rendah, kondisi kelas tidak kondusif, proses belaj ar mengajar tersendat, hingga berakibat prestasi belajar matematika yang rendah.

Masalah siswa tidak aktif sangat mengganggu kelancaran proses bel ajar mengajar, sehingga masalah tersebut perl u diatasi.

Alternatif untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Alasan memi lih tipe STAD berdasarkan bukti-bukti penelitian atau sediki t paparan teori yang mendukung bahwa tipe STAD diyakini dapat mengatasi masalah ketidakaktifan siswa dal am pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

Apakah pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa mempelajari mengubah pecahan biasa menjadi persen di kelas V SD?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mempelajari mengubah pecahan bi asa menjadi persen mel alui pembelaj aran dengan pendekatan kooperatif tipe STAD di kelas V SD.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi:

1. Siswa meningkat keaktifannya dalam pembel ajaran sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan mengubah pecahan biasa menjadi persen.

2. Guru memperoleh alternatif model strategi pembelajaran mengubah pecahan biasa menjadi persen yang dapat mengaktifkan siswa

3. Sekolah memperoleh peningkatan mutu pembelajaran matematika khususnya di kel as V.

E. Definisi Opersional


(48)

32

B. Kegiatan Belajar 2: Menyusun Kajian Pustaka

Setelah menyusun bab Pendahul uan, maka Anda kemudi an perlu mencari berbagai pustaka untuk dipel ajari dan di kaji sebagai bekal keilmuan dalam melakukan penel itian. Lalu, apa saj a yang perl u A nda tul iskan pada kaji an pustaka?

Bab K aji an Pustaka i baratnya tubuh pada manusi a yang menjadi penopang. Tubuh yang i deal tentu ukurannya harus proposi onal dan l ebih besar dari pada kepal a (bab pendahul uan). Hal ini dimaksudkan agar A nda memil iki bekal il mu yang memadai untuk mel akukan penel itian. Semakin banyak buku yang dibaca dan dij adikan acuan tentu semakin terbuka wawasan A nda. Luasnya wawasan akan membuka pandangan A nda terhadap masal ah penel itian yaitu menj adi lebi h aktual dan akurat. Secara sederhana, j uml ah hal aman untuk Kaj ian Pustaka harus lebi h banyak dari pada j uml ah hal aman untuk Latar Belakang. Namun demikian, tentunya ti dak asal menulis agar jumlah halaman bertambah banyak sehingga isinya ti dak ada kaitan dengan masal ah penel itian.

Pada bab K aji an Pustaka, A nda menuli skan berbagai sumber kaj ian yang rel evan dengan masal ah peneli ti an A nda. Uraian tersebut ti dak hanya berupa pembahasan tapi juga anal isi s dan kesi mpul annya. Bab Kaji an Pustaka umumnya berisi penj elasan mengenai landasan teori, hasi l penel itian yang rel evan, Kerangka Piki r dan Hi potesis Tindakan.

1. Landasan Teori

Landasan teori membahas semua variabel pada judul penel itian dari perspektif teoritik.

Contoh l andasan teori yang diperlukan untuk PTK berjudul “Meningkatkan keaktifan mempel ajari materi mengubah pecahan biasa menj adi persen dengan pembel ajaran

kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD”

Pada judul tersebut terdapat beberapa kata kunci yai tu: keakti fan, konsep bil angan pecahan, pembelaj aran kooperati f ti pe STA D, si swa kel as V SD. Ol eh karena itu, setidaknya A nda memerlukan l andasan teori untuk semua kata kunci dari judul penel itian tersebut. Anda perl u mempel aj ari dan menuli skan berbagai teori tentang


(49)

keaktif an. Tentu yang di maksud di sini adal ah keakti fan siswa dal am proses pembelaj aran. K emudian A nda perlu mempel ajari dan menul iskan berbagai teori mengenai bagai mana membelajarkan konsep bi langan pecahan khususnya materi mengubah pecahan bi asa menjadi persen. Mengapa teori tentang pembelajaran konsep bil angan pecahan dan bukan teori bilangan pecahan itu sendi ri? Yang menj adi masalah dalam peneli ti an i ni adalah pembel ajarannya dan bukan mengenai bi langan pecahannya. Ingat pada saat kegi atan menganal isi s masalah bahwa masal ah i ni l ebih cenderung pada strategi pembel aj arannya dan bukan materi (subject matter). Anda juga perlu mempel ajari dan menuliskan teori pembel ajaran kooperatif . Kemudian secara khusus Anda membahas mengenai model pembel ajaran kooperati f tipe STAD. Selain itu yang tak kalah penting adalah A nda perlu membahas karakteri sti k si swa SD khususnya kelas V mi sal nya bil a ditinj au dari teori psi kologi perkembangan.

