Gambar 13 Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758
2.4.7 Ikan Tuna Sirip Kuning Madidihang
Tubuh madidihang Thunnus albacares berbentuk torpedo fusi form, memiliki tapis insang gill raker 23 – 27 buah dan terdapat dua sirip punggung
yang terpisah. Pada madidihang dewasa, sirip punggung kedua sangat panjang dan hampir mencapai sirip ekor. Sirip punggung kedua, sirip ekor dan finlet berwarna
cerah dan pinggiran finlet berwarna hitam. Gambar 14 menunjukkan morfologi dari ikan madidihang Thunnus albacares.
Gambar 14 Thunnus albacares Bonnaterre, 1788
2.5 Tinjauan Studi Terdahulu
Penelitian dengan menggunakan metode surplus produksi sudah banyak dilakukan, namun penelitian-penelitian tersebut umumnya tidak dipadukan
dengan pengukuran kapasitas penangkapan. Penelitian yang telah dilakukan diantaranya oleh Mahdi 2005 yang mengkaji pendugaan potensi maksimum
lestari ikan pelagis dengan metode surplus produksi di Perairan Banda Aceh. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa potensi
maksimum lestari ikan pelagis sebesar 12.526 tontahun dengan upaya
penangkapan optimum adalah 23.346 triptahun. Pada penelitian ini juga disimpulkan bahwa jumlah kapal purse seine yang optimum beroperasi di
Perairan Banda Aceh adalah 88 unit. Kurniawati 2005 mengkaji pendugaan potensi lestari ikan kembung dan tembang di Kabupaten Pemangkat. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa potensi lestari ikan kembung dan ikan tembang masing-masing sebesar 67,8 tontahun dan 744,5 ton tahun. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa tingkat pemanfaatan ikan pelagis oleh armada purse seine
di Perairan Pemangkat sudah berlebih. Penelitian untuk analisis fishing capacity dengan menggunakan data
envelopment analysis DEA juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Kirkley
et al . 2003 menggunakan DEA yang berorientasi output sebagai alternatif untuk
menghitung fishing capacity perikanan purse seine di Perairan Semenanjung Malaysia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi kelebihan
kapasitas penangkapan, sehingga sebanyak 10 kapal dinyatakan tidak efesien dan disarankan untuk ditarik dari perairan tersebut.
Untuk kasus Indonesia dalam skala mikro, teknik DEA telah diterapkan oleh Fauzi dan Anna 2005 untuk menganalisis konsep kebijakan berbasis kapasitas.
Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa kelebihan kapasitas memang terjadi di Indonesia dan menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan. Analisis kapasitas
perikanan di perairan pesisir DKI Jakarta untuk tingkat efesiensi perikanan menunjukkan adanya kelebihan kapasitas perikanan tangkap yang diindikasikan
oleh nilai potensial improvement pada input yang negatif seperti bubu, muroami dan pancing. Pengurangan input untuk alat-alat tangkap tersebut perlu dilakukan
di wilayah pesisir Jakarta. Teknik DEA juga dilakukan oleh Efendi 2006 dengan orientasi
pengendalian input. Perikanan pukat cincin di Pekalongan dan sekitarnya diasumsikan bersifat variable return to scale VRS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa telah terjadi kapasitas berlebih sehingga disarankan agar dilakukan pengurangan effort sebesar 18 . Penelitian yang dilakukan oleh
Desniarti 2007 di Perairan Pesisir Sumatera Barat dengan menggunakan teknik DEA untuk menganalisis kapasitas perikanan tangkap ikan pelagis. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat efesiensi perikanan tangkap dari waktu ke waktu mengalami penurunan.
Dalam penelitian ini, pengkajian dilakukan terhadap sumberdaya ikan pelagis dengan menggunakan metode surplus produksi untuk menganalisis potensi
maksimum lestari dan upaya optimum penangkapan ikan pelagis di Perairan Aceh Timur. Penelitian ini juga mengkaji kapasitas penangkapan pada perikanan purse
seine dengan orientasi pengendalian input dan output.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian