POLITIK HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut prinsip demokrasi. Dengan adanya prinsip demokrasi yakni kedaulatan berada di tangan rakyat, dilaksanakan untuk dan atas nama rakyat.1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjadi salah satu dasar hukum tertulis menjamin pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”2

Pemahaman demokrasi dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dimaknai bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah perlu memberikan ruang gerak bagi warga negara untuk berpatisapasi politik melalui Pemilihan Umum (Pemilu). Penyelenggaraan Pemilu dimaksudkan sebagai wujud dasar perwujudan kedaulatan rakyat yang harus menjamin rakyat untuk terlibat penuh dalam merencanakan, mengatur, melaksanakan, dan melakukan pengawasan serta menilai fungsi-fungsi kekuasaan.3 Melalui pengaturan Pemilu adalah sebagai upaya untuk mendorong dan mengakomodasi

1

Jimly Asshiddiqie. 2006. Konstitusi dan Konstutualisme Indonesia. Jakarta. Konstitusi Press. Hal 70

2

Lihat Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3

Jimly Asshiddiqie. 2006. Partai Politik dan Pemilihan Umum Sebagai Instrumen Demokrasi.

Jakarta. Jurnal Konstitusi Volume 3 Nomor 4. Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Hal 6


(2)

2

suara rakyat untuk menggunakan haknya, yaitu untuk dipilih dan memilih. Artinya, rakyat sebagai pemegang kedaulatan berkuasa untuk dipilih dan memilih calon yang dikehendakinya sehingga dianggap layak untuk memimpin dan mewakili aspirasinya dalam penyelenggaraan Pemilu.

Pasal 22E Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negar Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa Pemilu yang dimaksud yakni Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).4 Sedangkan, Pasal 18 Ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat secara demokratis.5

Pengaturan Pemilihan Kepala Daerah merupakan bagian dari reformasi pemerintahan demi terwujudnya negara yang demokratis. Pemilihan Kepala Daerah langsung merupakan instrumen demokrasi di daerah yang melalui pengaturannya dengan memberikan hak kepada setiap rakyat di daerah untuk dipilih dan memilih kepala daerah dan wakil kepala daerahnya. Hal demikian sebagai reaksi atas pengaturan Pemilihan Kepala Daerah oleh DPRD yang diakui sebagai salah satu indikator terwujudnya pemerintahan yang tidak demokratis.

Pada awalnya gagasan Pemilihan Kepala Daerah langsung ini muncul sebagai tindak lanjut dari keinginan kuat untuk memperbaiki kualitas demokrasi di

4

Pasal 22E Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 5


(3)

3

daerah. Salah satu perbaikan tersebut dimaksudkan sebagai implementasi dari prinsip kedaulatan rakyat, sehingga dalam kehidupan berdemokrasi perlu adanya penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah langsung oleh rakyat. Melalui pengaturan Pemilihan Kepala Daerah sebagai suatu proses keterbukaan ruang partisipasi masyarakat di daerah yang diharapkan mampu melahirkan pemimpin yang kredibel dan di dukung oleh rakyat. Selain itu, melalui pengaturannya diharapkan pula berfungsi sebagai instrumen penggantian jabatan politik agar mampu melahirkan pemimpin yang baik sehingga dapat memperbaiki kualitas demokrasi di Indonesia.

Dengan adanya penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah langsung membuktikan bahwa kedaulatan sepenuhnya berada ditangan rakyat. Rakyat menentukan sendiri masa depannya secara individu untuk dipilih dan memilih pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerahnya. Pasal 18 Ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat secara demokratis. Artinya, dapat dipahami bahwa Pemilihan Kepala Daerah merupakan suatu proses suksesi kepemimpinan yang alami dan terbuka, memberikan hak kepada rakyat dengan mengembalikan kedaulatan kepada rakyat. Inilah salah satu wujud nyata pelaksanaan demokrasi di tingkat lokal Indonesia.

Pemilihan Kepala Daerah langsung adalah pemilihan untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk


(4)

4

daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah6:

1) Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Provinsi; 2) Bupati dan Wakil Bupati untuk Kabupaten; 3) Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota.

Pada dasarnya penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah langsung merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dengan kata lain, penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah yang didasarkan pada asas “Luber” dan “Jurdil” tersebut diharapkan dapat terlaksana dengan baik, lancar dan sukses.

Kondisi ideal yang diharapkan dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah langsung tidak selalu sesuai dengan kenyataan, karena tidak jarang peyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah yang sudah maupun yang sedang berlangsung dihadapkan pada berbagai persoalan yang pada akhirnya harus berujung di pengadilan. Ironisnya, proses penyelesaian yang dilakukan di pengadilan juga tidak selalu mengakhiri persoalan, justru sebaliknya semakin memperuncing permasalahan dan memicu ketidakpusaan berbagai pihak. Kisruh Pemilihan Kepala Daerah langsung yang masih berlangsung saat ini dan persoalan-persoalan lain yang mungkin tidak terpublikasi memperlihatkan bahwa

6


(5)

5

penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah langsung hampir tidak pernah luput dari permasalahan.