Beri kut al ternatif rancangan kaj ian pustaka yang sesuai untuk j udul PTK tersebut. a. K arakteristi k Siswa Sekolah Dasar

b. Pengertian pembel ajaran Matemati ka c. Pengel olaan Pembelaj aran M atemati ka

d. Pembelaj aran K onsep Bil angan Pecahan di SD

e. Pengertian K eaktifan Si swa dalam Pembel ajaran Matematika f. Meni ngkatkan K eaktifan Si swa dalam Pembelaj aran

g. Pengertian dan Prinsip Pembel ajaran K ooperatif h. Berbagai Metode Pembel ajaran Kooperati f i. Pembelaj aran K ooperatif Ti pe STA D

A nda memil iki gagasan masal ah penel itian dan telah merumuskan masal ahnya, serta telah menentukan tujuan peneli ti an, maka K aji an Pustaka adalah bekal A nda untuk mencapai tujuan tersebut. Sebel um melakukan peneli ti an setidaknya Anda telah memil iki bekal konsep keil muan dan tekni s pel aksanaannya. Seorang yang akan meneli ti harus mampu menj awab pertanyaan apa, mengapa, dan bagai mana terkai t dengan variabel penel iti an. Bil a rel evan, harus mampu pula menjawab pertanyaan kapan, siapa, dan di mana. Contoh untuk judul PTK tersebut, A nda akan menel iti tentang keakti fan si swa, maka A nda harus tahu apa yang dimaksud dengan aktif dal am konteks pembel aj aran? Mengapa siswa ti dak aktif ? Bagai mana cara


(50)

34

mengaktif kan siswa?. Oleh karena itu, pembahasan dalam Kaj ian Pustaka setidaknya mampu menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagai mana.

Pembahasan berbagai teori tersebut dapat di lakukan antara l ain dengan cara menj elaskan berbagai pengertian diawal paragraf, kemudi an pada paragraf akhir A nda menganali sis lal u menyi mpul kan. Kajian Pustaka bukan hanya berisi penj elasan tentang pengerti an-pengertian, namun lebih penting adal ah menunj ukkan adanya hubungan sebab akibat. Bi la dil akukan tindakan ini maka akan menimbulkan akibat apa. Demi kian gambaran dari anal isis yang perlu A nda l akukan.

2. Penelitian yang Relevan

Pada Kajian Pustaka perl u disampai kan hasi l-hasil peneli ti an sebelumnya yang mendukung peneli ti an Anda. Utamanya merupakan argumentasi rekomendasi terhadap rencana tindakan yang A nda pil ih. PTK ibaratnya adalah proses terapi atau pengobatan terhadap suatu penyakit dal am pembelaj aran, maka dal am hal ini guru adal ah sang dokter. Dokter yang bai k tentu tidak akan sembarangan dal am memberi kan obat. Obat atau terapi yang di beri kan tentu dipi li hkan yang di yakini akan berhasil . Dasar dari keyakinan tersebut adal ah hasi l peneli ti an terdahulu yang membuktikan bahwa terapi tersebut manjur.

Contoh:

Penel iti an yang relevan untuk mendukung PTK berjudul “Meningkatkan keaktifan mempel ajari materi mengubah pecahan biasa menj adi persen dengan pembel ajaran

kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD” adal ah penel iti an tentang keberhasilan pembelaj aran kooperati f ti pe STAD, penel iti an tentang upaya meningkatkan keaktif an si swa dal am pembel ajaran matematika SD, dan penel itian tentang keberhasil an pembel ajaran konsep bi langan pecahan di SD.

Y ang diperhati kan adal ah masalah penelitiannya dan bukan metode peneli ti annya. Ji ka akan mel akukan PTK bukan berarti penel itian l ain yang relevan dengan penel itian tersebut juga harus berupa PTK.

Hasil penel itian sebelumnya dapat menjadi dasar pertimbangan dalam menyusun rencana tindakan. Untuk itu, ketika mempelajari suatu peneli ti an, A nda harus mel ihat pada bagi an kesi mpul an dan rekomendasi dari laporan penel iti an tersebut.


