20 mengenali isyarat yang dikeluarkan dari individu yang lain dan secara langsung
menyerang dan berusaha menggigit individu rayap tersebut. Rayap yang terlihat adanya perilaku agresif mengindikasikan bahwa rayap
masih mampu mengenali isyarat yang dikeluarkan oleh individu yang lain. Isyarat yang dikeluarkan dari individu rayap pekerja kemudian dikenali oleh individu rayap
pekerja yang lain merupakan sifat dari perilaku pengenalan rayap di dalam koloninya nestmate. Isyarat yang dikeluarkan berasal dari induk betina, sehingga
rayap yang berperilaku saling mengenali satu sama lain merupakan rayap yang masih berasal dari tetua yang sama. Rayap pekerja mayor dan prajurit minor dari
M. subhyalinus dan M. bellicosus diuji dan diperoleh hasil bahwa rayap pekerja
mayor M. subhyalinus mempunyai kemampuan membedakan ekspresi dari variasi tingkat agresi terhadap pekerja mayor dari rayap M. bellicosus. Rayap prajurit
minor M. subhyalinus maupun M. bellicosus juga bereaksi terhadap koloni asing dengan tingkat agresi yang berbeda Jmhasly dan Leuthold 1999.
Rayap yang saling yang saling mendekat kemudian melakukan respon untuk menyerang atau menggigit mengindikasikan bahwa proses pengenalan isyarat dari
individu satu dengan individu yang lain berhasil. Isyarat yang dikeluarkan dari individu satu kemudian diterima oleh individu rayap yang lain. Akan tetapi isyarat
yang dikeluarkan tidak dikenali, sehingga menyebabkan rayap saling menyerang. Rayap menganggap bahwa proses pengenalan dari koloninya tidak berhasil karena
isyarat yang dikeluarkan berbeda dengan yang dikeluarkannya. Rayap yang menganggap isyarat yang dikeluarkan tidak sama dengan koloninya, menganggap
bahwa rayap lain tersebut sebagai musuh Shelton dan Grace 1996. Koloni yang dulunya berasal dari tetua yang sama, tetapi karena sudah terlalu lama terpisah
dapat menyebabkan pengenalan recognize dari koloni sebelumnya menjadi semakin luntur. Pengenalan dari koloni yang semakin melemah terhadap
pengenalan dari koloni sebelumnya menyebabkan kedua koloni yang terpisah tidak saling mengenal. Koloni yang tidak saling mengenal terhadap isyarat dari koloni
yang lain menyebabkan perilaku agresif pada rayap Andrews 1911.
Analisis Kekerabatan Rayap Tanah M. gilvus dengan Teknik Molekuler
Hasil amplifikasi gen COI pada rayap.
Primer forward dan reverse mampu mengamplifikasi gen COI dengan baik, terlihat pita DNA 1 sampai 4 merupakan
hasil amplifikasi gen COI dari rayap. Pita DNA 1 dan 2 berasal dari DNA total rayap pekerja dari CA Yanlappa-Jasinga, sedangkan pita DNA 3 dan 4 berasal dari
DNA total rayap pekerja Kampus IPB. Pita yang terlihat sesuai dengan target yang diinginkan yaitu berukuran sekitar 750pb Gambar 8.
Analisis homologi sekuen DNA gen COI pada rayap.
Keempat sekuen DNA rayap M. gilvus dari Bogor CA Yanlappa-Jasinga dan Kampus IPB
Dramaga mempunyai homologi dengan rayap M. gilvus dari Laos dengan nilai query cover
, e-value, dan max-identity berturut-turut adalah 100, 0.0, dan 98 Tabel 6. Rayap yang telah diidentifikasi secara morfologi dan berdasarkan hasil
BLAST-N merujuk pada spesies yang sama yaitu M. gilvus.
