Tahap III: Perencanaan Landform Landscape Characterization Based On Jabodetabekpunjur Region For Sustainable Landscape Planning
                                                                                Sumber : Olahan dari Peta Rupa Bumi Indonesia
Gambar 9.  Peta Kelerengan di Wilayah Jabodetabekpunjur
107 º5 330E 106 º5 30 0E
105 º5 23 0E 107 º5 33 0E
106º5300E 105º5230E
6 º0
3 S
7 º0
3 3
S 6
º 3
S 7
º 3
3 S
Legenda : Judul Gambar :
Judul Proyek :
PETA KEMIRINGAN LERENG
Karakterisasi Lanskap Berbasis Landform Untuk Perencanaan
Kawasan Jabodetabekpunjur
2500 250 0 M
N E
W S
Dr. Ir. Setia Hadi, MS Dr. Ir. Afra D.N. Makalew, MS
RINDHA RENTINA DP A451100081
Dosen Pembimbing : Pembuat :
107º0500E 107º0000E
106º5500E 106º5000E
106º4500E 106º4000E
106º3500E 107º0500E
107º0000E 106º5500E
106º5000E 106º4500E
106º4000E 106º3500E
6 º0
5 S
6 º1
S
6 º1
5 S
6 º2
S
6 º2
5 S
6 º3
S
6 º3
5 S
6 º4
S
6 º4
5 S
6 º0
5 S
6 º1
S
6 º1
5 S
6 º2
S
6 º2
5 S
6 º3
S
6 º3
5 S
6 º4
S
6 º4
5 S
0-8 16-25
2-8 26-40
41-60 9-15
2
0-8 16-25
2-8 26-40
41-60 9-15
2
Topografi pada kawasan bervariasi antara 0 hingga 1200 mdpl. Kawasan yang memiliki topografi yang landai adalah  wilayah Kota Tangerang dan Jakarta.
Jika  dilihat  dari  gambar  bahwa  semakin  ke  selatan  maka  topografi  semakin curam.  Dilihat  keadaan  topografinya  wilayah  DKI  Jakarta  dikatagorikan  sebagai
daerah  dataran  dan  landai.  Ketinggian  tanah  dari  pantai  sampai  ke  banjir  kanal berkisar  antara  0  m  sampai  10  m  di  atas  permukaan  laut  diukur  dari  titik  nol
Tanjung Priok. Wilayah banjir kanal sampai batas paling Selatan dari wilayah DKI antara  5  m  sampai  50  m  di  atas  permukaan  laut.  Daerah  pantai  merupakan
daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara
50  m  sampai  75  m.  Kondisi  topografi  di  Kota  Tangerang  merupakan  dataran rendah dengan ketinggian antara 10-18 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan  Desaunettes  1977  maka  untuk  Tipe  Alluvio  marine memiliki  slope    2  dan    50  mdpl,  sebagian  besar  slope    2  dengan
ketinggian    50  mdpl  yang  merupakan  dasar  sungai  dan  merupakan  dataran banjir untuk periode tertentu, untuk wilayah yang bergelombang memiliki slope 2-
15 pada sungai. Tipe Dataran dengan karakter undulating dengan slope  8, undulating  dan  rolling  slope    15  hingga  15  pada  tiap  tingkatan.  Tipe
Perbukitan  perbedaan  slope  lebih  besar  dari  300m.  Plateau  atau  sistem pegunungan  memiliki  amplitudo  ketinggian  lebih  dari  300m.  Pada  pegunungan
masif yang pada umumnya terkoneksi memiliki elevasi  5000meter.
Dari hasil olahan peta topografi maka dapat dilihat slope tertinggi adalah 2-8  seluas 61.449,70 Ha dengan kriteria landform masuk ke dalam tipe landai.
