Leasing Sebagai Lembaga Hukum Perjanjian

tolak dari hukum perjanjian adalah diatur dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata. 55 Setelah menentukan bahwa dasar perjanjian leasinh adalah ketentuan – ketentuan yang tertera dalam KUHPerdata yang berlaku di Indonesia, maka perjanjian tersebut harus dibentuk menurut KUHPerdata itu dan secara konsisten menerapkan ketentuan – ketentuan tersebut sesuai dengan perkembangan interpretasi dan yurisprudensi Indonesia untuk semua unsur dalam perjanjian leasing itu, maupun terhadap dampak – dampak di bidang hukum seperti wanprestasi. 56 Unsur – unsur yang terlihat jelas dalam definisi leasing menurut Surat Keputusan Tiga Menteri tersebut adalah sebagai berikut : 1. Leasing adalah suatu bentuk pembiayaan, bukan bentuk lainnya. 2. Yang disediakan adalah barang modal, yang macamnya sudah dinyatakan jelas dalam lampiran izin leasing yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan. 3. Digunakan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan hukum. 4. Jangka waktu tertentu dan disesuaikan pula dengan masa ekonomis dari barang modal dan kemampyan yang bersangkutan. 5. Pembayaran berkala, tidak dapat dibayar sewaktu – waktu. 6. Ada hak pilih pada masa akhir lessee.