Sebelum lebih jauh membahas persoalan tersebut, ada baiknya mengetahui lembaga yang memiliki kewenangan dalam peyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dilihat dari masa sebelum reformasi dan masa pasca reformasi. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah tidak mengatur mengenai mekanisme upaya hukum terhadap hasil keputusan Pemilihan Kepala Daerah ke lembaga peradilan. Tidak adanya mekanisme upaya hukum terhadap hasil keputusan Pemilihan Kepala Daerah menyebabkan keberatan dan ketidakpuasan masyarakat terkait keputusan hasil Pemilihan Kepala Daerah, karena pada masa Orde Baru belum dikenal sengketa Pemilu.7

Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara membawa harapan terkait upaya hukum masyarakat terhadap hasil keputusan Pemilihan Kepala Daerah yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan DPRD. Akan tetapi, dalam Pasal 2 huruf (b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menjelaskan bahwa keputusan yang memerlukan persetujuan lebih lanjut tidak dapat diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Keputusan DPRD terkait Pemilihan Kepala Daerah merupakan keputusan yang memerlukan persetujuan dari atasan/tingkat yang lebih tinggi,

7

Tim Peneliti Perludem. 2006. Kajian Kebijakan : Sistem Penegakan Hukum Pemilu 2004-2009.


(6)

6

sehingga hasil keputusan dalam Pemilihan Kepala Daerah yang dilakukan oleh DPRD menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah tidak dapat diajukan permohonan ke Pengadilan Tata Usaha Negara dikarenakan memerlukan persetujuan Presiden atau Menteri Dalam Negeri.

Begitu pula dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan Undang-Undang pemerintahan daerah pertama dalam masa transisi kekuasaan Indonesia. Dalam Undang-Undang tersebut menjelaskan upaya hukum ke pengadilan terhadap hasil keputusan DPRD terkait Pemilihan Kepala Daerah tidak dapat dilakukan, karena dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah menempatkan DPRD sebagai kekuasaan tertinggi di daerah. Selain itu hasil keputusan DPRD terkait Pemilihan Kepala Daerah hanya bisa diujikan melalui mekanisme Legislative Review.

Cara pemilihan jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah mempengaruhi dari kewenangan lembaga peradilan untuk mengadili sengketa yang timbul akibat dari hasil keputusan tersebut. Semakin demokratis dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, maka lembaga peradilan sebagai kontrol eksternal yuridis seyogyanya mempunyai peran yang besar dalam melindungi hak asasi manusia. Namun, hal tersebut dapat dilihat dari minimnya peran lembaga peradilan sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya ketika Pemilihan Kepala Daerah masih


(7)

7

dilakukan oleh DPRD. Meskipun Pemilihan Kepala Daerah yang dilakukan oleh DPRD dapat dikatakan juga sebagai pemilihan yang demokratis, namun tidak setiap warga negara dapat mengajukan diri, hanya warga negara yang memiliki dukungan politik yang kuat dari partai politik yang ada di DPRD dan dekat dengan kekuasaan yang dapat mengajukan diri. 8

Nuansa politik yang sangat kental dalam Pemilihan Kepala Daerah yang dilakukan oleh DPRD dan pemerintah pusat menjadi latar belakang pembuat Undang-Undang di DPR yang juga merepresentasikan partai politik dalam menyusun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1976 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah yang tidak menempatkan lembaga peradilan sebagai kontrol eksternal yuridis terhadap hasil keputusan Pemilihan Kepala Daerah, karena kontrol eksternal yuridis akan membuka peluang bagi calon yang tidak puas untuk menggugat hasil keputusan DPRD dan pemerintah yang merupakan keputusan politik tersebut.9

Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-Undang 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, membawa iklim demokratis bagi penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala

8

Heriyanto. 2011. Tinjauan Anilisis Normatif Yuridis Terhadap Pelaksanaan Putusan Sengketa Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2011 Oleh Komisi Pemilihan Umum. Makalah Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Hal 56

9


(8)

8

Daerah di Indonesia. Sebelumnya, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah masih menyerahkan kekuasaan Pemilihan Kepala Daerah pada pemerintah pusat dan DPRD. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberikan ruang untuk Pemilihan Kepala Daerah kepada rakyat secara langsung. Sebagai negara yang menganut sistem nomokrasi, hak rakyat atas keberatan dan ketidakpuasaan terkait hasil keputusan Pemilihan Kepala Daerah tersebut dikawal melalui aturan hukum yang dilaksanakan institusi lembaga peradilan, salah satunya munculnya kewenangan mengadili sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah di Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Pengadilan Tinggi.10

Dalam perjalanannya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah ternyata menimbulkan berbagai masalah baik berupa implikasi politik, ekonomi, sosial dan budaya, baik yang menguntungkan maupun konflik-konflik horizontal yang merugikan. Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 072-073/PUU-II/200411 atas pengujian

10

Pasal 106 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah 11

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 072-073/PUU-II/2004 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, terkait Pemilihan Kepala Daerah langsung rezim Pemilihan Umum. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

berpendapat : “… Bahwa untuk melaksanakan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diperlukan Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang subtansinya antara lain memuat ketentuan tentang Pemilihan Kepala Daerah. Dalam hubungan itu, Mahkamah berpendapat bahwa untuk melaksanakan ketentuan tersebut adalah kewenangan pembuat Undang-Undang untuk memilih cara pemilihan langsung atau demokratis lainnya. Karena Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah menetapkan Pemilihan Kepala Daerah secara demokratis, maka


(9)