(51)

3. Kerangka Pikir

K erangka Piki r merupakan standing position atau pendapat pri badi penel iti setel ah mempel ajari seki an banyak buku teori /kaj ian pustaka dan hasi l peneli ti an orang l ain. Oleh karena i tu, kerangka piki r hendaknya menunj ukkan ori sinal itas ide atau arah pemi kiran peneli ti yang murni , bukan kutipan-kutipan mel ainkan kata-kata peneliti sendi ri yang dapat di pertanggung-j awabkan secara keil muan.

4. Hipotesis Tindakan

Hipotesis Ti ndakan adalah tindakan yang akan dilaksanakan guna memecahkan masalah yang diteli ti dan adanya upaya melakukan peningkatan perbaikan. I ni berarti, hipotesi s tindakan merupakan pernyataan sementara penel iti berdasar kaj ian pustaka bahwa j ika dil akukan ti ndakan i ni maka di yaki ni akan mengatasi masalah itu. Pernyataan yang di tuangkan harus tegas dan diyakini kebenarannya.

Contoh:

Hipotesis tindakan untuk PTK berjudul “Meningkatkan keaktif an mempel ajari materi mengubah pecahan biasa menj adi persen dengan pembelaj aran kooperatif ti pe STA D

siswa kelas V SD” adalah

Pembelaj aran dengan kooperatif ti pe STA D dapat meningkatkan keakti fan mempel ajari mengubah pecahan bi asa menjadi persen si swa kelas V SD.


(52)

36

Rangkuman dari alternatif rancangan bagian Kaj ian Pustaka untuk PTK Bu Harl iny adal ah

Meningkatkan keaktifan mempelajari mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD

A. Landasan Teori (Pokok bahasan pada Landasan Teori untuk dikembangkan)

1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar 2. Pengertian pembelajaran Matematika 3. Pengelolaan Pembelajaran Matematika

4. Pembelajaran Konsep Bilangan Pecahan di SD

5. Pengerti an Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika 6. Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelaj aran

7. Pengertian dan Prinsip Pembelaj aran Kooperatif 8. Berbagai Metode Pembelajaran Kooperatif 9. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

B. Penelitian yang Relevan (Topik penelitian untuk dicari sumbernya) Penelitian tentang keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe STAD Penelitian tentang upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika SD

Penelitian tentang keberhasil an pembelajaran konsep bilangan pecahan di SD dan lain-lain

C. Hipotesis Tindakan

Pembelaj aran dengan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan mempelajari mengubah pecahan biasa menjadi persen siswa kelas V SD.


(53)

5. Mencari Sumber Kajian Pustaka dan Cara Penulisan Sumber

Untuk mengisi komponen pada Kajian Pustaka, A nda perl u banyak membaca, belaj ar, baru kemudian bi sa menuli skan. Lalu, dari mana kita bisa mencari sumber kaji an pustaka?

Sumber kaj ian pustaka bi sa dari buku, jurnal i lmi ah, i nternet, makal ah, atau dari maj al ah il mi ah. Bi la menggunakan buku, utamakan memi li h buku terbitan tahun terbaru, sehingga Anda tidak keti nggalan perkembangan informasi dan pengetahuan. Untuk memperoleh berbagai hasil penel iti an yang rel evan dengan penel iti an A nda, jurnal il miah merupakan sumber yang kaya. Internet juga merupakan medi a inf ormasi yang sangat kaya, Anda dapat mencari berbagai informasi dari berbagai sumber. Caranya sangat mudah dengan memanfaatkan search engine seperti Google, A nda ti nggal menuli skan kata kunci maka berbagai inf ormasi yang A nda cari akan muncul. Misalnya ingi n mengetahui kaj ian tentang pembelaj aran bil angan pecahan di sekol ah dasar, maka Anda dapat menul iskan kata kunci : pembelaj aran pecahan SD. Bil a menggunakan sumber dari i nternet maka Anda perlu menyeleksi dengan cermat mana i nformasi yang kredi bel dan dapat di pertanggungjawabkan secara i lmi ah. Sumber l ain untuk memperluas wawasan adal ah dengan mengi kuti seminar, berbagai makalahnya dapat A nda gunakan sebagai sumber kaj ian pustaka.

