Pengaruh Peran Keluarga dan Kader Lansia terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

(1)

PENGARUH PERAN KELUARGA DAN KADER LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU LANSIA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN

TESIS

Oleh

NURHAIDA NIM. 107032136/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PERAN KELUARGA DAN KADER LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU LANSIA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan ( M.Kes ) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURHAIDA 107032136/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERAN KELUARGA DAN KADER LANSIA TERHADAP

PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

Nama Mahasiswa : Nurhaida Nomor Induk Mahasiswa : 107032136

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Drs. Tukiman, M.K.M Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 7 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. Kintoko R. Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M

2. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes 3. Dra. Syarifah, M.


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERAN KELUARGA DAN KADER LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2012

Nurhaida 107032136/ IKM


(6)

ABSTRAK

Perkembangan penduduk lanjut usia di Indonesia dari tahun ketahun, jumlahnya cenderung meningkat. Pemerintah membentuk posyandu lansia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan para lansia tersebut. Peran kader posyandu lansia dan keluarga sangat dibutuhkan agar kehidupan para lansia dapat sejahtera dan berdaya guna. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh peran keluarga dan kader terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan

eksplanatori research yang bertujuan menjelaskan pengaruh peran keluarga dan kader terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Percut Sei Tuan tahun 2012. Populasi penelitian yaitu Lansia yang terdaftar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah dengan sampel sebanyak 70 orang lansia yang berusia 60 tahun keatas. Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian.Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh peran keluarga dan peran kader terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu lansia. Peran keluarga (Peran berdasarkan harapan maysarakat) P-Value 0.003, Peran kader (membangkitkan kemauan untuk berubah) P-Value 0.000.

Peran keluarga dan kader terhadap pemanfaatan posyandu lansia memiliki peranan yang sangat penting terhadap kesehatan lansia. Disarankan keluarga melaksanakan perannya terhadap lansia, melakukan perawatan terhadap lansia, Hendaknya kader mengajak para lansia untuk datang ke posyandu, menjelaskan kepada lansia tentang manfaat posyandu, menyarankan kepada lansia untuk menjaga kesehatannya dan mengikuti penyuluhan gizi dan PHBS pada lansia.


(7)

ABSTRACT

The number of the old-aged in Indonesia tends to increase from year to year. The government attempts to establish posyandu for old-aged; the aim is to increase the health standard and the quality of life of the old-aged. The posyandu cadres for the old-aged and their families are needed in order that the old-aged can live prosperously and productively The aim of the research was to know whether there was the influence of the role of family and the cadres on the use of posyandu in the working area of Bandar Khalipah Puskesmas, Percut Sei Tuan Subdistrict. The research was a survey with an explanatory research approach which was aimed to explain the role of family and the cadres on the use of posyandu for the old-aged in the working area of Bandar Khalipah Puskesmas, Percut Sei Tuan Subdistrict in 2012. The population was 70 old-age people (above 60 years old) who were listed in Bandar Khalipah Puskesmas. The data were gathered by conducting interviews which was guided by questionnaires and analyzed by using logistic regression test. The result of the research showed that there was the influence of the role of family and the role of cadres on the use of posyandu for the old-aged. The role of family (as it was expected by the public) was P-Value of 0.003. The role of cadres (motivating the will to change) was P-Value of 0.000.

The role of family and the cadres on the use of posyandu for the old-aged has very crucial for the health of he old-aged. It is recommended that families should play their role in taking care of the old-aged and nurse them. The cadres should persuade the old-aged to visit posyandu, explain to them about the use of posyandu, and suggest that they should keep healthy and participate in counseling about nutrition and PHBS in the old-aged.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt atas segala karunia dan rahmatNya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul Pengaruh Peran Keluarga dan Kader Lansia terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Penulisan tesis ini merupakan persyaratan akademi untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah meluangkan waktu dan pikiran membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini, semoga Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang memberikan karunia, rahmat dan hidayahNya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof Dr. dr Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A,(K).

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya Utama, M.S


(9)

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina Sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si

5. Ketua Komisi Pembimbing Dr. Drs. Kintoko R. Rochadi, M.K.M dan Anggota Komisi Pembimbing Drs. Tukiman, M.K.M,

6. Tim Penguji Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes. dan Dra. Syarifah, M.S.

7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Kepala Puskesmas Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan. Kabupaten Deli Serdang.

9. Kepala Puskesdes dan Pustu Wilayah Puskesmas Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

10.Para Kader Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

11.Para Bapak dan Ibu Lansia Wilayah Puskesmas Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

12.Orangtua tercinta Almarhum Sulaiman dan Ibunda Masdeni

13.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

Terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta Drs. Muallim, M.Pd anak-anakku tercinta Ema Khairina Mualinda, S.IP, Nissa Khairisa Mualinda, S.Kom Muhammad Habibie Almy, Muhammad Yusuf Almy, anak menantu Khairul Fazri, M.Kes, yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian dan pendidikan S2 ini.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati penulis mengharapkan kritik dan mohon saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai masukan dan perbaikan. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan sumbangsih bagi kemajuan serta peningkatan dalam bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, September 2012 Penulis

Nurhaida 107032136/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan tanggal 17 Maret 1964 dari pasangan Sulaiman dan Masdeni. Penulis anak pertama dari 6 bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Islam Azizi Medan dan selesai tahun 1976, Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Al – Hidayah Medan dan selesai tahun 1979, Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SLTA Negeri 10 Medan selesai tahun 1983, kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi Akademi Keperawatan Darma Agung Medan selesai tahun 1986, selanjut nya melanjutkan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara selesai tahun 1998. Tahun 1999 penulis kuliah di Universitas Muslim Nusantara untuk mendapatkan program Akta IV. Pada tahun 2010 melanjutkan di Program S2 IKM dengan Minat Promosi Kesehatan Ilmu Prilaku di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Mulai bekerja tahun 1986 menjadi perawat di Rumah Sakit Herna Medan. Pada tahun 1992 bekerja menjadi perawat di Rumah Sakit Haji Medan sampai tahun 1998, dari tahun 1998 mengajar di Akademi Keperawatan Harapan Mama Deli Serdang sampai sekarang.

Menikah pada bulan Juni 1987 dengan Drs. Muallim, M.Pd, dikaruniai 4 orang anak putra dan putri yaitu Ema Khairina Mualinda, S.IP, Nissa Khairisa Mualinda, S.Kom, Muhammad Habibie Almy, dan Muhammad Yusuf Almy.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL ... ... xii

DAFTAR GAMBAR ... ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... ... 1

1.1. Latar Belakang ... ... 1

1.2. Permasalahan ... ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... ... 8

1.4. Hipotesis ... ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... ... 9

2.1. Keluarga ... 9

2.1.1. Peran ... ... 9

2.1.2. Peran Keluarga ... ... 10

2.1.3. Peran Keluarga Lansia ... ... 10

2.1.4. Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia ... ... 11

2.1.5. Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Usia Lanjut ... ... 12

2.2. Kader Posyandu ... ... 14

2.2.1. Definisi Kader Posyandu ... ... 14

2.2.2. Syarat menjadi Kader ... ... 14

2.2.3. Peran Kader Posyandu ... ... 15

2.3. Pengertian Lansia ... ... 18

2.3.1. Klasifikasi Lansia ... ... 19

2.3.2. Karakteristik Lansia ... ... 20

2.3.3. Tipe Lansia ... ... 20

2.4. Posyandu Lansia ... ... 21

2.4.1. Pengertian Posyandu Lansia ... ... 21

2.4.2. Dasar Hukum ... ... 22

2.4.3. Tujuan ... ... 23

2.4.4. Sasaran ... ... 23

2.4.5. Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia ... ... 24


(13)

2.5. Pengorganisasian ... ... 26

2.6. Indikator Keberhasilan Posyandu Usia Lanjut ... ... 26

2.7. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... ... 27

2.8. Landasan Teoritis ... ... 28

2.9. Kerangka Konsep ... ... 32

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ... ... 33

3.1. Jenis Penelitian ... ... 33

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 33

3.3. Populasi dan Sampel ... ... 34

3.3.1. Populasi ... ... 34

3.3.2. Sampel ... ... 34

3.4. Metode Pengumpulan Data ... ... 35

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... ... 36

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... ... 40

3.6. Metode Pengukuran ... ... 44

3.7. Metode Analisis Data ... ... 45

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... ... 47

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... ... 47

4.2. Karakteristik Responden ... ... 48

4.3. Analisis Univariat ... ... 51

4.3.1. Peran Keluarga ... ... 51

4.3.2. Peran Kader Lansia ... ... 53

4.4. Analisis Bivariat ... ... 58

4.5. Analisis Multivariat ... ... 64

BAB 5. PEMBAHASAN ... ... 68

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 76


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Peran Keluarga ... 37 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Peran Kader ... ... 44 3.3. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur ... ... 45 4.1 Data Geografi Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... ... 47 4.2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis

Kelamin Di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ... ... 48 4.3 Distribusi Karakteristik Responden ... ... 49 4.4 Hasil Pengamatan Peran Keluarga terhadap Pemanfaatan

Pelayanan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ... ... 52 4.5 Hasil Pengamatan Peran Kader Lansia terhadap Pemanfaatan

Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ... ... 55 4.6 Distribusi Peran Keluarga terhadap Pemanfaatan Pelayanan

Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ... ... 57 4.7 Distribusi Peran Kader Lansia terhadap Pemanfaatan Posyandu

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ... ... 57 4.8 Distribusi Lansia terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia ... ... 57 4.9 Hubungan Peran Berdasarkan Harapan Masyarakat dengan


(15)

4.10 Hubungan Peran yang di Dasarkan pada Pertimbangan Pribadi dengan Manfaatan Posyandu Lansia ... ... 59 4.11 Hubungan Peran yang di Wujud Nyatakan dengan Pemanfaatan

Posyandu Lansia ... ... 59 4.12 Hubungan Peran Membangkitkan Kemauan untuk Berubah

dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... ... 60 4.13 Hubungan Peran Menetapkan Hubungan Pertukaran Informasi

dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia. ... ... 61 4.14 Hubungan Peran Mendiagnosa Masalah yang dihadapi dengan

Pemanfaatan Posyandu Lansia ... ... 61 4.15 Hubungan Peran Membangkitkan Klien untuk Berubah dengan

Pemanfaatan Posyandu Lansia. ... ... 62 4.16 Hubungan Peran Mewujudkan Kemauan dalam Perbuatan

dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... ... 63 4.17 Hubungan Peran Menjaga Kestabilan Penerimaan Inovasi

dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... ... 63 4.18 Hubungan Peran Mengakhiri Hubungan Ketergantungan dengan

Pemanfaatan Posyandu Lansia ... ... 64 4.19 Hasil Uji Logistik Peran Keluarga terhadap Pemanfaatan

Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ... ... 65 4.20 Hasil Uji Logistik Peran Kader terhadap Pemanfaatan Posyandu

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ... ... 65 4.21 Hasil Uji Logistik Peran Keluarga dan Peran Kader terhadap

Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan ... ... 66 4.22 Probabilitas Lansia untuk Memanfaatkan Pelayanan Posyandu


(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 2.1 Kerangka Teori Anderson ... 31 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 32


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Surat Izin Penelitian … ... 79

2 Surat jawaban izin penelitian dan Penelitian … ... 80

3 Daftar Pertanyaan/Kuesioner … ... 81

4 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Peran Keluarga … ... 89

5 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Peran Kader … ... 91

6 Distribusi Frekwensi Peran Keluarga dan Peran Kader … ... 93

7 Master data Bivariat … ... 108


(18)

ABSTRAK

Perkembangan penduduk lanjut usia di Indonesia dari tahun ketahun, jumlahnya cenderung meningkat. Pemerintah membentuk posyandu lansia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan para lansia tersebut. Peran kader posyandu lansia dan keluarga sangat dibutuhkan agar kehidupan para lansia dapat sejahtera dan berdaya guna. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh peran keluarga dan kader terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan

eksplanatori research yang bertujuan menjelaskan pengaruh peran keluarga dan kader terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Percut Sei Tuan tahun 2012. Populasi penelitian yaitu Lansia yang terdaftar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah dengan sampel sebanyak 70 orang lansia yang berusia 60 tahun keatas. Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian.Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh peran keluarga dan peran kader terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu lansia. Peran keluarga (Peran berdasarkan harapan maysarakat) P-Value 0.003, Peran kader (membangkitkan kemauan untuk berubah) P-Value 0.000.

Peran keluarga dan kader terhadap pemanfaatan posyandu lansia memiliki peranan yang sangat penting terhadap kesehatan lansia. Disarankan keluarga melaksanakan perannya terhadap lansia, melakukan perawatan terhadap lansia, Hendaknya kader mengajak para lansia untuk datang ke posyandu, menjelaskan kepada lansia tentang manfaat posyandu, menyarankan kepada lansia untuk menjaga kesehatannya dan mengikuti penyuluhan gizi dan PHBS pada lansia.


(19)

ABSTRACT

The number of the old-aged in Indonesia tends to increase from year to year. The government attempts to establish posyandu for old-aged; the aim is to increase the health standard and the quality of life of the old-aged. The posyandu cadres for the old-aged and their families are needed in order that the old-aged can live prosperously and productively The aim of the research was to know whether there was the influence of the role of family and the cadres on the use of posyandu in the working area of Bandar Khalipah Puskesmas, Percut Sei Tuan Subdistrict. The research was a survey with an explanatory research approach which was aimed to explain the role of family and the cadres on the use of posyandu for the old-aged in the working area of Bandar Khalipah Puskesmas, Percut Sei Tuan Subdistrict in 2012. The population was 70 old-age people (above 60 years old) who were listed in Bandar Khalipah Puskesmas. The data were gathered by conducting interviews which was guided by questionnaires and analyzed by using logistic regression test. The result of the research showed that there was the influence of the role of family and the role of cadres on the use of posyandu for the old-aged. The role of family (as it was expected by the public) was P-Value of 0.003. The role of cadres (motivating the will to change) was P-Value of 0.000.

The role of family and the cadres on the use of posyandu for the old-aged has very crucial for the health of he old-aged. It is recommended that families should play their role in taking care of the old-aged and nurse them. The cadres should persuade the old-aged to visit posyandu, explain to them about the use of posyandu, and suggest that they should keep healthy and participate in counseling about nutrition and PHBS in the old-aged.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberi pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Menurut UU kesehatan No 36 Tahun 2009 pasal 138 menegaskan, kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap di pelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuan nya sehingga dapat ikut serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia di Indonesia 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun. Diperkirakan Tahun 2020-2025 Indonesia akan menduduki peringkat keempat dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat (Nugroho, 2008 ).


(21)

Peningkatan penduduk lansia tersebut menurut Nugroho (1995), disebabkan oleh karena meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan umur harapan hidup ini disebabkan oleh 3 hal yaitu: (1) kemajuan dalam bidang kesehatan, (2) meningkatnya sosial ekonomi dan (3) meningkatnya pengetahuan masyarakat.

Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis (Depkes, 2008).

Masalah kesehatan utama pada lanjut usia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (

Menurut Kane dan Ouslander ada empat belas permasalahan kesehatan yang sering terjadi pada lansia yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection

(infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi),

impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), Waspada Online).


(22)

insomnia (gangguan tidur), immune deficiency daya tahan tubuh yang menurun

impotence (impotensi).

Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dan juga sebagai tantangan dalam pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak diantisipasi, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Oleh sebab itu, permasalahan lanjut usia harus menjadi perhatian kita semua, baik pemerintah, lembaga masyarakat maupun masyarakat itu sendiri. Pandangan yang selama ini bahwa penduduk lanjut usia merupakan kelompok rentan dan lemah yang hanya menjadi tanggungan keluarga, masyarakat dan negara. Kita harus menjadikan lanjut usia sebagai aset bangsa yang harus terus diberdayakan. Hal ini tidak akan tercapai bila tidak dipersiapkan dari sekarang. Untuk menjadi lanjut usia yang sehat, produktif dan mandiri, kita harus mulai dengan perilaku hidup sehat dan mempersiapkan masa lanjut usia secara lebih baik. Dengan demikian, sasaran dari permasalahan lansia tidak hanya lansia itu sendiri, tetapi juga penduduk usia muda. Perilaku hidup sehat harus diterapkan sejak usia dini, juga sejak dalam kandungan.

Fenomena di atas dapat menunjukkan adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum, tetapi di sisi lain penomena tersebut meningkatkan beban masyarakat maupun pemerintah, karena komposisi penduduk lansia dalam jumlah besar dengan ketergantungan tinggi dan produktipitas rendah.

