TA : Rancang Bangun Aplikasi Penanganan Berkas Perkara di Polres Jember.

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI PENANGANAN BERKAS

PERKARA DI POLRES JEMBER

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

DWI YUNIAR PRADOKO 09.41010.0175

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

x DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kepolisian Negara Republik Indonesia ... 9

2.2 Pelayanan Publik ... 9

2.3 Pelayanan Standar Operasional Prosedur (SOP) Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat Yang Merupakan Tindak Pidana ... 14

2.4 Berkas Perkara ... 14

2.5 Penyidik ... 14

2.6 Surat Keterangan Catatan Kepolisian ... 15

2.7 Aplikasi ... 16


(3)

xi

Halaman

2.9 Data dan Basis Data ... 21

2.10 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 22

2.11 Database Management System (DBMS) ... 22

2.12 Data Flow Diagram ... 25

2.13 Web ... 26

2.14 PHP ... 27

2.15 MySQL ... 28

2.16 Unit Testing ... 29

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 30

3.1 Analisis Sistem... 30

3.1.1 Identifikasi Masalah, Peluang dan Tujuan ... 30

3.1.2 Menentukan Kebutuhan Informasi Pengguna ... 39

3.1.3 Menganalisis Kebutuhan Sistem ... 41

3.2 Perancangan Sistem ... 78

3.2.1 Merancang Sistem yang Direkomendasikan ... 78

3.2.2 Merancang Uji Coba Fungsional ... 89

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 99

4.1 Implementasi ... 99

4.1.1 Kebutuhan Aplikasi ... 99

4.1.2 Mengembangkan dan Mendokumentasikan Perangkat Lunak ... 101

4.2 Evaluasi ... 115

4.2.1 Menguji dan Mempertahankan Sistem ... 116


(4)

xii

Halaman

BAB V PENUTUP ... 145

5.1 Kesimpulan ... 145

5.2 Saran ... 145


(5)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Identifikasi Penyebab Masalah ... 38

Tabel 3.2 Anggota ... 73

Tabel 3.3 Laporan Polisi ... 74

Tabel 3.4 Berkas Perkara ... 74

Tabel 3.5 Saksi ... 75

Tabel 3.6 Terlapor ... 75

Tabel 3.7 Pusinafis ... 76

Tabel 3.8 Catatan kriminal ... 77

Tabel 3.9 SKCK ... 77

Tabel 3.10 Data Anggota ... 90

Tabel 3.11 Rancangan Uji Coba Halaman Tambah Anggota ... 90

Tabel 3.12 Rancangan Uji Coba Halaman Login... 91

Tabel 3.13 Data Laporan Polisi ... 91

Tabel 3.14 Rancangan Uji Coba Halaman Tambah Laporan Polisi ... 92

Tabel 3.15 Rancangan Uji Coba Halaman Memilih Penyidik ... 93

Tabel 3.16 Data Berkas Perkara ... 94

Tabel 3.17 Rancangan Uji Coba Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 94

Tabel 3.18 Data PUSINAFIS ... 95

Tabel 3.19 Rancangan Uji Coba Halaman Mengelola PUSINAFIS ... 96

Tabel 3.20 Data SKCK ... 97

Tabel 3.21 Rancangan Uji Coba Halaman Mengelola SKCK ... 97


(6)

xiv

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Anggota ... 116

Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Halaman Login ... 118

Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Laporan Polisi ... 120

Tabel 4.4 Hasil Uji Coba Halaman Memilih Penyidik ... 124

Tabel 4.5 Hasil Uji Coba Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 127

Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Halaman Mengelola PUSINAFIS ... 131

Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Halaman Mengelola SKCK ... 134


(7)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem ... 17

Gambar 2.2 Hirarki Data ... 22

Gambar 2.3 Sistem Basis Data ... 23

Gambar 2.4 Komponen DFD Menurut Yourdan dan DeMarco ………... 25

Gambar 2.5 Komponen DFD Menurut Gene dan Serson ... 26

Gambar 3.1 Document Flow Pengaduan Masyarakat ... 31

Gambar 3.2 Document Flow Pengaduan Masyarakat (lanjutan) ... 32

Gambar 3.3 Document Flow Identifikasi Sidik Jari ... 34

Gambar 3.4 Document Flow Pembuatan SKCK ... 36

Gambar 3.5 Document Flow Perpanjangan SKCK ... 37

Gambar 3.6 Diagram Blok Aplikasi Penanganan Berkas Perkara ... 41

Gambar 3.7 System Flow untuk Mengecek Keabsahan Pengguna ... 46

Gambar 3.8 System Flow untuk Pendaftaran Pengguna ... 47

Gambar 3.9 System Flow untuk Mengelola Data Pengguna ... 48

Gambar 3.10 System Flow untuk Mengelola LP ... 49

Gambar 3.11 System Flow untuk Pemilihan Penyidik ... 50

Gambar 3.12 System Flow untuk Mengelola Berkas Perkara ... 51

Gambar 3.13 System Flow untuk Mengelola PUSINAFIS ... 53

Gambar 3.14 System Flow untuk Menambah Catatan Kriminal ... 54

Gambar 3.15 System Flow untuk Penerbitan SKCK ... 55

Gambar 3.16 System Flow untuk Melihat Laporan SKCK ... 56


(8)

xvi

Halaman

Gambar 3.18 Diagram Jenjang Aplikasi Penanganan Berkas Perkara Di

Polres Jember ... 59

Gambar 3.19 DFD Level Context ... 61

Gambar 3.20 DFD Level 0 ... 62

Gambar 3.21 DFD Level 1 Melakukan Register, Login, dan Mengelola Data Pengguna …….. ... 63

Gambar 3.22 DFD Level 2 Melakukan Register untuk Pengguna ... 63

Gambar 3.23 DFD Level 2 Melakukan Login untuk Pengguna ... 64

Gambar 3.24 DFD Level 2 Mengelola Data Pengguna ... 65

Gambar 3.25 DFD Level 1 Mengelola LP ... 66

Gambar 3.26 DFD Level 1 Memilih penyidik ... 66

Gambar 3.27 DFD Level 1 Mengelola berkas perkara ... 67

Gambar 3.28 DFD Level 1 Mengelola PUSINAFIS ... 67

Gambar 3.29 DFD Level 1 Menambah catatan kriminal ... 68

Gambar 3.30 DFD Level 1 Mengelola SKCK ... 69

Gambar 3.31 DFD Level 1 Menampilkan laporan... 69

Gambar 3.32 DFD Level 2 Menampilkan laporan kriminalitas ... 70

Gambar 3.33 DFD Level 2 Menampilkan laporan SKCK ... 70

Gambar 3.34 CDM ... 71

Gambar 3.35 PDM ... 72

Gambar 3.36 Desain Interface - Tampilan Halaman Login ... 79

Gambar 3.37 Desain Interface – Halaman Mengelola DataPengguna ... 80

Gambar 3.38 Desain Interface– Halaman Tambah Laporan Polisi ... 80


(9)

xvii

Halaman

Gambar 3.40 Desain Interface– Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 81

Gambar 3.41 Desain Interface– Halaman Mengelola Data PUSINAFIS ... 82

Gambar 3.42 Desain Interface– Halaman Menambah Catatan Kriminal ... 83

Gambar 3.43 Desain Interface– Halaman Mengelola Data SKCK ... 84

Gambar 3.44 Desain Keluaran – Laporan Polisi ... 85

Gambar 3.45 Desain Keluaran – Tanda Bukti Lapor ... 86

Gambar 3.46 Desain Keluaran – Laporan Kriminalitas ... 87

Gambar 3.47 Desain Keluaran – Surat Keterangan Catatan Kepolisian ... 88

Gambar 3.48 Desain Keluaran – Laporan SKCK Yang Diterbitkan ... 89

Gambar 3.49 Desain Keluaran – Dokumen Berkas Perkara ... 89

Gambar 4.1 Tampilan Halaman Login ... 102

Gambar 4.2 Tampilan Halaman Administrator ... 102

Gambar 4.3 Tampilan Halaman SPKT ... 102

Gambar 4.4 Tampilan Halaman Kasat ... 103

Gambar 4.5 Tampilan Halaman Penyidik ... 103

Gambar 4.6 Tampilan Halaman Unit Identifikasi ... 103

Gambar 4.7 Tampilan Halaman Unit SKCK ... 104

Gambar 4.8 Tampilan HalamanMengelola Data Pengguna ... 105

Gambar 4.9 Tampilan Halaman Tambah dan Ubah Data Pengguna ... 105

Gambar 4.10 Tampilan Halaman Tambah Laporan Polisi... 106

Gambar 4.11 Tampilan Halaman Cetak Laporan Polisi ... 107

Gambar 4.12 Tampilan Halaman Cetak Bukti Lapor ... 108


(10)

xviii

Halaman

Gambar 4.14 Tampilan Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 109

Gambar 4.15 Tampilan Halaman Tambah Berkas Perkara ... 110

Gambar 4.16 Tampilan Halaman Dokumen Berkas Perkara ... 110

Gambar 4.17 Tampilan Halaman Mengelola Data PUSINAFIS ... 111

Gambar 4.18 Tampilan Halaman Menambah Catatan Kriminal ... 112

Gambar 4.19 Tampilan Halaman Mengelola Data SKCK ... 113

Gambar 4.20 Tampilan Halaman Mencetak Laporan SKCK ... 113

Gambar 4.21 Tampilan Halaman Mencetak SKCK ... 114

Gambar 4.22 Tampilan Halaman Laporan Kriminalitas ... 115

Gambar 4.23 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Anggota... 117

Gambar 4.24 Hasil Uji Coba Data Anggota Tersimpan ... 117

Gambar 4.25 Hasil Uji Coba Halaman Login ... 118

Gambar 4.26 Hasil Uji Coba Username dan Password Valid ... 119

Gambar 4.27 Hasil Uji Coba Username dan Password TidakValid ... 119

Gambar 4.28 Hasil Uji Coba Menu Tambah Laporan Polisi ... 121

Gambar 4.29 Hasil Uji Coba Nomor LP Otomatis ... 121

Gambar 4.30 Hasil Uji Coba Data Laporan Polisi Tersimpan ... 121

Gambar 4.31 Hasil Uji Coba Halaman Cetak Laporan Polisi ... 122

Gambar 4.32 Hasil Uji Coba Halaman Cetak Bukti Lapor ... 123

Gambar 4.33 Hasil Uji Coba Menu Pilih Penyidik ... 125

Gambar 4.34 Hasil Uji Coba Daftar Penyidik Dengan Status Aktif ... 125

Gambar 4.35 Hasil Uji Coba Data Laporan Polisi Tersimpan ... 125


(11)

xix

Halaman

Gambar 4.37 Hasil Uji Coba Menu Kasus Sedang Ditangani ... 126

Gambar 4.38 Hasil Uji Coba Menu Daftar Semua Kasus ... 127

Gambar 4.39 Hasil Uji CobaDaftar Kasus Yang Sedang Ditangani ... 129

Gambar 4.40 Hasil Uji Coba Pencarian Laporan Polisi Berdasarkan Kata Kunci ………...………... 129 ...