9

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang menentukan Pemilihan Kepala Daerah langsung merupakan Pemilu secara materiil, sehingga Pemilihan Kepala Daerah menjadi Pemilihan Umum Kepala Daerah. Pemilihan Umum Kepala Daerah merupakan perluasan pengertian Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22E Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilu menandai masuknya Pemilihan Kepala Daerah langsung dalam rezim Pemilu. Hal tersebut sebagaimana diatur Pasal 1 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilu yang menyebutkan “Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilihan Umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

baik pemilihan langsung maupun cara lain tersebut harus berpedoman pada asas-asas Pemilihan Umum (Pemilu) yang berlaku secara umum;

Bahwa ternyata dalam menjabarkan maksud “dipilih secara demokratis” dalam Pasal 18 Ayat (4)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pembuat Undang-Undang telah memilih cara Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, maka menurut Mahkamah sebagai konsekuensi logisnya, asas-asas penyelenggaraan Pemilihan Umum harus tercermin dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, dan adil (luber-jurdil) yang disenglenggarakan oleh lembaga yang independen.

Terhadap pendapat bahwa Pemilihan Kepala Daerah langsung tidak termasuk dalam kategori Pemilihan Umum yang secara formal terkait dengan ketentuan Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan segala peraturan penjabaran dari Pasal a quo, Mahkamah berpendapat bahwa Pemilihan Kepala Daerah langsung tidak temasuk dalam kategori Pemilihan Umum sebagaimana dimaksudkan Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun demikian Pemilihan Kepala Daerah langsung adalah Pemilihan Umum secara materiil untuk mengimplementasikan Pasal 18 Ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu dalam penyelenggaraannya dapat berbeda dengan Pemilihan Umum (Pemilu) sebagaimana yang dimaksud Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


(10)

10

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.”12 Dengan dimasukannya Pemilihan Kepala Daerah langsung dalam rezim Pemilu, maka mempengaruhi struktur dari penyelenggaraan Pemilu itu sendiri dimana sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilu. KPU menjadi hirarki dengan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah.13 Tidak seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur hubungan terpisah antara KPU Pusat dengan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah14, sehingga menurut Undang-Undang ini antara KPU Pusat dengan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota tidak ada mekanisme kontrol dan pertanggungjawaban secara hirarki.

Pada sistem desentralisasi kewenangan tidak lagi memusatkan kewenangan untuk menyelesaikan sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah di satu instansi lembaga peradilan yang sama yakni Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Pengadilan Tinggi, melainkan kepada dua instansi lembaga peradilan yang berbeda. Penyelesaian sengketa administrasi terhadap keputusan KPU selain keputusan hasil Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan oleh Peradilan Tata Usaha Negara, sedangkan terhadap sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah

12

Lihat Pasal 1 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilu.

13

Pasal 1 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilu 14


(11)

11

dilaksanakan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Peralihan kewenangan penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dari Mahkamah Agung Republik Indonesia ke Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia baru dapat terealisasi semenjak berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk perkara Nomor 072-073/PUU-II/200415, ketika itu hanya mengkategorikan Pemilihan Kepala Daerah langsung sebagai rezim Pemilu sehingga jika terdapat sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah masih diselesaikan di Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Pengadilan Tinggi.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilu dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah secara tegas memasukan Pemilihan Kepala Daerah langsung ke dalam rezim Pemilu. Dengan demikian, konsekuensi logis penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah tidak lagi diselesaikan di Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Pengadilan Tinggi, tetapi di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Inilah yang menjadi dasar Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia memutus sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah

15

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 072-073/PUU-II/2004 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, terkait Pemilihan Kepala Daerah langsung sebagai rezim Pemilihan Umum.


(12)

12

karena sudah memasuki rezim Pemilu. Dalam produk Undang-Undang tersebut, Pemilihan Kepala Daerah sudah dianggap sebagai general election, sehingga masuk ranah kewenangan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk menyelesaikan jika terjadi perselisihan. Peralihan kewenangan tersebut terlihat jelas dalam Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan “Penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dialihkan kepada

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia paling lama 18 bulan sejak

Undang-Undang ini diundangkan”.16

Dari uraian latar belakang permasalahan di atas dapat dipahami bahwa perlu adanya pemahaman yang lebih mendalam mengenai politik hukum yang melatarbelakangi mekanisme penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah serta politik hukum yang melatarbelakangi peralihan kewenangan lembaga peradilan dalam penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah. Penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dan peralihan kewenangan dalam penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala dari Mahkamah Agung Republik Indonesia ke Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia inilah yang menarik untuk dikaji dari sudut pandang politik hukum nasional dengan mengkaji secara yuridis normatif. Hal ini karena menurut penulis dalam tingkatan peraturan

16

Lihat Pasal 236C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah


(13)

13

yang sama-sama merupakan Undang-Undang, akan membingungkan bila ada dua lembaga tinggi yang diserahi wewenang untuk melakukan satu fungsi yang sama. Disini penulis tertarik untuk menganalisis dan melakukan penulisan skripsi dengan judul “POLITIK HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH”.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana politik hukum penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah?

2) Bagaimana politik hukum penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penulisan ini adalah :

1) Untuk mengetahui dan menganalisis politik hukum dalam penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.


