IDENTIFIKASI PROTOZOA DALAM USUS RAYAP (MACROTERMES GILVUS HAGEN) DI DAERAH CIHANJUANG BANDUNG.

(1)

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

IDENTIFIKASI PROTOZOA DALAM USUS RAYAP (Macrotermes gilvus Hagen) DI DAERAH CIHANJUANG BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

Oleh:

Pratiwi Dwisiska H 0905619

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

IDENTIFIKASI PROTOZOA DALAM USUS RAYAP (Macrotermes gilvus Hagen) DI DAERAH CIHANJUANG BANDUNG

Oleh

Pratiwi Dwisiska H

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Pratiwi Dwisiska H 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

IDENTIFIKASI PROTOZOA DALAM USUS RAYAP (Macrotermes gilvus Hagen) DI DAERAH CIHANJUANG BANDUNG

Oleh

Pratiwi Dwisiska H 0905619

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Yayan Sanjaya M.Si NIP. 197112312001121001

Pembimbing II

Dra. Ammi Syulasmi, M. Si NIP. 195408281986122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Dr. H. Riandi, M.Si NIP.196305011988031002


(4)

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung ABSTRAK

Rayap merupakan serangga sosial yang termasuk kedalam ordo Isoptera dan pada dasarnya merupakan serangga daerah tropika dan subtropika. Makanan utama rayap adalah kayu atau bahan yang terutama terdiri atas selulosa. Rayap termasuk ke dalam jenis serangga yang mampu mensintesis enzim selulase yang aktif pada selulosa, namun rayap tetap mengandalkan bantuan mikroorganisme lain untuk mengaktifkan enzim selulase tersebut. Salah satu mikroorganisme yang bersimbiosis dengan rayap adalah protozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis protozoa apa sajakah yang terdapat di dalam usus rayap. Metode pengambilan sampel rayap menggunakan metode purposive sampling. Setelah dikoleksi, rayap di bawa ke Laboratorium untuk diidentifikasi. Jenis rayap yang terambil merupakan jenis rayap tanah yaitu Macrotermes gilvus Hagen. Terdapat tiga jenis famili protozoa yang teridentifikasi, yaitu Trichonymphidae, Cryptomonadaceae dan Euglenaceae. Ketiga famili tersebut termasuk kedalam kelas Flagellata. Hubungan yang terjadi antara rayap dengan flagellata ini merupakan simbiosis mutualisme, dimana keduanya diuntungkan. Flagellata menghasilkan enzim selulase untuk mencerna selulosa agar dapat dicerna oleh rayap sebagai makanan, sedangkan rayap menghasilkan kotoran yang akan dicerna oleh protozoa di dalam usus belakang rayap, selain itu pula rayap memberikan tempat tinggal bagi protozoa yang bersifat anaerob.

Kata kunci: Rayap, Protozoa, Selulosa, Identifikasi, Simbiosis

ABSTRACT

Termites which a social insect are basically an insect the tropical and subtropical regions. The main food of termites are wood or materials that is primary composed of cellulose. Termites are able to synthesize the active cellulase enzymes on cellulose, but termites still rely on other microorganisms to active the enzyme. One of athe microorganisms that symbiotic with termites is protozoa. Purpose of this research is to identify the types of protozoa in termite guts. Method of termites sampling is using purposive method sampling. Once collected, the termites were bought to the Laboratory for identification. Type of termites that is a kind of subterranean termites which are Macrotermes gilvus Hagen. There are three types of Families protozoa were identified, namely Trichonymphidae, Cryptomonadaceae and Euglenaceae. The three Families belong to the class of Flagellates. The relation which occurs between termites with flagellates is symbiotic mutualism, which both benetified. Flagellates produce cellulase enzymes to digest cellulose to be digested by the termites as food, while termites produce impurities that will be digested by protozoa in the hindgut of termites, beside that also termites give shelter for protozoa is tend anaerobic.


(5)

Pratiwi Dwisiska, 2013

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II IDENTIFIKASI PROTOZOA DALAM USUS RAYAP (Macrotermes gilvus Hagen) DI DAERAH CIHANJUANG BANDUNG A. Rayap ... 5

1. Biologi dan Ekologi Rayap ... 5

2. Saluran Pencernaan Rayap ... 12

3. Perilaku Rayap ... 14

B. Protozoa ... 16

1. Morfologi Protozoa ... 16

2. Sistem Reproduksi dan Siklus Hidup Protozoa ... 17

3. Klasifikasi Protozoa ... 19

C. Simbiosis Antara Rayap Dengan Organisme Simbion ... 21


(6)

ii Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 24

C. Alat dan Bahan ... 24

E. Prosedur Penelitian ... 24

1. Pengambilan Sampel Rayap ... 25

2. Identifikasi Protozoa Di Dalam Usus Rayap ... 26

3. Analisis Data... 26

4. Bagan Alir Penelitian... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 43


(7)

iii Pratiwi Dwisiska, 2013

DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

3.1 Alat Yang Digunakan Selama Penelitian………... 24 3.2 Bahan Yang Digunakan Selama Penelitian……… 25 4.1 Data Jumlah Rayap dan Protozoa yang teridentifikasi