Gambar 4.41 Hasil Uji Coba Halaman Ubah Laporan Polisi ... 129

Gambar 4.42 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Berkas Perkara ... 130

Gambar 4.43 Hasil Uji Coba Data Tersimpan ... 130

Gambar 4.44 Hasil Uji Coba Daftar Semua Kasus ... 130

Gambar 4.45 Hasil Uji Coba Halaman Daftar PUSINAFIS ... 132

Gambar 4.46 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Berdasarkan Kata Kunci ………...………... 132 ...

Gambar 4.47 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Jika Data Tidak Ada .... 133

Gambar 4.48 Hasil Uji Coba Halaman Ubah PUSINAFIS ... 133

Gambar 4.49 Hasil Uji Coba Data PUSINAFIS Tersimpan ... 133

Gambar 4.50 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Catatan Kriminal ... 134

Gambar 4.51 Hasil Uji Coba Halaman Daftar SKCK... 136

Gambar 4.52 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Berdasarkan Kata Kunci ………...………... 136 ...

Gambar 4.53 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Jika Data Tidak Ada .... 137

Gambar 4.54 Hasil Uji Coba Nomor SKCK Otomatis ... 137

Gambar 4.55 Hasil Uji Coba Data SKCK Tersimpan... 137

Gambar 4.56 Hasil Uji Coba Halaman Cetak SKCK ... 138

Gambar 4.57 Hasil Uji Coba Halaman Cetak Laporan SKCK ... 139


(12)

xx

Halaman Gambar 4.59 Hasil Uji Coba Filter Laporan Kriminalitas ... 140 Gambar 4.60 Hasil Uji Coba Halaman Cetak Laporan Kriminalitas ... 141


(13)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Administrator ... 150

Lampiran 2 Kuesioner Uji Coba SPKT ... 151

Lampiran 3 Kuesioner Uji Coba Kasat ... 153

Lampiran 4 Kuesioner Uji Coba Penyidik ... 154

Lampiran 5 Kuesioner Uji Coba Unit Identifikasi ... 155

Lampiran 6 Kuesioner Uji Coba SKCK ... 156


(14)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teknologi informasi sudah merambah semua bidang, mulai dari bidang ekonomi, sosial, budaya, politik bahkan bidang medis. Salah satu bidang yang juga terambah adalah bidang yang bergerak pada pelayanan masyarakat, bidang yang melayani semua lapisan masyarakat, dan dikelola oleh badan milik pemerintah. Salah satu badan pemerintah yang melayani pelayanan masyarakat ini adalah Kepolisian.

Kepolisian Resort (Polres) Jember adalah struktur komando Polri di kabupaten/kota Jember. Berdasarkan Peraturan No 23 Tahun 2010/Bab 2/Paragraf 2/Pasal 5 berbunyi;

“Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam

rangka memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dan

melaksanakan tugas-tugas Polri lainnya dalam daerah hukum Polres, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.”

Namun yang paling ditekankan dalam hal ini adalah pada pasal ke 6 A yang berbunyi;

“Pemberian pelayanan kepada masyarakat, dalam bentuk

penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta pelayanan pengaduan atas tindakan Polri

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Terkait dengan pelayanan publik, Polres Jember tidak terlepas dari penanganan berkas perkara dan penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian


(15)

(SKCK). Pada saat ini di Polres Jember penanganan berkas perkara dan penerbitan SKCK dilakukan secara manual. Proses penanganan berkas perkara dimulai dari diterimanya pengaduan masyarakat oleh bagian Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT). SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian kepada

masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penanganan pertama

laporan/pengaduan, pelayanan bantuan/pertolongan kepolisian, bersama fungsi terkait mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk melaksanakan kegiatan pengamanan dan olah TKP sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.

SPKT terdiri dari 3 (tiga) unit dan disusun berdasarkan pembagian waktu (ploeg).

Masing-masing Unit SPKT dipimpin oleh Kepala SPKT dan dibantu oleh 3 (tiga) Kepala unit dan 12 (duabelas) Bagian unit. Pembagian waktu piket SPKT

dilaksanakan selama 12 jam mulai pukul 08.00 – 20.00 dan pukul 20.00 – 08.00.

Setelah diterimanya pengaduan masyarakat oleh bagian SPKT, lalu dibuatkan Laporan Polisi (LP) dan diregistrasi pada buku register B-1, setelah itu Laporan Polisi diserahkan kepada Kepala Satuan (Kasat) guna penunjukan penyidik. Penyerahan Laporan Polisi kepada Kasat hanya dilakukan pada pukul 08.00. Setelah Laporan Polisi diterima oleh penyidik akan dilakukan proses penyidikan dan melengkapi administrasi penyidikan sampai berkas perkara diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU). Penyidik yang ditempatkan pada Unit Resum adalah 10 (sepuluh) petugas.

Adapun permasalahan yang terjadi antara lain, setiap harinya terdapat 5 (lima) pengaduan masyarakat atau Laporan Polisi yang masuk. Setiap Laporan Polisi yang masuk, SPKT mendistribusikan kepada Kasat secara manual.


(16)

langsung akan menimbulkan resiko keterlambatan penyampaian. Di bagian Kasat, selama ini melakukan penunjukan penyidik dengan cara manual, sehingga Kasat tidak dapat mengetahui beban perkara yang ditangani penyidik dan juga tidak dapat melakukan pemantauan secara langsung penanganan perkara yang ditangani oleh masing-masing penyidik, biasanya penyidik bisa mengulur waktu untuk segera melengkapi administrasi penyidikan, sehingga penanganan kasus menjadi semakin lama.

Pada penerbitan SKCK, setiap harinya terdapat 82 (delapan puluh dua) SKCK yang diterbitkan yang dilayani oleh 3 (tiga) petugas. Permasalahan yang terjadi terletak pada proses penyimpanan (rekaman/pencatatan dan pengarsipan). Selama ini proses penyimpanan data pemohon SKCK dan data pelaku kriminal masih dalam bentuk kertas yang dibukukan dan disimpan pada rak-rak khusus. Sehingga untuk menghasilkan laporan masih kurang efisien. Petugas harus mengecek, memilah, dan mengelompokkan data kriminal satu per-satu sesuai jenis pelanggaran. Begitu pula pada penyimpanan data pemohon SKCK menimbulkan kesulitan dalam proses pencarian. Pemohon yang pernah memiliki catatan atau keterlibatan dalam kegiatan kriminal tidak terdeteksi dengan baik, sehingga SKCK yang dihasilkan kurang valid.

Dengan demikian solusi yang akan digunakan dalam mengatasi permasalahan yang ada yaitu tetap mengacu pada SOP Transparansi Di Bidang Penyidikan Sat Reskrim Polres Jember Tahun 2009 dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis web. Aplikasi ini dapat memudahkan pejabat Kasat untuk


(17)

memantau (monitoring) sebuah berkas perkara, sehingga dapat diketahui status perkara misalnya : penyidik yang menangani dan status terakhir dari perkara tersebut. Aplikasi juga dapat mengarsipkan berkas-berkas perkara pidana serta dapat menghasilkan laporan terkait dengan data kriminalitas berdasarkan periode dan berdasarkan daerah di wilayah Jember. Aplikasi juga dapat membantu petugas SKCK dalam melakukan proses penyimpanan serta pencarian data pemohon SKCK dan pemberian nomor SKCK otomasi sehingga proses pembuatan SKCK akan lebih mudah dan cepat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana membuat aplikasi penanganan berkas perkara di Polres Jember?

2. Bagaimana membuat aplikasi penerbitan SKCK di Polres Jember?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka ruang lingkup dalam ini adalah sebagai berikut:

1. Proses penyidikan mengacu pada SOP Transparansi Di Bidang Penyidikan Sat

Reskrim Polres Jember Tahun 2009.

2. Aplikasi yang dibuat hanya menangani laporan polisi / pengaduan masyarakat

di SPKT Polres Jember dan merupakan tindak pidana umum.

3. Proses penerbitan SKCK mengacu pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian.


(18)

4. SKCK yang diterbitkan oleh Polres Jember hanya diperuntukan bagi seluruh komponen masyarakat yang berada di Wilayah Hukum Polres Jember sebagai kelengkapan / persyaratan pembuatan :

a. Melamar Pekerjaan

b. Melanjutkan Pendidikan

c. Pendaftaran Calon Siswa TNI / POLRI

d. Persyaratan Pernikahan Anggota TNI / POLRI

e. Persyaratan Wali Nikah Anggota TNI / POLRI

f. Persyaratan Seleksi CPNS

g. Persyaratan Beasiswa

h. Persyaratan pengajuan Izin Usaha.

5. Penelitian ini tidak membahas proses perumusan sidik jari.

1.4 Tujuan

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Terbentuknya aplikasi penanganan berkas perkara di Polres Jember.

2. Terbentuknya aplikasi penerbitan SKCK di Polres Jember.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki beberapa nilai manfaat penelitian, antara lain:

1. Dapat membantu dan mempermudah petugas dalam menangani berkas


(19)

2. Sebagai transparansi kinerja penyidik agar Kasat dapat mengetahui beban perkara yang ditangani penyidik, sampai dimana kasus yang ditangani penyidik dan seberapa lama kasus yang ditangani.

3. Membantu pihak Polres Jember untuk menunjang dan mendukung kemajuan

pelayanan yang terpadu, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang lebih cepat.

4. Memberikan laporan pada Kasat terkait data kriminalitas berdasarkan periode

dan berdasarkan daerah, dan laporan SKCK yang diterbitkan di Polres Jember.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian ini digunakan untuk menjelaskan penulisan laporan per bab. Di dalam penulisan laporan penelitian ini secara sistematika diatur dan disusun dalam lima bab, yaitu pendahuluan, landasan teori, analisis dan perancangan sistem, implementasi dan evaluasi, dan penutup. Sistematika penulisan penelitian dapat dijelaskan pada alinea di bawah ini. sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas tentang latar belakang yang mendasari studi kasus ini serta perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan yang mendeskripsikan semuanya sebagai pengantar.

BAB II : LANDASAN TEORI


(20)

permasalahan yang ada. Landasan teori mempunyai beberapa pokok bahasan diantaranya yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, pelayanan publik, Standar Operasional Prosedur (SOP) Laporan Polisi / pengaduan masyarakat yang merupakan tindak pidana, berkas perkara, penyidik, surat keterangan catatan kepolisian, aplikasi, siklus hidup pengembangan sistem

(SHPS), data dan basis data, data flow diagram (DFD), entity

relationship diagram (ERD), database management system

(DBMS), web, Hypertext Preprocessor (PHP), MySQL, dan

unit testing.

BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang semua pekerjaan yang dilakukan pada pengerjaan Tugas Akhir yaitu meliputi analisis sistem (identifikasi masalah, peluang dan tujuan, menentukan kebutuhan informasi pengguna, menganalisis kebutuhan sistem)

dan perancangan sistem (merancang sistem yang

direkomendasikan dan merancang uji coba fungsional).

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi (kebutuhan

aplikasi dan mengembangkan dan mendokumentasikan

perangkat lunak) dan evaluasi (menguji dan mempertahankan sistem dan analisis hasil uji coba) yang telah dilakukan.

BAB V : PENUTUP


(21)

akhir metodologi penelitian yang Penulis gunakan. Saran yang dimaksud adalah saran terhadap kekurangan dari aplikasi yang ada kepada pihak lain yang ingin meneruskan topik Tugas Akhir ini. Tujuannya adalah agar pihak lain tersebut dapat menyempurnakan aplikasi sehingga bisa menjadi lebih baik dan berguna.


(22)

9

LANDASAN TEORI

2.1 Kepolisian Negara Republik Indonesia

Menurut UU Nomor 02 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Polri adalah Alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

2.2 Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik. Penyelenggara Pelayanan Publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik baik Pemerintah Daerah maupun Badan Usaha Milik Daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. Dengan Penerima Layanan Publik adalah perseorangan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.


(23)

2.3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat Yang Merupakan Tindak Pidana

Sesuai dengan SOP transparansi di bidang penyidikan Sat Reskrim Polres Jember adalah :

a. Prosedur tindakan :

1. Lakukan penelitian, pelajari dan analisa LP dan atau pengaduan

masyarakat untuk kemudian melakukan tindakan penyelidikan.

2. Membuat rencana penyelidikan sehari setelah LP / pengaduan masyarakat

sampai / diterima oleh penyelidik.

3. Membuat Laporan Hasil Penyelidikan dan melaporkan kepada Kanit /

Kasat sesuai dengan ketentuan :

a) Untuk tahap penerimaan dan penelitian laporan maka SP2HP diberikan

paling lambat 3 hari setelah laporan diterima.

b) Untuk kasus biasa dan sedang dengan waktu penyelidikan 14 hari maka

pengiriman SP2HP paling lambat pada hari terakhir pelaksanaan penyelidikan.

c) Untuk kasus sulit dan sangat sulit dengan waktu penyelidikan 30 hari

maka pengiriman SP2HP pada hari ke 15 dan hari 30.

4. Gelarkan hasil penyelidikan untuk menentukan apakah dapat ditingkatkan

ke proses penyidikan.

5. Menilai dan meneliti serta menganalisa perlu / tidaknya tindakan pertama

di TKP, jika perlu dapat dilakukan sesaat setelah menerima LP / pengaduan masyarakat tersebut.


(24)

6. Sehari setelah gelar penyelidik mengirimkan SP2HP form III (penyelidikan dapat ditingkatkan ke proses penyidikan) kepada pelapor dan disertai dengan permintaan agar pelapor untuk datang ke Polres dengan membawa bukti-bukti yang dimiliki.

7. Membuat rencana penyidikan yang ditempatkan di belakang sampul map

berkas perkara.

8. Membuat administrasi penyidikan (Surat Perintah Tugas, Surat Perintah

Penyidikan).

9. Membuat Surat Panggilan dan melakukan pemeriksaan saksi-saksi, dan

atau saksi ahli.

10. Setelah mendapatkan keterangan saksi-saksi secara maksimal lakukan

analisa terhadap barang bukti untuk dapat menentukan tersangkanya.

11. Lakukan pemanggilan / membawa / menangkap dengan dilengkapi

dokumen atau administrasi upaya hukum paksa terhadap tersangka tersebut.

12. Apabila memenuhi alasan penahanan terhadap tersangka maka dapat

lakukan penahanan dengan memperhatikan prosedur penahanan dalam KUHAP.

13. Penggeledahan dan penyitaan untuk menemukan dan mendapatkan barang

bukti dan lakukan tindakan tersebut dengan dilengkapi administrasi upaya hukum paksa tersebut.

14. Pemberian informasi kepada masyarakat selaku pelapor atas penanganan


(25)

a) Kasus biasa dengan waktu 30 hari dan pengiriman SP2HP kepada pelapor dilakukan pada hari ke 15 dan hari ke 30.

b) Kasus mudah dengan waktu 60 hari dan pengiriman SP2HP kepada

pelapor dilakukan pada hari ke 15, hari ke 30, hari ke 45, dan hari ke 60.

c) Kasus sulit dengan waktu 90 hari dan pengiriman SP2HP kepada

pelapor dilakukan pada hari ke 15, hari ke 30, hari ke 45, hari ke 60, hari ke 75, dan hari ke 90.

d) Kasus sulit dengan waktu 120 hari dan pengiriman SP2HP kepada

pelapor dilakukan pada hari ke 20, hari ke 40, hari ke 60, hari ke 80, hari ke 100, dan hari ke 120.

15. Dalam hal penyidik menemui kendala dalam proses penyidikan baik

menyangkut materiil atau formili penyidikan, dan atau penyidikan telah melampaui batas waktu yang ditentukan atau direncanakan maka penyidik melaporkan hal tersebut kepada Kasat dan bila dipandang perlu maka dilakukan gelar perkara secara berjenjang dengan mengundang pihak terkait dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan saran dan perimbangan atau masukan terhadap kelancaran proses penyidikan perkara.

16. Paling lambat 2 hari setelah pengiriman berkas perkara dikirimkan SP2HP

kepada pelapor yang memberitahukan bahwa berkas perkara telah diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum.

17. Membuat dan mengirimkan SP2HP kepada pelapor atas perkembangan

perkara / berkas perkara terhadap adanya pengembalian berkas dari Jaksa Penuntut Umum untuk dilengkapi oleh penyidik, maupun pada waktu pengembalian berkas perkara setelah dilengkapi oleh penyidik.


(26)

18. Membuat dan mengirimkan SP2HP kepada pelapor apabila berkas perkara telah dinyatakan lengkap (P-21) oleh JPU.

19. Paling lambat 2 hari setelah penyerahan tersangka dan barang bukti

(penyerahan tahap II) penyidik membuat dan mengirimkan SP2HP kepada pelapor yang isinya memberitahukan hal tersebut.

b. Administrasi

Petugas melengkapi administrasi penyidikan yang terdiri dari :

1. Laporan Polisi

2. Rencana penyidikan dengan mencantumkan lamanya penyidikan yang akan

dilakukan dan bobot perkara serta biaya penyidikan.

3. SP2HP dibuat dan disampaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

untuk proses penyidikan yaitu :

a) Rencana Penyidikan

b) Surat Perintah Tugas

c) Surat Perintah Penyidikan

d) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

e) Surat Panggilan

f) Surat Perintah Penggeledahan

g) Surat Perintah Penyitaan

h) Surat Serah Terima Barang Bukti

i) Surat Perintah Membawa Saksi dan atau Tersangka

j) Surat Perintah Penangkapan


(27)

l) Berita Acara (pemeriksaan saksi, membawa saksi dan atau tersangka,

pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan, penyitaan,

penggeledahan).

2.4 Berkas Perkara

Berkas perkara adalah kumpulan dan seluruh kegiatan dan atau keterangan yang berkaitan dengan tindakan penyidikan tindak pidana dalam bentuk produk tertulis yang dilakukan oleh penyidik atau penyidik pembantu

(Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sumatera Selatan, 2011).

2.5 Penyidik

Di dalam buku KUHAP BAB I ketentuan umum, pasal 1 ayat (1),

Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Di dalam buku KUHAP BAB III dasar peradilan, pasal 7 ayat (1)

Penyidik kewajibanya mempunyai wewenang :

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memriksa tanda pengenal diri

tersangka.

d. Melakukan penangkapan, penahan, penggeledahan dan penyitaan.

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang.


(28)

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.

i. Mengadakan penghentian penyidikan.

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Di dalam buku KUHAP pasal 8 ayat (1), penyidik membuat berita acara

tentang pelaksanaan tindakan dalam pasal 75 dengan tidak mengurangi ketentuan lain dalam undang-undang ini, ayat (2) penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum. Ayat (3) huruf b, dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

2.6 Surat Keterangan Catatan Kepolisian

Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian, Surat Keterangan Catatan Kepolisian yang selanjutnya disingkat SKCK adalah surat keterangan resmi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang warga masyarakat untuk memenuhi permohonan dari yang bersangkutan atau suatu keperluan karena adanya ketentuan yang mempersyaratkan, berdasarkan hasil penelitian biodata anteseden orang tersebut. Adapun yang dimaksud dengan anteseden adalah data tentang perilaku seseorang dalam kaitannya dengan tindak pidana dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya serta pelanggaran


(29)

norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat, termasuk keterkaitannya dengan organisasi terlarang.

Adapun tata cara membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian sebagai berikut :

1. Membuat SKCK baru :

a. Membawa Surat Pengantar dari Polsek dan Kantor Kelurahan tempat

domisili pemohon.

b. Membawa fotokopi KTP sesuai dengan domisili yang tertera di Surat

Pengantar dari Kantor Kelurahan.

c. Membawa fotokopi Kartu Keluarga.

d. Membawa fotokopi Akta Kelahiran/Kenal Lahir.

e. Membawa Pas Foto terbaru dan berwarna ukuran 4×6 sebanyak 5 lembar.

f. Mengisi Formulir Daftar Riwayat Hidup yang telah disediakan dikantor

Polisi dengan jelas dan benar.

g. Pengambilan Sidik Jari oleh petugas.