(14)

14

2) Untuk mengetahui dan menganalisis politik hukum dalam penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

D. Manfaat Penelitian 1) Bagi Penulis

Bagi penulis karya tulis ini merupakan prasyarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum (strata-1), juga memberikan pengetahuan bagi penulis berkaitan dengan politik hukum dalam penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah.

2) Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan hukum kepada masyarakat tentang politik hukum penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah.

E. Kegunaan Penelitian

1) Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi penulis lain yang berminat pada masalah yang sama, guna penulisan lebih lanjut.

2) Diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu hukum, terutama berkaitan dengan masalah politik hukum penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah.


(15)

15

3) Diharapkan dapat menjadi bahan diskusi bagi mahasiswa lain, bahwa pemerintah melalui lembaga-lembaganya sangat memikirkan penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dengan membuat peraturan-peraturan yang lebih baik dan spesifik guna terciptanya pemerintahan yang demokratis.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Metode Pendekatan

Metede pendekatan merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan atau untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode yuridis normatif yang sistematis dan terarah sehingga diperoleh kejelasan mengenai permasalahan yang akan dibahas, sehingga diharapkan dapat memberikan pemecahan dari permasalahan yang ditimbulkan.

Topik permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian yang objeknya adalah permasalahan hukum (sedangkan hukum adalah kaidah atau norma yang ada dalam masyarakat), maka digunakan penelitian dengan menggunakan metode yuridis normatif, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Penelitian ini menekankan pada materi hukum, yaitu penyelesaian sengketa hasil Pemilihan


(16)

16

Kepala Daerah, peraturan perundang-undangan, dan didukung dengan literatur yang ada mengenai pokok masalah yang dibahas.

Pendekatan yuridis normatif yang menekankan pada aturan hukum yang berlaku dalam bentuk peraturan perundang-undangan, maka menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan tersebut dimaksudkan untuk menelaah, mengkritisi, serta diharapkan dapat memberikan solusi, khususnya yang terkait dengan politik hukum penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah yang diatur dalam Undang-undang.

2) Jenis Bahan Hukum a) Bahan Hukum Primer:

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif atau bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat. Bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 072-073/PUU-II/2004 Pentang Pengujian Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilu, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.


(17)

17

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dengan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer, dalam hal ini bahan yang digunakan penulis adalah buku-buku, jurnal, makalah, artikel internet, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan topik bahasan.

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang diperoleh dari Ensiklopedia dan Kamus.

3) Tehnik Pengumpulan Bahan Hukum a) Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan pustaka yang sudah dipilih sesuai dengan permasalahan guna memperoleh data, teori-teori serta pendapat para ahli dan literatur-literatur yang terdapat dalam buku-buku Ilmu Hukum, peraturan perundang-undangan, jurnal, majalah dan lainya yang berhubungan dengan segala permasalahan yang sesuai dengan tugas akhir yang akan disusun dan dianalisa untuk dikelola lebih lanjut.

b) Internet

Pengumpulan data dengan menggunakan media elektronik yang berhubungan dengan objek yang diteliti, termasuk menggunakan situs internet yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas


(18)

18

yang berkaitan dalam menentukan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.

c) Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan dokumen–dokumen yang berhubungan dengan objek yang diteliti, yaitu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 072-073/PUU-II/2004 Tentang Pengujian Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilu, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

4) Analisa Bahan Hukum

Dalam analisis data ini, penulis menggunakan analisa isi (content analisys), yakni dengan maksud menganalisa secara mendalam tentang politik hukum dalam penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dengan ditunjang interpretasi hukum yakni interpretasi teleotelogis, artinya menafsirkan Undang-Undang dengan menyelidiki maksud pembuatan dan tujuan dibuatkannya Undang-Undang tersebut. Dengan interpretasi teleotelogis ini, Undang-Undang yang masih berlaku (tetapi sudah usang atau sudah tidak


(19)

19

sesuai lagi) diterapkan terhadap suatu peristiwa, hubungan, kebutuhan dan kepentingan pada masa kini, dalam hal ini peraturan perundang-undangan disesuaikan dengan hubungan dan situasi sosial yang baru

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan hasil dari penelitian hukum ini, penulis menyajikan dalam IV (empat) BAB, dengan harapan mempunyai sistematika yang dapat membantu dan memudahkan untuk mengetahui serta memahaminya. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan diberikan penjelasan mengenai pengertian-pengertian, beberapa teori serta konsep yang nantinya akan menjadi acuan dalam memberikan analisa pembahasan masalah, sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami bab berikutnya. Adapun teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi : Teori Politik Hukum, Teori Pemilihan Kepala Daerah, Teori Sengketa Pemilihan Kepala Daerah, Teori Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah.


(20)

20

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini merupakan sebuah analisis yang diberikan dari rumusan masalah yang mengacu pada tinjauan pustaka. Pada Bab ini akan akan menjelaskan dan memaparkan data hasil penelitian sekaligus pembahasan yang menjadi fokus kajian atau hasil analisis penulis yaitu politik hukum penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan politik hukum penyelesaian sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

BAB IV PENUTUP

Dalam Bab ini terdiri dari kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan hasil penelitian ini, serta sebuah saran yang penulis sumbangkan berkaitan dengan kesimpulan yang telah ditarik dari permasalahan dan telah dijabarkan dalam pembahasan dengan harapan mampu menjadi rekomendasi terhadap pihak-pihak yang terkait pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya.