Gambar 8 Visualisasi hasil amplifikasi gen COI rayap dari CA Yanlappa dan Kampus IPB Dramaga menggunakan primer spesifik
Keterangan: sumuran M, 1, 2, 3, dan 4 adalah Marker 1 kb, sampel Mg 4.2 JSG, Mg 6.2 JSG, Mg 4.1 DMG, dan Mg 6.1 DMG,
Tabel 6 Hasil BLAST-N sekuen gen COI dari rayap pekerja CA Yanlappa- Jasinga dan Kampus IPB Dramaga
No. Aksesi
Haplo- tipe
Spesies Skor
Maksimum Skor
total Query
cover e-
value Max-
Ident
AB909015 H3
M. gilvus 1269
1269 100 0.0
98
AB909017 H5
M. gilvus 1264
1264 100 0.0 98 AB909014
H2 M. gilvus
1264 1264 100 0.0 98
AB909013 H1
M. gilvus 1264
1264 100 0.0 98 AB909016
H4 M. gilvus
1258 1258 100 0.0 98
Keterangan: H: Haplotipe
Keempat sekuen rayap dari Bogor yang merujuk pada spesies rayap M. gilvus mempunyai panjang DNA 732pb, dengan kandungan AT 57.92, persentase
kesamaan dan gap dengan M. gilvus asal Laos No. aksesi AB909015 sebesar 97.67 dan 2.32 Tabel 7. Persentase kesamaan nukleotida sampel rayap dari
Bogor sangat tinggi karena sampel rayap berada pada tingkatan intraspesies yang sangat sulit dibedakan Simon et al. 2006.
Alignment sekuen DNA rayap dari Bogor tidak memperlihatkan adanya
variasi nukleotida. Basa nukleotida 1 hingga 732 dari keempat sekuen dari Bogor mempunyai nukleotida yang sama. Hal itu menunjukkan rayap dari CA Yanlappa-
Jasinga dan Kampus IPB Dramaga mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat dekat berdasarkan gen COI dari DNAmt. Meskipun DNAmt mempunyai laju
rekombinasi dan evolusi yang tinggi, tetapi organisme yang masih berkerabat sangat dekat akan sulit menemukan variasi nukleotidanya Simon et al. 2006.
M 1
2 3
4
250 pb 762 pb
500 pb 750 pb
1000 pb 21
22 Tabel 7 BLAST-N gen COI M. gilvus haplotipe baru menggunakan program
BLAST-N www.ncbi.nlm.nih.gov Karakter
Gen COI M. gilvus Mg 4 DMG Mg 6 DMG Mg 4 JSG
Mg 5 JSG Panjang DNA pb
732 732
732 732
Kandungan AT 57.92
57.92 57.92
57.92 Spesies lain
M. gilvus Mg.15.H3
M. gilvus Mg.15.H3
M. gilvus Mg.15.H3
M. gilvus Mg.15.H3
No. Aksesi AB909015 AB909015 AB909015 AB909015
E-value 0.0
0.0 0.0
0.0 Persentase kesamaan
97.67 97.67
97.67 97.67
Gap 2.32
17732 2.32
17732 2.32
17732 2.32
17732
Tabel 8 Posisi nukleotida gen COI M. gilvus dengan database sekuen nukleotida berdasarkan GenBank yang menunjukkan variasi haplotipe
Sampel Nukleotida ke-
1290384399 414639
33264 39174341 534611
200 258 408 706 Mg 4 DMG
C G
T G
T A
T Mg 6 DMG
. .
. .
. .
. Mg 4 JSG
. .
. .
. .
. Mg 5 JSG
. .
. .
. .