2. Memperpanjang masa berlaku SKCK :

a. Membawa lembar SKCK lama yang asli/legalisir dan masih berlaku

b. Membawa fotokopi KTP.

c. Membawa fotokopi Kartu Keluarga.

d. Membawa fotokopi Akta Kelahiran/Kenal Lahir.

e. Membawa pas foto terbaru yang berwarna ukuran 4×6 sebanyak 3 lembar.

2.7 Aplikasi

Aplikasi adalah satu unit perangkat lunak yang dibuat untuk melayani kebutuhan akan beberapa aktivitas seperti sistem perniagaan, permainan,


(30)

pelayanan masyarakat, periklanan, atau semua proses yang hampir manusia lakukan (Pramana, 2005).

2.8 Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS)

Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS) atau dalam bahasa asing

disebut System Development Life Cycle (SDLC) adalah sebuah pendekatan,

tentunya melalui beberapa tahap untuk menganalisis dan merancang sistem yang telah dikembangkan dengan baik melalui penggunaan siklus kegiatan penganalisis dan pemakai secara spesifik (Kendall & Kendall, 2008).

Gambar 1. Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Kendall & Kendall, 2008)

SHPS terbagi menjadi tujuh tahap seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 di atas. Menurut Kendall & Kendall (2008), masing-masing tahap ditampilkan secara terpisah, namun tidak pernah tercapai sebagai satu langkah terpisah. Melainkan, beberapa aktivitas muncul secara simultan, dan aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang. Pernyataan tersebut berkesimpulan bahwa dalam gambar SHPS tersebut tahap satu dengan lainnya secara visual terlihat terpisah,


(31)

akan tetapi pada kenyataannya, proses yang dilakukan oleh tahap tersebut dilakukan secara bertahap dan ada keterkaitan antara tahap satu dengan lainnya, tentunya dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai tujuh tahap yang terdapat pada gambar 9 di atas:

a. Mengidentifikasi Masalah, Peluang, dan Tujuan

Tahap ini merupakan tahap yang berpengaruh pada keberhasilan proyek, karena jika ada kekeliruan menentukan masalah, peluang, dan tujuan maka proyek tersebut akan sia-sia jika dikerjakan. Pada tahap identifikasi masalah terdapat beberapa langkah, yaitu diantaranya: (1) Melihat apa yang terjadi didalam bisnis. (2) Menentukan masalah dengan tepat.

Setelah masalah didapat maka langkah selanjutnya menentukan peluang yang ada pada bisnis tersebut. peluang disini dimaksudkan bahwa penganalisis sistem yakin bahwa dengan akan ada peningkatan jika ada sistem informasi yang terkomputerisasi. Jika sudah menemukan masalah dan peluang, langkah selanjutnya yaitu menentukan tujuan. Menentukan tujuan juga mempunyai beberapa langkah diantaranya: (1) Menemukan apa yang sedang terjadi dalam bisnis. (2) Menentukan aspek dalam aplikasi-aplikasi sistem informasi. (3)

Menyebutkan problem atau peluang-peluang tertentu.

Ada beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahap ini, diantaranya yaitu :

1. Wawancara terhadap manajemen pengguna.

2. Menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh.

3. Mengestimasi cakupan proyek.


(32)

Output dari tahap ini laporan feasible yang berisikan definisi problem dan ringkasan tujuan.

b. Menentukan Syarat-Syarat Informasi

Pada tahap ini penganalisis menentukan syarat-syarat informasi untuk pengguna yang terlibat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan syarat-syarat informasi yaitu: (1) Menentukan sampel dan memerikas data mentah. (2) Wawancara. (3) Mengamati perilaku pembuat

keputusan dan lingkungan kantor. (4) Prototyping. Tahap ini mempunyai tujuan

untuk menampilkan informasi yang dibutuhkan dalam bisnis terkait serta membentuk kerangka pendekatan untuk memikirkan ulang bisnis dengan cara lebih kreatif. Penganalisis akan bisa memahami fungsi-fungsi bisnis dan melengkapi informasi tentang masyarakat, tujuan, data, dan prosedur yang terlibat.

c. Menganalisis Kebutuhan Sistem

Menganalisis kebutuhan-kebutuhan sistem dapat menggunakan sebuah perangkat untuk menentukan kebutuhan. Perangkat tersebut dapat berupa diagram alir data dan kamus data. Maksud dari perangkat tersebut yaitu untuk menggambarkan dan menyusun input, proses, dan output.

d. Merancang Sistem yang Direkomendasikan

Pada tahap ini penganalisis merancang sistem yang direkomendasikan setelah mengumpulkan data yang didapat. Langkah-langkahnya diantaranya: (1)

Merancang data entry. Pada tahap ini penganalis mendata seluruh input yang

akan dimasukkan dalam Graphical User Interface (GUI) agar informasi yang


(33)

data. Tahap ini berfungsi sebagai penyimpanan data agar data terorganisir serta dapat melakukan pengelolaan keluaran yang bermanfaat. (3) Meracancang

prosedur-prosedur back up dan kontrol. Fungsinya agar data dan informasi yang

tersimpan dapat terselamatkan jika terjadi sesuatu bencana atau hal-hal yang tidak diinginkan. (4) Membuat paket spesifikasi program bagi pemrogram.

Paket tersebut bisa digambarkan dengan flowchart sistem, diagram alir data,

dan lain sebagainya.

e. Mengembangkan dan Mendokumentasikan Perangkat Lunak

Penganalisis perlu menggunakan salah satu teknik terstruktur dalam mengembangkan perangkat lunak. Teknik tersebut yaitu rencana terstruktur,

Nassi-Shneiderman charts, dan pseudocode. Pendokumentasian dilakukan

untuk menjelaskan pengembangan dan kode program serta bagian-bagian kompleks dari program.

f. Menguji dan Mempertahankan Sistem

Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan secara berkesinambungan ketika program sudah dibuat dan diuji yaitu diperthankan dengan cara memperbaharui program. Pengujian juga diperlukan untuk menemukan adanya kendala maupun masalah yang terjadi ketika adanya pengujian.

g. Mengimplementasikan dan Mengevaluasi Sistem

Penganalisis bekerjasama dengan pengguna dalam melakukan implementasi sistem. Keterlibatan tersebut yakni dalam hal pelatihan dalam mengendalikan sistem serta perencanaan konversi sistem lama ke sistem yang baru. Setelah melakukan implementasi maka dilakukan adanya evaluasi yang bertujuan untuk


(34)

mengetahui pemenuhan kriteria bahwa pengguna benar-benar menggunakan sistem.

2.9 Data dan Basis Data

Menurut Ramez Elmasri dan Shamkant B. Navathe (2000), data merupakan fakta mengenai suatu objek seperti manusia, benda, peristiwa, konsep, keadaan dan sebagainya yang dapat dicatat dan mempunyai arti secara implisit. Data dapat dinyatakan dalam bentuk angka, karakter atau simbol, sehingga bila data dikumpulkan dan saling berhubungan maka dikenal dengan istilah basis data

(database).

Elmasri mendefinisikan basis data lebih dibatasi pada arti implisit yang khusus, yaitu:

a. Basis data merupakan penyajian suatu aspek dari dunia nyata (real world).

b. Basis data merupakan kumpulan data dari berbagai sumber yang secara logika

mempunyai arti implisit, sehingga data yang terkumpul secara acak dan tanpa mempunyai arti, tidak dapat disebut basis data.

c. Basis data perlu dirancang, dibangun dan data dikumpulkan untuk suatu

tujuan. Basis data dapat digunakan oleh beberapa user dan beberapa aplikasi yang sesuai dengan kepentingan user.

Dari beberapa definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa basis data mempunyai berbagai sumber data dalam pengumpulan data, bervariasi derajat interaksi kejadian dari dunia nyata, dirancang dan dibangun agar dapat digunakan oleh beberapa user untuk berbagai kepentingan (Waliyanto, 2000).


(35)

2.10 Entity Relationship Diagram (ERD)

Menurut Oetomo (2002), ERD berfungsi untuk menggambarkan relasi

dari dua file atau dua tabel yang dapat digolongkan dalam tiga macam bentuk

relasi, yaitu satu-satu, satu-banyak, dan banyak-banyak. ERD menggunakan sejumlah notasi dan simbol untuk menggambarkan struktur dan hubungan antar data.

Pada dasarnya ada tiga macam simbol yang digunakan yaitu :

a. Entiti : adalah suatu obyek yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan

pemakai, sesuatu yang penting bagi pemakai dalam konteks sistem yang akan dibuat.

b. Atribut : Atribut berfungsi untuk mendeskripsikan karakter entiti.

c. Hubungan : Entiti dapat berhubungan satu sama lain. Hubungan ini

dinamakan relationships (relasi).

Gambar 2. Hirarki Data (Waliyanto, 2000)

2.11 Database Management System (DBMS)

Menurut Waliyanto (2000), gabungan antara basis data dan perangkat lunak Sistem Manajemen Basis Data (SMBD) termasuk di dalamnya program aplikasi yang dibuat dan bekerja dalam satu sistem disebut dengan Sistem Basis Data.


(36)

Gambar 3.Sistem Basis Data (Waliyanto, 2000)

DBMS dapat diartikan sebagai program komputer yang digunakan untuk

memasukkan, mengubah, menghapus, memodifikasi dan memperoleh

data/informasi dengan praktis dan efisien. Kelebihan dari DBMS antara lain adalah:

a. Kepraktisan. DBMS menyediakan media penyimpan permanen yang

berukuran kecil namun banyak menyimpan data jika dibandingkan dengan menggunakan kertas.

b. Kecepatan. Komputer dapat mencari dan menampilkan informasi yang

dibutuhkan dengan cepat.

c. Mengurangi kejemuan. Pekerjaan yang berulang-ulang dapat menimbulkan

kebosanan bagi manusia, sedangkan mesin tidak merasakannya.

d. Update to date. Informasi yang tersedia selalu berubah dan akurat setiap waktu tertentu.