A pakah A nda harus membaca dengan tuntas buku referensi ? Bil a mempunyai banyak waktu sebelum melakukan peneli ti an maka l ebih baik membaca buku tersebut dari awal hingga akhir. Namun bi la waktu A nda terbatas, cukup membaca bab atau subbab yang terkait dengan masalah penel iti an Anda, kecual i bil a penulis buku menyebutkan penti ngnya membaca buku tersebut secara urut. Hal ini di maksudkan agar pembaca tidak salah mengerti dan pembaca memi li ki gambaran yang utuh. Seti ap kutipan yang diambil dari berbagai referensi , Anda waji b mencantumkan sumbernya. Beri kut di beri kan contoh menuliskan sumber kuti pan:

Menurut Suharsi mi A ri kunto (2008) penel itian ti ndakan si fatnya bukan menyangkut hal -hal yang statis, tetapi di nami s, yaitu adanya perubahan.

Penel iti an ti ndakan sif atnya bukan menyangkut hal -hal yang statis, tetapi di nami s, yai tu adanya perubahan (Suharsi mi A , 2008)


(54)

38

A dapula yang mencantumkan halaman buku dimana pernyataan yang di kuti p tersebut berada, contohnya sebagai berikut.

Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 7) penel iti an ti ndakan si fatnya bukan menyangkut hal -hal yang stati s, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan.

Penel iti an ti ndakan sif atnya bukan menyangkut hal -hal yang statis, tetapi di nami s, yai tu adanya perubahan (Suharsi mi A , 2008: 7)

A lternati f aturan menuli skan sumber kaji an pustaka pada bagian Daftar Pustaka adal ah sebagai beri kut.

a. Daftar disusun secara alf abeti s nai k. b. Sumber dari buku ditulis dengan urutan:

Nama penuli s (tanpa gel ar). Tahun terbi t. Judul buku (dituli s mi ri ng/italic). K ota terbit: nama penerbit.

Contoh:

Sukandarrumi di. 2004. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Y ogyakarta: Penerbit Gadj ah Mada University Press.

A rends, R.I. 2001. Diskusi Kelas (terj emahan ol eh Budi Parami ta). Surabaya: Penerbi t UNESA .

c. Sumber dari jurnal di tuli s dengan urutan:

Nama penuli s (tanpa gel ar). Tahun terbit. Judul tul isan (dal am tanda kutip). Nama jurnal (dituli s mi ring/italic). Edi si j urnal , nomor j urnal , halaman jurnal.

Contoh:

Stoll, l . & Fink, D. 1992. “Effecting School Change: the Halton Approach”. School effectiveness and school improvement: an international Journal of

Research, Policy and Practice. Vol 3, No. 1, pp. 19-41.

d. Sumber dari internet di tul is dengan urutan: Nama penulis (tanpa gel ar). Tahun terbit/launching. Judul tul isan (dituli s mi ri ng/italic). A lamat websi te. diakses pada tanggal atau bulan dan tahun akses.

Contoh:

Sukajati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas di SD (versi el ektronik).

http://p4tkmatematika.org/tag/ptk-sd/. diakses pada tanggal 1 Maret 2010.


(55)

e. Sumber dari makalah dituli s dengan urutan: Nama penul is (tanpa gelar). Tahun. Judul makalah (dituli s miring/italic). Makal ah pada kegiatan semi nar (sebut nama kegi atan), nama penyel enggara/i nsti tusi pel aksana, tanggal pel aksanaan semi nar.

Contoh:

Gunawan. 2005. Mari ber-PTK. Makalah pada Semi nar Peni ngkatan Mutu Perkul iahan, Uni versi tas Negeri Y ogyakarta, 22 Desember 2005 dalam rangka Hi bah A2.

Suwarsi h M adya. 1999. Rencana Penelitian Tindakan. Makal ah di sampaikan dal am Penataran Guru, Lembaga Penel itian IK IP Y ogyakarta.

f. Sumber dari koran/maj alah dituli s dengan urutan: Nama penul is (tanpa gelar). Tahun terbi t. Judul kolom/rubrik (dituli s miring/italic). dalam nama koran/maj alah/bul eti n. Edisi dan tanggal terbit. Halaman. K ota penerbi t: nama penerbit.

Contoh:

Sri Wardhani. 2008. Apakah Desain Indikator Anda sudah tepat?. dalam buletin LIMA S edisi nomor 35 Juni 2008. Hal aman 24-25. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

A turan tersebut di atas merupakan alternatif , karena dal am penuli san daftar pustaka terdapat beberapa versi.

