Parameter Performansi RBS Proses Performansi RBS Dasar Pengukuran Performansi RBS

21 dapat diukur pada BSC yang mengendalikannya. Hal itu karena setiap trafik yang masuk RBS akan melewati BSC baik suara maupun data [6].

3.2.1 Parameter Performansi RBS

Sistem CDMA 2000 memisahkan trafik suara dan data. Trafik suara ditangani secara circuit switch melalui fundamental chanel,sedangkan trafik data ditangani secara packet switch melalui supplemental channel. Dengan demikian pada RBS terdapat dua kelompok paramater penting yaitu suara dan data. Performansi dari RBS dapat diketahui dengan cara mengkur parameter performansi RBS pada Base Station Control BSC. Parameter ini antara lain berupa set up failure rate, drop rate dan occupancy [6].

3.2.2 Proses Performansi RBS

Operator jaringan sering tidak siap dalam menangani pembengkakan jumlah pelanggan dan trafiknya, sehingga banyak pelanggan yang gagal. Evaluasi terhadap performa dari suatu RBS belum banyak dilakukan, yang dilakukan adalah pencatatan data data RBS meliputi data koneksi dan trafik dengan tujuan sebagai informasi pelengkap apabila terdapat gangguan RBS. Apabila pelanggan ingin melakukan panggilan, maka pelanggan akan terhubung dengan RBS baik komunikasi suara dan data. Dari RBS akan diteruskan ke BSC yang mengendalikan RBS tersebut. Setelah sampai BSC maka antara suara dan data akan dipisahkan, suara dan data diteruskan ke MSC oleh Radio Resource Control RRC sedangkan packet data ke PSDNPCN oleh Universitas Sumatera Utara 22 packet control function PCF. Keduanya adalah bagian dari BSC. Dari MSC maka trafik suara akan diteruskan ke PSTN atau MSC lain, trafik data diteruskan oleh IWF ke PDN Public Data Network. Sedangkan trafik packet data diteruskan ke PDN oleh PSDNPCN [6] .

3.2.3 Dasar Pengukuran Performansi RBS

Radio Base Station RBS merupakan komponen jaringan CDMA yang berhubungan langsung dengan pelanggan, sehingga secara umum kehandalan jaringan dapat dilihat dari RBS. Oleh karena itu setiap RBS harus memiliki performansi yang prima.Parameter performansi yang diukur adalah tingkat kegagalan koneksi anatara BSC, RBS, dan pelanggan Set up Failure Ratio, tingkat kegagalan koneksi yang terbangun drop ratio dan tingkat kepadatan trafik occupancy. Cara perhitungannya dapat dihitung dengan rumus [6] : SFR = set-up failure total set-up × 100 3.1 Drop Ratio = total drop total data call × 100 3.2 SFR dihitung untuk koneksi suara dan data, sedangkan drop ratio untuk komunikasi data setelah koneksi terjadi, kadang kadang koneksi terputus ditengah secara tiba tiba, inilah yang disebut drop. Hal ini terjadi karena sistem paket switch yang dipakai memungkinkan adanya paket paket yang hilang atau rusak. Semakin kecil drop ratio maka semakin bagus kehandalan jaringan dalam menangani trafik data. Untuk Occupancy, dihitung berdasarka trafik keseluruhan. Target untuk SFR adalah 20, untuk drop ratio 30 dan untuk occupancy niai yang optimal 70 dimana pada saat itu bagi operator tingkat Universitas Sumatera Utara 23 penggunaan kanal cukup maksimal dan bagi pelanggan kualitas komunikasi masih cukup baik. Untuk paket data, parameter yang digunakan adalah set up failure ratio dan drop ratio dengan rumus total call dapat dihitung dengan rumus [6]: Total Call = PD-MO total set-up + PD-MT total set up – PD-MT set up failure-PD-MO set up failure 3.3

3.3 Pengertian Trafik