(37)

Merupakan alat dokumentasi program yang dikembangkan dan didukung oleh IBM. Tetapi kini HIPO juga telah digunakan sebagai alat bantu untuk merancang dan mendokumentasikan siklus pengembangan sistem.

a. Sasaran HIPO

HIPO telah dirancang dan dikembangkan secara khusus untuk

menggambarkan suatu struktur bertingkat guna memahami fungsi-fungsi dari modul-modul suatu sistem, dan HIPO juga dirancang untuk menggambarkan modul-modul yang harus diselesaikan oleh pemrogram. HIPO tidak dipakai untuk menunjukkan instruksi-instruksi program yang akan digunakan, disamping itu HIPO menyediakan penjelasan yang lengkap dari input yang akan digunakan, proses yang akan dilakukan serta output yang diinginkan.

b. Diagram HIPO

HIPO menggunakan tiga macam diagram untuk masing-masing tingkatannya, yaitu sebagai berikut :

1. Visual table of contents : Diagram ini menggambarkan hubungan dari modul-modul dalam suatu sistem secara berjenjang.

2. Overview diagrams : Overview diagrams digunakan untuk menunjukkan secara garis besar hubungan dari input, proses dan output, dimana bagian input menunjukkan item-item data yang akan digunakan oleh bagian proses berisi langkah-langkah yang menggambarkan kerja dari fungsi atau modul dan bagian output berisi hasil pemrosesan data.

3. Detail Diagram : berisi elemen-elemen dasar dari paket yang menggambarkan secara rinci kerja dari fungsi atau modul.


(38)

2.12 Data Flow Diagram

Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut juga dengan nama

Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi.

DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan, khususnya bila fungsi-fungsi sistem merupakan bagiann yang lebih penting dan kompleks dari pada data yang dimanipulasi oleh sistem. Dengan kata lain, DFD adalah alat pembuatan model yang memberikan penekanan hanya pada fungsi sistem.

DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisis maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program.

Komponen Data Flow Diagram :

a. Menurut Yourdan dan DeMarco


(39)

b. Menurut Gene dan Sarson

Gambar 5. Komponen DFD Menurut Gene dan Serson (Febriani, 2003)

2.13 Web

Menurut Simamarta (2010), aplikasi web adalah sebuah sistem informasi yang mendukung interaksi pengguna melalui antarmuka berbasis web. Fitur-fitur

aplikasi web biasanya berupa data persistence, mendukung transaksi dan

komposisi halaman web dinamis yang dapat dipertimbangkan sebagai hibridisasi, antara hipermedia dan sistem informasi.

Aplikasi web adalah bagian dari client-side yang dapat dijalankan oleh

browser web. Client-side mempunyai tanggung jawab untuk pengeksekusian

proses bisnis. Interaksi web dibagi ke dalam tiga langkah yaitu:

1. Permintaan

Pengguna mengirimkan permintaan ke server web, biasanya via halaman web

yang ditampilkan pada browser web.

2. Pemrosesan

Server web menerima permintaan yang dikirimkan oleh pengguna, kemudian memproses permintaan tersebut.

3. Jawaban


(40)

Halaman web bisa terdiri dari beberapa jenis informasi grafis (tekstual

dan multimedia). Kebanyakan komponen grafis dihasilkan dengan tool khusus,

menggunakan manipulasi langsung dari editor WYSIWYG.

2.14 PHP

Menurut Firdaus (2007), PHP merupakan singkatan dari Hypertext

Preprocessor, adalah sebuah bahasa scripting berbasis server side scripting yang terpasang pada HTML dan berada di server dieksekusi di server dan digunakan untuk membuat halaman web yang dinamis. Sebagian besar sintaksnya mirip dengan bahasa C atau java, ditambah dengan beberapa fungsi PHP yang spesifik. Tujuan utama bahasa ini adalah untuk memungkinkan perancang web menulis halaman web dinamik dengan cepat.

Halaman web biasanya disusun dari kode-kode HTML yang disimpan

dalam sebuah file berekstensi .html. File HTML ini dikirimkan oleh server (atau

file) ke browser, kemudian browser menerjemahkan kode-kode tersebut sehingga

menghasilkan suatu tampilan yang indah. Lain halnya dengan program PHP, program ini harus diterjemahkan oleh web server sehingga menghasilkan kode html yang dikirim ke browser agar dapat ditampilkan. Program ini dapat berdiri sendiri ataupun disisipkan di antara kode-kode HTML sehingga dapat langsung ditampilkan bersama dengan kode-kode HTML tersebut. Program php dapat ditambahkan dengan mengapit program tersebut di antara tanda <?dan ?>. Tanda-tanda tersebut biasanya digunakan untuk memisahkan kode php dari kode HTML.

File HTML yang telah dibubuhi program php harus diganti ekstensi-nya menjadi


(41)

2.15 MySQL

Menurut Nugroho (2005), adalah sebuah perangkat sistem manajemen

basis data SQL atau yang dikenal dengan DBMS (Database management system)

yang dapat multithread dan multi-user.

Sebagai database server, MySQL dapat dikatakan lebih unggul daripada

database server lainnya, terutama dalam kecepatan. Berikut ini keunggulan MySQL antara lain:

1. Portability

MySQL dapat berjalan stabil pada berbagai sistem operasi seperti Windows, Linux, FreeBSD, Mac Os X Server dan solaris.

2. Multiuser

MySQL dapat digunakan oleh beberapa user dalam waktu yang bersamaan

tanpa mengalami masalah atau konflik. 3. Security

MySQL memiliki beberapa lapisan sekuritas seperti level subnetmask, nama

host, dan izin akses user dengan sistem perizinan yang mendetail serta

password terenkripsi. 4. Scalability dan limit

MySQL mampu menangani database dalam skala besar, dengan jumlah record

lebih dari 50 juta dan 60 ribu tabel serta 5 milyar baris. Selain itu batas indeks

yang dapat ditampung mencapai 32 indeks pada tiap tabelnya.


(42)

2.16 Unit Testing

Menurut Fatta (2007), pengujian unit digunakan untuk menguji setiap modul untuk menjamin setiap modul menjalankan fungsinya dengan baik. Ada 2

metode untuk melakukan unittesting, yaitu:

1. BlackBoxTesting

Terfokus pada unit program yang memenuhi kebutuhan (requirement) yang

disebutkan dalam spessifikasi. Pada black box testing, cara pengujian hanya

dilakukan dengan menjalankan atau mengeksekusi unit atau modul, kemudian diamati apakah hasil dari unit itu sesuai dengan proses bisnis yang diinginkan. 2. WhiteBoxTesting

Whiteboxtesting adalah cara pengujuan dengan melihat ke dalam modul untuk meneliti kode-kode program yang ada, dan menganalisis terdapat kesalahan atau tidak.


(43)

30

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini dijelaskan tentang analisis dan perancangan dari sistem atau aplikasi yang akan dibuat, yaitu Rancang Bangun Aplikasi Penanganan Berkas Perkara Di Polres Jember. Analisis dan perancangan diadaptasi dari teori siklus hidup pengembangan sistem sesuai dengan sub bab 2.8.

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem terbagi menjadi tiga bagian yaitu, identifikasi masalah, peluang dan tujuan, menentukan kebutuhan informasi pengguna, dan menganalisis kebutuhan sistem. Tiga bagian tersebut sesuai dengan teori siklus hidup pengembangan sistem sesuai sub bab 2.8.

3.1.1 Identifikasi Masalah, Peluang dan Tujuan

Pada tahap identifikasi masalah terdapat beberapa langkah, yaitu diantaranya: (1) Melihat apa yang terjadi didalam bisnis. (2) Menentukan masalah dengan tepat. Setelah masalah didapat maka langkah selanjutnya menentukan peluang yang ada pada bisnis tersebut. Peluang disini dimaksudkan bahwa penganalisis sistem yakin bahwa dengan akan ada peningkatan jika ada sistem informasi yang terkomputerisasi. Jika sudah menemukan masalah dan peluang, langkah selanjutnya yaitu menentukan tujuan. Menentukan tujuan juga mempunyai beberapa langkah diantaranya: (1) Menemukan apa yang sedang terjadi dalam bisnis. (2) Menentukan aspek dalam aplikasi-aplikasi sistem


(44)

Selama ini penanganan berkas perkara dan penerbitan SKCK di Polres Jember adalah sebagai berikut :

Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat di SPK

Penyidik SPK Kasat Pelapor Mulai Tanda terima LP

Tanda terima LP

LP Registrasi LP LP Menunjuk Penyidik Penyelidikan LP Membuat LP dan tanda terima LP Pengaduan masyarakat Pengaduan masyarakat Identifikasi masalah/ laporan Olah TKP Mengamankan TKP Bukti permulaan tidak ya Register B1 Hasil Penyelidikan Hasil Penyelidikan Gelar Hasil Penyelidikan Tingkatkan ke proses penyidikan Membuat SP2HP form II SP2HP form II SP2HP form II tidak Membuat SP2HP form III SP2HP form III SP2HP form III Ya a b


(45)

Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat di SPK Jaksa Penyidik Kasat Pelapor Membuat surat panggilan tersangka Pemeriksaan saksi SPDP, Sprint tugas & sprint penyidikan Mendatangi Polres dengan membawa bukti yg dimiliki Ttd Membuat SPDP, Sprint tugas & Sprint penyidikan Membuat surat panggilan saksi surat panggilan tersangka bukti SPDP, Sprint tugas & sprint penyidikan SPDP, Sprint tugas & sprint penyidikan BA Pemeriksaan saksi SPDP, Sprint tugas & sprint penyidikan bukti Cek kehadiran surat panggilan saksi Membuat sprint penangkapan sprint penangkapan Membuat BA penangkapan Tidak hadir BA penangkapan Membuat BA pemeriksaan tersangka BA Pemeriksaa n tersangka hadir Memenuhi alasan penahanan sprint penahanan Membuat sprint penahanan Membuat sprint penyitaan sprint penyitaan ya tidak Membuat BA penahanan BA penahanan Membuat BA penyitaan BA penyitaan Melengkapi BP BP Menyerahkan BP BP BP Mengecek BP Lengkap?

Buat P-18 & P19

18 & P-19 Lengkap? Buat P-20 Belum dilengkapi tidak P-20 P-21 BP lengkap Buat P-21 lengkap ya

18 & P-19 P-20 Membuat SP2HP SP2HP SP2HP P-21 Selesai SPDP SPDP Cek pengembalian BP a b


(46)

Proses penanganan pengaduan masyarakat pada Polres Jember diawali dengan pelapor melaporkan, memberitahukan dan mengadukan akan, sedang dan telah terjadinya peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana pada petugas SPKT. Kemudian SPKT mengidentifikasi masalah/laporan apakah diperlukan tindakan pertama di TKP. Apabila diperlukan maka petugas SPKT, piket fungsi dan piket unit identifikasi segera melakukan olah TKP guna mencatat dan mengumpulkan bukti permulaan tentang adanya dugaan akan, sedang dan telah terjadinya tindak pidana. Apabila tidak diperlukan tindakan pertama di TKP, maka dibuatkan Laporan Polisi (LP) dan memberikan tanda terima LP pada pelapor.