. Mg 13 LAO
T A
C C
C G
. Mg 14 LAO
T A
C C
C G
. Mg 15 LAO
T A
C C
. G
. Mg 16 LAO
T A
C C
C G
G Mg 17 LAO
T A
C C
. G
G
Keterangan: Mg: M. gilvus, JSG: CA Yanlappa-Jasinga, DMG: Kampus IPB-Dramaga, LAO: Laos asal spesimen rayap
Sekuen DNA rayap dari Bogor di-alignment dengan sekuen DNA rayap M. gilvus
gen COI dari Laos dengan nomor aksesi secara berurutan AB909013, AB909014, AB909015, AB909016, AB909017 secara berurutan Mg.13.H1,
Mg.14.H2, Mg.15.H3, Mg.16.H4, dan Mg.17.H5. Sekuen-sekuen DNA rayap M. gilvus
dari Bogor tidak ada perbedaannya setelah di-alignment. Akan tetapi, sekuen-sekuen DNA rayap dari Bogor yang dibandingkan dengan sekuen DNA
rayap dari Laos terdapat beberapa perbedaan sekuen nukleotida. Sebanyak 17 basa nukleotida pada sekuen DNA rayap dari Bogor yang
dibandingkan dengan sekuen DNA rayap haplotipe dari Laos Tabel 8 dan Lampiran 6. Urutan basa ke-12, 90, 384, 399, 414, dan 639 pada sekuen rayap M.
gilvus dari Bogor menunjukkan basa “Cytosin C”, sedangkan pada haplotipe M.
gilvus dari Laos menunjukkan basa “Timin T”. Urutan basa ke-33 dan 264 dari
rayap sekuens rayap Bogor menunjukkan basa “Guanin G”, sedangkan pada haplotipe dari Laos menunjukkan basa Adenin “A”. Sekuen DNA rayap dari Bogor
pada basa ke-200 yang mempunyai basa “G” yang sama dengan ke-33 dan 264 menunjukkan basa yang berbeda pada haplotipe dari Laos yaitu basa “C”. Sekuens
rayap dari Bogor pada basa ke 408 menunjukkan basa “A”, sedangkan pada sekuen haplotipe dari Laos menunjukkan basa “G” Tabel 8.
Gen COI pada penelitian ini merupakan gen yang digunakan untuk analisis dengan DNA Barkode. DNA barkode merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi
spesies secara cepat dan akurat menggunakan DNA pendek dari mitokondria yang distandardisasi Hebert et al. 2003. Gen COI dipilih karena gen COI yang
digunakan relatif pendek, bersifat conserve, relatif stabil tidak mudah mengalami perubahan-perubahan dengan gen-gen mitokondria yang lainnya, dan gen ini
terdapat dalam jumlah kopi yang banyak Hebert et al. 2003. Beberapa penelitian lain menunjukan bahwa gen COI dapat mengidentifikasi
spesies kriptik. Rayap yang telah diidentifikasi berdasarkan morfologi sebanyak 31 spesies, akan tetapi setelah dilihat kembali menggunakan penanda genetik gen COI
ada tiga spesies kriptik dari 31 spesies tersebut Bourguignon et al. 2013. Nukleotida yang berbeda pada sekuen dari Bogor dan haplotipe dari Laos telah
berevolusi dan beradaptasi terhadap seleksi alam dari tempat asalnya Asia Tenggara ke Indonesia. Rayap M. gilvus mempunyai persebaran yang sangat luas
dan hampir ditemukan di semua Asia Tenggara. Strategi dalam cara bertahan hidup menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi persebaran M. gilvus di berbagai
Asia Tenggara. Hibernasi dan migrasi adalah dua strategi adaptasi utama untuk kelangsungan hidup serangga di musim dingin Tauber et al. 1986. Strategi ini
akan berpengaruh terhadap peningkatan proses distribusi M. gilvus. Rayap Coptotermes formosanus Shiraki famili Rhinotermtidae dianalisis
menggunakan gen COII dari DNAmt. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rayap C. formosanus yang menginfestasi dan merusak di Hawai berasal dari tetua
yang sama yaitu berasal dari Asia dan Amerika utara. Hal ini menunjukkan bahwa rayap C. formosanus yang menginfestasi daerah Hawai merupakan satu tetua yang
sama kemudian tersebar dan bertahan hidup. Hubungan evolusi dapat dilihat dari pohon filogenetik yang menunjukkan bahwa rayap C. formosanus yang berasal dari
Jepang, China, dan Amerika membentuk cabang parafiletik Gentz et al. 2008.