(8)

iv Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Calon Laron (Nimfa) ...7

2.2 Rayap Reproduksi (Laron) ...7

2.3 (kiri) Ratu (kanan) Raja ... 7

2.4 Rayap Pekerja ...8

2.5 Rayap Prajurit ...9

2.6 Siklus Hidup Rayap ...11

2.7 Morfologi Saluran Pencernaan Rayap ...13

4.1 Rayap Prajurit Macrotermes gilvus Hagen dan ruas antena rayap prajurit ...29

4.2 (kiri) Panjang Abdomen Rayap 4mm (kanan) Panjang Kepala (termasuk mandibula) 2,6-3mm ...29

4.3 Rayap Pekerja Macrotermes gilvus Hagen ... 30

4.4 Usus Rayap Pekerja Macrotermes gilvus Hagen ...31

4.5 (A) Famili Trichonymphidae (B) Famili Cryptomonadaceae (C) Famili Euglenaceae ... 32


(9)

v Pratiwi Dwisiska, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kunci Pengenalan Genus dan Spesies Rayap (Nandika

et al., 2003).. ...43 2 Gambar Kegiatan Penelitian ...47


(10)

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Rayap adalah serangga sosial dan termasuk kedalam ordo Isoptera yang diklasifikasikan kedalam enam famili yaitu famili Mastotermitidae, Klaotermitidae, Hodotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae, dan Termitidae (Krishna dan Weesner 1969). Rayap pada dasarnya adalah serangga daerah tropika dan subtropika. Makanan utama rayap adalah kayu atau bahan yang terutama terdiri atas selulosa. Dari perilaku makan yang demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa rayap termasuk golongan makhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dalam ekosistem kita. Menurut Nandika (2003) rayap mampu memakan atau mencerna selulosa, sedangkan manusia sendiri tidak bisa mencerna selulosa. Rayap mampu menyerap selulosa, sehingga sebagian besar eksremen yang tersisa hanya tinggal lignin saja. Rayap termasuk ke dalam jenis serangga yang mampu mensintesis enzim selulase yang aktif pada selulosa, namun rayap tetap mengandalkan bantuan mikroorganisme lain untuk mengaktifkan enzim selulase tersebut pada selulosa. Rayap merupakan konsumen primer dalam rantai makanan yang berperan dalam kelangsungan siklus beberapa unsur penting seperti karbon dan nitrogen. Rayap memanfaatkan tanaman yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa merupakan biomassa yang paling melimpah di bumi. Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan menggunakan selulase.

Rayap adalah serangga kecil, sepintas terlihat mirip dengan semut, dijumpai di banyak tempat, di hutan, pekarangan, kebun, dan bahkan di dalam rumah. Sarang rayap terdapat di tempat lembab di dalam tanah dan batang kayu basah, tetapi ada juga yang hidup di dalam kayu kering. Makanan utama rayap adalah kayu dan bahan-bahan dari selulosa lain serta jamur (Amir, 2003).

Rayap merupakan hewan unik yang teradaptasi untuk bertahan hidup dengan mendapatkan makanan yang berasal dari lignoselulosa yang mengandung sedikit nutrisi (Ohkuma 2003). Kemampuan mendegradasi selulosa dimiliki oleh


(11)

2

Pratiwi Dwisiska, 2013

rayap pekerja. Rayap merupakan serangga sosial yang memiliki pembagian tugas yang dinyatakan dalam kasta. Kasta rayap terbagi menjadi reproduktif, pekerja, dan prajurit. Tugas utama dari rayap pekerja adalah mengumpulkan dan mendegradasi makanan yang berupa selulosa, kasta prajurit memiliki tugas menjaga koloni rayap dari serangan musuh-musuhnya, sedangkan untuk kasta reproduktif yang terdiri dari Raja dan Ratu ini memiliki tugas yaitu bereproduksi atau menghasilkan keturunan (Krishna 1969). Rayap mampu mendegradasi selulosa karena rayap memiliki organime simbion yang dapat menghasilkan enzim selulase (endogenous cellulose) (Nakashima et al. 2002a, 2002b; Tokuda et

al. 2007). Enzim selulase yang dihasilkan simbion berasal dari protozoa dan

bakteri (Krishna 1969). Rayap diklasifikasikan dalam dua kelompok utama pylogenetik yaitu rayap tingkat rendah dan rayap tingkat tinggi. Pada rayap tingkat rendah, protozoa merupakan agen utama dalam dekomposisi selulosa, dan pada rayap tingkat tinggi mempunyai sedikit protozoa dan sangat tergantung pada aktivitas fermentasi bakteri (Breznak, 1982).

Saluran pencernaan rayap secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian, yaitu usus depan (foregut), usus tengah (midgut), dan usus belakang (hindgut). Usus belakang rayap merupakan tempat utama terjadinya pencernaan selulosa oleh organisme simbion (McFarlane, 1985). Berbagai protozoa ditemukan di dalam usus bagian belakang dari berbagai jenis rayap (Steinhaus, 1947), terutama pada jenis rayap tingkat rendah (famili rayap yang memiliki protozoa dibagian usus), yang ternyata berperan sebagai simbion untuk melumatkan atau memutuskan selulosa kayu. Protozoa hanya ditemukan dibagian abdomen rayap saja, karena pada bagian abdomen khususnya hind-gut terdapat kantung-kantung yang berfungsi sebagai tempat menempelnya organisme lain untuk bersimbiosis.