Sebelum LP diserahkan ke Kasat, LP ditulis di buku register terlebih dahulu. Setelah itu Kasat menunjuk penyidik untuk menangani perkara atau kasus tersebut. Penyidik yang ditunjuk tersebut membuat rencana penyelidikan dan membuat laporan hasil penyelidikan untuk dilaporkan kepada Kasat. Setelah itu dilakukan gelar hasil penyelidikan untuk menentukan apakah dapat ditingkatkan ke proses penyidikan. Apabila dapat ditingkatkan maka mengirimkan Surat

Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) form III kepada pelapor

dan disertai dengan permintaan agar pelapor datang ke Polres dengan membawa bukti-bukti yang dimilki. Apabila tidak dapat ditingkatkan maka mengirimkan

SP2HP form II dengan disertai alasan yuridis kepada pelapor.

Selanjutnya penyidik melakukan proses penyidikan dan melengkapi administrasi penyidikan. Setelah melengkapi administrasi penyidikan, berkas perkara diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU) dan mengirim SP2HP kepada pelapor yang memberitahukan bahwa berkas perkara telah diserahkan


(47)

kepada JPU. SP2HP juga dikirim kepada pelapor apabila terdapat adanya pengembalian berkas perkara dari JPU untuk dilengkapi oleh penyidik, maupun apabila berkas perkara telah dinyatakan lengkap (P-21) oleh JPU.

Document flow identifikasi sidik jari pada Gambar 3.3 yaitu menggambarkan proses identifikasi sidik jari di Polres Jember. Identifikasi sidik jari dilakukan sebelum tersangka diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum. Proses ini diawali dengan petugas unit identifikasi mengisi lembar PUSINAFIS yang berisi data diri dan ciri-ciri fisik tersangka. Kemudian tersangka melakukan cap sidik jari pada lembar PUSINAFIS. Setelah sidik jari terisi, petugas melakukan perumusan sidik jari untuk mendapatkan rumus sidik jari. Selanjutnya lembar PUSINAFIS dan rumus sidik jari disimpan sebagai arsip.

Identifikasi Sidik Jari

Unit Identifikasi Tersangka

Mulai

Mengisi lembar PUSINAFIS

PUSINAFIS

PUSINAFIS

Melakukan cap sidik jari

PUSINAFIS + sidik jari PUSINAFIS +

sidik jari

Melakukan perumusan sidik jari

Rumus sidik jari

Selesai


(48)

Document flow pembuatan SKCK pada Gambar 3.4 yaitu menggambarkan proses pembuatan atau penerbitan SKCK di Polres Jember. Proses ini diawali dengan pemohon datang ke loket SKCK yang tersedia di Polres Jember dengan membawa berkas persyaratan, lalu menyerahkan berkas persyaratan tersebut ke petugas SKCK. Kemudian petugas SKCK memeriksa kelengkapan berkas persyaratan. Jika berkas persyaratan tidak lengkap maka petugas memberitahukan bahwa berkas persyaratan tidak lengkap dan menyarankan ke pemohon untuk melengkapi berkas persyaratan terlebih dahulu.

Jika berkas persyaratan tersebut lengkap maka petugas memberikan formulir SKCK beserta tanda terima. Pemohon mengisi formulir SKCK kemudian ke loket sidik jari dengan menunjukkan tanda terima untuk proses identifikasi sidik jari. Setelah proses identifikasi sidik jari selesai, pemohon menyerahkan formulir SKCK yang sudah terisi dan hasil identifikasi sidik jari ke loket SKCK. Selanjutnya petugas SKCK melakukan proses pengerjaan penerbitan SKCK. Setelah proses pengerjaan selesai, petugas menyerahkan SKCK asli kepada pemohon dan meminta biaya administrasi. SKCK salinan akan disimpan oleh petugas sebagai arsip.

Document flow perpanjangan SKCK pada Gambar 3.5 yaitu menggambarkan proses perpanjangan SKCK di Polres Jember. Proses ini diawali dengan pemohon datang ke loket SKCK yang tersedia di Polres Jember dengan membawa berkas persyaratan berupa SKCK lama (asli atau legalisir) yang masih berlaku dan foto berwarna 4x6 3 lembar, lalu menyerahkan ke loket SKCK. Petugas SKCK akan memeriksa kelengkapan dan kesesuaian isi dari berkas persyaratan tersebut, apakah SKCK masih berlaku atau tidak.


(49)

Jika berkas persyaratan sudah lengkap dan sesuai maka petugas SKCK melakukan proses pengerjaan perpanjangan SKCK. Setelah proses pengerjaan selesai, petugas menyerahkan SKCK asli kepada pemohon dan meminta biaya administrasi. SKCK salinan akan disimpan oleh petugas sebagai arsip.

Pembuatan SKCK

Loket Sidik Jari Loket SKCK Pemohon Mulai Meyerahkan berkas persyaratan

Form SKCK dan tanda terima Mengisi form SKCK Form SKCK terisi Meminta form sidik jari dengan

menunjukkan tanda terima

Form sidik jari terisi

Identifikasi sidik jari Rumus sidik jari

Menyerahkan form SKCK terisi dan Rumus sidik jari

Form SKCK terisi dan Rumus sidik jari Memeriksa kelengkapan berkas persyaratan Berkas persyaratan lengkap Memberi form SKCK dan tanda

terima ya Memberi Form sidik jari Pembuatan SKCK SKCK SKCK Meminta biaya administrasi Membayar biaya administrasi Menyerahkan SKCK SKCK Selesai Mengembalikan berkas persyaratan Berkas persyaratan tidak Mengarsip SKCK salinan SKCK salinan Tanda terima

Rumus sidik jari

Menyerahkan rumus sidik jari ke pemohon Melengkapi berkas persyaratan Berkas persyaratan Menyerahkan Form sidik jari

terisi ke petugas Form sidik jari

terisi Mengisi

form sidik jari Form sidik jari


(50)

Perpanjangan SKCK

Loket SKCK Pemohon

ya

tidak

SKCK lama ( asli atau legalisir ) yang masih berlaku

dan foto berwarna 4X6 3 lembar SKCK

berlaku Memeriksa masa berlaku

Meminta biaya administrasi

Mengarsip SKCK salinan

Selesai Membayar

biaya administrasi

Pembuatan SKCK SKCK lama ( asli atau legalisir )

yang masih berlaku dan foto berwarna 4X6 3 lembar

Mulai

Menyerahkan SKCK Menyerahkan SKCK

lama ( asli atau legalisir ) yang masih berlaku dan foto berwarna 4X6

3 lembar

SKCK

SKCK lama ( asli atau legalisir ) yang masih berlaku dan foto

berwarna 4X6 3 lembar

SKCK salinan SKCK

Mengembalikan SKCK lama ( asli atau legalisir ) yang masih

berlaku dan foto berwarna 4X6 3

lembar

Gambar 3.5 Document Flow Perpanjangan SKCK

Penjabaran proses bisnis di atas mempunyai beberapa kelemahan, sehingga menimbulkan beberapa permasalahan sebagai berikut:


(51)

Tabel 3.1 Tabel Identifikasi Penyebab Masalah

No Masalah Penyebab Solusi yang

ditawarkan

1 Pendistribusian laporan

polisi / pengaduan

masyarakat dari SPKT

kepada Kasat

membutuhkan waktu

lama, yaitu hanya

dilakukan pada pukul 08.00 atau pada saat pergantian piket.

Distribusi yang masih manual dengan cara

mendatangi stakeholder

secara langsung akan

menimbulkan resiko

keterlambatan penyampaian.

Sebuah aplikasi yang

dapat membantu

untuk

mendistribusian

laporan polisi /

pengaduan

masyarakat secara

cepat, sehingga

dapat mengurangi

resiko keterlambatan penyampaian.

2 Pemantauan terhadap

penanganan perkara

tidak dapat terlaksana dengan baik.

Kasat tidak dapat

melakukan pemantauan secara langsung sampai

manakah penanganan

perkara yang ditangani

oleh masing-masing

penyidik.

Sebuah aplikasi yang

dapat memantau

status terakhir dari suatu perkara.

3 Kasat tidak dapat

mengetahui beban

perkara yang sedang ditangani oleh penyidik.

Selama ini Kasat

melakukan penunjukan penyidik secara manual.

Sebuah aplikasi yang

dapat menyajikan

informasi beban

perkara yang sedang

ditangani oleh

penyidik.

4 Pemohon yang akan

melakukan

perpanjangan SKCK

karena masa berlaku

SKCK sudah habis,

mereka harus mengikuti

semua prosedur

pembuatan SKCK mulai

dari awal seperti

mengisi formulir dan perumusan sidik jari, padahal mereka sudah pernah mengisi formulir tersebut.

Penyimpanan data

pemohon SKCK masih dalam bentuk kertas yang dibukukan dan disimpan pada rak-rak khusus.

Sebuah aplikasi yang dapat mengelola data

pemohon SKCK,

sehingga proses

perpanjangan SKCK akan lebih mudah dan cepat.

5 Pemohon yang pernah

memiliki catatan atau

keterlibatan dalam

kegiatan kriminal tidak terdeteksi dengan baik.

Penyimpanan data

pelaku kriminal masih dalam bentuk kertas yang dibukukan dan disimpan pada rak-rak

Sebuah aplikasi yang dapat mengelola data

pelaku kriminal,

sehingga mengurangi


(52)

No Masalah Penyebab Solusi yang ditawarkan

khusus. kesalahan dan

keterlambatan dalam memberikan

informasi data.

6 Pemberian nomor

SKCK rentan

mengalami kesalahan.

Pemberian nomor

SKCK dilakukan secara manual.

Sebuah aplikasi yang

dapat membantu

untuk pemberian

nomor SKCK.

7 Untuk dapat

menghasilkan laporan

dari data kriminal

maupun data SKCK

masih kurang efisien.

Petugas harus

mengecek, memilah,

dan mengelompokkan data kriminal satu

per-satu sesuai jenis

pelanggaran. Begitu

pula pada laporan

penerbitan SKCK,

petugas harus menyalin kembali data pemohon

berdasarkan periode

tertentu.