B. Leasing Sebagai Lembaga Hukum Perjanjian

55 Murti Sianipar, Dasar Hukum dan Masalah Hukum Dalam Industri Leasing di Indonesia, Bandung : Nuansa Aulia, 1999, hal 5 56 Ibid. Universitas Sumatera Utara Seperti sudah dijabarkan pada bagian sebelumnya tentang pengertian leasing, kedudukan leasing adalah sebagai perjanjian bernama di luar KUHPerdata, perjanjian bernama ini antara lain terdiri dari : 1. Perjanjian keagenan dan distributor, berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 295MSK71992 dan SK No. 428MSK121987, yang mengatur khusus tentang keagenan jenis barang kendaraan bermotor dan alat – alat besar serta keagenan alat – alat elektronik dan alat – alat listrik untuk rumah tangga. 2. Perjanjian Pembiayaan, lahir dari kepres No. 1251KMK.0131988, KPTS Mentri Keuangan No. 1169KMK.01-1991 tentang kegiatan Sewa Guna Usaha leasing, undang – undang Perbankan No. 71992. Perjanjian pembiayaan ini antara lain sebagai nberikut : a. Perjanjian Sewa Guna Usaha b. Perjanjian Anjang Piutang c. Perjanjian Modal Ventura d. Perjanjian Kartu Kredit e. Perjanjian Pembiayaan Konsumen f. Perjanjian Simpanan g. Perjanjian Kredit h. Perjanjian Penitipan i. Perjanjian Bagi Hasil. 57 Leasing merupakan suatu “kata atau peristilahan” baru dari bahasa asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia, yang sampai sekarang padanannya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak atau belum ada yang dirasa cocok. 57 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, hal 23, Op. Cit. Universitas Sumatera Utara Istilah Leasing ini sangat menarik karena bertahan dalam nama tersebut tanpa diterjemahkan dalam bahasa setempat, baik di Amerika yang merupakan asal – usul addanya lembaga leasing ini, maupun di negara – negara yang telah mengenal lembaga leasing ini. Secara umum leasing artinya adalah equipment funding, yaitu pembiayaan peralatanbarang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak. 58 Adapun definisi lain dari leasing daopat dikemukakan sebagai berikut: Berdasarkan pasal 1 surat keputusan bersama tiga menteri, menteri keuangan ,menteri perdagangan, dan menteri perindustrian NO.KEP.122MKIV21974, NO.32MSK21974, dan NO.30kpbI1974, menyebutkan bahwa leasing adalah; “ setiap kegiatan pembiayaan perusahaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala, disertai dengan hak pilih optie bagi perusahaan leasing tersebut untuk membeli barang- barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama”. Sejak dikeluarkan surat keputusan bersama tiga menteri mengenai status hukum leasing di Indonesia, maka para sarjana hukum di Idonesia bertanya-tanya tentang apakah leasing itu bila ditinjau dari segi hukum di Indonesia, sebab selama ini segi – segi ekonomislah yang lebih sering ditonjolkan dalam informasi teknis yang diberikan oleh pihak – pihak yang bersangkutan, namun aspek yuridisnya belumlah dianalisis secara mendalam. 58 Amin Wijaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Op. Cit , hal 10 Universitas Sumatera Utara Bertalian dengan sifat hukum perdata dari leasing tampaknya ada dua pendapat yang berlawanan : 59 Pendapat yang pertama menyatakan bahwa leasing dalam pengertian yuridis adalah sewa menyewa, sedangkan pendapat yang kedua menyatakan bahwa kontrak lease berdasarkan hukum perdata tidak dapat ditetapkan di bawah satu penyebutan noemen. Bandingkan dengan ketentuan Pasal 1 huruf a Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169 Tahun 1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha leasing menyebutkan : “sewa guna usaha leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi Finance Lease maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi Operating Lease untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”. Dalam pengumuman Direktorat Jendral Moneter No. Peng 307DJMIII. I7.1974 Tanggal 8 Juli 1974, yang menyebutkan bahwa untuk kepentingan pengawasan dan pembinaan pada pengusaha leasing diharuskan menyampaikan kepada Direktur Jendral Moneter, Departemen Keuangan, antara lain “copy kontrak leasing dan sebagainya”, dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian leasing harus dibuat secara tertulis. Akan tetapi tidak ditentukan atau diwajibkan apakah perjanjian leasing harus berbentuk akta otentikakta notaris atau akta dibawah tangan. Jadi terserah pada pihak-pihak yang bersangkutan untuk menentukan apakah akan membuat perjanjian itu dengan akta notaris atau tidak. 60 59 Komar andasasmita, leasing Teori dan Praktek, Op. Cit., hal 38 60 Amin Widjaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Op. Cit .,Hal. 4 Universitas Sumatera Utara Namun ditinjau dari sudut hukum pembuktian yang berlaku di Indonesia, pada Pasal 1870 KUHPerdata menentukan bahwa : 61 “bagi para pihak yang berkepentingan beserta para ahli warisnya ataupun bagi orang – orang yang mendapatkan hak dari mereka, suatu akta otentik memberikan bukti yang sempurna tentang apa yang termuat di dalamnya”. Menurut pengumuman Direktorat Jendral Moneter Nomor Peng- 307DJMIII. 171974, isi perjanjian leasing harus memuat keterangan terperinci mengenai : 1. Objek perjanjian financial lease 2. Janngka waktu financial lease 3. Harga sewa serta cara pembayarannya 4. Kewajiban perpajakan 5. Penutupan asuransi 6. Perawatan barang 7. Penggantian dalam hal barang hilangrusak. Dapat dibandingkan dengan pendapat Komar Andasasmita bahwa dalam perjanjian kontrak leasingfinancial lease sedikitnya harus memuat : 62 1. Objek lease 2. Hak milik dari barang lease 3. Lamanya kontrak 4. Kewajiban lessor dan lessee 5. Pertanggungan asuransi 61 Soedharya Soimin, Op. Cit ., Hal. 436 62 Komar Andasasmita, Op. Cit.,Hal. 121-135 Universitas Sumatera Utara Pada prinsipnya pengertian dari lembaga leasing itu sendiri adalah sama dan harus trdiri dari unsur – unsur pengertian sebagai berikut : 63 1. Pembiayaan perusahaan 2. Penyediaan barang – barang modal 3. Adanya jangka waktu tertentu 4. Pembayaran secara berkala 5. Adanya hak pilih optie 6. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama. Untuk memahami isi dan fungsi lembaga yang baru berkembang ini, dirasakan perlu untuk mengadakan penggolongan jenis – jenis leasing tersebut, serta meneliti ciri – ciri khususnya masing – masing, usaha ini telah dilakukan oleh beberapa penulis, oleh ikatan – ikatan profesi dan oleh persatuan pengusaha leasing itu sendiri. 64 Dalam melakukan klasifikasi ini berbagai macam kriteria telah dipergunakan, misalnya : 1. Pembagian risiko ekonomis diantara pihak – pihak yang terkait pada suatu kontrak lease 2. Jenis benda yang merupakan objek lease 3. Isi paket jasa yang dilakukan oleh leasor Kriteria yang paling lazim dipergunakan adalah pembagian risiko ekonomis diantara pihak – pihak yang terkait pada suatu kontrak lease, 63 Amin Widjaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Op. Cit.,Hal. 9 64 Ibid. Universitas Sumatera Utara berdasarkan kriteria ini leasing dapat dibedakan dalam operational leasing dan financial leasing. 65 Leasing dipandang sebagai suatu cara yang memungkinkan suatu badan usaha memperoleh alat – alat produksi yang diinginkan oleh leassee, oleh karena itu maka leassee berkewajiban memenuhi seluruh pembayaran, ia tidak berhak menghentikan perjanjian tersebut sebelum harga pembelian barang ditambah dengan sejumlah keuntungan, biaya dan bunga terbayar lunas. 66 Dilihat dari segi transaksi yang terjadi antara lessor dan lessee maka sewa guna usaha dapat dibedakan menjadi dua 2 jenis yaitu : 1. Sewa guna usaha dengan hak opsi finance lease 2. Sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease Ciri utama dari sewa guna usaha dengan hak opsi adalah pada akhir kontrak, lessee mempunyai hak pilih untuk membeli barang modal sesuai dengan nilai sisa residual value yang disepakati atau pengembaliannya kepada lessor, atau memperpanjang masa kontrak sesuai dengan syarat – syarat yang telah disetujui bersama. Pada sewa guna usaha jenis ini, lessee menghubungi lessor untuk memilih barang modal yang dibutuhkan, memesan, memeriksa, dan memelihara barang modal tersebut, selama masa sewa, lessee membayar sewa secara berkala dari jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa full pay out, sehingga bentuk pembiayaan ini disebut fullplay out lease atau capital lease. 67

C. Jamninan – jaminan yang Diberikan Leassee Terhadap Lessor