Lansia yang tidak aktif memanfaatkan layanan kesehatan di posyandu lansia maka kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau dengan baik. Sehingga apabila


(23)

mengalami suatu resiko penyakit akibat penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka.

Upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat terutama para lansia yaitu dengan dibentuknya pelayanan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), peran serta masyarakat dalam rujukan kesehatan. Upaya kesehatan melalui Puskesmas merupakan upaya menyeluruh dan terpadu yang meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga telah merumuskan tatanan tersebut yang dilaksanakan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat secara rutin setiap bulannya (Departemen Kesehatan RI, 2001).

Dengan adanya posyandu lansia maka lansia dapat diberikan pelayaan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan agar tercapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya. Untuk itu keluarga sangat berperan sebagai

support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya, yaitu dengan melaksanakan pembicaraan terarah tentang pemanfaatan pelayanan posyandu, membantu dalam hal transport, membantu dalam hal keuangan, menyediakan waktu dan serta perhatian, memeriksakan kesehatan secara teratur (Maryam, 2008 ).

Kader posyandu lansia berperan dalam menggerakkan masyarakat mengajak usia lanjut untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan usia lanjut, memberikan


(24)

penyuluhan, menyebarluaskan informasi kesehatan seperti cara hidup bersih dan sehat, gizi usia lanjut dan melaksanakan kegiatan -kegiatan kelompok usia lanjut di posyandu (Depkes,2003). Menurut Nasution agen perubahan adalah seseorang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau inovasi yang terencana dalam hal ini kader posyandu lansia.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara tahun 2010, jumlah lansia yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 380730 ( 49,68%) dari seluruh populasi lansia yang jumlahnya mencapai 766422 jiwa (Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010).

Menurut SK Menkes RI No.1457/Menkes/SK/x/2003 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM), target pencakupan pelayanan kesehatan pada Lansia sebesar 70%. Puskesmas Bandar Khalipah terletak Desa Bandar Khalipah mempunyai 3 Puskesmas pembantu terdapat di Desa Kolam, Desa Bandar Klippa dan Desa Sei Rotan. 3 Pusat kesehatan desa yaitu: Desa Bandar Setia, Desa Laut Dendang serta Desa Sambirejo Timor. Wilayah kerja Puskesmas Bandar khalipah mempunyai 17 posyandu dan 24 0rang kader posyandu lansia, di beberapa desa kader posyandu lansia merangkap sebagai kader posyandu balita, hanya waktu pelaksanaan nya yang berbeda. Kegiatan yang dilaksanakan di posyandu yaitu, pendaftaran lansia, mengukur tinggi badan, berat badan, pengisian KMS, penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan ringan. jumlah Lansia yang terdaftar diwilayah kerja puskesmas sebanyak 18650 jiwa lansia laki dan perempuan, dengan rincian jumlah


(25)

lansia yang mendapat pelayanan 9374 jiwa, dengan cakupan pelayanan kesehatan (50.26%) ( Puskesmas Bandar Khalipah, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 12 keluarga di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan menunjukkan bahwa masih rendahnya peran keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu lansia, hal ini di sebabkan karena ketidaktahuan keluarga tentang keberadaan posyandu lansia, tidak tahu manfaat posyandu lansia, jauhnya jarak posyandu dengan tempat tinggal lansia, karena tingkat ekonomi keluarga yang rendah, juga disebabkan oleh kesibukan keluarga sehingga keluarga tidak sempat membawa lansia ke posyandu, disamping itu tidak meratanya informasi kesehatan yang di berikan oleh kader posyandu sehingga lansia tidak datang ke posyandu karena tidak tahu kapan dilaksanakannya posyandu lansia, dimana tempatnya dan kegiatan apa saja yang dilaksanakan oleh kader posyandu lansia di posyandu tersebut.

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia menunjukkan masih rendahnya pemanfaatan pelayanan posyandu lansia, seperti penelitian Khotimah (2011) yang berjudul Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan pelayanan posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi, menunjukkan hasil mayoritas responden berumur 55-64 tahun, berjenis kelamin perempuan, tinggal bersama suami/istri dan anak, berstatus kawin, pendidikan tamat SD, pekerjaan petani, jarak ke posyandu dekat sedangkan pendapatan, pengetahuan, sikap, dukungan sosial dan peran kader termasuk kategori kurang. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan


(26)

pemanfaatan pelayanan posyandu lansia yaitu pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,001), dukungan sosial (p=0,010) dan peran kader (p=0,009).

Selanjutnya Wahono (2011) dalam penelitian tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pemanfaatan pelayanan posyandu Lansia di Gantungan Makamhaji bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan posyandu lansia , hasil penelitian menunjukkan responden yang tidak aktif sebanyak 51,9%, responden yang kurang mendapat dukungan sosial 48,1%, responden dengan sikap cukup 61,1%, disimpulkan ada pengaruh dukungan sosial dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di Desa Gantungan Makamhaji Sukoharjo.

Mulya didalam penelitian Pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Naras Kota Pariaman 2007, Lansia yang memanfaatkan Posyandu Lansia masih sangat rendah yaitu 13,23% dari standar pelayanan minimal (SPM) Kota Pariaman 40%. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan status pekerjaan.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh peran keluarga dan kader lansia terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Percut Sei Tuan?


(27)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh peran keluarga dan kader lansia terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh antara peran keluarga dan kader lansia terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

1.5 Manfaat Penelitian

A.Sebagai bahan masukan bagi keluarga dalam melaksanakan perannya memberi

support pada lansia dalam hal pemanfaatan pelayanan posyandu lansia.

B.Sebagai bahan masukan pihak puskesmas dan dinas kesehatan. Pihak Kecamatan, pemerintah daerah dan sektor yang terkait di dalam pembinaan lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

C.Sebagai bahan masukan bagi petugas Puskesmas dan kader dalam meningkatkan kunjungan sasaran dan kualitas pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga

Menurut WHO, Keluarga adalah anggota rumah tangga saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,1998) Keluarga adalah sekumpulan orang- orang yang tinggal satu dalam rumah yang dihubungkan satu ikatan perkawinan, hubungan darah atau tidak memiliki hubungan darah yang bertujuan mempertahankan budaya yang umum dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota keluarga (Setiadi 2008). Keluarga merupakan orang terdekat dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan dalam keadaan sakit. Keluarga juga salah satu indikator dalam masyarakat, apakah masyarakat sehat atau sakit (Efendi, 1998). 2.1.1 Peran

Teori Peran adalah prilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status (Horton & Hun 1991). Menurut David Bery adalah individu - individu menempati kedudukan - kedudukan tertentu maka mereka merasa bahwa setiap yang mereka tempati itu menimbulkan harapan –harapan tertentu dari orang disekitarnya.


(29)

1. Perspektif prescribed role yaitu peran yang didasarkan pada harapan - harapan masyarakat atau peran yang ideal.

2. Prespektif perceived role yaitu peran yang didasarkan pada pertimbangan pribadi peran ini mungkin saja tidak sejalan dengan harapan dari masyarakat tetapi harus dilakukakan, karena menurut pertimbangan hal ini adalah baik.

3. Perspektif actual role yaitu peran yang didasarkan pada bagaimana peranan itu diwujud nyatakan atau diaktualisasikan.

2.1.2 Peran Keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang dilakukan seseorang dalam kontek keluarga. Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan, perorangan, keluarga dan lingkungan.