Sebuah aplikasi yang

dapat membantu

untuk menghasilkan laporan kriminalitas dan laporan SKCK.

8 Penyimpanan arsip

berkas perkara

menimbulkan kesulitan dalam pemeliharaannya.

Selama ini

penyimpanan arsip

berkas perkara dalam

bentuk hardcopy.

Sebuah aplikasi yang

dapat membantu

dalam penyimpanan berkas perkara.

Adapun solusi yang ditawarkan dapat membantu dan mempermudah petugas dalam menangani berkas perkara dan penerbitan SKCK. Selain itu, juga membantu pihak Polres Jember untuk menunjang dan mendukung kemajuan pelayanan yang terpadu, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang lebih cepat.

3.1.2 Menentukan Kebutuhan Informasi Pengguna

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan syarat-syarat informasi atau batasan-batasan tertentu seperti siapa saja yang mempunyai hak akses suatu sistem, syarat apa yang dilengkapi untuk penerbitan


(53)

SKCK, dan lain sebagainya. Berhubungan dengan syarat yang dicontohkan tersebut maka ada beberapa hal batasan yaitu :

a. Pada aplikasi ini terdapat 6 (enam) user dengan hak akses yang berbeda, yaitu :

1. Admin mempunyai hak akses yang paling luas sehingga mampu

mengakses semua halaman yang ada pada aplikasi, tapi tugas utama admin

adalah untuk maintenance data-data pada master seperti master users.

2. SPKT hanya bertugas untuk menambah data LP, oleh karena itu SPKT

mempunyai hak akses pada halaman SPKT yang meliputi tambah data LP, dan mencetak tanda bukti lapor untuk diberikan kepada pelapor.

3. Kasat mempunyai hak akses menunjuk penyidik yang menangani perkara,

melihat detail penyidik, melihat detail perkara dan melihat laporan kriminalitas.

4. Penyidik mempunyai hak akses mengelola data LP dan melengkapi

administrasi penyidikan lalu menyimpannya kedalam aplikasi.

5. Bagian SKCK mempunyai hak akses untuk mengelola data SKCK,

mencetak SKCK, dan melihat laporan.

6. Bagian identifikasi mempunyai hak akses mengelola data PUSINAFIS dan

mengelola data catatan kriminal.

b. Pemohon yang akan membuat SKCK maupun memperpanjang SKCK wajib

melengkapi berkas persyaratan terlebih dahulu dan dikenai biaya administrasi Rp 10.000,00 .

c. Waktu pelayanan pengaduan masyarakat di SPKT dilakukan setiap hari selama

24 jam. Waktu pelayanan penerbitan SKCK pada hari senin – kamis pukul


(54)

3.1.3 Menganalisis Kebutuhan Sistem

Analisis kebutuhan sistem ini akan menjelaskan tentang beberapa hal

mengenai beberapa kebutuhan pengguna, seperti contohnya user yang terlibat

dalam sistem dan informasi yang dihasilkan oleh sistem sehingga bermanfaat bagi

users. Diagram blok pada Gambar 3.6 berguna untuk menggambarkan garis besar

yang menjadi input, process, dan output.

Proses

Mencetak tanda bukti lapor

Input Output

Menyimpan LP Data LP

Laporan Polisi Data Petugas SPKT

Proses Input Output Data Penyidik Pemberitahuan penunjukan Penyidik Data Kasat Data LP Memilih Penyidik Proses Input Output Data Penyidik Laporan Kriminalitas

Data LP Terubah Mengubah Data LP

Data Berkas Perkara Data LP

Mengelola Berkas Perkara

Proses

Input Output

Data Petugas Identifikasi

Catatan Kriminal Data PUSINAFIS

Tersimpan Mengelola PUSINAFIS

Data Catatan Kriminal Data PUSINAFIS

Menambah Catatan Kriminal

Proses

Input Output

Mengelola data SKCK Data SKCK

Laporan SKCK yang Diterbikan

SKCK Data Petugas SKCK

Data PUSINAFIS

Tanda bukti lapor

Berkas Perkara Tersimpan

Data Catatan Kriminal

Menampilkan Laporan kriminalitas Data Saksi Data Terlapor Data Saksi Data Terlapor Data Saksi Data Terlapor


(55)

Berikut penjelasan mengenai detail diagram blok berdasarkan kategori

input, process, dan output: 1. Input

a. Data petugas SPKT merupakan data masukan dari petugas SPKT yang

isinya biodata petugas SPKT.

b. Data LP merupakan data masukan dari petugas SPKT yang isinya data

pelapor dan peristiwa yang dilaporkan.

c. Data terlapor merupakan data masukan dari petugas SPKT yang isinya

biodata terlapor.

d. Data saksi merupakan data masukan dari petugas SPKT yang isinya biodata

saksi.

e. Data Kasat merupakan data masukan dari Kasat yang isinya biodata Kasat.

f. Data penyidik merupakan data masukan dari penyidik yang isinya biodata

penyidik.

g. Data berkas perkara merupakan data masukan dari penyidik yang isinya

dokumen berkas perkara.

h. Data PUSINAFIS merupakan data masukan dari petugas identifikasi yang

isinya biodata, ciri-ciri fisik, dan rumus sidik jari dari tersangka atau pemohon SKCK.

i. Data petugas identifikasi merupakan data masukan dari petugas identifikasi

yang isinya biodata petugas identifikasi.

j. Data catatan kriminal merupakan data masukan dari petugas identifikasi


(56)

k. Data petugas SKCK merupakan data masukan dari petugas SKCK yang isinya biodata petugas SKCK.

l. Data SKCK merupakan data masukan dari petugas SKCK yang isinya

keperluan pembuatan SKCK. 2. Process

a. Menyimpan LP, proses ini akan menyimpan data pengaduan dan data

petugas yang menerima pengaduan untuk dijadikan laporan polisi.

b. Mencetak tanda bukti lapor, proses ini dilakukan setelah data pengaduan

tersimpan. Tanda bukti lapor diberikan kepada pelapor sebagai bukti bahwa telah melakukan pengaduan.

c. Memilih penyidik, proses ini dilakukan oleh Kasat untuk memilih penyidik

yang akan menangani suatu kasus.

d. Menampilkan laporan kriminalitas, proses ini dilakukan oleh Kasat untuk

menampilkan informasi kasus yang ditangani Polres Jember.

e. Mengubah data LP, proses ini dilakukan oleh penyidik. Penyidik dapat

mengubah data LP dan status LP yang ditangani

f. Mengelola berkas perkara, proses ini dilakukan oleh penyidik. Penyidik

dapat menambah dan menghapus dokumen berkas perkara.

g. Mengelola PUSINAFIS, proses ini dilakukan oleh petugas identifikasi.

Petugas dapat menambah dan mengubah data PUSINAFIS.

h. Menambah catatan kriminal, proses ini dilakukan oleh petugas identifikasi.

Petugas dapat menambah catatan kriminal yang dilakukan oleh tersangka.

i. Mengelola data SKCK, proses ini dilakukan oleh petugas SKCK. Petugas


(57)

3. Output

a. Laporan polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri tentang

adanya pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang bahwa akan, sedang, atau telah terjadi peristiwa pidana.

b. Tanda bukti lapor adalah keluaran dari proses mencetak tanda bukti lapor

yang berisikan tanda bukti bahwa telah melakukan pengaduan.

c. Pemberitahuan penunjukan penyidik adalah keluaran dari proses memilih

penyidik yang dilakukan oleh Kasat, sehingga penyidik mengetahui bahwa ada kasus baru yang masuk.

d. Laporan kriminalitas adalah keluaran dari proses menampilkan laporan

kriminalitas yang berisikan tentang informasi kasus yang ditangani Polres Jember.

e. Data LP terubah adalah keluaran dari proses mengubah data LP yang

dilakukan oleh penyidik. Penyidik dapat mengubah data LP atau mengubah status dari LP.

f. Berkas perkara tersimpan adalah keluaran dari proses mengelola berkas

perkara yang berisikan kumpulan dokumen administrasi penyidikan.

g. Data PUSINAFIS tersimpan adalah keluaran dari proses mengelola

PUSINAFIS yang berisikan biodata, ciri-ciri fisik, dan rumus sidik jari dari tersangka atau pemohon SKCK.

h. Catatan kriminal adalah keluaran dari proses menambah catatan kriminal


(58)

i. SKCK adalah keluaran dari proses mengelola data SKCK, yang merupakan surat keterangan resmi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang warga masyarakat untuk memenuhi permohonan dari yang bersangkutan atau suatu keperluan karena adanya ketentuan yang mempersyaratkan, berdasarkan hasil penelitian biodata anteseden orang tersebut.

j. Laporan SKCK yang diterbitkan berisikan informasi jumlah SKCK yang

diterbitkan di Polres Jember.

A System Flow

System Flow merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara

keseluruhan dari sistem. Sistem Flow yang akan digambarkan ini adalah bagan

yang menjelaskan urutan jalannya aplikasi penanganan berkas perkara di Polres Jember berbasis web.

Gambar 3.7 merupakan system flow untuk mengecek keabsahan

pengguna, pada gambar ini dijelaskan bagaimana pengguna melakukan proses

login yaitu: menjalankan sistem kemudian sistem menampilkan halaman login

dan pengguna memasukkan username dan password. Setelah pengguna

memasukkan username dan password maka sistem akan mengecek dengan

membaca data dari tabel anggota sehingga didapatkan hasil yang diperlukan,

jika yang dimasukkan oleh pengguna antara username dan password tidak

benar maka sistem akan menampilkan pesan data pengguna yang dimasukkan salah. Jika benar maka sistem akan mengecek apakah pengguna tersebut

administrator, SPKT, kasat, penyidik, identifikasi atau SKCK. Lalu sistem akan menampilkan halaman sesuai pengguna.