(21)

i

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

POLITIK HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh :

WIDODO DJATIKUSUMO 08400029

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM


(22)

(23)

(24)

(25)

v

Ungkapan Pribadi

Alhamdulillah hirabbil alamin... Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunianya tak terhingga kepada hamba sehingga penulisan tugas akhir ini terselesaikan... Alhamdulillah akhirnya terselesaikan juga perjuanganku yang cukup panjang selama ini… Kupersembahkan karya sederhana ini kepada mereka yang senantiasa memberikan perhatian serta doanya tiada henti…

MOTO

Hidup ini adalah perjuangan Alam adalah cinta sejati Maka manfaatkan waktu yang tak pernah berhenti ini Dengan membuat orang di sekeliling nyaman berseri-seri

“Bila kegagalan adalah hujan dan keberhasilan adalah matahari, maka butuh keduanya untuk dapat melihat dan menikmati indahnya pelangi” “Kesenangan dan kesedihan akan datang silih berganti, tetap semangat karena Tuhan


(26)

viii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah hirabbil alamin segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Pengasih, tempat penulis memohon ampun, atas limpahan kebahagiaan, kebenaran dan kebaikan yang telah diberikan-Nya. Tuhan yang telah mengutus Muhammad SAW di muka bumi sebagai tauladan mereka yang bertakwa, dan semoga kita semua diberikan kekuatan untuk dapat melanjutkan perjuangan beliau. Amin

Dengan terselesaikannya skripsi ini merupakan sebuah proses yang cukup panjang, lama dan berharga bagi penulis karena banyak pelajaran yang didapatkan dari seluruh aktivitas penyelesaiannya. Dan tentunya skripsi ini memungkinkan terdapat kelemahan dan perdebatan, maka penulis menyampaikan harapan untuk kritik dan saran untuk membangun khazanah serta pengembangan akademik.

Melalui lembar ini pula, dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridho-Nya, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas akademis Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang (FH-UMM) yang telah memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal dan informal bagi penulis dalam pengembangan diri, serta berbagai pihak yang telah banyak membantu dan memberikan penulis inspirasi, bimbingan dan dukungan baik moril maupun materiil, kepada :

1. Ayahanda Ir. Bogiek Sofiyanto dan Ibunda Listia Nursari yang dalam suka dan duka selalu dengan sabar dan besar hati menghadapi, memberikan limpahan kasih sayang, perhatian yang begitu besar dan tidak pernah terputus pada ananda sejak kecil hingga saat ini dan doa dalam setiap detiknya… Terima kasih sedalam-dalamnya atas belaian kasih sayang serta dengan tulus


(27)

ix

memberikan dukungan moril dan materiil yang tidak ternilai harganya, yang menjadi cambuk penyemangat bagi saya dalam menuntut ilmu dan berkarya, yang sejujurnya dari lubuk hati yang paling dalam saya masih belum dapat untuk membalas itu semua, kecuali secerca doa kepada kalian yang tiada hentinya.

2. Bapak Dr. Drs. H. Muhadjir Effendy, MAP. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang serta seluruh jajaran Pembantu Rektor dan Staf Rektorat Universitas Muhammadiyah Malang selaku motivator dan inspirator dalam penyelesaian tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Sulardi, S.H., M.Si., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang dan Dosen pembimbing I yang telah mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini, dengan kesabarannya dalam membimbing dan memberikan arahan, dan bantuan dalam kelancaran penulisan tugas akhir ini serta sebagai sumber inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir. Terima Kasih Pak...

4. Ibu Catur Wido Haruni, S.H., M.Si.,M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan masukan dan bimbingan serta saran-saran konstruktif yang membuka wawasan pemikiran bagi penulis hingga karya ini bisa diselesaikan. Terima kasih Ibu...

5. Seluruh Staf Pengajar yang telah memberikan ilmunya dan menjadi guru bagi penulis, serta semua karyawan Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Adekku satu-satunya Adit... Terima kasih untuk selalu mendoakan, mendukung dan menyemangati saudaramu ini yang kadang-kadang keras kepala.

7. Untuk seluruh keluarga besarku... Terima kasih sedalam-dalamnya atas doa dan dengan tulus memberikan dukungan materiil yang tidak ternilai harganya, serta perhatian dan kasih sayangnya.


(28)

x

8. Yang spesial dan teristimewa porsi double jumbo Fanty Pratiwi Meita... Terima kasih banyak atas penuh kasih sayang dan perhatiannya, untuk doa, dukungan, serta kebersamaan selalu waktunya dalam suka dan duka.

9. Sahabat dan saudara seperjuanganku... Chakim, Irul, Jefri, Djoko, Wawan, Dading, Slamet, Anang, Icha, Tuti, Vita dan Ave... Terima kasih untuk kebersamaan, persahabatan, persaudaraan, support dan kerja samanya... Teruslah belajar, berkembang, jalani semua ini dengan penuh semangat, dan jangan lupa selalu tertawa bersama. Sukses selalu untuk kalian, sukses untuk kita semua. Amin. Always Bravo 2008.

10.Saudaraku-saudaraku di HMI Komisariat Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih atas pembelajaran serta persaudaraan ini, sehingga aku menemukan warna tersendiri dalam hidup ini… Teruslah berkarya, buatlah sejarah dan yakin usaha sampai.