Analisis filogeni dan jarak genetik rayap. Analisis filogeni 732 basa dari
gen COI rayap diperoleh bahwa sebanyak 715 basa konstan dari 732, basa variable sebanyak 17 2.32, dan parsimony-informatif sebanyak 17 2.32. Jumlah basa
konstan yang diperoleh tergolong sangat tinggi dan basa variable dan basa parsimony-informatif
mempunyai nilai yang sangat rendah persentasenya karena rayap berada dalam tingkat intraspesies.
Konstruksi pohon filogeni dengan metode Neighbor-Joining NJ dan Maximum-Parsimony
MP menunjukkan sedikit perbedaan pada percabangan antara rayap-rayap di Bogor. Rayap dari Bogor pada pohon filogeni NJ tidak
membentuk percabangan Gambar 9, sedangkan pada pohon filogeni MP membentuk percabang Gambar 10, walaupun dengan nilai kepercayaan
bootstrap yang rendah yaitu 30 dan 20. Rayap M. annandalei membentuk cabang yang berbeda karena termasuk out-group.
23
24
Gambar 9 Pohon filogeni antara M. gilvus dan M. annandalei berdasarkan gen COI menggunakan metode Neighbor-Joining dengan
bootstrap 1000x
Gambar 10 Pohon filogeni antara M. gilvus dan M. annandalei berdasarkan gen COI menggunakan metode Maximum-Parsimony dengan
bootstrap 1000x
Rayap dari Bogor mempunyai nilai kedekatan dengan nilai bootstrap 100 dan didukung dengan nilai jarak genetik sebesar 100 Tabel 9. Hal ini menunjukkan
bahwa rayap dari Bogor yang terdiri dari rayap koloni CA Yanlappa-Jasinga dan Kampus IPB Dramaga mempunyai kekerabatan yang sangat dekat berdasarkan gen
COI. Rayap dari Bogor dan Laos meskipun berasal dari spesies yang sama M. gilvus
tetapi jarak genetiknya tidak 100, karena terdapat beberapa nukleotida
Mg_13_LAO Mg_16_LAO
Mg_14_LAO Mg_15_LAO
Mg_17_LAO Mg_6_DMG
Mg_5_JSG Mg_4_DMG
Mg_4_JSG Man_09_LAO
Man_10_LAO
100 20
30 18
46
36 98
100 M. gilvus
in-group
out-group Mg_13_LAO
Mg_14_LAO Mg_16_LAO
Mg_17_LAO Mg_15_LAO
Mg_4_DMG Mg_6_DMG
Mg_4_JSG Mg_5_JSG
Man_09_LAO
Man_10_LAO 100
100 58
47 21
96
0.01 Mg_13_LAO
Mg_14_LAO Mg_16_LAO
Mg_17_LAO Mg_15_LAO
Mg_4_DMG Mg_6_DMG
Mg_4_JSG Mg_5_JSG
Man_09_LAO
Man_10_LAO 100
100 58
47 21
96
0.01 Out-group
M. gilvus in-group
yang berbeda tabel 8. Rayap M. gilvus dari Bogor yang dibandingkan dengan out- group