(59)

Mengecek Keabsahan Pengguna Sistem Pengguna Ya Tidak Ya Selesai 3 1 Halaman Unit SKCK Halaman Identifikasi Menampilkan Halaman Kasat 2 Halaman Kasat Halaman Penyidik 4 Menampilkan Halaman Penyidik Halaman SPKT 5 Menampilkan Halaman Administrator 6 Menampilkan Halaman SPKT Halaman Administrator Mulai Data Pengguna Anggota Mengecek

Username dan

Password Menampilkan Pesan Data Pengguna yang Dimasukkan Salah. Benar? Data Pengguna yang Dimasukkan Salah. Administrator Ya Menampilkan Halaman SKCK Menampilkan Halaman Identifikasi SPKT Tidak Kasat Tidak Ya Penyidik Tidak Ya Identifikasi Tidak Ya SKCK Tidak Ya

Gambar 3.7 System Flow untuk Mengecek Keabsahan Pengguna

Gambar 3.8 merupakan system flow untuk mendaftar menjadi pengguna,

pengguna pada sistem ini adalah petugas SPKT, kasat, penyidik, unit identifikasi,

dan unit SKCK. Pada gambar ini dijelaskan bagaimana administrator

mendaftarkan pengguna yaitu: menjalankan sistem kemudian sistem

menampilkan halaman masukan pendaftaran pengguna. Setelah administrator

memasukkan data pengguna maka sistem akan menyimpan data pengguna pada


(60)

Tambah pengguna

Sistem Administrator

Mulai

Selesai

Menampilkan Pesan Data Pengguna Baru

Tersimpan

Anggota

Data Pengguna Baru Tersimpan Data Pengguna

Baru

Menyimpan Data Pengguna Baru 1

Gambar 3.8 System Flow untuk Pendaftaran Pengguna

Gambar 3.9 merupakan system flow untuk mengelola data pengguna,

pada gambar ini dijelaskan bagaimana administrator mengelola data pengguna

yaitu: administrator mengakses menu pengguna kemudian sistem menampilkan

daftar pengguna. Administrator memilih data pengguna yang ingin diubah

kemudian memasukkan data pengguna yang baru. Sistem menyimpan dan menampilkan data pengguna yang telah diubah.

Gambar 3.10 merupakan system flow untuk mengelola LP, pada gambar

ini dijelaskan bagaimana petugas SPKT mengelola LP yaitu: SPKT mengakses

menu tambah LP kemudian sistem menampilkan halaman tambah LP, selanjutnya petugas memasukkan data LP dan sistem menyimpan data LP ke tabel laporan polisi, tabel terlapor dan tabel saksi. Petugas dapat mencetak tanda bukti lapor dengan memilih menu cetak tanda bukti lapor.


(61)

Gambar 3.11 merupakan system flow untuk pemilihan penyidik, pada gambar ini dijelaskan bagaimana kasat memilih penyidik yaitu: kasat mengakses menu LP terbaru kemudian sistem menampilkan daftar LP terbaru. Selanjutnya kasat memilih LP terbaru yang akan dilihat kemudian sistem menampilkan data LP tersebut. Kasat dapat memilih penyidik yang menangani kasus tersebut dengan mengakses menu pilih penyidik kemudian sistem menampilkan daftar penyidik beserta kasus yang sedang ditanganinya. Selanjutnya kasat memilih penyidik dan sistem akan menyimpan data tersebut ke tabel LP.

Mengelola Data Pengguna

Sistem

Administrator

1

Menampilkan Daftar Pengguna

Data pengguna yang Diubah

Anggota Data Pengguna

yang akan Diubah Mulai

Selesai

Menyimpan dan Menampilkan Data

Pengguna yang Diubah Data Pengguna

Terbaru

Data Pengguna yang Diubah

Tersimpan Menu Pengguna

Menampilkan Data Pengguna yang Akan

Diubah Daftar

Pengguna


(62)

Mengelola LP

Sistem SPKT

Halaman Tambah

LP

LP Tersimpan

Menampilkan Halaman Tambah LP Mulai

Menyimpan Data LP Menu Tambah

LP

Data LP

Laporan polisi

Selesai 2

Menu Cetak Tanda Bukti Lapor

Menampilkan & Mencetak Tanda Bukti

Lapor

Tanda Bukti Lapor

Tanda Bukti Lapor

Anggota Laporan

polisi Saksi Terlapor

Saksi Terlapor


(63)

Pemilihan Penyidik

Sistem Kasat

Menampilkan daftar LP

terbaru

Selesai

Anggota

Daftar penyidik Menu LP terbaru

Data LP terbaru

Laporan polisi

Memilih LP terbaru Mulai

Menampilkan data LP terbaru Daftar LP

terbaru 3

Menu pilih penyidik

Menampilkan Daftar penyidik

Data penyidik yang dipilih

Menyimpan dan Menampilkan Data penyidik yang dipilih

Data penyidik yang dipilih

Tersimpan

Laporan polisi Terlapor

Saksi


(64)

Mengelola Berkas Perkara

Penyidik Sistem

Menu LP yang ditangani

Menampilkan data LP yang ditangani

Mulai Laporan

polisi

Daftar LP yang ditangani

Laporan polisi

Data LP terubah Data LP yang

diubah

Menampilkan daftar LP yang ditangani

Memilih LP yang ditangani

Mengubah data LP 4

Data LP yang ditangani

Berkas perkara

Menyimpan berkas perkara Menu tambah

berkas perkara

Menampilkan menu tambah berkas perkara

Halaman tambah berkas

perkara

Berkas perkara tersimpan

Selesai

Berkas perkara Terlapor

Saksi

Berkas perkara

Berkas perkara Saksi Terlapor

Berkas perkara Saksi Terlapor Laporan

polisi


(1)

kasus yang sedang ditangani, menampilkan data LP berdasarkan kata kunci, menampilkan halaman ubah pada data LP yang dipilih, menampilkan halaman tambah berkas perkara, menampilkan informasi data tersimpan, dan menampilkan daftar semua kasus.

Pada uji coba halaman mengelola PUSINAFIS pada Tabel 4.6 terdapat enam uji coba yang dilakukan. Uji coba tersebut digunakan untuk mengetahui respon masukkan dan keluaran yang dihasilkan pada halaman mengelola PUSINAFIS. Hasil uji coba yang telah dilakukan menunjukan bahwa sistem telah menghasilkan keluaran yang telah diharapkan yaitu dapat menampilkan halaman daftar PUSINAFIS, menampilkan data PUSINAFIS berdasarkan kata kunci, menampilkan informasi tidak ada data pada pencarian PUSINAFIS, menampilkan halaman ubah pada data PUSINAFIS yang dipilih, menampilkan informasi data tersimpan, dan menampilkan halaman tambah catatan kriminal.

Pada uji coba halaman mengelola SKCK pada Tabel 4.7 terdapat tujuh uji coba yang dilakukan. Uji coba tersebut digunakan untuk mengetahui respon masukkan dan keluaran yang dihasilkan pada halaman mengelola SKCK. Hasil uji coba yang telah dilakukan menunjukan bahwa sistem telah menghasilkan keluaran yang telah diharapkan yaitu dapat menampilkan halaman daftar SKCK, menampilkan data PUSINAFIS berdasarkan nomer KTP, menampilkan informasi informasi data tidak ada, mengisi nomor SKCK secara otomatis, menampilkan informasi data tersimpan, menampilkan halaman cetak SKCK, menampilkan halaman cetak laporan SKCK.

Pada uji coba halaman laporan kriminalitas pada Tabel 4.8 terdapat tiga uji coba yang dilakukan. Uji coba tersebut digunakan untuk mengetahui respon


(2)

144

masukkan dan keluaran yang dihasilkan pada halaman laporan kriminalitas. Hasil uji coba yang telah dilakukan menunjukan bahwa sistem telah menghasilkan keluaran yang telah diharapkan yaitu dapat menampilkan menu laporan kriminalitas, menampilkan data laporan kriminalitas berdasarkan laporan kriminalitas yang dipilih, menampilkan halaman cetak laporan kriminalitas.


(3)

145 PENUTUP

Bab penutup ini merupakan hasil simpulan dari keseluruhan bab-bab sebelumnya. Bab penutup terdiri dari dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran digunakan untuk evaluasi akhir tugas akhir.

5.1 Kesimpulan

Sesuai analisis hasil uji coba fungsionalitas Aplikasi Penanganan Berkas Perkara di Polres Jember, maka dapat disimpulkan :

1. Aplikasi dapat memudahkan Kasat dalam memantau (monitoring) sebuah berkas perkara.

2. Aplikasi dapat mengarsipkan berkas-berkas perkara pidana.

3. Aplikasi dapat membantu petugas SKCK dalam melakukan proses penerbitan SKCK dan pemberian nomor SKCK secara otomatis.

4. Aplikasi dapat menghasilkan laporan kriminalitas dan laporan SKCK yang diterbitkan di Polres Jember.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan kepada peneliti berikutnya apabila ingin mengembangkan aplikasi yang telah dibuat ini agar menjadi lebih baik adalah sebagai berikut:

1. Aplikasi dapat dikembangkan dengan tidak hanya menangani laporan polisi / pengaduan masyarakat yang merupakan tindak pidana umum saja, namun dapat membantu menangani proses administrasi tindak pidana dan perdata.


(4)

146

2. Aplikasi dapat dikembangkan pada Polsek yang berada pada wilayah hukum Polres jember, sehingga data antara Polres dan Polsek bisa terintegrasi.


(5)

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sumatera Selatan. 2011. Standar Operasional Prosedur (SOP) penyelesaian dan penyerahan berkas perkara. Palembang.

Elmasri, Ramez & Shamskam B Navathe. 2000. Foundamentals of Database Systems. Third Edition. United State of America : Addison Wesley Fatta, H.A. 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan

Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta: ANDI. Febriani. 2003. Analisis & Perancangan Sistem Informasi. Depok : Universitas

Gunadarma

Firdaus. 2007. 7 Jam Belajar Interaktif PHP & MySQL dengan Dreamweaver. Palembang: Maxikom.

Kendall, K.E. dan Kendall, J.E. 2008. System Analysis and Design seventh edition. New Jersey: Pearson Education.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman umum pelayanan publik. Jakarta: Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia.

Nugroho, Adi. 2005. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek (Edisi Revisi). Bandung: Informatika. Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. 2002. Perencanaan & Pembangunan Sistem

Informasi. Yogyakarta : ANDI

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Jakarta: Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resor Dan Kepolisian Sektor. Jakarta: Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pramana, Hengky W. 2005. Aplikasi Manajemen Perekrutan Berbasis Access. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Republik Indonesia. 1981. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.


(6)

Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Sat Reskrim Polres Jember. 2009. Sistem Operasional Prosedur Transparansi Di Bidang Penyidikan Sat Reskrim Polres Jember. Jember.

Simamarta, J. 2010. Rekayasa Web. Yogyakarta: Andi Offset.

Waliyanto. 2000. Sistem Basis Data Analisis dan Pemodelan Data. Jogjakarta : J&J Learning.