V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA
5.1. Parameter Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok
Pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Envelopment Analysis DEA digunakan untuk menentukan apa yang akan diukur dan dimonitor serta
menciptakan kesesuaian antara tujuan manajemen risiko rantai pasok dan metode atau model mitigasi risiko yang ingin dilakukan. Pengukuran kinerja pelaku rantai
pasok dilakukan dengan membandingkan antara satu pelaku dengan pelaku yang lainnya di dalam satu wilayah sphere rantai pasok. Setiap atribut kinerja
mempunyai indikator kinerja yang berguna untuk mengetahui efisiensi kinerja dari sebuah organisasi. Di dalam pengukuran kinerja melalui pendekatan DEA,
atribut kinerja terdiri dari variabel input dan output. Berdasarkan hasil perancangan model pengukuran kinerja pada pembahasan
sebelumnya, maka faktor input dan output yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja para pelaku rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah dengan
mengunakan pendekatan DEA adalah : 1. Faktor input yang terdiri atas metrik:
a. Risiko indeks b. Biaya total
c. Siklus pemenuhan pesanan d. Harga produk
2. Faktor output yang terdiri atas metrik : a. Kualitas
b. Fulfill order c. Jumlah pasokan
Penentuan variabel input dan output yang menjadi parameter pengukuran kinerja DEA diselaraskan dengan tujuan manajemen risiko rantai pasok yang telah
ditetapkan sebelumnya. Setiap parameter dalam pengukuran merupakan indikator bagi tujuan manajemen risiko rantai pasok Gambar 20. Pada penelitian ini
pengukuran kinerja tidak dilakukan terhadap koperasi dengan alasan : 1 model distribusi risiko Risk Sharing mempunyai tolak ukur satu stakeholder untuk
mengkoordinasikan mekanisme model distribusi risiko terhadap pelaku di
bawahnya upstream; 2 karena hanya terdapat satu pelaku maka tidak bisa diperoleh efisiensi pelaku karena tidak ada unit DMU pembanding di dalam
proses Benchmarking.
manjemen risiko rantai pasok
Peningkatan kuantitas pasokan
Peningkatan kualitas pasokan
Peningkatan total profit rantai pasok
Menjamin kontinuitas pasokan
Risiko indeks
Biaya total Siklus
pemenuhan pesanan
Harga produk
kualitas Fulfill order
Jumlah pasokan
Tujuan manajemen risiko
Parameter pengukuran Kinerja DEA
Gambar 20 Relasi atribut kinerja pengukuran terhadap tujuan manajemen risiko rantai pasok
Pengukuran kinerja terhadap kolektor seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya hanya melibatkan lima pelaku DMU. Kelima DMU kolektor ini
mewakili wilayah sampel 20 pelaku rantai pasok yang berada di diatasnya upstream. Sehingga, keterunutan sampel sesuai dengan kondisi objek penelitian
yang ada di Aceh Tengah. Dari gambar 17 terlihat bahwa parameter risiko indeks mempunyai relasi atau kaitan terhadap semua tujuan manajemen rantai pasok.
Sistematika konsep mitigasi risiko dengan pendekatan distribusi risiko seperti ini memberikan sistematika yang jelas terhadap penelusuran parameter dan indikator
model. Pengukuran kinerja yang digunakan di dalam studi adalah Multiple Input
Multiple Output Charness Cooper Rhodess Data Envelopment analysis MIMO
CCR DEA dengan mekanisme untuk memaksimalkan output pada setiap unit pengukuran DMU.
5.1.1. Risiko Indeks
Risiko indeks merupakan nilai risiko Value at Risk tingkatan pelaku rantai pasok dengan variabel pengukuran meliputi : 1 konsekuensi dari rantai pasok
yang harus masing-masing pelaku dalam satu sphere rantai pasok α
x
; 2 persentase nilai tambah yang diberikan pelaku rantai pasok tingkat ke-x
β
x
serta probabilitas kegagalan komponen ke-i yang merupakan persentase variabel risiko
setiap pelaku rantai pasok yang telah dihitung pada pembahasan sebelumnya.
1. Konsekuensi risiko, dalam studi ini risiko kopi organik pada semua
tingkatan α adalah 1.0 karena pada pengunaannya tidak terdapat produk
pengganti kopi organik Arabika Gayo. Keberadaan kopi jenis Arabika dari daerah lain tidak dapat menggantikan posisi kopi organik Gayo dalam
fungsionalitas produk di negara tujuan ekspor. 2.
Persentase nilai tambah, dari pengukuran nilai tambah menggunakan
metode Hayami maka didapatkan persentase nilai tambah β pada setiap
tingkatan rantai pasok yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Persentase nilai tambah pelaku rantai pasok
Aktor Nilai tambah
Petani 100,00
Prosesor 1,51
Kolektor 43,19
Koperasi 33,11
Sumber : Data primer 2012 Dari persentase nilai tambah terlihat jelas bahwa kontribusi petani terhadap
persentase nilai tambah produk sangat tinggi dengan persentase hampir 100 . Faktor ini menyebabkan kompleksitas risiko di tingkat petani sangat tinggi
dengan banyaknya tahapan proses yang harus dilalui sebelum produk siap dijual. Sebaliknya Koperasi sebagai pelaku dengan nila total profit yang
paling tinggi hanya memberikan persentase nilai tambah 33,11 . Artinya koperasi menanggung risiko yang jauh lebih kecil dibanding petani karena
tahapan proses untuk pemberian nilai tambah terhadap produk lebih sedikit. Sehingga, probabilitas kegagalan atau risiko disepanjang tahapan proses jauh
lebih sedikit. Fungsi prosesor yang hanya sebagai perantara antara petani dengan kolektor tergambar dari persentase nilai tambah yang sangat kecil
yaitu 1,51 . 3.
Probabilitas variabel risiko, merupakan nilai variabel risiko setiap pelaku rantai pasok yang telah didefinisikan pada pembahasan sebelumnya