Biomassa protozoa ini meliputi sekitar 1/7 sampai dengan 1/3 berat rayap (Krishna dan Weesner, 1970). Hasil dari penelitian Krishna dan Weesner (1970) menunjukkan bahwa defaunasi protozoa dalam usus belakang rayap dengan menggunakan oksigen murni menyebabkan kematian rayap sekitar dua sampai tiga minggu walaupun diberi kertas saring yang mengandung selulosa. Namun rayap ini akan hidup lebih lama dengan makanan yang sama dengan adanya


(12)

3

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

kehadiran protozoa dalam usus belakangnya dimana terjadinya proses pencernaan selulosa. Hal ini juga menunjukkan bahwa kehidupan rayap sangat tergantung pada mikroba simbiosisnya, dan proses penguraian selulosa dalam usus belakang rayap berlangsung dalam keadaan anaerobik.

Di Bandung penyebaran rayap cukup tinggi, salah satunya di daerah Cihanjuang. Warga sekitar sering menemukan rayap di perabot rumah tangga mereka, seperti lemari kayu atau perabot rumah tangga lainnya yang terbuat dari kayu. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil sampel rayap di daerah Cihanjuang ini.

Dari pemaparan di atas didapatkan informasi bahwa protozoa sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup rayap, maka dari itu diperlukannya identifikasi jenis protozoa apa saja yang terdapat dalam usus rayap (Steinhaus, 1947). Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian dan mengangkatnya dalam sebuah judul skripsi “Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang, Bandung.”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Jenis protozoa apa sajakah yang terdapat di dalam usus rayap di Daerah Cihanjuang, Bandung?”

Dari rumusan masalah yang ada maka dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian yang diajukan ialah:

1. Famili protozoa apa sajakah yang ditemukan di hind-gut, mid-gut dan foregut rayap?

2. Apakah ada perbedaan jumlah Famili protozoa yang ditemukan di hind-gut,

mid-gut dan foregut rayap? C.Batasan Masalah

Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari judul penelitian, maka peneliti membatasi masalah-masalah dalam penelitian sebagai berikut:


(13)

4

Pratiwi Dwisiska, 2013

1. Jenis rayap yang digunakan dalam penelitian ini adalah rayap dengan kasta pekerja.

2. Subjek dalam penelitian ini adalah Rayap yang terdapat di daerah sekitar Cihanjuang, Bandung.

3. Identifikasi Protozoa yang di dapat hanya sampai Famili.

D.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis protozoa yang terdapat di dalam usus rayap di Daerah Cihanjuang, Bandung.

E.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diharapkan diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Mengetahui jenis-jenis protozoa yang terdapat di dalam usus rayap.

2. Sebagai landasan awal bagi pemanfaatan organisme rayap beserta kelompok protozoa di dalam tubuhnya.


(14)

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003).

B.Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua tempat berbeda yaitu pertama, lokasi pengambilan sampel rayap di daerah sekitar Cihanjuang dan kemudian melakukan perlakuan penelitan di Laboratorium Struktur Hewan jurusan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini terhitung sejak Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

C.Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan 3.2 berikut ini:

Tabel 3.1 Alat yang digunakan selama penelitian

No Nama alat yang digunakan Jumlah

1 Alat Tulis 1 set

2 Beaker Glass 50 ml 1

3 Botol Fial 2

4 Cawan Petri 1

5 Cover Glass 1 pak

6 Kamera Digital 1

7 Kapas 1 pak


(15)

25

Pratiwi Dwisiska, 2013

9 Masker 1

10 Mikroskop 1

11 Object Glass 1 pak

12 Pinset 1

13 Pipet 2

14 Sarung Tangan 1

15 Tisu 1 pak

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan selama penelitian

No Bahan yang digunakan Jumlah

1 Etil Eter 50 ml

2 Kayu Bambu 1 pasang

3 NaCl 0,85% 100 ml

4 Rayap 50 ekor

D.Prosedur Penelitian

1. Pengambilan sampel rayap

Sampel rayap yang digunakan dalam penelitian ini adalah rayap dengan kasta pekerja. Sampel yang diambil kurang lebih 50 ekor dengan metode pengambilan sampel rayap secara purposive. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian, dimana pengambilan sampel dengan mengambil sample yang dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu (Djarwanto,1998).

Pertama-tama menentukan lokasi untuk menanam kayu. Kayu yang digunakan sebagai umpan dalam penelitian ini adalah kayu bambu yang biasa dijadikan bahan untuk membuat pagar rumah. Ukuran kayu bambu memiliki panjang 10 cm, kemudian tanam kayu bambu tersebut sedalam kurang lebih 5cm atau cukup ditaruh di atas permukaan tanah di lokasi yang telah ditentukan dimana sering muncul rayap dengan pengulangan sebanyak 3 kali, kemudian tunggu hingga 7 sampai 10 hari. Setelah itu koleksi rayap dengan membawa rayap


(16)

26

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

tersebut ke Laboratorium Strutur Hewan Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk dilakukan perlakuan selanjutnya.