Untuk  persentyase  terendah  adalah  slope  dengan  nilai  26-40    yang  dapat dikategorikan kedalam tipe perbukitan ataupun pegunungan. Untuk sebaran tipe
landai adalah sepanjang Jakarta dan Tangerang yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 4. Luasan dan Persetase Wilayah Jabodetabekpunjur
Kecamatan Persentase Kemiringan
2 0-8
16-25 26-40
2-8 41-60
9-15
Ciracas 1.678,78
Clilincing 4.775,93
Jagakarsa 2.474,34
Jatinegara 360,62
681,03 Cakung
2.257,13 1.175,17
Batuceper 1.587,69
1.027,57 Beji
1.461,99 Benda
2.804,86 16,81
Bojonggede 1.377,22
4.531,01 Ciampea
126,10 6.762,22
3.555,19 2.086,45
Cibinong 2.125,89
2.495,45 Cimanggis
26,75 4.310,22
Cipondoh 458,99
Cisauk 2,01
4.456,95 217,60
Gunungsindur 4.948,80
Kosambi 4.089,20
Bogor Barat 1.203,55
954,34 159,05
Bogor Selatan 3.091,38
82,30 Bogor Tengah
541,37 257,18
Bogor Timur 349,19
759,03 Bogor Utara
1.807,47 Megamendung
1.370,73 1.225,63
Pagedangan 5.463,35
132,59 Pancoranmas
3.009,57 Pinang
2.329,75 Sawangan
4.618,21 Serpong
5.057,23 Sukaraja
10,31 2.904,32
2.688,24 47,92
2.925,10
Lanjutan Tabel 4
Kecamatan Persentase Kemiringan
2 0-8
16-25 26-40
2-8 41-60
9-15
Sukmajaya 3.385,93
Tanahsereal 2.129,23
Tangerang 438,59
1.049,18 Tarumajaya
5.761,13 Teluknaga
5.880,66 Kramatjati
1.329,52 Matraman
449,36 46,68
Pancoran 899,21
Pasarminggu 2.244,54
Pasarrebo 1.308,15
Pulogadung 1.406,19
105,21 Tebet
33,81 886,05
Jumlah Total 29.855,47
12.591,09 15.885,12
47,92 61.449,70
7.788,22 2.595,70
Persentase 0,23
0,10 0,12
-0 0,47
-6 -2
Berdasarkan acuan topografi yang dijabarkan dalam kriteria Desaunettes 1977  maka  didapatkan  hasil  delapan  tipe  landform  yaitu  dataran  F,  dataran
bergelombang F,U, perbukitan H, pegunungan M, batuan R, batuan kapur R,K, bergelombang U, dan perbukitan bergelombang-. Tipe landform terluas
adalah tipe dataran bergelombang dengan persentase 47,69  dari total wilayah penelitian  dan  untuk  tipe  perbukitan  memiliki  persentase  terendah  yaitu  0,39
dari  luas  total.  Dari  delapan  kriteria  bentukan  lahan  yang  berdasarkan topografi maka  akan  dilakukan  analisis  dengan  faktor  lainnya  seperti  curah  hujan,  iklim,
erosi, dan lainnya sehingga akan menghasilkan kriteria landform kawasan.
Tabel 5. Luasan dan Persetase Landform Wilayah Jabodetabekpunjur
Bentukan Lahan Luasan Ha
Persentase
Perbukitan Bergelombang 7.348,94
5.59 F Dataran
29.854,72 22.71
F,U Dataran Bergelombang 62.691,36
47.69 H Perbukitan
516,56 0.39
M Pegunungan 7.683,02
5.84 R Batuan
2.595,70 1.97
R,K Batuan Kapur 8.172,73
6.22 U Bergelombang
12.591,09 9.58
Wilayah  landform  dataran  dan  bergelombang  merupakan  wilayah  yang tersebar  paling  luas  dan  tersebar  di  di  Jakarta  bagian  barat,  selatan,  tangerang
selatan,  Bogor  yang  merupakan  pertemuan  kawasan  landform  dataran  dengan tipe  berperbukitan.  Kawasan  ini  berdasarkan  Keppres  No.  114-199  tentang
kawasan  Bogor  Puncak  dan  Cianjur  Pasal  16  tentang  kegiatan  di  wilayah perkotaan
yang diperkenankansebagai
kawasan industri
yang tidak
mencemarkan lingkungan dan banyak menggunakan air, serta tidak memperluas dan atau menambah industri di Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Cibinong dan
Kecamatan  Gunung  Putri  yang  sebagian  wilayahnya  masuk  ke  dalam  karakter landform  dataran  dan  bergelombang.  Ada  beberapa  metode  yang  dapat
dilakukan  untuk  membentuk  topografi.  Metode-metode  yang  dapat  dilakukan diantaranya metode vegetatif dan metode mekanik. Metode vegetatif diantaranya
adalah  wanatani  agroforestry,  sedangkan  untuk  metode  mekanik  salah  satu contohnya  pengolahan  tanah  menurut  kontur  yang  menurut  Arsyad  2006
pengolahan tanah ini akan lebih efektif bila di ikuti dengan penanaman menurut kontur, yakni barisan tanaman diatur sejalan dengan garis kontur.
                                            
                