Kondisi Umum Perikanan Pelagis .1 Potensi sumberdaya perikanan pelagis

gelombang besar terjadi pada bulan September-Desember dengan ketinggian mencapai 1.50 – 2.00 m. 4.3 Kondisi Umum Perikanan Pelagis 4.3.1 Potensi sumberdaya perikanan pelagis Perairan Maluku Utara merupakan daerah distribusi ikan pelagis maupun ikan demersal. Kondisi ini secara nyata ditunjukkan oleh data potensi perikanan dan kelautan yang memiliki potensi sumberdaya sebesar 484.382.48 tontahun yang terdiri dari potensi ikan pelagis sebesar 315 000 tontahun atau 65.03 dan potensi sumberdaya ikan demersal sebesar 169.382,48 tontahun atau 34.97. Produksi perikanan pelagis besar meliputi ikan cakalang Katsuwonus pelamis , ikan tuna Thunnus spp. Sedangkan produksi perikanan pelagis kecil meliputi ikan layang Decapterus spp, tongkol Auxis thazard , kembung Rastralliger spp, selar Selaroides spp dan julung-julung Hemirhampus spp. Walaupun demikian, masih terdapat juga beberapa perikanan pelagis kecil lainnya yang dimanfaatkan oleh nelaya n tradisional yang memiliki produktivitas yang rendah. Data Dinas Perikanan dan Kelautan 2005 Provinsi Maluku Utara menggambarkan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis khususnya dengan alat tangkap pukat cincin mini purse seine di perairan Maluku Utara selama 10 tahun tahun 1995– 2004 memiliki produksi rata-rata mencapai 15.352,87 ton dengan produksi tertinggi pada tahun 2004 sebesar 18.677,060 ton. Tabel 2 Produksi perikanan pelagis kecil di perairan Maluku Utara antara tahun 1995-2004 Tahun Produksi ton Produksi kg 1995 12.834,800 12.834.800 1996 13.113,200 13.113.200 1997 13.439,100 13.439.100 1998 14.283,600 14.283.600 1999 14.590,100 14.590.100 2000 15.422,700 15.422.700 2001 16.251,600 16.251.600 2002 16.754,500 16.754.500 2003 18.153,060 18.153.060 2004 18.677,060 18.677.060 Sumber: Dinas perikanan dan kelautan provinsi Maluku Utara 2005

4.3.2 Potensi sarana dan prasarana perikanan pelagis

Sarana atau unit penangkapan adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan yang biasanya terdiri dari perahukapal dan alat tangkap. Armada penangkapan adalah perahukapal yang secara langsung dioperasikan dalam operasi penangkapan ikan. Sedangkan alat tangkap adalah unit teknis yang dipakai secara langsung untuk melakukan operasi penangkapan. alat yang digunakan untuk menangkap ikan atau hewan air lainnya dengan teknik tertentu sesuai jenis alat tangkap yang digunakan dalam operasi penangkapan. Unit armada dan alat tangkap yang dioperasikan di perairan Maluku Utara dalam operasi penangkapan ikan pelagis kecil adalah perahu tanpa motor PTM dan perahu motor tempel PMT. Sedangkan unit alat tangkap diantaranya mini purse seine, gill net, bagan, dan pancing tangan. Semua jenis armada dan alat tangkap yang digunakan memiliki jangkauan dan kemampuan yang masih terbatas, karena ukuran yang relatif kecil dan terbatas. Sampai dengan tahun 2004 unit armada penangkapan yang beroperasi dalam kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil sebanyak 1.926 unit, terdiri dari perahu tanpa motor sebanyak 1.264 unit dan perahu motor tempel sebanyak 662 unit Tabel 3. Tabel 3 Jenis armada,volume, dan jumlah unit armada penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Maluku Utara. Jenis armada Volume Jumlah Persentase No penangka[pan unit_ 1 Perahu Tampa Motor PTM GT 1.264 65,63 2 Perahu Motor Tempel PMT 5 GT 662 34,38 J u m l a h - 1.926 - Sumber: Dinas perikanan provinsi Maluku Utara 2005 Selanjutnya jumlah unit penangkapan pukat cincin min i purse seine yang dioperasikan oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Maluku Utara sela ma 10 tahun terakhir 1995–2004 mengalami fluktuasi, hingga tahun 2004 unit pukat cincin mini purse seinesebanyak 202 unit. Perkembangan jumlah unit penangkapan pukat cincin mini purse seine dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah pukat cincin mini purse seine di Maluku Utara tahun 1995- 2004 N0 Tahun Jumlah alat tangkap unit 1 1995 148 2 1996 169 3 1997 174 4 1998 164 5 1999 153 6 2000 192 7 2001 180 8 2002 184 9 2003 158 10 2004 202 Sumber: Dinas perikanan provinsi Maluku Utara 2005