2. Identifikasi protozoa di dalam usus rayap

Pertama-tama anestesi rayap yang didapat dengan cara memberikan tiga sampai empat tetes Etil Eter dalam kapas yang dimasukkan dalam Beaker Glass kemudian rayapnya dimasukkan hingga rayap tersebut pingsan. Setelah rayap pingsan, rayap disimpan di atas Object Glass kemudian dengan menggunakan dua jarum pentul pisahkan bagian kepala dengan bagian abdomen dari rayap tersebut dengan cara menekan bagian kepala kemudian tarik bagian perut belakang sampai terpisah. Setelah itu abdomen rayap dibedah menggunakan jarum pentul secara perlahan sampai terlihat usus-usus rayap yang berbentuk seperti benang, kemudian dilanjutkan dengan pemberian satu sampai dua tetes larutan garam NaCl 0,85% dan secara perlahan usus tersebut dihancurkan dengan cara menggerusnya dengan ujung dari jarum pentul. Setelah proses tersebut selesai, ditutup dengan menggunakan Cover Glass dan langsung diamati di bawah mikroskop. Lalu dilakukan identifikasi protozoa dengan menggunakan kunci identifikasi protozoa.

3. Analisis data

Setelah data sampel rayap diambil, rayap diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Nandika et al (2003). Untuk protozoa digunakan kunci identifikasi Baumann et al (2000), Ishikawa (2003) dan Tanada and Kaya (1993) dan Djuhanda (1980) dan protozoa dihitung secara manual dengan cara melihat jumlah protozoa yang terlihat pada proses identifikasi di mikroskop.

4. Bagan Alir Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini :


(17)

27

Pratiwi Dwisiska, 2013

Gambar 3.1. Bagan alir penelitian

1. Tahap pengambilan

sampel rayap

Penentuan lokasi pengambilan sampel

Persiapan alat dan bahan

2. Tahap identifikasi protozoa di dalam usus rayap

Anestesi rayap menggunakan etil eter

Bedah rayap, ambil bagian ususnya, gerus dan beri 2 tetes larutan

NaCl 0,85%

Identifikasi di bawah Mikroskop

3. Analisis data


(18)

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap usus belakang rayap (Macrotermes gilvus Hagen) teridentifikasi tiga jenis Protozoa dan termasuk ke dalam Famili Trichonymphidae, Famili Cryptomonadaceae dan Famili Euglenaceae. Ketiga Famili tersebut termasuk ke dalam satu kelas yaitu flagellata dimana flagellata ini sering ditemukan di bagian usus belakang rayap. Hubungan yang terjadi antara rayap dengan flagellata ini merupakan simbiosis mutualisme, dimana keduanya diuntungkan. Flagellata menghasilkan enzim selulase untuk mencerna selulosa agar dapat dicerna oleh rayap sebagai makanan, sedangkan rayap mengeluarkan kotoran yang akan dicerna oleh protozoa di dalam usus belakang rayap, selain itu pula rayap memberikan tempat tinggal bagi protozoa yang bersifat anaerob. Protozoa hanya ditemukan di bagian usus belakang rayap, karena pada usus belakang rayap ini terdapat kantung-kantung yang berfungsi sebagai tempat tinggal simbion, sedangkan pada usus depan dan tengah tidak ditemukan adanya simbion protozoa.

Rayap yang terambil dalam penelitian ini teridentifikasi sebagai rayap tanah, yaitu Macrotermes gilvus Hagen. Rayap ini memiliki ciri yang spesifik dengan Macrotermes gilvus Hagen diantaranya, prajurit rayap memiliki ruas antena 16 segmen dengan panjang kepala prajurit (termasuk mandibulanya) 3 mm dengan panjang tubuh rayap 7 mm.

B.SARAN

Penelitian lebih lanjut perlu untuk dilakukan, untuk melatih cara membedah usus rayap yang baik dan benar dan juga identifikasi bakteri yang terdapat di usus rayap. Selain itu, mempelajari juga apakah kondisi lingkungan mempengaruhi keberadaan protozoa didalam usus belakang rayap. Kemudian untuk penelitian selanjutnya diberi perlakuan jenis kayu yang berbeda dengan perbedaan letak lokasi penyimpanan kayu.


(19)

Pratiwi Dwisiska, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Adawiah. (2000). Kinerja Mikroba Simbion Rayap Dalam Proses Degradasi Beberapa Jenis Limbah Pertanian. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ahmad M. (1965). Termites (Isoptera) of Thailand. Bull Amer Nat His 131: 33 -195.

Amir, M. (2003). Rayap dan Peranannya. Dalam: M. Amir dan S . Kahono.

Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat.

Biodiversity Conservation Project. LIPI. 51-62.

Anggorodi. (1979). Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta

Batubara, R. (1999). Anatomi dan Aktivitas enzim selulase dalam saluran pencernaan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen dan Captotermes

curvignathus Holmgren. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Baumann, P., Moran, N.A. and Baumann L. eds. (2000). Bacteriocyte-associated endosymbionts of insects. In Dworkin, M. (ed) The prokaryotes [on line]. NY Springer. http://link.springer.de/link/service/books/10125/ [Diakses 9 September 2013]

Bignell DE. & Eggleton, P. (2000). Introduction to Symbiosis. Didalam: Abe T, Bignell DE, Higashi M, editor. Termites: Evolution, Sociality, Symbioses,

Ecology. Dordrecht: Kluwer Academic Pub. Hlm 189 – 208.

Borror; D. J. and D. M. Delong. (1954). An Introduction To The Study of Insects. Holt, Rinehart and Winston. p. 382.