2.1.3 Peran Keluarga terhadap Lansia

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting diantaranya :

1. Melakukan pembicaraan terarah 2. Mempertahankan kehangatan keluarga 3. Membantu menyiapkan makanan bagi lansia 4. Membantu dalam hal tranporstasi

5. Membantu dalam hal sumber - sumber keuangan

6. Memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai 7. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap prilaku lansia


(30)

8. Menyediakan waktu dan perhatian 9. Jangan menganggapnya sebagai beban

10. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama

11. Mintalah nasehatnya dalam peristiwa - peristiwa penting 12. Mengajaknya dalam acara -acara keluarga

13. Membantu mencukupi kebutuhannya

14. Memberi dorongan untuk kegiatan diluar rumah termasuk pengembangan hobi 15. Membantu mengatur keuangan

16. Mengupayakan sarana transport untuk kegiatan mereka 17. Memeriksakan kesehatan secara teratur

18. Memberikan dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat

19. Mencegah terjadinya Kecelakaan baik dirumah maupun diluar rumah 20. Pemeliharaan kesehatan usia lanjut tanggung jawab bersama

21. Memberikan perhatian yang baik pada orang tua yang sudah lanjut. ( Maryam, dkk, 2008).

2.1.4 Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia

Keluarga merupakan support system bagi lansia dan mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam pelayanan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia. Mempertahankan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi spiritual lansia (Maryam, dkk, 2008)


(31)

Berdasarkan Depkes RI (2005) menyatakan peran keluarga dalam pembinaan lansia antara lain:

1. Memberi dorongan, kemudahan dan fasilitas bagi lansia untuk mengamalkan kemampuan dan kearifan yang dimiliki

2. Mengembangkan kehidupan beragama 3. Pembinaan fisik /Mental

4. Pembinaan sosial ekonomi dan budaya

2.1.5 Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Usia Lanjut 1. Bagi Petugas Kesehatan

a. Upaya Promotif, yaitu upaya untuk menggairahkan semangat hidup para lansia agar tetap merasa dihargai dan berguna bagi diri nya sendiri, keluarga maupun masyarakat.

b. Upaya Preventif, yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi dari penyakit yang disebabkan proses menua.

c. Upaya Kuratif, yaitu upaya pengobatan yang mana penanggulangannya perlu melibatkan multidisiplin ilmu kedokteran.

d. Upaya Rehabilitatif, yaitu upaya untuk memulihkan fungsi organ tubuh yang sudah menurun.

2. Bagi Usia Lanjut Sendiri

a. Untuk Kelompok Pra Usia Lanjut, membutuhkan informasi: - Akibat proses penuaan.


(32)

- Pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala. - Pentingnya melakukan latihan kesegaran jasmani. - Pentingnya melakukan diet dengan mutu seimbang. - Pentingnya meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat. b. Untuk Kelompok Usia lanjut membutukan informasi :

- Pemeriksaan kesehatan secara berkala. - Kegiatan olahraga

- Pola makan dengan menu seimbang

- Perlunya alat bantu sesuai dengan kebutuhan

- Pengembangan kegemaran sesuai dengan kemampuan - Peningkatan hubungan sosial dimasyarakat

c. Untuk Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi, membutuhkan informasi:

- Pembinaan diri sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktivitas didalam maupun diluar rumah

- Pemeriksaahatan kesehatan berkala - Latihan kesegaran jasmani

- Pemakaian alat bantu sesuai kebutuhan - Perawatan fisioterapi

3. Bagi Keluarga dan Lingkungannya

- Membantu mewujudkan peran serta, kebahagiaan dan kesejahteraan usia lanjut - Usaha pencegahan dimulai dari rumah tangga


(33)

- Membimbing dalam ketakwaan kepada kepada Tuhan yang Maha Esa - Melatih berkarya dan menyalurkan hobi

- Menghargai dan kasih sayang terhadap usila ( Maryam,dkk 2010 )

2.2 Kader Posyandu

2.2.1 Definisi Kader Posyandu

Menurut WHO (1998) kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela (Depkes 2003)

2.2.2 Syarat Menjadi Kader

1. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat 2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela 3. Bisa membaca dan menulis huruf latin

4. Sabar dan memahami usia lanjut (Depkes RI, 2003 ) 2.2.3 Peran Kader Posyandu

Kader kesehatan bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat, mereka bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku dari sebuah sistem kesehatan. Kader bertanggung jawab kepada kepala desa dan supervisor yang ditunjuk oleh petugas/tenaga pelayanan pemerintah (Sukarni 2002). Menurut WHO (1993) kader


(34)

masyarakat merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan di masyarakat.

Adapun peran kader dalam pelayanan kesehatan di posyandu lansia (Depkes 2003 ) adalah :

a. Pendekatan terhadap aparat pemerintah dan tokoh masyarakat 1. Anjangsana

2. Sarahsehan

3. Menghadiri pertemuan rutin ke masyarakat setempat

b. Melakukan survey mawas diri (SMD ) bersama petugas untuk menelaah : 1. Pendataan sasaran

2. Pemetaan

3. Mengenal masalah dan potensi

c. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk membahas hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas, dan jadwal kegiatan.

d. Menggerakkan masyarakat :

1. Mengajak usia lanjut untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan dikelompok usia lanjut.

2. Memberikan penyuluhan/menyebarluaskan informasi kesehatan, antara lain : cara hidup bersih dan sehat, gizi usia lnjut, kesehatan usia lanjut.

3. Menggali dan menggalang sumber daya termasuk pendanaan bersumber masyarakat.


(35)

1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Melaksanakan pembagian tugas 3. Menyiapkan materi/media penyuluhan

4. Mengundang ibu-ibu untuk datang ke Posyandu 5. Pendekatan tokoh masyarakat

6. Mendaftar Lansia

7. Mencatat kegiatan sehari-hari Lansia

8. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan Lansia 9. Membantu petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dan status mental, serta mengukur tekanan darah Lansia

10.Memberikan penyuluhan

11.Membuat catatan kegiatan Posyandu

12.Kunjungan rumah kepada ibu-ibu yang tidak hadir di Posyandu

13.Evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan Posyandu (Depkes RI, 2003 ) Kader lansia merupakan agen perubahan dalam bidang kesehatan yang bekerja secara profesional yang selalu berusaha memotivasi dan menggerakkan masyarakat agar berprilaku sehat yang pada gilirannya mempercepat momentum akselerasi pergerakan paradigma sehat yang diinginkan masyarakat Indonesa (Nasution, 1988). Menurut Rogers ( 1995) mengemukakan tujuh langkah kegiatan agen perubahan dalam pelaksanaan difusi inovasi dimasyarakat:


(36)

1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen pembaharu pada awal tugas nya diminta untuk membantu klien nya agar mereka sadar perlunya perubahan.

2. Menetapkan hubungan pertukaran informasi, agen perubahan harus segera membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien pada kemampuannya, saling percaya dan juga agen pembaharu harus menunjukkan empati pada masalah dan kebutuhan klien.

3. Mendiagnosa masalah yang dihadapi. Agen pembaharu bertanggung jawab untuk menganalisa masalah yang dihadipi klien, agar dapat menentukan berbagai alternative jika tidak sesuai kebutuhan klien. Agen pembaharu melihat masalah dengan kacamata klien, artinya kesimpulan diagnose harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu.

4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah. Setelah agen pembaharu menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi dan menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah atau membuka dirinya untuk menerima inovasi. Namun cara yang digunakan harus berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu menonjolkan inovasi.


(37)

5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu berusaha mempengaruhi tingkah laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan klien, jadi jangan memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh karena itu, dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat menggunakan pengaruh secara tidak langsung, yaitu dapat menggunakan pemuka masyarakat agar dapat mengaktifkan kegiatan kelompok lain.

6. Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berlanjutnya inovasi. Agen pembaharu harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi dengan cara penguatan kepada klien yang telah mengharapkan inovasi. Perubahan tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali pada keadaan sebelum adanya inovasi.

7. Mengakhiri hubungan ketergantungan, Tujuan akhir dari tugas agen pembaharu adalah dapat menumbuhkan kesadaran untuk berubah dan kemampuan untuk merubah dirinya, sebagai anggota sistem sosial yang selalu mendapat tantangan kemajuan jaman.

2.3 Pengertian Lanjut Usia

Menurut UU No 13 tahun 1998 dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas. Lanjut usia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budianna Keliat, 1999). Organisasi


(38)

Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Menurut Masdani (Psikolog dari Universitas indonesia ), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu : fase iuventus antara 25-40 tahun, fase verilitas, antara usia 40 -50 tahun, fase praesenium antara usia 55-65, fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia ( Nugroho 2010). Menurut Hurloch (1979), perbedaan lansia terbagi 2 tahap: Early old age (usia 60-fase tahun),

Advanced old age (usia 70 tahun keatas) Menurut Badan Koordinas Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.

2.3.1 Klasifikasi Lansia

1. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun 2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun keatas

3. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berumur 70 tahun atau lebih seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

4. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidup nya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)


(39)

2.3.2 Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik :

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No 13 tentang kesehatan)

2. Kebutuhan dan masalah bervariasi dari rentang sehat, sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi mal adaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. 2.3.3 Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan dan kondisi fisik, mental sosial dan ekonominya (Nugroho,2000) :

1. Tipe arif Bijaksana, kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri, mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas, konflik lahir batin menentang proses penuaan, sehingga pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, kritik dan suka menuntut.