C. Kegiatan Belajar 3: Merancang Metode Penelitian

Bagian akhi r dari suatu proposal PTK adal ah Metode Penelitian. Bagi an ini menggambarkan rencana tekni s PTK A nda. Umumnya bagian Metode Penel iti an menj elaskan tentang si apa, di mana, kapan dan bagaimana. Siapa subj ek yang akan diteli ti atau yang akan di kenai ti ndakan. Dimana penel itian tesebut akan di laksanakan dan kapan pel aksanaannya. Bagai mana teknis penel itian akan di lakukan. Tekni s penel itian meli puti bagai mana rencana tindakan peneli ti annya, seperti apa tekni k pengambil an datanya, bagaimana cara menganal isi s data tersebut.

Penel iti an dengan tindakan mengandung kegi atan yang bersi klus. Hal yang dapat direncanakan hanyal ah untuk si klus pertama, sedangkan rencana tindakan untuk si klus kedua dan seterusnya dirancang berdasarkan hasi l ref leksi. Oleh karena itu,


(1)

68

A ktivi tas Berinteraksi Terhadap Pembelajaran

Skor No Pernyataan

1 2 3 4

1. Menj awab pertanyaan teman sekel ompok

2. Berbagi gagasan kepada teman

3. Terl ibat akti f dal am diskusi

4. Menyatakan setuju terhadap i de/gagasan teman

5. Menj elaskan konsep yang baru dij elaskan guru kepada teman

6. Menggunakan alat peraga untuk menjelaskan soal

7. Meminta bantuan orang lain dal am menyelesaikan masalah

A ktivitas terhadap pembelaj aran :

7

4 1 1 4 4 3 3

= 7 20

=2 7 6

3


(2)

Lampiran 4. Case Study 2.

Menemukan Rumus Luas Daerah Trapesium Oleh Fauzi Ali

Berdasarkan hasi l konsul tasi dengan guru kel as V dan meruj uk pada kuri kulum, materi yang akan saya aj arkan adalah pengukuran dengan kompetensi dasar menghitung l uas daerah trapesi um. Hal i ni membuat saya agak l ega karena materi i ni sudah berkali -kal i saya praktikkan atau aj arkan pada mahasiswa PGSD. A kan tetapi , mengajar dengan topik yang sama untuk siswa SD baru pertama sekali saya lakukan. Saya merencanakan, sebelum membahas cara menghitung l uas daerah trapesium terlebi h dahul u menjel askan bagaimana cara mendapatkan rumusnya yang di turunkan dari bangun persegi panjang dengan alat peraga, sementara materi pendukung, yai tu menghi tung luas daerah persegi panjang, sudah mereka di pelaj ari di kelas IV . Dengan demi kian, saya berharap konsep i ni akan dapat dipelaj ari dan di pahami ol eh siswa dengan mudah.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, sehari sebelum melakukan prakti k, saya mempersiapkan alat peraga yang terbuat dari karton manil a, yai tu berupa bangun trapesi um yang digunakan sebagai peragaan di depan kelas juga digunakan ol eh para si swa. Dengan demi kian, dalam kegi atan esok harinya si swa memotong dan menempel sehingga penggunaan waktu akan l ebih efisien.

Sehari sebel um mengaj ar, saya mendapat tugas memonitoring guru kelas I V SD 69 mengajar. K esempatan i ni saya gunakan untuk mewawancarai si swa kelas V dan mel ihat buku catatan serta latihan sebelum jam pel ajaran dimulai . Pada buku latihan si swa saya mel ihat bahwa mereka sudah belajar cara menghi tung l uas daerah trapesi um dengan menerapkan rumus yang sudah ada dal am buku paket, yai tu L = ½ (a + b) x t. Berdasarkan hasi l survei saya hari i ni, bertambah keyakinan saya bahwa besok mereka tidak akan mengal ami kesulitan bel ajar menurunkan rumus luas daerah trapesi um dengan menggunakan al at peraga konkret.