11.Saudara-saudaraku di kontrakan Embong Anyar dan Kost Bangsal 13… Terima kasih untuk persaudaraan serta kecerian yang selalu ada. Tetap semangat dan jangan pernah lupa kita pernah tinggal seatap bersama.

Mungkin ungkapan yang sederhana ini tak akan mampu menggambarkan semuanya. Akhir kata penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun ilmu pengetahuan hukum, atas segala kekhilafan dan kesalahan yang penulisan saya mohon maaf.

.

Billahittaufiq Wal Hidayah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, 30 Desember 2014

Penulis,


(29)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Cover/Sampul Dalam... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pengesahan Penguji ... iii

Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ... iv

Ungkapan Pribadi/Motto ... v

Abstraksi ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian... 13

D. Manfaat Penelitian... 14

E. Kegunaan Penelitian... 14

F. Metode Penelitian ... 15

1) Metode Pendekatan ... 15

2) Jenis Bahan Hukum ... 16

3) Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 17

4) Analisa Bahan Hukum ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Politik Hukum ... 21

B. Pemilihan Kepala Daerah ... 26

C. Sengketa Pemilihan Kepala Daerah ... 34

D. Penyelesaian Sengketa Hasiil Pemilihan Kepala Daerah... 40

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Politik Hukum Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ... 46

A.1. Perubahan Sistem Pemilihan Kepala Daerah ... 46

A.2. Kewenangan Mahkamah Agung Republik Indonesia Dalam Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah ... 56


(30)

xii

B. Politik Hukum Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ... 65 B.1. Pemilihan Kepala Daerah Bagian Dari Rezim Pemilu ... 65 B.2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Dalam Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilihan Kepala

Daerah ... ... 73 B.3. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Menghapus Kewenangnya Dalam Penyelesaian Sengketa

Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah ... 81 BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA


(31)

101

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Agusalim Andi Gadjong. 2007. Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum. Cetakan Pertama. Bogor. Ghalia Indonesia.

Ahmad Syahrizal. 2006. Peradilan Konstitusi (Suatu Studi Tentang Adjudikasi Konstitusional Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Normatif). Jakarta. PT. Pradya Paramita.

Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari. 2007. Dasar-dasar Politik Hukum. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Janendri M. Gaffar. 2012. Politik Hukum Pemilu. Jakarta. Konstitusi Press.

Jimly Asshiddiqie. 2002. Konsolidasi Naskah UUD 1945 setelah perubahan keempat. Depok. Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

_____.2005. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta. FHUII Press cetakan 1.

_____. 2006. Partai Politik dan Pemilihan Umum Sebagai Instrumen Demokrasi. Jakarta. Jurnal Konstitusi Volume 3 Nomor 4. Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

_____. 2006. Konstitusi dan Konstitualisme Indonesia. Cetakan Kedua. Jakarta. Konstitusi Press.

_____. 2010.Konstitusi dan Konstutualisme Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika. Lawrence M. Friedman. 1973. A History of American Law. New York. W.W Norton

and Company.

Moh. Mahfud MD. 1998. Politik Hukum di Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta. Rajawali Pers

_____. 2010. Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi. Cetakan Pertama. Jakarta. Rajawali Pers.


(32)

102

_____. 2011. Politik Hukum di Indonesia. Cetakan Keempat. Jakarta. Rajawali Pers

Ni’matul Huda. 2011. Dinamika Ketatanegaraan Indonesia Dalam Putusan

Mahkamah Konstitusi. Cetakan Pertama. Yogyakarta. FH UII Press.

Safri Nugraha. 2005. Hukum Administrasi Negara. Jakarta. FHUI.

Jurnal

Achmadudin Rajab. 2013. Tinjauan Yuridis Pemebentukan Peradilan Khusu Pemilu Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah. Jakarta. Makalah Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Arnia Fajarwati. 2008. Pemilihan Kepala Daerah Langsung Sebagai Proses Menuju Kematangan Politik Indonesia. Bandung. Makalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan Universitas Langlangbuana Bandung.

Bambang Widjojanto. 2009. Kajian putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia tentang Pemilu & Pemilukada. Jakarta. Kemitraan.

Chad Vickery. 2011. Pedoman Untuk Memahami, Menangani, dan Menyelesaikan Sengketa Pemilu. Washington, D.C. International Foundation for Electoral Systems

Catur Wido Haruni. 2009. Pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintah Pasca Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Jakarta. Jurnal Konstitusi Pusat Studi Konstitusi. Vol II. No 1 Fakultas Hukum. Universitas Muhammadiyah Malang.

______. 2010. Kajian Kritis Terhadap Pelanggaraan Pemilu Dan Penyelesaiannya Menurut UU. No.10 Tahun 2008 Tentang Pemilu. Jakarta. Jurnal Konstitusi Pusat Studi Konstitusi. Vol III. No 2. Fakultas Hukum. Universitas Muhammadiyah Malang.

Heriyanto. 2011. Tinjauan Anilisis Normatif Yuridis Terhadap Pelaksanaan Putusan Sengketa Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2011 Oleh Komisi Pemilihan Umum. Jakarta. Makalah Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Miftachus Sjuhad. 2009. Mengenal Ihwal Demokrasi Konstitusional. Jakarta. Jurnal Konstitusi Pusat Studi Konstitusi. Vol II. No 1. Fakultas Hukum. Universitas Muhammadiyah Malang.