M. annandalei mempunyai jarak genetik sebesar 91-92 karena rayap dibandingkan pada tingkat intraspesies.
Tabel 9 Jarak genetik M. gilvus gen COI dengan sampel dari GenBank 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
[1] [2]
100 [3]
100 100 [4]
100 100 100 [5]
97.8 97.8 97.8 97.8 [6]
97.8 97.8 97.8 97.8 100 [7]
97.9 97.9 97.9 97.9 99.8 99.8 [8]
97.6 97.6 97.6 97.6 99.8 99.8 99.7 [9]
97.8 97.8 97.8 97.8 99.7 99.7 99.8 99.8 [10] 91.5 91.5 91.5 91.5 92.3 92.3 92.3 92.3 92.3
[11] 92.4 92.4 92.4 92.4 93 93 93 93 93 97.2
Keterangan: 1: Mg_4_DMG, 2: Mg_6_DMG, 3: Mg_4_JSG, 4: Mg_5_JSG, 5: Mg_13_LAO, 6: Mg_14_LAO, 7: Mg_15_LAO, 8: Mg_16_LAO, 9: Mg_17_LAO, 10: Man_09_LAO, 11:
Man_10_LAO
Analisis Kekerabatan Rayap Tanah M. gilvus
Keempat sekuen rayap dari Bogor CA Yanlappa-Jasinga dan Kampus IPB Dramaga yang telah dianalisis homologinya memberikan hasil yang sama dengan
identifikasi rayap secara morfologi yaitu merujuk pada spesies rayap M. gilvus. Analisis homologi dari sekuen basa nukleotida dari keempat rayap dari Bogor
mempunyai basa nukleotida yang sama. DNA mitokondria merupakan DNA yang diturunkan secara murni dari induk
betina maternal dan mempunyai tingkat evolusi yang tinggi Simon et al. 2006. Analisis kekerabatan menggunakan pendekatan perilaku menunjukkan bahwa
rayap dari CA Yanlappa-Jasinga dan Kampus IPB Dramaga diduga berasal dari tetua yang berbeda. Rayap pekerja yang terlihat saling agresif ini mengindikasikan
bahwa rayap berasal dari induk yang berbeda, karena isyarat yang dikeluarkan rayap pekerja dari masing-masing lokasi dikenali bukan sebagai anggota koloninya
nestmate tetapi dikenali sebagi musuh Shelton Grace 1996. Hasil yang diperoleh antara pendekatan perilaku dan molekuler menunjukkan
hasil yang bertolak belakang. Analisis menggunakan pendekatan perilaku menunjukkan hasil bahwa rayap M. gilvus berasal dari tetua yang berbeda.
Berdasarkan pendekatan molekuler menunjukkan hasil bahwa rayap mempunyai kedekatan yang tinggi berdasarkan gen COI.
25
26
Inventarisasi Bakteri Simbion Rayap Tanah M. gilvus
Isolasi, Identifikasi Morfologi dan Fisologi Bakteri Simbion
Bakteri yang telah diisolasi dari saluran pencernaan rayap CA Yanlappa- Jasinga dan Kampus IPB Dramaga diperoleh hasil isolasi dengan jumlah yang
berbeda. Bakteri simbion yang berhasil diisolasi dari rayap CA Yanlappa berjumlah 17, sedangkan dari Kampus IPB Dramaga berjumlah 20 isolat yang berasal dari
saluran pencernaan tengah dan belakang Lampiran 7. Isolat bakteri simbion yang diperoleh dari rayap kasta pekerja CA Yanlappa-
Jasinga berjumlah 3 yaitu J4M1, J5P1, dan J5P2, sedangkan dari Kampus IPB Dramaga berjumlah 5 yaitu D4M1, D6P1, D6P2, D6P3, dan D6P5. Semua koloni
bakteri simbion mempunyai karakter berbentuk bulat dan pinggiran yang halus, akan tetapi warna tiap isolat berbeda-beda Tabel 10. Semua isolat bakteri yang
diperoleh bersifat aerobik dan umumnya bersifat Gram negatif, hanya dua isolat yang bersifat Gram positif yaitu J4M1 dan J5P1 Tabel 10.