Breznak, J. A. (1982). Intestinal Microbiota of Termite and Other Xilophagus Insect. Annual Review Microbialogy 36 : 323 – 343.

Breznak, J. A. (2000). Ecology of Prokaryotiv Microbes In The Guts of Wood- and Litter Feeding Termites. Didalam: Abe T, Bignell DE, Higashi M, editor. Termites: Evolution, Sociality, Symbioses, Ecology. Dordrecht: Kluwer Academic Pub. Hlm 209 – 231.

Brune. (1998). Termite guts : the world’s smallest bioreactors. Trends in Biotechnol. 16(1):16-21.

Chapman, R. R. (1971). The Insect, Structure and Function. 2nd Edition. Elsevier. New York.


(20)

39

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

Enari, T. M. (1983). Microbial Cellulases, p. 183-223. di dalam W.M Forgaty (ed.), Microbial Enzymes and Biotechnology. Appl. Sci. Publisher, New york.

France, J. and R. C. Siddons. (1993). VFA Production. In : Quantitative Aspect of Ruminant Digestion and Metabolism. (Ed. J. M. Foebes and J. France). CAB. International.

Hariprabowo LE, Raffiudin R, Prawasti TS. (2006). Alimentary canal anatomy and histology of the worker termite Neotermes bosei. BIOTROPIA (in

press).

Harris, W. V. (1971). Termites : Their Recognition And Control, 2nd Ed. Longmans Green dan Co Ltd, London.

Honigberg BM, Balamuth W, Bovee EC et al. (1964). A revised classification of the phylum Protozoa. Journal of Protozoology 11: 7–20.

Hungate, R.E. (1966). The Rumen and Its Microbes. Academic Press New York.

Irawadi, T. T. (1990). Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai media pertumbuhan kapang penhasil enzim ekstraseluler. Laporan Penelitian. Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ishikawa, H. (2003). Insect symbiosis: an introduction. In Bourtzis, K. and Miller, T.A. (eds) Insect symbiosis. CRC Press. Boca Raton FL. Pp. 1- 21 Krishna K. (1969). Introduction. Didalam: Krishna K, Weesner FM, editor.

Biology of Termites. Volume ke-1. New York: Academic Pr. Hlm 1-7. Krishna, K dan F.M. Weesner (Eds.). (1969/1970). Biology of Termites, Vol. I

dan II. Academic Press, New York etc. Vol I 598 p, Vol. II 643 p. Lee KE, Wood TG. (1971). Termites and Soil. London: Academic pr.

Lehninger. (1982). Dasar-dasar Biokimia. Jilid I. PT Gelora Aksara Pratama. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Levine, ND. (1990). Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner, penerjeman : Gatut Ashadi, Wardianto, editor. Yogjakarta. Terjemahan dari Textbook of Veterinary Parasitology. Hlm 1-21; 513-517; 302-303; 184-199; 152-176. Levine ND, Corliss JO, Cox FEG et al. (1980). A newly revised classification of

the Protozoa. Journal of Protozoology 27: 37–58.

Maskoeri, J. (1984). Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya. Surabaya.


(21)

40

Pratiwi Dwisiska, 2013

McFarlane, (1985), Nutrition and digestive organs. Di dalam: Blum MS, editor. Fundamental of Insect Physiology. New York: John Wiley and Sons. hlm 59-90.

Misra, J. N. (1964). Physiology of Digestion In Termites. Indian Forester 90 (3) : 131 – 136.

Nakashima K, Watanabe H, Saitoh H, Tokuda G, Azuma JI. (2001). Dual cellulose-digesting system of the wood-feeding termite, Coptotermes

formosanus Shiraki. Insect Biochem Molec Biol 32:777-784.

Nandika, D. H. Adijuwana dan E. S. Rizal. (1994). Karakteristik Saluran Pencernaan Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus Light (Isoptera : Kalotermitidae). Pusat Antar Universitas, Ilmu Hayat, IPB. Nandika, D. Yudi R, dan Farah Diba. (2003). Rayap : Biologi dan

Pengendaliannya. Harun JP, ed. Surakarta : Muhammadiyyah Univ. Press. Nandika, D. R. Raffiudin dan E.A. Husaeni. (1991). Biologi Rayap Perusak

Kayu. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nandika, D dan H. Adijuwana. (1995). Ekstraksi Enzim Selulase dari Rayap Kayu Kerig Cryptotermes cynochephalus Light serta Rayap Tanah

Coptotermes curvignathus Holmgren dan Macrotermes gilvus Hagen.

Jurnal Penelitian Hasil Hutan ;7;35 – 40.

Natawigena, H. H., (1993). Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Bandung. Hal 202.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta. Ghalia Indonesia. Noirot CH, Noirot-Timothee C. (1969). The Digestive System. Didalam: Krishna

K, Weesner FM, editor. Biology of Termites. Vol I. New York: Academic Pr. Hlm 49 – 88.

Poinar GO Jr and Thomas GM. (1984). Laboratory Guide to insect pathogens and parasites New York: Plenum Press;

Prasetyo, K. W. dan S. Yusuf, (2005). Mencegah dan Membasmi Rayap Secara

Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Agromedia Pustaka. Jakarta

O’Brien RW, M Slaytor. (1982). Rate of microorganism in the metabolism of

termite. Aust J Biol Sel 35: 239-262.