4.3.3 Kelembagaan nelayan dan koperasi nelayan

Penguatan kelembagaan di bidang perikanan dan kelautan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas usaha dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan di propinsi Maluku Utara. Sampai dengan tahun 2004 jumlah nelayan sebanyak 36 984 orang atau 4.4 dari total jumlah penduduk Maluku Utara. Dari jumlah tersebut tergabung dalam 320 kelompok usaha bersama KUB dengan jumlah kelompok antara 5 – 7 orang, dengan demikian jumlah nelayan yang tergabung dalam kelompok usaha berjumlah 533 orang. Kelembagaan perikanan yang penting lainnya adalah koperasi perikanan, terdiri dari koperasi primer dan sekunder. Dari 30 koperasi nelayan yang ada memiliki jumlah anggota sebanyak 2. 836 orang atau 7.7 , sedangkan koperasi sekunder berjumlah 2 koperasi, yaitu Pusat Koperasi Perikanan Kie raha di kecamatan Bacan dan Pusat Koperasi Sonyinga Bahari di kecamatan Tidore.

4.3.4 Perusahaan perikanan

Kondisi iklim usaha akibat konflik yang terjadi belakangan ini, mengakibatkan optimalisasi sumberdaya perikanan di propinsi Maluku Utara masih sangat rendah. Ini terjadi akibat berpindahnya beberapa perusahaan yang telah beroperasi di wilayah propinsi Maluku Utara. Selain itu kegiatan perikanan tangkap masih terkonsentrasi pada beberapa kawasan tertentu. Jenis-jenis usaha yang dilakukan oleh perusahaan perikanan di provinsi Maluku Utara meliputi; usaha pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemijahan, pembesaran dan penangkapan. Hingga tahun 2001 terdapat 20 usaha swasta, 1 BUMN dan 4 koperasi perikanan. Semua kegiatan pada bidang usaha perikanan dan kelautan ini telah dilengkapi dengan izin usaha perikanan IUP dengan jumlah IUP sebanyak 100, untuk usaha yang berbadan hukum.

4.3.5 Pengembangan kemitraan

Pola kemitraan yang dilaksanakan di propinsi Maluku Utara, merupakan Pola Inti Plasma, yaitu pola kemitraan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang beroperasi di wilayah ini. Adapun perusahaan yang telah melakukan pola kemitraan ini adalah sebagai berikut : Ø PT. Usaha Mina Persero Cabang Pulau-pulau Bacan, Ø PT. Ocean Mitramas Unit Operasi Maluku, Ø PT. Bangun Karya Citra Sejati, dan Ø PT. Prima Reva Indo Pola kemitraan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan skala usaha dan keberlanjutan usaha, serta produktivitas usaha. Dengan demikian pembinaan usaha dan peningkatan kerjasama antara nelayan dan pengusaha perikanan dapat berjalan sesuai de ngan pola kemitraan yang telah diterapkan di atas.

4.3.6 Pengembangan permodalan

Secara umum nelayan di propinsi Maluku Utara adalah nelayan skala kecil dengan modal yang terbatas, sehingga produktivitasnya menjadi rendah. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka Dinas Perikanan dan Kelautan melakukan kegiatan usaha perikanan dengan melaksanakan kegiatan usaha padat modal dan teknologi, yaitu mensosialisasikan Kredit Ketahanan Pangan KKP Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.33MEN2001 tanggal 8 Juni 2001. Tindak lanjut dari KEPMEN ini, yaitu menyalurkan kredit investasi dan modal kerja melalui Bank Pelaksana kepada Kelompok Nelayan, Kelompok Petani Ikan, Kelompok Pengusaha Penunjang Perikanan, dan Koperasi Perikanan untuk membiayai kegiatan usahanya.

4.3.7 Pemasaran

Komoditas perikanan dan kelautan propinsi Maluku Utara dipasarkan baik dalam negeri domestik maupun luar negeri ekspor. Pemasaran dalam negeri, yaitu ke Jakarta, Surabaya, Banyuwangi, Makassar, dan Manado, sedangkan yang diekspor, yaitu ke pasar tradisional Jepang, Cina dan Hongkong. Pemasaran dalam negeri hingga tahun 2004 terdiri dari 13 jenis komoditas dengan jumlah volume produksi sebesar 118.554 ton dengan nilai produksi sebesar Rp.54 544 230 000. Untuk ekspor terdiri dari 7 jenis komoditas antara lain ; kerapu hidup, napoleon hidup, lobster hidup, cakalang beku, tuna beku, ikan beku campuran dan ikan hidup campuran dengan jumlah volume produksi sebesar 1 311.57 ton dengan nilai produksi sebesar US..927 442.67. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan 5.1.1 Kapal