K eesokan harinya saya datang lebih awal . Sebagai mana biasa, sebel um belaj ar semua si swa SD 69 melakukan senam pagi . Sambil menunggu waktu pembelaj aran


(3)

70

berl angsung, saya duduk di ruang dewan guru. Secara tiba-ti ba entah mengapa perasaan saya tidak enak dan merasa cemas memikirkan, ”Jangan-jangan sebelum

habis waktu, kegiatan sudah selesai”. Untuk mengatasi hal ini , kemudian saya membuka buku paket dan meli hat tugas, apa kira-ki ra yang sesuai diberi kan agar waktunya cukup dua j am pelaj aran.

K egiatan tahap awal saya mul ai dengan mel akukan apersepsi , yai tu tanya-j awab membangki tkan kembali i ngatan si swa tentang bangun-bangun datar dan perkalian yang sudah mereka pel ajari. Secara umum hasi l kegiatan ini menggambarkan bahwa mereka sudah memahami j enis-jenis bangun datar segi empat dan dapat menyebutkan contoh-contohnya yang terdapat di li ngkungan sekol ah. Namun, mereka belum paham benar mengenai sif at-sif atnya. Meskipun demi kian, hal i ni pertanda bagus sebagai modal untuk belaj ar luas daerah trapesium.

Di pihak l ain, mereka belum paham cara mendapatkan rumus luas persegi panj ang. Ini terl ihat pada kegiatan awal ; mereka dapat menjawab pertanyaan ”Untuk menghitung luas daerah persegi panj ang adalah ...”, secara klasikal menjawab p x l, dan ada yang menjawab panjang kali lebar, tetapi tidak ada seorang si swa pun yang

dapat menjawab pertanyaan, ”Bagaimana cara mendapatkan rumus luas daerah persegi panjang, yaitu L = p x l”. Saya ulang lagi, ”Bagaimana cara memperoleh panjang x lebar?”. Mereka semua diam. Ini menunjukkan bahwa mereka sudah mengerti menghitung l uas daerah persegi panj ang secara prosedural. Dengan menggunakan al at peraga, saya mencoba menjel askan cara mendapatkan rumus luas daerah persegi panjang, yai tu dengan cara menghitung banyak petak satuan yang kemudi an diperoleh luasnya = panjang x lebar dan dituli s dengan si mbol L = p x l . Untuk menghemat waktu, kegiatan awal saya padai sampai pada cara mendapatkan rumus luas daerah persegi panjang dan dil anjutkan dengan kegi atan inti .

A gar pembelaj aran pada kegi atan i nti berj alan lancar, setiap kelompok mendapatkan dua jeni s trapesium, yai tu trapesium sama kaki dan si ku-si ku yang masing-masi ng jenis terdi ri atas dua bangun yang kongruen. Peragaan pertama trapesium sama kaki. Satu trapesi um yang utuh ditempel pada karton mani la puti h, yang satu lagi dipotong membentuk persegi panjang dan ditempel di sampi ng trapesi um pertama. Dengan menunj uk pada kedua tempelan tersebut, saya bertanya, ”Apakah kedua bangun ini


(4)

sama luasnya?”. Ada siswa yang menjawab tidak sama sambil menunj uk pada trapesi um yang ditempel , sedangkan si swa l ain di am. Saya terkejut waktu meli hat pada tempelan trapesium yang dipotong, warnanya sebagi an tidak sama karena kartonnya harus di bali k sehi ngga warnanya berbeda. Saya bertanya dalam hati, apakah karena tidak sama warna sehi ngga siswa menj awab tidak sama? Terpi kir sesaat, mengapa saya menggunakan karton warna kedua sisi nya ti dak sama? K emudi an, saya mengulang dan mempertegas kembal i mel al ui alat peraga yang ditunjuk si swa letak titik sudut dan panjang sisi pada trapesi um yang sudah dipotong.