4. Tipe pasrah, menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.


(40)

5. Tipe bingung, kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

2.4 Posyandu Lansia 2.4.1 Pengertian

Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (Notoatmodjo, 2007). Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka biasa mendapatkan pelayanan kesehatan (Dinkes, 2006). Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu. wilayah tertentu yang sudah di sepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. (Cahyo, Ismawati. 2010).

Dalam satu posyandu di kembangkan beberapa kegiatan yang terpadu. Kegiatan yang terpadu dan saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Dengan keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas dari 2 program menjadi lebih banyak program, keterpaduan dapat berupa aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan maupun aspek petugas penyelenggara. Sesuai dengan


(41)

prinsip posyandu adalah suatu kegiatan yang di kelola masyarakat dan ditujukan untuk kesejakteraan masyarakat itu sendiri (Depkes RI, 1998).

Posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut di tingkat desa / kelurahan dalam masing - masing wilayah puskesmas, keterpaduan dalam posyandu usia lanjut berupa keterpaduan pada pelayanan rujukan yang dilatarbelakangi oleh kriteria usila yang memiliki berbagai macam penyakit.

Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama usia lanjut, kita di hadapkan pada beberapa masalah yaitu jumlah usia lanjut yang semakin meningkat, mahal nya harga dan biaya pengobatan, transportasi, tingginya angka kesakitan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan dan lain - lain ( Depkes RI 2000).

2.4.2 Dasar Hukum

Pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum/ketentuan perundangan dan peraturan dimaksud adalah : (1) UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan, (2) UU No. 36 tahun 2009 pasal 138 tantang kesehatan usia lanjut, (3) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 14, (4) UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, (5) UU No.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, (6) peraturan pemerintah No.25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi. (Depkes RI, 2003).


(42)

2.4.3 Tujuan

Tujuan umum dari Posyandu Lansia adalah meningkatkan kesejahteraan Lansia melalui kegiatan Posyandu Lansia yang mandiri dalam masyarakat.

Tujuan khususnya, meliputi:

a. Meningkatnya kemudahan bagi Lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.

b. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan Lansia, khususnya aspek peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan.

c. Perkembangnya Posyandu Lansia yang aktif melaksanakan kegiatan dengan kualitas yang baik secara berkesinambungan (Depkes RI, 2003 ).

2.4.4 Sasaran

Sasaran pelaksanaan pembinaan POKSILA, terbagi dua yaitu:

a. Sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

b. Sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas (Depkes RI, 2003 ).


(43)

2.4.5 Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia

Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lansia atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas.

2.4.6 Jenis Pelayanan Kesehatan yang Dapat Diberikan Kepada Lansia di Posyandu

Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia di Posyandu adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang airbesar/kecil dan sebagainya.

2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( lihat KMS Usia Lanjut).

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT).

4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.


(44)

6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus).

7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.

9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau POKSILA.

10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota POKSILA yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Publik Health Nursing).

11. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi Lansia, serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut.

12. Kegiatan olah raga antara lain senam Lansia, gerak jalan santai, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran. Kecuali kegiatan pelayanan kesehatan seperti uraian di atas, kelompok dapat melakukan kegiatan non kesehatan di bawah bimbingan sektor lain, contohnya kegiatan kerohanian, arisan, kegiatan ekonomi produktif, forum diskusi, penyaluran hobi dan lain-lain (Depkes RI, 2003 ).


(45)

2.5 Pengorganisasian

Kedudukan posyandu sebagai suatu bentuk peran serta masyarakat yang diselenggarakan oleh swadaya masyarakat lain nya dengan bantuan teknis dari puskesmas, pemerintah daerah, organisasi sosial, dinas pendidikan, pertanian, agama, dan Lembaga Ketahanan masyarakat Desa (LKMD). Sebagai kegiatan swadaya masyarakat yang semula dikenal kegiatan Pembangunan masyarakat Desa. (Depkes RI 1998).

Mengingat kegiatan posyandu merupakan kegiatan warga masyarakat setempat, maka yang menjadi tugas kader, pemimpin kader dan pemuka msasyarakat untuk menumbuhkan kesadaran semua warga agar menyadari bahwa posyandu adalah milik warga, pemerintah khusus nya petugas kesehatan hanya berperan membantu, di Indonesia dana yang digunakan untuk pelaksanaan posyandu lansia dari dan oleh masyarakat (Azwar 2002). Penyelenggara kegiatan posyandu itu sendiri adalah kader dan koordinator kader yang telah mendapatkan pelatihan teknis. Pada prinsipnya pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap individu, tim dan organisasi (Depkes RI 1998).

2.6 Indikator Keberhasilan Posyandu Usia Lanjut

Penilaian keberhasilan upaya pembinaan usia lanjut melalui kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu digunakan dengan menggunakan data pencatatan dan pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian, Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :


(46)

1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat usia lanjut dengan berkembangnya jumlah organisasi masyarakat usia lanjut dengan berbagai aktivitas pengembangannya. 2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah/swasta yang memberikan pelayanan

kesehatan bagi usia lanjut.

3. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga. 4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi usia lanjut

5. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada usia lanjut antara lain, hipertensi, diabetes mellitus. Penyakit jantung dan lain- lain baik di rumah maupun di puskesmas.

2.7 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Levey dan Loomba dalam Ilyas ( 2003 ) yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam satu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan penyembuhan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok, pengetahuan tentang faktor yang mendorong individu membeli kesehatan pelayanan kesehatan merupakan kunci untuk mempelajari utilisasi pelayanan kesehatan. Mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi pemanfaatan /utilisasi (Ilyas 2003).


(47)

Menurut Notoatmodjo (1993), perilaku pencarian pengobatan adalah prilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Prilaku pencarian pengobatan terutama di Negara berkembang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat sebagai usaha - usaha mengobati sendiri penyakit nya, atau mencari fasilitas – fasilitas pelayanan kesehatan modern puskesmas, perawat, praktek dokter, rumah sakit dll. maupun tradisional (dukun, sinshe, dll) (Ilyas 2003).

2.8 Landasan Teori

Menurut Anderson (1975), faktor yang yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu :

1. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics)

Karakter ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda - beda, yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan dalam 3 kelompok :

a. Ciri - ciri demografi, seperti: jenis kelamin, umur, status perkawinan, besar keluarga dll

b. Struktur sosial seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan sebagainya. Kepercayaan kesehatan (healt belief) seperti: kenyakinan penyembuhan penyakit.


(48)

2. Karakter Kemampuan (Enabling Characteristics)

Karakteristik kemampuan adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat seseoarang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan, Anderson (1975) membaginya kedalam 2 golongan, yaitu :

a. Sumber daya keluarga, seperti: penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan, dan pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk terhadap tenaga kesehatan, lokasi pemukiman penduduk. Menurut Anderson semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.

3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteritics)

Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, Anderson (1975) menggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaiaan dari terhadap suatu penyakit merupakan dari faktor kebutuhan. Penilaian individu ini dapat di peroleh dari dua sumber yaitu:

a. Penilaian individu (perceived need) merupakan penilaian keadaan kesehatan yang paling dirasakan oleh individu, besar nya ketakutan terhadap penyakit dan hebat nya rasa sakit yang di derita.


(49)

b. Penilaian klinik (evaluated need), merupakan penilaiaan berat nya penyakit dari dokter yang merawatnya, yang mencerminkan antara lain dari hasi pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter (Ilyas, 2003).


(50)

Model Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Anderson digambarkan :

Gambar 2.1 Kerangka Teori Anderson Karakteristik Predisposisi :

a. Demografi : umur, jenis kelamin, status, perkawinan, besar keluarga dll b. Struktur social : tingkat pendidikan,

pekerjaan, ras, agama dll c. Kepercayaan kesehatan

Karakteristik Kemampuan :

Sumber daya keluarga : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, pengetahuan

Sumber daya masyarakat : jumlah sarana pelayanan kesehatan, tenaga, lokasi/ jarak transportasi dsb

Karakteristik Kebutuhan : a. Penilaian individu b. Pelayanan klinik

Utilisasi Pelayanan Kesehatan :


(51)

2.9 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat disusun kerangka konsep :

Variabel independen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pemanfaatan Posyandu lansia Peran Keluarga:

- Perspektif Prescribed Role

(peran berdasarkan harapan masyarakat) - Perspektif Preceived Role

(Peran berdasarkan pertimbangan pribadi) - Prespektif Actual Role (peran yang harus

diwujudkan

Peran Kader :

a. Membangkitkan Kebutuhan Untuk Berubah

b. Menetapkan Hubungan Pertukaran Informasi

c. Mendiagnosa Masalah Yang Dihadapi d. Membangkitkan Kemauan Klien Untuk

Berubah

e. Mewujudkan Kemauan Dalam Perbuatan f. Menjaga Kestabilan Penerimaan Informasi g. Mengakhiri Hubungan Ketergantungan.

