Pengertian Leasing Perlindungan Hukum Terhadap Lessor Dalam Perjanjian Leasing (Sewa Guna Usaha)(Studi Kasus Pada PT. OTO Multiartha Cabang Medan)

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LESSOR DALAM PERJANJIAN LEASING

A. Pengertian Leasing

Perkataan Leasing bersal dari bahasa Inggris yaitu kata lease , kata ini secara umum berarti menyewakan akan tetapi harus dibedakan dengan istilah Inggris lain yang senada, yaitu rent yang ditinjau dari sudut hukum mempunyai maksud berbeda. Namun dibandingkan dengn menyewakan, leasing lebih luas ruang lingkupnya atau lebih banyak variasinya. Ada beberapa negara yang berusaha untuk mencari nama lain dari leasing kedalam bahasa nasionalnya tetapi pada kenyataannya mengalami kesulitan karena menimbulkan penafsiran yang berbeda – beda. 52 Dalam Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri, Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan RI No. KEP-122MKIV21974, No. 32MSK21974, No. 30KbpI1974 secara resmi mengartikan leasing sebagai berikut : “setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang – barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran – pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih optie bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang – barang modal 52 Komar Andasasmita, Leasing Teori dan Praktek, Bandung : Ikatan Notaris Indonesia,1983, hal 35 38 Universitas Sumatera Utara yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.” 53 Sedangkan Sri Soedewi mengartikan leasing adalah : “segala perjanjian dimana si penyewa lessee menyewa barang modal untuk usaha tertentu dengan mengangsur untuk jangka waktu tertentu dan jumlah angsuran tertentu, dimana lamanya perjanjian sewa menyewa, beberapa kali mengangsur umlah angsuran, sama dengan nilai ekonomi dari benda itu.” 54 Dari definisi leasing ini, dinyatakan bahwa leasing adalah suatu kegiatan pembiayaan, berarti suatu pengertian ekonomi. Sedangkan bila ditinjau dari segi hukum, leasing adalah suatu lembaga hukum perjanjian. Dan pengertian leasing terlalu kompleks untuk dianggap sebagai bentuk perjanjian sewa menyewa saja. Karena dalam perjanjian sewa menyewa tidak selalu dicantumkan janji – janji khusus yang memberikan kepada si penyewa yaitu suatu hak pilih optie, sedangkan dalam perjanjian leasing hak optie ini selalu diperjanjikan. Untuk membuktikan bahwa leasing adalah suatu lembaga hukum perjanjian, dapat dilihat dari perumusan Pasal 1 Surat Keputusan Tiga Menteri itu, yang jika dianalisa secara hukum dapat disimpulkan bahwa leasing adalah suatu kegiatan pembiayaan oleh suatu perusahaan untuk dinikmati oleh perusahaan lainnya. Jadi ada dua pihak yang mempunyai suatu persetujuan untuk saling mengikat. Dengan demikian leasing terbukti sebagai suatu perjanjian dan titik 53 Soejono Soekanto, Inventarisasi Perundang – Undangan Mengenai Leasing, Jakarta, : IND HILL Co, 1986, hal 4 54 Sri Soedewi, Hukum Jaminan Indonesia dan Pokok – pokok Hukum Jaminan dan Hukum Perorangan, Yogykarta: Liberty, 1980, Hal. 28 Universitas Sumatera Utara tolak dari hukum perjanjian adalah diatur dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata. 55 Setelah menentukan bahwa dasar perjanjian leasinh adalah ketentuan – ketentuan yang tertera dalam KUHPerdata yang berlaku di Indonesia, maka perjanjian tersebut harus dibentuk menurut KUHPerdata itu dan secara konsisten menerapkan ketentuan – ketentuan tersebut sesuai dengan perkembangan interpretasi dan yurisprudensi Indonesia untuk semua unsur dalam perjanjian leasing itu, maupun terhadap dampak – dampak di bidang hukum seperti wanprestasi. 56 Unsur – unsur yang terlihat jelas dalam definisi leasing menurut Surat Keputusan Tiga Menteri tersebut adalah sebagai berikut : 1. Leasing adalah suatu bentuk pembiayaan, bukan bentuk lainnya. 2. Yang disediakan adalah barang modal, yang macamnya sudah dinyatakan jelas dalam lampiran izin leasing yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan. 3. Digunakan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan hukum. 4. Jangka waktu tertentu dan disesuaikan pula dengan masa ekonomis dari barang modal dan kemampyan yang bersangkutan. 5. Pembayaran berkala, tidak dapat dibayar sewaktu – waktu. 6. Ada hak pilih pada masa akhir lessee.

B. Leasing Sebagai Lembaga Hukum Perjanjian