Ohkuma M. (2003). Termite symbiotic systems: efficient bio-recycling of lignocellulose. Appl Microbiol Biotechnol 61:1-9.

Raffiudin R. (1991). Populasi Flagellata dalam Usus Rayap Captotermes


(22)

41

Pratiwi Dwisiska, 2013

Identifikasi Protozoa Dalam Usus Rayap (Macrotermes Gilvus Hagen) Di Daerah Cihanjuang Bandung

[Skripsi]. Bogor: fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Rismayadi, Y dan Ariana. (2007). Usir Rayap Dengan Cara Baru dan Ramah Lingkungan. PT. Prima Infosarana Media.

Rudi. (1999). Preferensi Makan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera:Rhinotermitidae) Terhadap Delapan Jenis Kayu Bangunan. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Roonwal ML. (1979). Termite Life and Termite Control in Tropical South Asia.

Jodhpur: Scientific Publ.

Scharf ME, Tartar A. (2008). Termites Digestomes as Sources For Novel Lignocelulases. Biofuels Bioprod Bioref 2: 540 – 552.

Sigit, S. H. (2006). Hama Permukiman Indonesia (Pengenalan, Biologi dan Pengendalian). Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Sofyan, L. A., L. Abunawan, E. B. Laconi, A. D Hasjmi, N. Ramli, M. Ridla dan A. D. Lubis. (2000). Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Diktat Kuliah Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soulsby EJL. (1982). Helmint, Arthropods and Protozoa of Domesticated

Animals. 7th ed. London: Bailliere, Tindall. Hlm 583-591.

Steinhaus, E. A. (1947). Insect Microbiology. Comstock Publishing Company Inc., New York. (Intracellular Bacteriumlike and Ricketsialike Symbiotes: pp. 215-218).

Storer, T.I., R.L. Usinger, R.C. Stebbins and J.W. Nybakken. (1979). General Ecology. 6th ed. McGraw-Hill Book. Company, New York.

Sugiarji, S. (2005). Avertebrata Jilid I. Penebar Swadaya, Bogor.

Suparjo. (2008b). Analisis secara kimiawi. (http://jajo66.files.wordpress.com) [18 Agustus 2013].

Tanada, Y. and Kaya, H.K. (1993). Insect pathology. Chapter 12. Pp. 12-59. Tambunan, B dan D. Nandika. (1989). Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis.

Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB, Bogor.

Tampubolon M. (2004). Protozoologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi; Pusat Studi Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor. Hlm 6-15’ 23-34; 189-194.


(23)

42

Pratiwi Dwisiska, 2013

Tarumingkeng, R. C. (1971). Biologi dan Pencegahan Rayap Perusak Kayu di Indonesia. Laporan No. 138 LPHH, Bogor.

Tarumingkeng, R. C. (1993). Biologi dan Perilaku Rayap. Makalah Seminar Pengendalian Hama Berwawasan Lingkungan sebagai Pendukung Pembangunan Nasional. IPPHAMI – Dirjen PPM & PLP Depkes, Jakarta. Tarumingkeng, R. C., (2004). Biologi dan Pengendalian Rayap Hama Bangunan

Di Indonesia. Lap. L.P.H. No. 138. 28 p.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosukoyo. (1989). Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tokuda, G., H. Watanabe, T. Matsumoto, & H. Noda. (1997). Cellulose digestion in the wood-eating higher termite Nasutitermes takasagoensis: distributin of cellulases and properties of endo-β-1,4-glukanase. Zool. Sci. 14(1):83-93.

Tokuda et al. (1999). Metazoan cellulase genes from termites: intron/exon structures and sites of expression. Biochim Biophys Acta 1447:146-159. Widyastuti, A. T. (2005). Isolasi dan uji kemampuan selulotik bakteri simbion

rayap pendegradasi serat. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institu Pertanian Bogor. Bogor.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap usus belakang rayap (Macrotermes gilvus Hagen) teridentifikasi tiga jenis Protozoa dan termasuk ke dalam Famili Trichonymphidae, Famili Cryptomonadaceae dan Famili Euglenaceae. Ketiga Famili tersebut termasuk ke dalam satu kelas yaitu flagellata dimana flagellata ini sering ditemukan di bagian usus belakang rayap. Hubungan yang terjadi antara rayap dengan flagellata ini merupakan simbiosis mutualisme, dimana keduanya diuntungkan. Flagellata menghasilkan enzim selulase untuk mencerna selulosa agar dapat dicerna oleh rayap sebagai makanan, sedangkan rayap mengeluarkan kotoran yang akan dicerna oleh protozoa di dalam usus belakang rayap, selain itu pula rayap memberikan tempat tinggal bagi protozoa yang bersifat anaerob. Protozoa hanya ditemukan di bagian usus belakang rayap, karena pada usus belakang rayap ini terdapat kantung-kantung yang berfungsi sebagai tempat tinggal simbion, sedangkan pada usus depan dan tengah tidak ditemukan adanya simbion protozoa.

Rayap yang terambil dalam penelitian ini teridentifikasi sebagai rayap tanah, yaitu Macrotermes gilvus Hagen. Rayap ini memiliki ciri yang spesifik dengan Macrotermes gilvus Hagen diantaranya, prajurit rayap memiliki ruas antena 16 segmen dengan panjang kepala prajurit (termasuk mandibulanya) 3 mm dengan panjang tubuh rayap 7 mm.