Karakteristik Lansia - Umur

- Jenis Kelamin - Status Perkawinan - Tingkat Pendidikan - Pekerjaan

- Ras - Agama

Karakteristik Kemampuan

- Jumlah Sarana Pelayanan

Kesehatan - Tenaga

- Lokasi / Jarak

Transportasi Karakteristik Kemampuan

- Penghasilan keluarga

- Keikutsertaan keluarga dalam asuransi kesehatan


(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan explanatory reseact yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh peran keluarga dan peran kader terhadap pemanfaatan pelayanan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2012. (Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu melakukan pengukuran variabel

dependent dan independent (Sastroasmoro & Sofyan, 2002).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Alasan memilih lokasi ini karena masih banyaknya lansia yang tidak memanfaatkan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

Penelitian ini dimulai dari Januari - Juni 2012 yaitu dimulai dari melakukan penelusuran ke pustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, analisis data dan penyusunan laporan akhir.


(53)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berumur 60 tahun keatas dan terdaftar di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percurt Sei Tuan. Berdasarkan survei awal Lansia yang memanfaatkan Posyandu lansia pada setiap bulan di masing – masing posyandu rata 20 – 30 orang Lansia.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Lansia yang terdaftar di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah .Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Lameshow (Hidayat )

n = [Z1−α 2⁄ ���(1−��)+Zı−β�Pa(1−Pa)]² (Pa−Po)²

Keterangan:

n = Besar sampel minimum

Z1−α 2 = nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%=1,96) Zı-β = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu =1,282 Po = Proporsi di Populasi

Pa = Perkiraan proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar =0,15

Pa-Po = Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi.

Sampel yang dibutuhkan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah sebanyak 70 orang.


(54)

1). Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penilaian yang layak untuk dilakukan penilaian. Kriteria inklusi dalam penilaian ini meliputi:

a) Umur 60 tahun keatas.

b) Terdaftar sebagai anggota posyandu lansia di Wilayah kerja Puskesmas Bandar khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

c) Bersedia menjadi responden

d) Responden kooperatif, bisa membaca, mendengar dan berbicara. e) Tinggal bersama keluarga.

2). Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah subjek penelitian yang tidak dapat mewakli sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteri eksklusi penelitian ini adalah:

a) Responden yang mengalami sakit di rumah sakit. b) Responden yang mengalami pikun.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi:

1. Data primer adalah data yang di peroleh melalui kuesioner dan pengamatan


(55)

2. Data skunder adalah data yang mendukung penelitian ini seperti propil Puskesmas dan laporan tahunan.

3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Sugiono 2010 mengatakan bahwa dikatakan valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharus nya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan di ukur. Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan

rumus teknik korelasi pearson product moment correlation coefficient dengan ketentuan bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan bila r hitung < r

tabel maka di nyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis dilanjut kan dengan uji reliabilitas. Pernyataan dikatakan reabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu.

Sugiono (2010) bahwa suatu instrument dikatakan reliabilitas atau konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas alat ukur dari satu kali pegukuran, dengan ketentuan r hitung > r tabel maka dinyakan reliabilitas dan bila r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak reliabilitas.


(56)

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Batang Kuis sebanyak 20 orang dengan kriteria inklusi yang sama dengan wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Peran Keluarga

Variabel Pertanyaan r-hitung Status

Peran Keluarga 1 Apakah keluarga pernah menjelaskan kepada Bpk/Ibu tentang manfaat posyandu lansia ?

0.727 Valid

2 Apakah keluarga pernah memberitahukan tempat-tempat dilaksanakan posyandu kepada Bapak/Ibu ?

0.544 Valid

3 Apakah keluarga pernah mengingatkan jadwal dilaksanakannya posyandu kepada Bapak/Ibu ?

0.607 Valid

4 Apakah keluarga pernah menganjurkan kepada Bapak/Ibu untuk pergi ke posyandu ?

0.917 Valid

5 Apakah keluarga pernah menyarankan pergi ke posyandu disaat Bapak/Ibu sedang malas untuk ke posyandu ?

0.901 Valid

6 Apakah keluarga pernah menyarankan kepada Bapak/Ibu untuk setiap bulannya datang ke Posyandu?

0.733 Valid

7 Apakah menurut keluarga Bapak/Ibu, keluarga bertanggungjawab memelihara kesehatan lansia?

0.612 Valid

8 Apakah menurut keluarga Bapak/Ibu kalau keluarga perlu meluangkan waktu untuk membicarakan manfaat posyandu lansia ?

0.669 Valid

9 Apakah menurut keluarga Bapak/Ibu, keluarga wajib menyiapkan dana buat Bapak/Ibu ke posyandu ?

0.784 Valid

10 Apakah menurut keluarga Bapak/Ibu pergi ke posyandu harus rutin ?

0.476 Valid 11 Apakah keluarga menjelaskan kepada

Bapak/Ibu manfaat posyandu ?

0.540 Valid 12 Apakah keluarga mengantar Bapak/Ibu untuk

datang ke posyandu?

0.766 Valid 13 Apakah keluarga Bapak/Ibu rutin

mengantarkan ke posyandu ?

0.673 Valid 14 Apakah keluarga memberikan dana kepada

Bapak/Ibu untuk datang ke posyandu ?

0.451 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,898

Pada Tabel 3.1 nilai correcteditem – total dari variable independen yaitu soal 1 sampai 14 mempunyai r-hitung > nilai r-tabel = 0.444. Dengan demikian, dinyatakan


(57)

valid. Melihat nilai Cronbach s Alfa sebesar 0.898 dan lebih besar dari r-tabel, hal ini menunjukkan bahwa soal 1-14 ini sudah reliable sebagai alat ukur.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Peran Kader

Variabel Pertanyaan r-hitung Status

Peran Kader

1 Apakah kader mengajak Bapak/Ibu untuk

datang ke posyandu ?

0.590 Valid

2 Apakah kader menjelaskan manfaat

posyandu lansia ?

0.453 Valid

3 Apakah kader memberi tahu jadwal

pelaksanaan posyandu kepada Bapak/Ibu ?

0.626 Valid

4 Apakah kader memberitahu tempat

pelaksanaan posyandu kepada Bapak/Ibu ?

0.932 Valid

5 Apakah kader dating kerumah Bapak/Ibu

membicarakan posyandu lansia ?

0.923 Valid

6 Apakah Kader Menanyakan Kondisi

Kesehatan Bapak/Ibu ?

0.760 Valid

7 Apakah kader memberikan penyuluhan

tentang hidup bersih dan sehat kepada Bapak/Ibu ?

0.639 Valid

8 Apakah kader mendengar keluhan yang

Bapak/Ibu sampaikan ?

0.710 Valid

9 Apakah kader bertanya tentang

keluhan-keluhan yang sering Bapak/ibu rasakan ?

0.722 Valid

10 Apakah kader menimbang berat badan waktu Bapak/Ibu di posyandu ?

0.494 Valid

11 Apakah kader mengukur tekanan darah waktu bapak/Ibu di posyandu ?

0.511 Valid

12 Apakah kader mengukur kadxar gula darah Bapak/Ibu di posyandu ?

0.677 Valid

13 Apakah kader menganjurkan kepada Bapak/Ibu untuk mengikuti kegiatan di posyandu ?

0.654 Valid

14 Apakah kader menjelaskan kepada Bapak/Ibu bagaimana manfaat kesehatan ?

0.453 Valid

15 Apakah kader menyarankan kepada Bapak/Ibu untuk menjaga kesehatan ?

0.453 Valid

16 Apakah kader menganjurkan kepada Bapak/Ibu untuk mengitu penyuluhan gizi lansia ?


(58)

17 Apakah kader pernah bekerjasama dengan tokoh agama dalam memberikan penyuluhan pada lansia ?

0.932 Valid

Tabel 3.2 (Lanjutan)

18 Apakah kader pernah bekerjasama dengan tokoh masyarakat dalam memberikan penyuluhan pada lansia ?

0.923 Valid

19 Apakah kader pernah bekerjasama dengan dokter di Puskesmas dalam pemberian posyandu lansia ?

0.760 Valid

20 Apakah kader menyuruh Bapak/Ibu datang ke posyandu secara rutin ?

0.639 Valid

21 Apakah kader menganjurkan kepada Bapak/ibu untuk menjaga kesehatan ?

0.710 Valid

22 Apakah Bapak/Ibu pernah dijemput kerumah oleh kader jika tidak datang ke posyandu ?

0.722 Valid

23 Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penghargaan bila Bapak/Ibu rajin datang ke posyandu ?

