lapisan yang berlapis-lapis dengan densitas dan kecepatan suara yang berubah secara bertahap atau acak terhadap kedalaman. Selain itu komposisi di dasar laut
bervariatif mulai dari batuan yang keras sampai lumpur yang lunak Kadarwati, 1999.
2.3. Shadow Zone Akustik
Shadow Zone adalah suatu wilayah dimana gelombang suara tidak dapat merambat atau lemah sehingga hampir tidak dapat merambat dalam suatu
medium. Menurut Urick 1983 di kolom perairan terjadi pembelokan gelombang suara refraksi yang terjadi karena perbedaan kedalaman, salinitas
dan suhu ait laut. Pengaruh yang paling nyata terlihat jika terjadi kenaikan suhu air laut sebesar 1 C
akan menyebabkan meningkatnya kecepatan suara sebesar 1mdetik. Akibatnya jika suhu meningkat menurut kedalaman maka gelombang
suara yang dipancarkan akan cenderung dibelokan ke arah permukaan air.
Sumber: http:www.dosits.org Gambar 1. Shadow Zone Akustik
Sebaliknya jika suhu menurun karena kedalaman maka gelombang suara akan cenderung dibelokan ke dasar perairan. Karena terjadi pembelokan
gelombang suara ke permukaan dan ke dasar perairan, maka terdapat wilayah yang tidak terjadi perambatan gelombang suara yang disebut shadow zone. Jarak
dari sumber suara ke shadow zone ditentukan oleh laju perubahan suhu terhadap kedalaman, kedalaman sumber suara, dan kedalaman penerima suara.
2.4. Arus Lintas Indonesia ARLINDO
Wilayah perairan Indonesia dialiri oleh dua sistem arus, yaitu Arus Monsun Indonesia ARMONDO dan Arus Lintas Indonesia ARLINDO.
ARMONDO mengalir secara rata-rata dari Laut Cina Selatan masuk ke Laut Jawa lewat Laut Natuna dan Selat Karimata. Kemudian dari Laut Jawa,
ARMONDO meneruskan alirann ya ke laut-laut jeluk, yaitu Laut Flores dan
Laut Banda. ARLINDO adalah aliran massa air yang berbentuk arus laut dari
Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia dan mengalir di bagian laut jeluk di kawasan timur kepulauan Indonesia. ARLINDO ini melewati hamparan pulau
besar dan kecil di wilayah perairan Indonesia Timur yang memiliki struktur batimetri yang menunjukan adanya palung yang jeluk, basin laut, dan kepulauan
karang, sehingga ARLINDO memiliki dinamika dan pergerakan massa air yang kompleks di kawasan tersebut Pranowo et al, 2006 dalam Kharishma, 2009.
ARLINDO merupakan bagian tak terpisahkan dari system termohaline circulation dunia dan berpengaruh besar pada dinamika yang terjadi baik di Samudera Pasifik
maupun Samudera Hindia Sprintall et all, 2003 dalam Abdul Rauf , 2007 .
ARLINDO sendiri memasuki perairan Indonesia dari Samudera Pasifik melalui lapisan termoklin Hautala, 1996 dalam Abdul Rauf, 2007. Berikut adalah
gambaran sistematik mengenai ARLINDO di Indonesia Gambar 1.
. Sumber:http:www.ldeo.columbia.edu
Gambar 2. Peta Arlindo
2.5. Kondisi Umum dan Kondisi Geografis Selat Lombok