B.SARAN

Penelitian lebih lanjut perlu untuk dilakukan, untuk melatih cara membedah usus rayap yang baik dan benar dan juga identifikasi bakteri yang terdapat di usus rayap. Selain itu, mempelajari juga apakah kondisi lingkungan mempengaruhi keberadaan protozoa didalam usus belakang rayap. Kemudian untuk penelitian selanjutnya diberi perlakuan jenis kayu yang berbeda dengan perbedaan letak lokasi penyimpanan kayu.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adawiah. (2000). Kinerja Mikroba Simbion Rayap Dalam Proses Degradasi Beberapa Jenis Limbah Pertanian. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ahmad M. (1965). Termites (Isoptera) of Thailand. Bull Amer Nat His 131: 33 -195.

Amir, M. (2003). Rayap dan Peranannya. Dalam: M. Amir dan S . Kahono.

Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat.

Biodiversity Conservation Project. LIPI. 51-62.

Anggorodi. (1979). Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta

Batubara, R. (1999). Anatomi dan Aktivitas enzim selulase dalam saluran pencernaan rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen dan Captotermes

curvignathus Holmgren. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Baumann, P., Moran, N.A. and Baumann L. eds. (2000). Bacteriocyte-associated endosymbionts of insects. In Dworkin, M. (ed) The prokaryotes [on line]. NY Springer. http://link.springer.de/link/service/books/10125/

[Diakses 9 September 2013]

Bignell DE. & Eggleton, P. (2000). Introduction to Symbiosis. Didalam: Abe T, Bignell DE, Higashi M, editor. Termites: Evolution, Sociality, Symbioses,

Ecology. Dordrecht: Kluwer Academic Pub. Hlm 189 – 208.

Borror; D. J. and D. M. Delong. (1954). An Introduction To The Study of Insects. Holt, Rinehart and Winston. p. 382.

Breznak, J. A. (1982). Intestinal Microbiota of Termite and Other Xilophagus Insect. Annual Review Microbialogy 36 : 323 – 343.

Breznak, J. A. (2000). Ecology of Prokaryotiv Microbes In The Guts of Wood- and Litter Feeding Termites. Didalam: Abe T, Bignell DE, Higashi M, editor. Termites: Evolution, Sociality, Symbioses, Ecology. Dordrecht: Kluwer Academic Pub. Hlm 209 – 231.

Brune. (1998). Termite guts : the world’s smallest bioreactors. Trends in Biotechnol. 16(1):16-21.

Chapman, R. R. (1971). The Insect, Structure and Function. 2nd Edition. Elsevier. New York.


(3)

39

Enari, T. M. (1983). Microbial Cellulases, p. 183-223. di dalam W.M Forgaty (ed.), Microbial Enzymes and Biotechnology. Appl. Sci. Publisher, New york.

France, J. and R. C. Siddons. (1993). VFA Production. In : Quantitative Aspect of Ruminant Digestion and Metabolism. (Ed. J. M. Foebes and J. France). CAB. International.

Hariprabowo LE, Raffiudin R, Prawasti TS. (2006). Alimentary canal anatomy and histology of the worker termite Neotermes bosei. BIOTROPIA (in

press).

Harris, W. V. (1971). Termites : Their Recognition And Control, 2nd Ed. Longmans Green dan Co Ltd, London.

Honigberg BM, Balamuth W, Bovee EC et al. (1964). A revised classification of the phylum Protozoa. Journal of Protozoology 11: 7–20.

Hungate, R.E. (1966). The Rumen and Its Microbes. Academic Press New York.

Irawadi, T. T. (1990). Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai media pertumbuhan kapang penhasil enzim ekstraseluler. Laporan Penelitian. Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ishikawa, H. (2003). Insect symbiosis: an introduction. In Bourtzis, K. and Miller, T.A. (eds) Insect symbiosis. CRC Press. Boca Raton FL. Pp. 1- 21 Krishna K. (1969). Introduction. Didalam: Krishna K, Weesner FM, editor.

Biology of Termites. Volume ke-1. New York: Academic Pr. Hlm 1-7. Krishna, K dan F.M. Weesner (Eds.). (1969/1970). Biology of Termites, Vol. I

dan II. Academic Press, New York etc. Vol I 598 p, Vol. II 643 p. Lee KE, Wood TG. (1971). Termites and Soil. London: Academic pr.

Lehninger. (1982). Dasar-dasar Biokimia. Jilid I. PT Gelora Aksara Pratama. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Levine, ND. (1990). Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner, penerjeman : Gatut Ashadi, Wardianto, editor. Yogjakarta. Terjemahan dari Textbook of Veterinary Parasitology. Hlm 1-21; 513-517; 302-303; 184-199; 152-176. Levine ND, Corliss JO, Cox FEG et al. (1980). A newly revised classification of

the Protozoa. Journal of Protozoology 27: 37–58.

Maskoeri, J. (1984). Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya. Surabaya.


(4)

McFarlane, (1985), Nutrition and digestive organs. Di dalam: Blum MS, editor. Fundamental of Insect Physiology. New York: John Wiley and Sons. hlm 59-90.

Misra, J. N. (1964). Physiology of Digestion In Termites. Indian Forester 90 (3) : 131 – 136.