(33)

103

Pad Mohammad Faiz. Qou Vadis Sengketa Pilkada?. Jatim. Harian Koran SINDO. 22 Mei 2014.

Profil Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 2008. Sekretaris Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Tim Peneliti Perludem. 2006. Kajian Kebijakan : Sistem Penegakan Hukum Pemilu 2004-2009. Jakarta. Perludem.

Tim Pengkajian BPHN. 2011. Pengkajian Hukum Tentang Pemilihan Kepala Daerah. Jakarta. Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia.

Tim Peneliti Komisi Hukum Nasional. 2012. Arah Pembangunan Nasional : Kajian Legislasi dan Opini Komisi Hukum Nasional. Jakarta. Komisi Hukum Nasional

Topo Santoso. 2007. Analisa dan Evaluasi Hukum Tentang Perang Lembaga Peradilan Dalam Sengketa Pilkada (UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Jakarta. Makalah Badan Pembinaan Hukum Nasional.

Website

Agus Sahbani. 19 Mei 2014. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Hapus Kewenangan Sengketa Pemilukada. MK-Hapus-Kewenangan-Sengketa-Pemilukada-hukumonline.com.html. Jakarta. Hukum Online. Diakses pada tanggal 28 November 2014 pukul 10.50 WIB

Agus Supriyanto. Senin, 6 Juni 2005. “LSM : Tahap Penetapan Hasil Pilkada Paling Rawan”. http://www.tempo.co/read/news/2005/06/06/05562071/LSM-Tahap-Penetapan-Hasil-Pilkada-Paling-Rawan. Jakarta. Tempo. Diakses pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 17.00 WIB

Cik Siti. Peran KPUD Kabupaten Kepulauan Dalam Mencegah Konflik Pilkada.

http://sitirahmi.blogspot.com/2010/03/peran-kpud-kabupaten-kepulauan-meranti.html, Diakses pada tanggal 3 Mei 2013 pukul 20.00 WIB

Kompas.com. 23 April 2008. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Selesaikan Sengketa Pilkada?. http//www.Harian

Kompas.co/read/news/08/21/5547071/Mahkamah-Konstitusi Republik Indonesia-Selesaikan-Sengketa -Pilkada. Jakarta. Kompas. Diakses pada tanggal 28 September 2013 pukul 19.30 WIB


(34)

104

R. Nazriyah. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Penyelesaian Sengketa Pemilihan Kepala Daerah.

http://pshk.law.uii.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=37&I temid=126 Diakses pada tanggal 6 Juli 2013, pukul 19.15 WIB

Refli Harun. 30 Maret 2005. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Gagal Mengawal Demokrasi. Jakarta. http//www.Harian

Kompas.co/read/news/05/30/5562071/Mahkamah-Konstitusi Republik Indonesia-Gagal -Mengawal -Demokrasi. Jakarta. Kompas. Diakses pada tanggal 28 September 2013 pukul 19.00.

Syafran Sofyan, Permasalahan Dan Solusi Pemilukada.

http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1634-permasalahan-dan-solusi-pemilukada.html Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 19.50 WIB

Putusan

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 072-073/PUU-II/2004 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 5/PUU-V/2007 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 97/PUU-XI/2013 Tentang Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 1-2/PUU-XII/2014 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia


(35)

105

Peraturan Perundangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahakamah Konstitusi Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Daerah

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Daerah


(1)

xii

B. Politik Hukum Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ... 65 B.1. Pemilihan Kepala Daerah Bagian Dari Rezim Pemilu ... 65 B.2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Dalam Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilihan Kepala

Daerah ... ... 73 B.3. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Menghapus Kewenangnya Dalam Penyelesaian Sengketa

Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah ... 81

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(2)

101

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Agusalim Andi Gadjong. 2007. Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum. Cetakan Pertama. Bogor. Ghalia Indonesia.

Ahmad Syahrizal. 2006. Peradilan Konstitusi (Suatu Studi Tentang Adjudikasi Konstitusional Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Normatif). Jakarta. PT. Pradya Paramita.

Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari. 2007. Dasar-dasar Politik Hukum. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Janendri M. Gaffar. 2012. Politik Hukum Pemilu. Jakarta. Konstitusi Press.

Jimly Asshiddiqie. 2002. Konsolidasi Naskah UUD 1945 setelah perubahan keempat. Depok. Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

_____.2005. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta. FHUII Press cetakan 1.

_____. 2006. Partai Politik dan Pemilihan Umum Sebagai Instrumen Demokrasi. Jakarta. Jurnal Konstitusi Volume 3 Nomor 4. Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

_____. 2006. Konstitusi dan Konstitualisme Indonesia. Cetakan Kedua. Jakarta. Konstitusi Press.

_____. 2010. Konstitusi dan Konstutualisme Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika.

Lawrence M. Friedman. 1973. A History of American Law. New York. W.W Norton and Company.

Moh. Mahfud MD. 1998. Politik Hukum di Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta. Rajawali Pers

_____. 2010. Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi. Cetakan Pertama. Jakarta. Rajawali Pers.


(3)

102

_____. 2011. Politik Hukum di Indonesia. Cetakan Keempat. Jakarta. Rajawali Pers

Ni’matul Huda. 2011. Dinamika Ketatanegaraan Indonesia Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi. Cetakan Pertama. Yogyakarta. FH UII Press.

