Meskipun kelas, sekaligus mata pelajaran merupakan cakupan

mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada rekan – rekan dalam lembaga terkait, dilakukan sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan subjek didik. 8. Kegiatan penelitian tindakan pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan on – going , karena skope peningkatan dan pengembangan memang menjadi tantangan sepanjang waktu.

9. Meskipun kelas, sekaligus mata pelajaran merupakan cakupan

tanggung jawab bagi seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom exceeding perspective dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Perspektif yang lebih luas ini akan terlebih – lebih lagi terasa urgensinya, apabila dalam suatu PTK, terlibat lebih dari seorang peneliti. Dapat juga dilakukan kolaborasi di antara dua atau lebih guru dalam satu sekolah dan atau guru dari sekolah lain, termasuk dosen LPTK. Desain Penelitian Tindakan Penerapan desain atau model – model PTK seperti yang telah banyak dikemukakan dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran, terutama mata pelajaran yang di dalamnya terdapat praktek. Untuk itu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, bahasa inggris, Biologi, dan sebagainya juga dapat menerapkan salah satu desain. Apakah akan diterapkan tersebut model John Elliot, model Kemmis McTaggart, model Hopkins ataupun model yang lainnya? Hal ini bergantung kepada permasalahn yang dihadapi praktisi di lapangan ataupun bergantung pada pemahaman dan kemampuan para praktisi di lapangan terhadap suatu model PTK atu dalam menerapkan salah satu model PTK. Yang perlu mendapatkan perhatian dalam kaitannya dengan diterapkan suatu model PTK ialah bahwa terdapat langkah – langkah yang seharusnya diikuti oleh penelitiguru, yaitu: 1 ide awal, 2 prasurveitemuan awal, 3 diagnose, 4 perencanaan, 5 Implementasi tindakan, 6 Observasi, 7 Refleksi, 8 Laporan, 9 Kepada Siapa Hasil PTK dilaporkan. 1.Ide Awal Seseorang yang berkehendak melaksanakan suatu penelitian baik yang berupa penelitian positivisme, naturalistic, analisis isi maupun PTK pasti diawali dengan gagasan – gagasan atu ide – ide, dan gagasan itu dimungkinkan yang dapat dikerjakan atau dilaksanaknnya. Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK ialah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut di antaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahantersebut dengan penerapan PTK itu peneliti mau berbuat apa demi suatu perubahan dan perbaikan. 2.Prasurvei Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak perlu melakukan prasurvai karenaberdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, asarana pengajaran maupun sikap siswanya. Dengan demikian para guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya sudah akan mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya. 3.Diagnosis Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelassekolah perlu mealkukan diagnose atau dugaan – dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis, peneliti PTK akan dapat menentukan berbagai hal, misalnya strategi pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya dengan implementasinya PTK. 4.Perencanaan Di dalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang gerkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menytusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh karenya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanan ulang replanning. Hal – hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang lebih hamper sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar – mengajar. 5.Implementasi Tindakan Implementasi tindakan pad prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang di ajarkan atau dibahas dan sebagainya. 6.Pengamatan Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring pengmat haruslah menvatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya. 7.Refleksi Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah upaya evaluasi yang dilakukan oleh para koaborator atau partisipan yang terkait denga suatu PTK yang dilaksanakan.Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan replanningselanjutnya ditentukan. 8.Penyusunan Laporan Laporan hasil penelitian PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. 