0.494 Valid

24 Apakah kader menyarankan kepada Bapak/Ibu datang sendiri ke posyandu ?

0.511 Valid

25 Apakah kader menganjurkan kepada Bapak/ibu agar tidak tergantung kepada orang lain ?

0.677 Valid

26 Apakah kader menjelaskan bahwa kalau aktif ke posyandu itu untuk kepentingan Bapak/Ibu ?

0.654 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,947

Pada tabel diatas nilai correcteditem – total dari variable independen yaitu soal 1 sampai 26 r-hitung>nilai r-tabel = 0.444. Dengan demikian, dinyatakan valid. Melihat nilai Cronbach s Alfa sebesar 0.949 dan lebih besar dari r-tabel, hal ini menunjukkan bahwa soal 1-26 ini sudah reliable sebagai alat ukur.


(59)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional Terdiri dari :

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat, jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel independent terdiri dari peran keluaraga dan peran kader posyandu.

Peran Keluarga Lansia

1. Perspektif Prescribed Role adalah peran yang di dasarkan pada harapan - harapan masyarakat atau peran yang ideal. Peran yang ideal ini peran yang seharusnya dilaksanakan keluarga pada lansia, keluarga harus memberitahukan manfaat dari posyandu, jadwal pelaksanan posyandu, tempat pelaksanaan posyandu, membantu dalam hal tranportasi, membantu dalam hal sumber keuangan, menyediakan waktu dan perhatian serta memeriksakan kesehatan secara teratur.

Pengukuran variabel ini menggunakan skala Guttman dengan 6 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban “Pernah (bobot nilai 1) dan Tidak pernah (bobot nilai 0). Peran baik jika jika responden memperoleh skor >50% dari 6 pertanyaan. Peran kurang jika responden memperoleh ≤ 50% dari 6 pertanyaan.

2. Prepektif Preceived Role adalah peran yang didasarkan pada pertimbangan pribadi, peran ini mungkin saja tidak sejalan dengan harapan masyarakat tetapi harus dilakukan karena menurut pertimbangan hal ini adalah baik. Peran yang berdasarkan pertimbangan pribadi, keluarga bertanggung jawab memelihara


(60)

kesehatan lansia, keluarga perlu meluangkan waktu untuk membicarakan manfaat posyandu lansia, keluarga mengingatkan kepada lansia untuk pergi ke posyandu secara rutin dan keluarga wajib menyediakan dana pada lansia untuk keposyandu. Variabel ini terdiri dari 4 pertanyaan dengan jawaban “ya (bobot nilai 1) dan “ Tidak ( bobot nilai 0). Peran baik jika jika responden memperoleh skor >50% dari 4 petanyaan. Peran kurang jika responden memperoleh ≤ 50% dari 4 pertanyaan. 3. Perspektif Actual Role adalah peran yang di dasarkan pada bagaimana peranan itu

diwujudnyatakan, keluarga menjelaskan mamfaat posyandu lansia, keluarga mengantarkan lansia ke posyandu secara rutin dan keluarga memberikan dana kepada lansia. Variabel ini terdiri dari 4 pertanyaan dengan jawaban “Pernah (bobot nilai 1) dan “ Tidak pernah ( bobot nilai 0)

Peran baik jika jika responden memperoleh skor >50% dari 4 pertanyaan. Peran kurang jika responden memperoleh ≤ 50% dari 4 pertanyaan.

Peran Kader lansia (agen perubah).

1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah adalah kader posyandu sebagai agen perubah membantu kliennya agar mereka sadar akan perlunya perubahan Variabel ini terdiri dari 4 pertanyaan dengan jawaban “Ya (bobot nilai 1) dan “ Tidak (bobot nilai 0). Peran baik jika responden memperoleh skor >50% dari 4 pertanyaan. Peran kurang jika responden memperoleh ≤ 50% dri 4 pertanyan. 2. Menetapkan hubungan pertukaran informasi adalah kader membina hubungan


(61)

pemanfaatan pelayanan posyandu lansia Variabel ini terdiri dari 4 pertanyaan dengan jawaban “Ya (bobot nilai 1) dan “ Tidak (bobot nilai 0) Peran baik jika responden memperoleh skor >50% 4 pertanyaan. Peran kurang jika responden memperoleh ≤ 50% dari 4 pertanyaan.

3. Mendiagnosa masalah yang dihadapi adalah kader meninjau situasi dengan penuh empati, variabel ini terdiri dari 4 pertanyaan dengan jawaban “Ya (bobot nilai 1) dan “ Tidak ( bobot nilai 0) Peran baik jika responden memperoleh skor >50% 4 pertanyaan. Peran kurang jika responden memperoleh ≤ 50% dari 4 pertanyaan. 4. Membangkitkan klien untuk berubah adalah kader mencari cara memotivasi dan

menarik perhatian klien, agar klien timbul kemauannya dan membuka dirinya untuk ke posyandu Variabel ini terdiri dari 4 pertanyaan dengan jawaban “Ya (bobot nilai 1) dan “ Tidak (bobot nilai 0). Peran baik jika responden memperoleh skor >50% dari 4 pertanyaan. Peran kurang jika

responden memperoleh ≤ 50% dari 4 pertanyaan.

5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan adalah kader menggunakan pemuka masyarakat agar mengaktifkan kegiatan Posyandu lansia Variabel ini terdiri dari 3 pertanyaan dengan jawaban “Ya (bobot nilai 1) dan “ Tidak ( bobot nilai 0). Peran baik jika responden memperoleh skor >50% dari 3 pertanyaan. Peran kurang jika responden memperoleh ≤ 50% dari 3 pertanyaan.

6. Menjaga kestabilan penerimaan adalah kader kader memberi penguatan pada klien nya tentang pemanfaatan pelayanan posyandu Variabel ini terdiri dari 4 pertanyaan dengan jawaban “Ya (bobot nilai 1) dan “ Tidak (bobot nilai 0) Peran


(62)

baik jika responden memperoleh skor >50% dari 4 pertanyaan. Peran kurang jika responden memperoleh ≤ 50% dari 4 pertanyaan.

7. Mengakhiri hubungan ketergantungan adalah kader harus berusaha mengubah posisi klien dari ikatan percaya pada kemampuan pembaharu menjadi bebas dan percaya pada kemampuan sendiri Variabel ini terdiri dari 3 pertanyaan dengan jawaban “Ya (bobot nilai 1) dan “ Tidak (bobot nilai 0). Peran baik jika responden memperoleh skor >50% dari 3 pertanyaan. Peran kurang jika responden memperoleh ≤ 50% dari 3 pertanyaan.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel dependen adalah pemanfaatan pelayanan posyandu lansia.

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu adalah Lansia aktif datang atau yang tidak aktif datang ke Posyandu lansia. Variabel ini terdiri dari 1 pertanyaan dengan jawaban “Ya (bobot nilai 0) dan “ Tidak (bobot nilai 1).