Nakashima K, Watanabe H, Saitoh H, Tokuda G, Azuma JI. (2001). Dual cellulose-digesting system of the wood-feeding termite, Coptotermes

formosanus Shiraki. Insect Biochem Molec Biol 32:777-784.

Nandika, D. H. Adijuwana dan E. S. Rizal. (1994). Karakteristik Saluran Pencernaan Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus Light (Isoptera : Kalotermitidae). Pusat Antar Universitas, Ilmu Hayat, IPB. Nandika, D. Yudi R, dan Farah Diba. (2003). Rayap : Biologi dan

Pengendaliannya. Harun JP, ed. Surakarta : Muhammadiyyah Univ. Press. Nandika, D. R. Raffiudin dan E.A. Husaeni. (1991). Biologi Rayap Perusak

Kayu. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nandika, D dan H. Adijuwana. (1995). Ekstraksi Enzim Selulase dari Rayap Kayu Kerig Cryptotermes cynochephalus Light serta Rayap Tanah

Coptotermes curvignathus Holmgren dan Macrotermes gilvus Hagen.

Jurnal Penelitian Hasil Hutan ;7;35 – 40.

Natawigena, H. H., (1993). Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Bandung. Hal 202.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta. Ghalia Indonesia. Noirot CH, Noirot-Timothee C. (1969). The Digestive System. Didalam: Krishna

K, Weesner FM, editor. Biology of Termites. Vol I. New York: Academic Pr. Hlm 49 – 88.

Poinar GO Jr and Thomas GM. (1984). Laboratory Guide to insect pathogens and parasites New York: Plenum Press;

Prasetyo, K. W. dan S. Yusuf, (2005). Mencegah dan Membasmi Rayap Secara

Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Agromedia Pustaka. Jakarta

O’Brien RW, M Slaytor. (1982). Rate of microorganism in the metabolism of termite. Aust J Biol Sel 35: 239-262.

Ohkuma M. (2003). Termite symbiotic systems: efficient bio-recycling of lignocellulose. Appl Microbiol Biotechnol 61:1-9.


(5)

41

[Skripsi]. Bogor: fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Rismayadi, Y dan Ariana. (2007). Usir Rayap Dengan Cara Baru dan Ramah Lingkungan. PT. Prima Infosarana Media.

Rudi. (1999). Preferensi Makan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera:Rhinotermitidae) Terhadap Delapan Jenis Kayu Bangunan. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Tidak diterbitkan. Roonwal ML. (1979). Termite Life and Termite Control in Tropical South Asia.

Jodhpur: Scientific Publ.

Scharf ME, Tartar A. (2008). Termites Digestomes as Sources For Novel Lignocelulases. Biofuels Bioprod Bioref 2: 540 – 552.

Sigit, S. H. (2006). Hama Permukiman Indonesia (Pengenalan, Biologi dan Pengendalian). Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Sofyan, L. A., L. Abunawan, E. B. Laconi, A. D Hasjmi, N. Ramli, M. Ridla dan A. D. Lubis. (2000). Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Diktat Kuliah Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soulsby EJL. (1982). Helmint, Arthropods and Protozoa of Domesticated

Animals. 7th ed. London: Bailliere, Tindall. Hlm 583-591.

Steinhaus, E. A. (1947). Insect Microbiology. Comstock Publishing Company Inc., New York. (Intracellular Bacteriumlike and Ricketsialike Symbiotes: pp. 215-218).

Storer, T.I., R.L. Usinger, R.C. Stebbins and J.W. Nybakken. (1979). General Ecology. 6th ed. McGraw-Hill Book. Company, New York.

Sugiarji, S. (2005). Avertebrata Jilid I. Penebar Swadaya, Bogor.

Suparjo. (2008b). Analisis secara kimiawi. (http://jajo66.files.wordpress.com) [18 Agustus 2013].

Tanada, Y. and Kaya, H.K. (1993). Insect pathology. Chapter 12. Pp. 12-59. Tambunan, B dan D. Nandika. (1989). Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis.

Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB, Bogor.

Tampubolon M. (2004). Protozoologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi; Pusat Studi Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor. Hlm 6-15’ 23-34; 189-194.


(6)

Tarumingkeng, R. C. (1971). Biologi dan Pencegahan Rayap Perusak Kayu di Indonesia. Laporan No. 138 LPHH, Bogor.

Tarumingkeng, R. C. (1993). Biologi dan Perilaku Rayap. Makalah Seminar Pengendalian Hama Berwawasan Lingkungan sebagai Pendukung Pembangunan Nasional. IPPHAMI – Dirjen PPM & PLP Depkes, Jakarta. Tarumingkeng, R. C., (2004). Biologi dan Pengendalian Rayap Hama Bangunan

Di Indonesia. Lap. L.P.H. No. 138. 28 p.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosukoyo. (1989). Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tokuda, G., H. Watanabe, T. Matsumoto, & H. Noda. (1997). Cellulose digestion in the wood-eating higher termite Nasutitermes takasagoensis: distributin of cellulases and properties of endo-β-1,4-glukanase. Zool. Sci. 14(1):83-93.

Tokuda et al. (1999). Metazoan cellulase genes from termites: intron/exon structures and sites of expression. Biochim Biophys Acta 1447:146-159. Widyastuti, A. T. (2005). Isolasi dan uji kemampuan selulotik bakteri simbion

rayap pendegradasi serat. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institu Pertanian Bogor. Bogor.