Penyempurnaan Model Distribusi Risiko

dengan nilai efisiensi 100 . Maka semakin besar nilai harga jual setiap unit produk yang dijualnya. [ ] ∑ ∑ , Sehingga Nilai harga jual profit yang optimal untuk setiap pelaku melalui mekanisme model RS bisa dilihat dengan jelas melalui persamaan 10 : ...... 10 s.t. ∑ ∑ ∑ Dimana : F yi = Harga pembayaran tetap distributor y koperasi unit ke i FP yi = Harga jual optimal pelaku tingkatan y unit ke i F y = Harga jual finish good tingkat distributor = koofisien risk aversion pelaku rantai pasok = nilai kinerja efisiensi DEA pelaku tingkatan ke y unit ke i             . . 2 . 2 1 . . 2 . o o n ij ij j i yi i y i y i y n ij ij j i O w FP WR F WR F WR F I v                                                  WR i = Bobot risiko pelaku di dalam tingkatan rantai pasok. O ij = Variabel output j unit ke i. w ij = bobot output j unit ke i. I ij = variabel input ke j unit ke i v ij = bobot input ke j unit ke i Model RS yang diwakili oleh persamaan 10 merupakan prinsip membagi mekanisme harga jual berdasarkan temuan risiko pada bab sebelumnya. Harga jual optimal FP yi didapat dari bobot risiko yang ditanggung pelaku setiap sphere dikalikan dengan harga jual akhir finish good di tingkat koperasi F y . Artinya semakin besar bobot risiko yang ditanggung pelaku di dalam sphere rantai pasok, maka semakin besar nilai harga jual optimal yang mungkin diperolehnya. Mekanisme ini dilanjutkan dengan memperhatikan kinerja dari setiap pelaku di dalam sphere rantai pasok. Nilai jual optimal yang sudah ditetapkan untuk setiap sphere rantai pasok akan ditinjau secara lebih spesifik terhadap masing-masing pelaku didalam sphere tersebut. Atribut yang menjadi indikator pengaturan harga spesifik di setiap pelaku dalam sphere rantai pasok terdiri atas dua yaitu pembayaran tetap F yi dan insentif I. Pembagian antara sejumlah pembayaran tetap F yi dan insentif I ditetapkan sama besar. Artinya, 50 dari total harga jual yang telah ditetapkan berdasarkan risiko pelaku untuk setiap sphere akan dibayarkan dengan jumlah yang sama terhadap semua pelaku. Sementara, 50 dari total nilai harga jual optimal yang akan diterima pelaku diberikan dalam bentuk insentif. Nilai insentif akan berfluktuatif, tergantung dari perolehan nilai kinerja efisiensi relatif pelaku di setiap sphere. Semakin baik nilai kinerja pelaku, maka nilai insentif yang akan didapatkan juga semakin optimal. Penetapan harga berdasarkan spesifik risiko pelaku diwakili oleh nilai koofisien risk aversion ρ yang merupakan bagian dari fungsi insentif. Koofisien risk aversion ρ mewakili sejumlah risiko yang harus diminimalisir pelaku. Nilai risiko di dalam koofisien risk aversion ρ merupakan ketidakmampuan pelaku untuk memperoleh kinerja maksimal . Nilai kinerja θ atau efisiensi relatif pelaku yang paling maksimal dari setiap pelaku rantai pasok akan bernilai 1. Artinya, jika pelaku memperoleh nilai θ sama dengan 1 maka tentu saja nilai koofisien risk aversion ρ akan bernilai 0. Sehingga nilai insentif pelaku rantai pasok akan optimal atau WR i . F y 2 Dari persamaan 10, terlihat bahwa harga jual untuk setiap pelaku rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah terdiri atas dua bagian yaitu sejumlah pembayaran tetap dan insentif. Pembayaran tetap adalah nilai harga yang bersifat permanen untuk pelaku rantai pasok setiap kali transaksi harga dilakukan. Sementara nilai insentif tergantung dari pencapaian kinerja pelaku rantai pasok. Artinya dari mekanisme pengaturan harga jual sebagian risiko pelaku didistribusikan melalui mekanisme pemberian insentif. Berdasarkan mekanisme pengaturan harga diatas maka masalah selanjutnya adalah bagaimana menentukan besaran harga insentif sehingga dapat mewakili pendistribusian risiko pelaku berdasarkan tujuan manajemen risiko rantai pasok yang dihubungkan dengan kompleksitas permasalahan di lapangan. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kuantitas pasokan petani rata-rata hanya 50 dari kuantitas pasokan ideal suatu lahan pertanian. Artinya 50 risiko pasokan masih ditanggung pelaku rantai pasok terutama koperasi. Berdasarkan kajian inilah maka 50 dari mekanisme harga jual pelaku akan diatur melalui pemberian insentif. Sehingga dari total harga jual FP yi pada setiap tingkatan maka setengah dari jumlah harga akan diatur oleh mekanisme penetapan harga di dalam fungsi insentif. Pembayaran tetap ditentukan berdasarkan kajian atribut perancangan kontrak untuk setiap pelaku rantai pasok. Nilai pembayaran tetap akan sama dengan nilai variabel Reservation utility r i didalam sebuah kontrak. Pembayaran tetap akan diterima pelaku apabila sudah menerima aturan mekanisme kontrak dari koperasi atau distributor. Nilai r i merupakan sejumlah imbalan reward yang akan diterima pelaku jika menerima kontrak dari koperasi. Sebagi konsekuensi pelaku harus bisa memaksimalkan nilai kinerja θ 0, jumlah pasokan harus selalu ada S 0. Nilai r i relatif berada di bawah harga pasar jika pelaku tidak berada dala m mekanisme kontrak koperasi. Akan tetapi jikan nilai kinerja θ pelaku semakin maksimal, maka perolehan harga jual akan jauh diatas harga pasar. Berdasarkan kajian inilah, maka prinsip kompetisi dari setiap pelaku di dalam sphere rantai pasok akan terlaksana. Penentuan besarnya nilai harga jual optimal pada setiap tingkatan pelaku rantai pasok ditetapkan berdasarkan bobot risiko yang ditanggung oleh setiap pelaku di dalam rantai pasok WR i . F y . Metode pengukuran kinerja melalui pendekatan DEA bekerja secara simultan dan berkesinambungan sehingga nilai atribut variabel pengukuran kinerja DEA akan selalu berkompetisi untuk mencapai nilai terbaik. Mekanisme ini selaras dengan pelaku rantai pasok yang berusaha mendapatkan nilai harga jual optimal melalui peningkatan kinerja dengan perbaikan nilai atribut pengukuran ke arah yang lebih baik. Secara bersamaan model RS memberikan penawaran bargaining position yang lebih baik kepada koperasi sebagai distributor dan petani sebagai pemasok vendor. Prinsip inilah yang menjadi kekuatan dan penyempurnaan model dari yang pernah diusulkan oleh banyak peneliti sebelumnya. Perubahan tidak saja pada parameter model RS tetapi sekaligus pada output yang dihasilkan yaitu keberlanjutan dan peningkatan profit rantai pasok secara bersamaan.