Safri Nugraha. 2005. Hukum Administrasi Negara. Jakarta. FHUI.

Jurnal

Achmadudin Rajab. 2013. Tinjauan Yuridis Pemebentukan Peradilan Khusu Pemilu Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah. Jakarta. Makalah Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Arnia Fajarwati. 2008. Pemilihan Kepala Daerah Langsung Sebagai Proses Menuju Kematangan Politik Indonesia. Bandung. Makalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan Universitas Langlangbuana Bandung.

Bambang Widjojanto. 2009. Kajian putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia tentang Pemilu & Pemilukada. Jakarta. Kemitraan.

Chad Vickery. 2011. Pedoman Untuk Memahami, Menangani, dan Menyelesaikan Sengketa Pemilu. Washington, D.C. International Foundation for Electoral Systems

Catur Wido Haruni. 2009. Pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintah Pasca Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Jakarta. Jurnal Konstitusi Pusat Studi Konstitusi. Vol II. No 1 Fakultas Hukum. Universitas Muhammadiyah Malang.

______. 2010. Kajian Kritis Terhadap Pelanggaraan Pemilu Dan Penyelesaiannya Menurut UU. No.10 Tahun 2008 Tentang Pemilu. Jakarta. Jurnal Konstitusi Pusat Studi Konstitusi. Vol III. No 2. Fakultas Hukum. Universitas Muhammadiyah Malang.

Heriyanto. 2011. Tinjauan Anilisis Normatif Yuridis Terhadap Pelaksanaan Putusan Sengketa Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2011 Oleh Komisi Pemilihan Umum. Jakarta. Makalah Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Miftachus Sjuhad. 2009. Mengenal Ihwal Demokrasi Konstitusional. Jakarta. Jurnal Konstitusi Pusat Studi Konstitusi. Vol II. No 1. Fakultas Hukum. Universitas Muhammadiyah Malang.


(4)

103

Pad Mohammad Faiz. Qou Vadis Sengketa Pilkada?. Jatim. Harian Koran SINDO. 22 Mei 2014.

Profil Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 2008. Sekretaris Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Tim Peneliti Perludem. 2006. Kajian Kebijakan : Sistem Penegakan Hukum Pemilu 2004-2009. Jakarta. Perludem.

Tim Pengkajian BPHN. 2011. Pengkajian Hukum Tentang Pemilihan Kepala Daerah. Jakarta. Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia.

Tim Peneliti Komisi Hukum Nasional. 2012. Arah Pembangunan Nasional : Kajian Legislasi dan Opini Komisi Hukum Nasional. Jakarta. Komisi Hukum Nasional

Topo Santoso. 2007. Analisa dan Evaluasi Hukum Tentang Perang Lembaga Peradilan Dalam Sengketa Pilkada (UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Jakarta. Makalah Badan Pembinaan Hukum Nasional.

Website

Agus Sahbani. 19 Mei 2014. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Hapus Kewenangan Sengketa Pemilukada. MK-Hapus-Kewenangan-Sengketa-Pemilukada-hukumonline.com.html. Jakarta. Hukum Online. Diakses pada tanggal 28 November 2014 pukul 10.50 WIB

Agus Supriyanto. Senin, 6 Juni 2005. “LSM : Tahap Penetapan Hasil Pilkada Paling

Rawan”.

http://www.tempo.co/read/news/2005/06/06/05562071/LSM-Tahap-Penetapan-Hasil-Pilkada-Paling-Rawan. Jakarta. Tempo. Diakses pada tanggal 13 Juni 2013 pukul 17.00 WIB

Cik Siti. Peran KPUD Kabupaten Kepulauan Dalam Mencegah Konflik Pilkada.

http://sitirahmi.blogspot.com/2010/03/peran-kpud-kabupaten-kepulauan-meranti.html, Diakses pada tanggal 3 Mei 2013 pukul 20.00 WIB

Kompas.com. 23 April 2008. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Selesaikan Sengketa Pilkada?. http//www.Harian

Kompas.co/read/news/08/21/5547071/Mahkamah-Konstitusi Republik Indonesia-Selesaikan-Sengketa -Pilkada. Jakarta. Kompas. Diakses pada tanggal 28 September 2013 pukul 19.30 WIB


(5)

104

R. Nazriyah. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Penyelesaian Sengketa Pemilihan Kepala Daerah.

http://pshk.law.uii.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=37&I temid=126 Diakses pada tanggal 6 Juli 2013, pukul 19.15 WIB

Refli Harun. 30 Maret 2005. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Gagal Mengawal Demokrasi. Jakarta. http//www.Harian

Kompas.co/read/news/05/30/5562071/Mahkamah-Konstitusi Republik Indonesia-Gagal -Mengawal -Demokrasi. Jakarta. Kompas. Diakses pada tanggal 28 September 2013 pukul 19.00.

Syafran Sofyan, Permasalahan Dan Solusi Pemilukada.

http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1634-permasalahan-dan-solusi-pemilukada.html Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 19.50 WIB

Putusan

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 072-073/PUU-II/2004 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 5/PUU-V/2007 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 97/PUU-XI/2013 Tentang Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 1-2/PUU-XII/2014 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia


(6)

105 Peraturan Perundangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahakamah Konstitusi Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Daerah

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Daerah