9.Kepada siapa hasil PTK Dilaporkan Sebenarnya , PTK lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan utama bagi TK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan self reflection, yang paad khirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa. Denga demikian hasil pelaksanan PTK yng berupa terjadinya inovasi pembelajaran kan dilaporkan kepada diri si peneliti Guru sendiri. Guru perlu mengarsipkan angkah – langkah dan teknik pembelajaran yang dikembangkan melalui aktifitus PTK demi perbaikan proses pembelajaran yang dia lakukan di masa yang akan dating. Namun demikian, hasi PTK yang dilaksanakan tidak tertutyup kemungkinan untuk diikuti oleh guru lauin atau teman sejawat. Oeh karena itu guna melengkapi predikat guru sebagai ilmuwan sejati, guru perlu juga menuliskan pengalaman melaksanakan PTK tersebut ke dalm suatu karya tulis ilmiah. Karya tulis tersebut, yang selama ini belum merupakan kebiasaan bagi para guru, sebenarnya masyarakat pengguna lain. Dengan melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat teman sejawat, pemerhatipengamat pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya guru akan memperoleh nilai tambah yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban dan kebanggaan akademisilmiah sebagai seorang ilmuwan hasil kerja guru akan merupakan amal jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa secara khusus. Melalui laporan kepada masyarakat, ptk yang pada awlnya dilaksanakan dalam skal kecil yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap peningkatan mutuproses dan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Research . Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Hardjodipuro, S. 1997. Action Research. Jakarta: IKIP Jakarta. Ishaq, M. F1997. Action Research. Malang: Depdiknas. Mukhlis, A. 2001. Penelitian Tindakan Kelas, Konsep Dasar dan Langkah – langkah. Surabaya: Unesa. Susilo, H. 2003. Konsep dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru dan Dosen MIPA. Makalah Seminar Exchange Experience dan Workshop Pembelajaran MIPA Konstektual Menyongsong Implementasi KBK di Malang tanggal 9 – 12 Juli 2003. Tim Pelatih Proyek GSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Research . Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Hardjodipuro, S. 1997. Action Research. Jakarta: IKIP Jakarta. Ishaq, M. F1997. Action Research. Malang: Depdiknas. Mukhlis, A. 2001. Penelitian Tindakan Kelas, Konsep Dasar dan Langkah – langkah. Surabaya: Unesa. Susilo, H. 2003. Konsep dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru dan Dosen MIPA. Makalah Seminar Exchange Experience dan Workshop Pembelajaran MIPA Konstektual Menyongsong Implementasi KBK di Malang tanggal 9 – 12 Juli 2003. Tim Pelatih Proyek GSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Penetapan Fokus Maslah Penelitian Diklat Teknis Penelitian Tindakan Kelas Guru Pendidikan Luar Biasa Oleh: Budi Susetyo Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa 2005 Merasakan adanya masalah Pertanyaan yang mungkin timbul bagi pemula PTK adalah bagaimana memulai penelitian tindakan kelas? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, pertama – tama dan harus dimiliki guru adalah perasaan ketidak-puasan terhadap praktek pembelajaran yang selama ini dilakukannya. Manakala guru merasa puas terhadapa apa yang dulakukan dalam proses pembelajaran di kelasnya, meskipun sebenarnya terdapat banyak hambatan yang dialami dalam pengelolaan proses pembelajaran sulit kiranya bagi guru untuk memunculkan pertanyaan seperti diatas yang kemudian dapat memicu untuk dimulainya sebuah PTK. Oleh sebab itu agar guru dapat menerapkan PTK dalam upayanya untuk memperbaiki danatau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih professional, siswa dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi – sisi lemah yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang dikelolanya . dengan kata lain guru garus mamapu merefleksi, merenung, serta berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi –sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan ini terbuka peluang bagi guru untuk menemukan kelemahan – kelemahan praktek pembelajaran yang selama ini selalu dilakukan secara tanpa disadari. Oleh karena itu untuk memanfaatkan secra maksimala potensi PTK bagi perbaikan proses pembelajaran, guru perlu memulainya sedini mungkin merasakan adanya persoalan – persoalan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain permasalahan yang diangkat dalam PTK harus benar – benar merupakan masalah – masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan permasalahan yang disarankan apalagi ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh dosen LPTK yang menjadi mitranya. Permasalahan tersebut dapat berangkat bersumber dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa. 1.Identifikasi Masalah PTK Sebagaimana telah dikemukakan penetapan arah PTK berangkat dari diagnosis terhadap keadaan yang bersifat umum. Guru juga bisa merinci proses penemuan permasalahan tersebut dengan bertolak dari gagasan – gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu diperbaiki. Menurut Hopkins 1993, untuk mendorong pikiran – pikiran dalam mengembangkan focus PTK, kita bisa bertanya kepada diri sendiri, misalnya:  Apa yang sedang terjadi sekarang?  