6.4.1. Penyeimbangan Risiko Tingkat Petani

Berdasarkan perhitungan nilai kinerja dan formulasi dari model RS maka didapatkan nilai harga jual untuk tingkat petani Tabel 24 Tabel 24 Rekapitulasi nilai harga jual tingkat petani Pelaku rantai pasok Efisiensi WR F F y Rp F Fi Rp Ρ Rp I Rp FP Fi Rp Petani 1 0,81 0,74 100.000 36.800 0,19 29.846,07 66646,07 Petani 2 1,00 0,74 100.000 36.800 0,00 36.800,00 73.600,00 Petani 3 0,80 0,74 100.000 36.800 0,20 29.260,85 66.060,85 Petani 4 0,52 0,74 100.000 36.800 0,48 19.132,10 55.932,10 Petani 5 0,58 0,74 100.000 36.800 0,42 21.166,43 57.966,43 Petani 6 0,55 0,74 100.000 36.800 0,45 20.393,33 57.193,33 Petani 7 0,58 0,74 100.000 36.800 0,42 21.466,67 58.266,67 Petani 8 1,00 0,74 100.000 36.800 0,00 36.800,00 73.600,00 Petani 9 0,75 0,74 100.000 36.800 0,25 27.600,00 64.400,00 Petani 10 0,75 0,74 100.000 36.800 0,25 27.600,00 64.400,00 Petani 11 1,00 0,74 100.000 36.800 0,00 36.800,00 73.600,00 Petani 12 0,64 0,74 100.000 36.800 0,36 23.555,02 60.355,02,00 Petani 13 0,50 0,74 100.000 36.800 0,50 18.400,00 55.200,00 Tabel 24 Rekapitulasi nilai harga jual tingkat petani lanjutan Pelaku rantai pasok Efisiensi WR F F Y Rp F Fi Rp ρ I Rp FP Fi Rp Petani 14 0,50 0,74 100.000 36.800 0,50 18.400,00 55.200 Petani 15 0,50 0,74 100.000 36.800 0,50 18.576,92 55.376,92 Petani 16 0,50 0,74 100.000 36.800 0,50 18.302,65 55.102,65 Petani 17 0,78 0,74 100.000 36.800 0,22 28.750,00 65.550,00 Petani 18 0,72 0,74 100.000 36.800 0,28 26.496,00 63.296,00 Petani 19 1,00 0,74 100.000 36.800 0,00 36.800,00 73.600,00 Petani 20 1,00 0,74 100.000 36.800 0,00 36.800,00 73.600,00 Sumber : Data primer 2012 Nilai harga finish good F y merupakan harga jual yang berlaku di tingkat distributor sebagai eksportir pada saat sekarang. Nilai ini dapat berubah sesuai dengan nilai harga jual kolektor kepada importir. Penetapan nilai harga finish good F y akan berlaku untuk perhitungan nilai harga jual untuk tingkat pelaku berikutnya yaitu prosesor dan kolektor. Jumlah pelaku tingkat petani yang mendapatkan nilai harga jual paling optimal FP yi sebanding dengan bobot risiko yang ditanggung pelaku di dalam rantai pasok WR i . Bobot risiko sebagai penentu harga jual secara umum untuk satu tingkatan hanya bersifat sebagai patokan dasar dalam model RS. Besarnya harga jual produk masing-masing pelaku di dalam satu sphere rantai pasok tetap tergantung dari pencapaian nilai kinerja masing-masing pelaku rantai pasok. Semakin baik capaian nilai kinerja semakin tinggi nilai harga jual yang diperoleh. Semua hipotesa dan kajian ini akan berbanding sama pada penetapan harga jual tingkat prosesor dan kolektor melaui model RS.

6.4.2. Penyeimbangan Risiko Tingkat Prosesor

Melalui model RS diketahui posisi harga jual optimal untuk kolektor berada pada harga Rp 3.121,63 yang merupakan nilai jual akibat proses pemberian nilai tambah diluar harga beli bahan baku kopi organik dari petani Tabel 25. sementara pada kondisi saat ini pelaku tingkat prosesor hanya menerima keuntungan rata-rata Rp 1.000,-. Penetapan harga jual untuk tingkat prosesor dan kolektor sedikit berbeda karena hanya dihitung berdasarkan nilai profit diluar