(63)

3.6 Metode Pengukuran

Tabel 3.3. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Cara dan Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Variabel Bebas

Peran Keluarga

1. Perspektif Wawancara Ordinal 0 : Tidak Pernah

Prescribed Role (Kuesioner) 1 : Pernah

2. Perspektif Wawancara Ordinal 0 : Tidak

Preceived Role (Kuesioner) 1 : Ya

3. Perspektif Wawancara Ordinal 0 : Tidak Pernah

Actual Role (Kuesioner) 1 : Pernah Peran Kader

1. Membangkitkan Wawancara Ordinal 0 : Tidak Kebutuhan untuk (Kuesioner) 1 : Ya Berubah

2. Menetapkan Wawancara Ordinal 0 : Tidak

hubungan (Kuesioner) 1 : Ya

pertukaran informasi

3. Mendiagnosa Wawancara Ordinal 0 : Tidak

Masalah yang (Kuesioner) 1 : Pernah

Dihadapi

4. Membangkitkan Wawancara Ordinal 0 : Tidak Kemauan klien (Kuesioner) 1 : Ya Untuk berubah

5. Mewujudkan Wawancara Ordinal 0 : Tidak

Kemauan dalam (Kuesioner) 1 : Ya

Perbuatan

6. Menjaga Wawancara Ordinal 0 : Tidak

Kestabilan (Kuesioner) 1 : Ya

Penerimaan

7. Mengakhiri Wawancara Ordinal 0 : Tidak

Hubungan (Kuesioner) 1 : Ya

Ketergantungan Variabel Terikat

Pemanfaatan Wawancara Ordinal 1 : Tdk aktif memanfaatkan Posyandu (Kuesioner) 0 : Aktif memanfaatkan


(64)

3.7 Metode Analisis Data

Pengolahan data penulis menggunakan komputer dengan program statistik. Proses pengolahan data setelah data terkumpul, dalam penelitian ini yaitu:

1. Editing untuk mengecek kelengkapan data.

2. Koding untuk melakukan skoring terhadap setiap item, dengan cara merubah tingkat persetujuan ke dalam nilai kuantitatif.

3. Entry data, memasukkan data untuk diolah secara manual atau memakai program komputer untuk dianalisis.

4. Tabulating, kegiatan memasukkan data yang telah diperoleh untuk disusun berdasarkan variabel yang diteliti.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan terhadap satu variabel (Notoatmodjo, 2005). Variabel yang dimaksud adalah peran keluarga dan peran kader lansia. Pada analisis ini, hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2003). Pengujian univariat dalam penelitian ini adalah peran keluarga, dan peran kader, dan keaktipan responden dalam pemanfaatan pelayanan posyandu lansia.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menerangkan keeratan pengaruh antara dua variabel. Pengujian bivariat berupa peran keluarga dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia, dan peran kader dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia.


(1)

Menjaga kesetabilan penerimaan inovasi * Pemanfaatan Posyandu

Crosstab

15 6 21

10.2 10.8 21.0

71.4% 28.6% 100.0%

44.1% 16.7% 30.0%

21.4% 8.6% 30.0%

19 30 49

23.8 25.2 49.0

38.8% 61.2% 100.0%

55.9% 83.3% 70.0%

27.1% 42.9% 70.0%

34 36 70

34.0 36.0 70.0

48.6% 51.4% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

48.6% 51.4% 100.0%

Count

Ex pec ted Count % within M enjaga kesetabilan penerim aan inovasi % within P emanfaatan Posyandu

% of Total Count

Ex pec ted Count % within M enjaga kesetabilan penerim aan inovasi % within P emanfaatan Posyandu

% of Total Count

Ex pec ted Count % within M enjaga kesetabilan penerim aan inovasi % within P emanfaatan Posyandu

% of Total baik

kurang Menjaga k eset abilan

penerim aan inovasi

Total

ak tif memanfa

atk an

tidak aktif memanfa

atk an Pemanfaat an

Posyandu

Total

Chi-Square Tests

6.275b 1 .012

5.035 1 .025

6.418 1 .011

.018 .012

6.185 1 .013

Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)


(2)

Mengakhiri hubungan ketergantungan * Pemanfaatan Posyandu

Crosstab

16 4 20

9.7 10.3 20.0

80.0% 20.0% 100.0%

47.1% 11.1% 28.6%

22.9% 5.7% 28.6%

18 32 50

24.3 25.7 50.0

36.0% 64.0% 100.0%

52.9% 88.9% 71.4%

25.7% 45.7% 71.4%

34 36 70

34.0 36.0 70.0

48.6% 51.4% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

48.6% 51.4% 100.0%

Count

Ex pec ted Count % within Mengakhiri hubungan

ketergantungan % within P emanfaatan Posyandu

% of Total Count

Ex pec ted Count % within Mengakhiri hubungan

ketergantungan % within P emanfaatan Posyandu

% of Total Count

Ex pec ted Count % within Mengakhiri hubungan

ketergantungan % within P emanfaatan Posyandu

% of Total baik

kurang Mengakhiri hubungan ketergantungan

Total

ak tif memanfa

atk an

tidak aktif memanfa

atk an Pemanfaat an

Posyandu

Total

Chi-Square Tests

11.072b 1 .001

9.381 1 .002

11.626 1 .001

.001 .001

10.914 1 .001

70 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9. 71.


(3)

Logistic Regression

[DataSet1] G:\Data Nuraida 10-07-12.sav

Block 0: Beginning Block

Case Processing Summary

70 100.0

0 .0

70 100.0

0 .0

70 100.0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Mis sing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cas es Total

N Percent

If weight is in effect, s ee class ification table for the total number of cases.

a.

De pendent Va riable Encoding

0 1 Original Value

ak tif memanfaatkan tidak aktif memanfaatkan

Int ernal Value

Classification Tablea,b

0 34 .0

0 36 100.0

51.4 Observed

aktif memanfaatkan tidak aktif memanfaatkan Pemanfaatan

Posyandu

Overall Percentage Step 0

aktif memanfa

atkan

tidak aktif memanfa

atkan Pemanfaatan

Posyandu

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.


(4)

Block 1: Method = Forward Stepwise (Conditional)

Va riables in the Equa tion

.057 .239 .057 1 .811 1.059

Constant St ep 0

B S. E. W ald df Sig. Ex p(B )

Variables not in the Equation

6.863 1 .009

9.609 1 .002

4.613 1 .032

7.829 1 .005

3.706 1 .054

6.949 1 .008

12.829 1 .000

6.949 1 .008

6.275 1 .012

11.072 1 .001

28.335 10 .002

prs ektif PPCR PRA mkuberubah mhpinformasi mmydihadapi memkuberubah mwkuberubah mkpinovas i mhketerg Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Om nibus Tests of Model Coe fficients

13.249 1 .000

13.249 1 .000

13.249 1 .000

11.588 1 .001

24.836 2 .000

24.836 2 .000

St ep Block Model St ep Block Model St ep 1

St ep 2


(5)

Model Summary

83.735a .172 .230 72.147b .299 .398 Step

1 2

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Es timation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by les s than .001. a.

Es timation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by les s than .001. b.

Classification Tablea

24 10 70.6

10 26 72.2

71.4

24 10 70.6

10 26 72.2

71.4 Observed

aktif memanfaatkan tidak aktif memanfaatkan Pemanfaatan

Posyandu

Overall Percentage

aktif memanfaatkan tidak aktif memanfaatkan Pemanfaatan

Posyandu

Overall Percentage Step 1

Step 2

aktif memanfa

atkan

tidak aktif memanfa

atkan Pemanfaatan

Posyandu

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

1.831 .529 11.968 1 .001 6.240

-.875 .376 5.410 1 .020 .417

2.066 .691 8.928 1 .003 7.891

2.484 .689 12.979 1 .000 11.989

-2.318 .693 11.201 1 .001 .098

memkuberubah Constant Step

1a

prs ektif

memkuberubah Constant Step

2b

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: memkuberubah. a.


(6)

Model if Term Removeda

-48.492 13.249 1 .000

-42.302 12.458 1 .000

-45.760 19.372 1 .000

Variable

memkuberubah Step 1

prs ektif

memkuberubah Step 2

Model Log Likelihood

Change in -2 Log

Likelihood df

Sig. of the Change

Based on conditional parameter estimates a.

Variables not in the Equation

10.646 1 .001

4.455 1 .035

2.629 1 .105

6.486 1 .011

1.563 1 .211

4.719 1 .030

2.392 1 .122

.503 1 .478

3.509 1 .061

18.918 9 .026

1.425 1 .233

1.695 1 .193

3.489 1 .062

.546 1 .460

2.141 1 .143

.392 1 .531

.051 1 .822

1.897 1 .168

8.863 8 .354

prs ektif PPCR PRA mkuberubah mhpinformasi mmydihadapi mwkuberubah mkpinovas i mhketerg Variables

Overall Statistics Step

1

PPCR PRA mkuberubah mhpinformasi mmydihadapi mwkuberubah mkpinovas i mhketerg Variables

Overall Statistics Step

2


Dokumen yang terkait

Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

31 181 125

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2016

0 0 17

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2016

0 0 2

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2016

0 1 10

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2016

0 3 34

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2016

1 4 4

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2016

0 0 29

Bab 3 Kerangka Penelitian - Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

0 0 34

Bab 2 Tinjauan Pustaka - Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

0 3 21

Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

0 2 12