Bakteri simbion di dalam saluran pencernaan rayap merupakan organisme yang membantu rayap untuk mencerna selulosa sebagai makanan utamanya Li et
al . 2006. Bakteri simbion mendapatkan keuntungan yaitu mendapatkan tempat
perlindungan yang nyaman untuk berkembang biak. Rayap dan bakteri simbion memberikan dan mendapatkan keuntungan satu sama lainnya, sehingga terjalin
sinergi diantara keduanya. Kehidupan rayap sangat bergantung pada mikrob simbion di dalam saluran pencernaannya Eutick et al. 1978; Bignell 2000.
Tabel 10 Hasil karakterisasi morfologi dan fisiologi bakteri simbion dari kasta pekerja rayap M. gilvus dari CA Yanlappa-Jasinga dan Kampus IPB
Dramaga Kode isolat
Karakter Morfologi
Fisiologi Warna
Bentuk Pinggiran Gram
Aerobik Cagar Alam Yanlappa-Jasinga
J4M1 Putih
Bulat Halus
+ √
J5P1 Kuning
Bulat Halus
+ √
J5P2 Krem
kekuningan Bulat
Halus -
√ Kampus IPB Dramaga
D4M1 Putih susu
Bulat Halus
- √
D6P1 Putih
bening Bulat
Halus -
√ D6P2
Putih susu mengkilat
Bulat Halus
- √
D6P3 Kuning
kejinggaan Bulat
Halus -
√ D6P5
Kuning Bulat
Halus -
√
Keterangan: J: CA Yanlappa-Jasinga, D: Dramaga, M: saluran pencernaan tengah midgutmesenteron, P: saluran pencernaan belakang hindgutproktodeum
Identifikasi Bakteri Simbion dengan Teknik Molekuler
Primer universal digunakan untuk mengamplifikasi gen 16S rRNA pada bakteri simbion hasil karakterisasi morfologi dan fisiologi. Pita DNA pada sumuran
1-8 merupakan hasil amplifikasi DNA gen 16S rRNA bakteri menggunakan primer universal. Pita pada sumuran 1-8 mempunyai posisi + 1500 pb yaitu berad
a segaris dengan posisi marker di posisi 1500 pb Gambar 11.
Gambar 11 Hasil amplifikasi gen 16S rRNA dari bakteri simbion asal rayap CA Yanlappa-Jasinga dan Kampus IPB-Dramaga
Keterangan: Sumuran 1-8 dan M merupakan kode isolat J4M1, J5P1, J5P2, D4M1, D6P1, D6P2, D6P3, D6P5, dan Marker 1kb
Tabel 11 Homologi sekuen gen 16S rRNA bakteri simbion hasil isolasi rayap M. gilvus
dari CA Yanlappa-Jasinga dan Kampus IPB Dramaga Kode
isolat Homologi
No. aksesi Query
cover e-value
Max- Ident
J4M1 P. naphthalenovorans
NR_028817 99
0.0 98
J5P1 K. palustris
KC581675 95
0.0 96
J5P2 Stenotrophomonas sp.
KF542918 89
0.0 94
D4M1 E. coli CP007394
100 0.0
99 D6P1
Kluyvera sp.
AF176564 97
0.0 98
D6P2 Ochrobactrum sp.
KF737368 96
0.0 98
D6P3 Chryseobacterium
sp. EU500825 99
0.0 99
D6P5 P.nitroreducens
EU500825 99
0.0 98
Analisis homologi sekuen gen 16S rRNA dari bakteri simbion tersebut menunjukkan tingkat homologi yang tinggi. Isolat dengan kode J4M1, J5P1, J5P2,
D4M1, D6P1, D6P2, D6P3, dan D6P5 secara berurutan mempunyai homologi dengan Paenibacillus naphthalenovorans, Kocuria palustris, Stenotrophomonas
1500 pb 1500 pb
1000 pb 750 pb
500 pb 250 pb
1 2
3 4
5 6
7 8
M 27