Saya mengulang kembali pertanyaan, ”Apakah luas trapesium dengan persegi panj ang ini (sambil menunj uk) sama luasnya?”. Semua siswa menjawab ”Sama, Pak”. K arena ada permasalahan pada gambar, untuk meyakinkan para si swa, saya mencoba membuktikan secara nyata mel alui kedua tempelan tersebut bahwa luasnya sama. Dengan menggunakan mi star, kedua bangun tersebut di ukur panjang sisinya, dan dihi tung l uas daerah masing-masi ng bangun tersebut. Selanj utnya, dengan menggunakan rumus masi ng-masing bangun tersebut ternyata diperol eh l uas yang sama. Dengan cara seperti i ni saya berharap dapat menambah keyakinan para si swa bahwa untuk menghitung l uas daerah trapesium adal ah juml ah si si sej ajar dibagi dua dan di kali ti nggi. Demiki an juga peragaan untuk jeni s trapesi um siku-siku, saya menggunakan pola yang sama. Kegi atan membandi ngkan luas dengan menggunakan mi star pada bangun trapesium dan persegi panjang, lahir secara spontan pada waktu itu. Hal i ni tidak tercantum dalam perencanaan. Saya juga tidak mengerti mengapa itu bisa terj adi . Untuk meningkatkan pemahaman para siswa tentang luas trapesium, mereka mengerjakan tugas seperti contoh yang disaji kan di depan kel as. Tugas dikerjakan secara kel ompok dan masing-masi ng kel ompok ukuran trapesi umnya berbeda. Sel ama kegi atan i ni, saya berkelil ing melihat cara kerja siswa, dan hampi r setiap kelompok butuh bi mbingan. Hal i ni membuat saya agak kecewa, mengapa mereka begitu susah meli pat dua bangun trapesium yang sudah di buat. Saya berkesimpulan, para siswa kel as ini belum pernah diaj arkan cara mel ipat kertas yang benar, misalnya pada saat menanamkan konsep pecahan mel alui luas daerah.

Menj elang waktu berakhir, salah seorang si swa perempuan menangis karena ti dak dapat menyelesaikan tugas menghitung l uas pada bangun persegi panjang. Sementara


(5)

72

itu, untuk masalah luas pada trapesium siswa tersebut dapat menjawabnya dengan benar. Setel ah saya selidi ki, ternyata dia menunjukkan bahwa panj ang sal ah satu sisi pada persegi panj ang merupakan bi langan desi mal . Jadi, si swa i ni belum bi sa mengalikan bi langan desi mal. Peri sti wa i ni saya sampai kan kepada guru pengamat agar bel iau dapat memahami nya dan menenangkan siswa tersebut. Permasalahan ini saya tanyakan juga pada guru kel as, dan bel iau membenarkan ji ka ada siswa yang bel um mahir perkalian bil angan desimal karena materi tersebut baru diperkenalkan dan bel um sampai pada topi k perkal ian.

Selanjutnya, siswa mengerj akan l ati han pada LK S yang dii nstruksikan agar di lakukan secara kelompok. Akan tetapi , ada beberapa siswa yang l ebih suka bekerj a secara indi vidual . Siswa yang menangis tadi terli hat mengerjakan LK S sendiri dan ti dak berusaha bertanya pada temannya. K egiatan kerja kelompok baru dapat di sel esai kan oleh para siswa tepat waktu 09.30 WIB. Kegiatan pembelaj aran saya akhiri dengan menyi mpul kan pelaj aran sel ama l ebih kurang 10 menit. Hal i ni berarti bahwa pembelaj aran berl angsung selama tiga jam pelajaran, mel ebihi dari waktu yang sudah dipl otkan dalam RPP, yakni dua jam pelajaran atau 70 menit.


(6)

Lampiran 5. Kunci Jawaban

1. a. besok mereka ti dak akan mengal ami kesul itan bel ajar menurunkan rumus l uas daerah trapesium dengan menggunakan al at peraga konkret.

2. b. saya bertanya dalam hati, karena tidak sama warna dari kedua trapesi um maka siswa menjawab tidak sama

3. d. siswa ti dak dapat menurunkan luas trapesium, ukuran sal ah satu si si persegipanj ang merupakan bil angan desi mal, guru tidak memberi kan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang bel um dipahami,dan guru mengajar mel ebihi waktu.

4. c. si swa dapat menghitung luas persegi panjang

5. d. pendahul uan, kaj ian pustaka dan metode penel itian

6. b. Apakah pembelaj aran dengan al at peraga dapat meningkatkan penguasaan konsep l uas trapesi um

7. d. Untuk mengetahui apakah pembel ajaran kooperati f ti pe ji gsaw dapat meni ngkatkan pemahaman konsep perkali an dua bi langan pecahan

8. a. pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa dalam belajar perkalian dua bilangan pecahan

9. b. kemandirian belajar, kemandirian bel aj ar matematika, pembelajaran kooperati f, pembelaj aran kooperati f tipe TAI dan kerangka fi ki r

10. c. tes untuk untuk pemahaman konsep dan angket/l embar pengamatan untuk kreativitas

Peni laian