Apakah yang terjadi itu mengandung permasalahn?  Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya? Bila pertanyaan tersebut telah ada dalam pikiran guru sebagai actor PTK, maka langkah dapat dilanjutkan dengan mengembangkan beberapa pertanyaan sepeerti dibawah ini:  Saya berkeinginan memperbaiki …………………  Beberapa orangkah yang merasa kurang puas tentang  Saya dibingungkan oleh…………………………..  Saya memilih untuk menguji cobakan di kelas gagasan tentang;  Dan seterusnya. Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan – gagasan yang awal mengenai permasalahan actual yang dialami guru di kelas. Dengan berangkat dari gagasan – gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK. Jika mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan, guru dapt meminta bantuan pada rekan seasama guru, berdiskusi dengan mitranya dosen LPTK danatau melacak sumber – sumber kepustakan yang relevan . Namun para koleganya itu perlu memaklumi bahwa da kemungkinan guru yang bersangkutan akan lebih terfokus pada kesulitannya daripada kepada tujuan dan perubahan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Bila menghadapi hal seperti ini guru perlu diajak mendalami lebih jauh permasalahn yang dihadapi. Mitra dari LPTK harus siap menjadi pendengar yang lebih baik dan terbuka agar semua permasalahan yang dihadapi guru di dalm tugasnya dapat diidentifikasi. Sebaliknya mitra dari LPTK itu harus berupaya keras. Agar tidak terperosok dan menempatkan diri sebagai Pembina atau pengarah. Sebab ia juga ada posisi membutuhkan kesempatan belajar baik dalam memahirkan diri dalam PTK maupun dalam mengakrabi lapangan. 2.Analisis Masalah Setelah memperoleh sederet permasalahan melaui proses identifikasi ini, maka peneliti guru kelas sendirian atau dengan bermitra dengan dosen LPTK melakukan analisis terhadap permasalahan – permasalahn tersebut untuk menentukan urgensi pengatasan. Dalam hubungan ini akan terkemukakan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi seperti misalnya penguiasaan operasi matematik, atau yng dapat ditunda pengatasannya tanpa kerugian yang besar, seperti jmisalnya kemampuan membaca peta buta. Abahkan memang ada permasalahn yang tidak dapat diatasi denga PTK, seperti misalnya kesalahan – kesalahan factual dnatau konseptual yangterdapt dalam buku paket. Menurut Aimanyu 1995 arahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan permasalahan untuk PTK adalah sebagai berikut: 1. Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, aatu topic yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah. 2. Jangan memilih masalah yang beradsa di luar kemampuan danatau kekuasaan guru untuk mengatasinya. 3. Pilih dan tetapkan permasalahn yang skalanya cukup kecil dan terbatas manageable. 4. Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan focus penelitian. 5. Kaitkan PTK yang akan dilakukan denga prioritas – prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah. Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa analisis masalah perlu dilakukan secara cermat, sebabb keberhasilan pada tahap analisis masalah akan menentukan keberhasilan keseluruhan proses pelaksanaan PTK. Jika PTK berhasil dilaksanakan dengan membawa kemanfaatan yang dapat dirasakan oleh guru dan sekolah intrinsically rewarding. Maka keberhasilan ini akan menjadi motivasi bagi guru untuk meneruskan uasahanya di masa – masa yang akan datang. Disamping itu temuan – temuan yang dihasilkan melalui PTK itu akan menarik bagi guru lain yang belum mengikuti program PTK untuk juga mencoba melaksanakannya. 3.Perumusan Masalah Setelah menetapkan focus permasalahan serta menganalisanya menjadi bagian – bagian dan lebih kecil, maka selanjutnya guru perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik dan operasional. Perumusan masalah dan jelas akan membuika peluang bagi guru untuk menetapkan tindakan alternatif solusi yang perlu dilakukannya jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya serta cara menginterpretasikannya, khususnya yang perlu dilakukan sementara tindakan perbaikan dilaksanakan dan data mengenai proses danatau hasilnya itu direkam. Disamping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan dicobakan itu juga memberikan arahan kepada guru untuk melakukan berbagai persiapan termasuk yang berbentuk latihan guru meningkatkan keterampilan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud. Sebagaimana telah dikemukakkan di atas, dalam PTK guru merupakan actor pelaksana tindakan perbaikan di samping sebagai peneliti

4. Perencanaan Tindakan a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan.