A Design of supply chain for organic coffee in Central Aceh to optimize the risk balancing

(1)

DESAIN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI KOPI ORGANIK

DI ACEH TENGAH UNTUK OPTIMALISASI BALANCING

RISK

ARIE SAPUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Desain Rantai Pasok Agroidustri Kopi Organik Di Aceh Tengah Untuk Optimalisasi Balancing Risk merupakan karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun keperguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2012

Arie Saputra NIM. F351100041


(4)

(5)

ABSTRACT

ARIE SAPUTRA : A Design of supply chain for organic coffee in Central Aceh

to optimize the risk balancing.

Organic coffee agro businesses in Central Aceh experienced problems such as imbalance of supply chain management and profit distribution of risks assumed by each of the actors in the supply chain. Those issues became the driving factors that interfere with the emergence of a variety of risk supply chain sustainability. Appropriate risk management processes required by the model approach to create a balanced risk among supply chain actors. This study aims to design a model to ensure and increase profit organic coffee supply chain actors. Risk mitigation approach implemented with the risk sharing model which aims to improve

profitability and contunuity supply chain’s actor. The orientation of the model

output is not only to sustain the supply chain but at the same time to increase the total profit on the whole supply chain actors. balancing risk optimization are done through risk specific calculation and performance of supply chain actors into risk sharing models. The performance of each supply chain actors is calculated with the DEA approach. Total profit improvement among supply chain actor causing risk sharing models in this study have a good bargaining position against all supply chain actors. The design of the of contract structure resulted a form of quantitative models as a tool for coordinating mechanism of risk sharing models for supply chain actors. Through the risk sharing model approach in this study, the design of the supply chain can be produced that have sustainability as well as profitability.

Keywords : Organic coffee, supply chain risk, risk balancing, risk mitigation, data envelopement analysis, farming contract.


(6)

(7)

RINGKASAN

ARIE SAPUTRA. Desain Rantai Pasok Agroindustri Kopi Organik Di Aceh Tengah Untuk Optimalisasi Balancing Risk. Dibawah bimbingan: TAUFIK DJATNA dan SAPTA RAHARJA.

Manajemen risiko rantai pasok produk pertanian organik sangat berbeda dengan produk yang berasal dari industri manufaktur maupun produk pertanian pada umumnya. Pendekatan terhadap proses identifikasi risiko lebih diutamakan pada sisi kualitas dan kuantitas pasokan. Kualitas berdasarkan standarisasi produk organik menjadi parameter paling penting terhadap kesuksesan manajemen risiko rantai pasok. Permintaan konsumen yang semakin meningkat di pasaran ekspor menjadi indikasi terhadap kekurangan pasokan produk organik. Metode mitigasi risiko yang tepat sangat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan dan peningkatan profit rantai pasok di masa yang akan datang. Salah satu metode mitigasi risiko yang banyak dipakai di dalam berbagai kasus manajemen risiko rantai pasok adalah model distribusi risiko (risk sharing). Pemodelan disribusi risiko (risk

sharing) menjadi banyak pilihan stakeholder rantai pasok dalam melakukan

kegiatan mitigasi risiko. Pendekatan dan kesesuaian model dengan kompleksitas permasalahan di lapangan menjadi kekuatan tersendiri, ketika banyak metode mitigasi risiko lainnya gagal mengatasi permasalahan yang ada.

Pada era sekarang konsep model risk sharing seringkali dikombinasikan dengan kontrak sehingga koordinasi terhadap mekanisme model untuk setiap pelaku rantai pasok dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat. Proses penyeimbangan risiko (balancing risk) pelaku rantai pasok melalui pendekatan distribusi risiko dilakukan dengan cara mendistribusikan sebagian profit pelaku terhadap pelaku lainnya yang teridentifikasi menanggung bobot risiko yang lebih tinggi. Pendistribusian risiko dilakukan melalui mekanisme penetapan harga untuk setiap unit produk pada tingkatan rantai pasok. Kesulitan dalam menetapkan nilai harga serta posisi tawar (bargaining position) model terhadap semua stakeholder rantai pasok menjadi kompleksitas permasalahan dan tujuan banyak peneliti. Penyempurnaan model terakhir dilakukan dengan menetapkan nilai harga jual sesuai dengan risiko spesifik pelaku rantai pasok sehingga tingkat


(8)

keakuratan model dalam mendistribusikan risiko dan profit semakin baik. Di sisi lain, penyempurnaan terhadap bargaining position model belum menunjukkan hasil yang signifikan. Fokus banyak peneliti terhadap model risk sharing lebih kepada konsep keberanjutan rantai pasok. Indikasi ini berbanding terbalik dengan Pemahaman konsep rantai pasok yang berbeda-beda dari setiap organisasi. Perbedaan perspektif tersebut berimplikasi terhadap proses penerapan model distribusi risiko . Perspektif risiko yang dianggap sebagai peluang memperoleh keuntungan menyebabkan model risk sharing tidak lagi relevan bagi semua

stakeholder rantai pasok. Model harus bisa memberikan penawaran yang lebih

baik terhadap pelaku rantai pasok terutama sekali kepada pelaku yang akan menjadi titik sentral pendistribusian profit akibat konsekuensi mekanisme model.

Penelitian ini memberikan konsep model risk sharing yang dapat menjaga keberlanjutan rantai pasok sekaligus peningkatan profit pelaku di waktu yang bersamaan. Penambahan faktor pengukuran kinerja terhadap model risk sharing

terbukti mampu menghasilkan model yang lebih dekat dengan realita dan permasalahan di dunia nyata. Peningkatan profit pelaku juga memberi kemudahan model untuk diterapkan pada berbagai level organisasi dan perusahaan. Pemilihan metode pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Envelopment Analysis

(DEA) terbukti mampu mengakuisisi indikator peningkatan profit pelaku rantai pasok. DEA bekerja dengan cara yang unik melalui proses perbandingan bertingkat sehingga tercipta kompetisi pelaku rantai pasok dalam meningkatkan profit pelaku rantai paosk melalui parameter yang telah ditetapkan.

Pendekatan model ini juga menghasilkan suatu hipotesa bahwa faktor penggelembungan risiko dari pelaku bagian hulu rantai pasok mengakibatkan kemampuan dari pelaku berikutnya dalam memperbaiki parameter kinerja rantai pasok menjadi sangat riskan sehingga tingkat perbaikan terhadap produk sulit dilakukan. Model risk sharing di dalam studi ini terbukti dapat merubah paradigma konsep manajemen risiko rantai pasok yang hanya terfokus terhadap kesinambungan pasokan. Implikasi model pada agroindustri kopi organik di Aceh Tengah terbukti mampu meminimalisir dampak risiko serta peningkatan total profit pelaku rantai pasok di saat yang bersamaan.


(9)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(10)

(11)

DESAIN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI KOPI ORGANIK

DI ACEH TENGAH UNTUK OPTIMALISASI BALANCING

RISK

ARIE SAPUTRA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian.

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

(13)

Judul Penelitian : Desain Rantai Pasok Agroindustri Kopi Organik Di Aceh Tengah Untuk Optimalisasi BalancingRisk

Nama : ArieSaputra Nomor Pokok : F351100041

Menyetujui KomisiPembimbing

Dr. Eng. Taufik Djatna, STP, M.Si Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA

Ketua Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Machfud, MS Dr.Ir. Dahrul Syah, Msc.Agr


(14)

(15)

PRAKATA

Allhamdu lillahi rabbil alamin, puji syukur penulis sampaikan kepada ALLAH SWT, karena hanya dengan pertolongan dan rahmat – Nya maka Tesis: Desain Rantai Pasok Agroindustri Kopi Organik di Aceh Tengah Untuk

Optimalisasi BalancingRisk ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun guna

memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan program Magister di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dan tesis ini dapat terlaksana dan terwujud berkat bimbingan, bantuan dukungan beserta iringan doa dari banyak pihak. Karena itu dengan ketulusan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.Eng. Taufik Djatna, STP, M.Si sebagai ketua komisi

pembimbing yang telah memberikan curahan waktu, bimbingan, arahan, dukungan, serta kelapangan dan keikhlasan hati dalam memberikan dorongan sehingga penulisan Tesis ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA selaku anggota komisi pembimbing

yang telah memberikan pikiran serta masukan berharga guna penyempurnaan penulisan Tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Maarif, M. Eng. Selaku dosen penguji

luar komisi.

4. Bapak Dr. Ir Machfud, MS. Sebagai ketua program studi Teknologi

Industri Pertanian.

5. Ibunda Tercinta, atas dukungan dan doanya beserta iringan harapan yang

menjadi kekuatan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Istri tercinta Liza Melya yang telah mendampingi dalam suka dan duka,

berbagi kesedihan dan kebahagiaan serta memberi dukungan secara moril bahkan materil sehingga menjadi bagian dari perjalanan hidup penulis dalam menyelesaikan studi di Program Pascasarjana TIP IPB.

7. Mama dan Papa, atas keikhlasan hati, kemudahan materi, serta kasih

sayang yang sangat berharga sampai penulis bisa menyelesaikan program studi.


(16)

8. Bapak Khalid, Bapak Amir, Bapak Rizwan Husein serta semua pihak yang menjadi stakehoder dan pemerhati kopi Gayo di Aceh Tengah yang telah memberikan masukan dan pandangan berharga selama proses penelitian dilakukan.

9. Rekan-rekan kuliah di Program Studi Teknologi Industri Pertanian atas dukungan, kebersamaan dan semangat saling menguatkan untuk menyelesaikan pendidikan dengan sebaik-baiknya.


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi, pada tanggal 18 Juli 1983 sebagai anak bungsu dari pasangan Joelizar (almarhum) dan Elma. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 06 Pincuran Tilatang Kamang Kabupaten Agam pada tahun 1995. Selanjutnya penulis mengikuti pendidikan menengah di SMPN 1 Gadut (Lulus tahun 1998) dan SMUN 2 Bukittinggi (2002). Pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2009. Kesempatan untuk melanjutkan ke Progran Magister pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian pada Program Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2010 melalui dukungan pembiayaan dari beasiswa BPPS – DIKTI.

Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 penulis bekerja sebagai agen lepas Asuransi Prudential. Tahun 2009 bertepatan dengan penyelesaian masa pendidikan sarjana, penulis diterima sebagai dosen muda di Program studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Teuku Umar, Meulaboh Aceh Barat. Penulis menikah pada tanggal 7 Desember 2009 dengan Liza Melya Febriana, putri dari pasangan Syafrizal B dan Refliana di Meulaboh, Aceh Barat.


(18)

(19)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR ISTILAH ... viii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 6

1.3. Manfaat Penelitian ... 7

1.4. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup ... 8

2. TINJAUANPUSTAKA ... 9

2.1. Manajemen Resiko Rantai Pasok ... 9

2.1.1. Kerangka Kerja Manajemen resiko Rantai Pasok ... 14

2.1.2. Analisis Risiko Rantai Pasok ... 18

2.2 Pengukuran Kinerja pelaku Rantai Pasok melalui pendekatan Data EnvelopmentAnalysis (DEA) ... 20

2.3.Model Mitigasi Risiko Dengan Pendekatan Distribusi Risiko (Risk Sharing) ... 22

2.4. Kopi ... 24

3. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Kerangka Pemikiran ... 29

3.2. Sub Model Distribusi Desain Rantai Pasok Untuk Optimalisasi Balancingrisk ... 30

3.2.1. Sub Model Analisis risiko ... 31

3.2.2. Sub Model Pengukuran kinerja pelaku rantai pasok ... 32

3.2.3.Sub Model Distribusi Risiko ... 36

3.2.4.Analisis sensitivitas model RS ... 38

3.3.Tata Laksana Penelitian ... 38

3.3.1. Tahapan Penelitian ... 38

3.3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.3.3.Teknik pengumpulan data ... 40

3.4.Teknik-Teknik yang Digunakan ... 41

4. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK ... 43

4.1. Struktur Rantai Pasok Kopi Organik Aceh Tengah ... 43

4.2. Identifikasi Risiko Rantai Pasok Kopi Organik ... 44

4.2.1. Identifikasi Risiko Tingkat Petani ... 48

4.2.2. Identifikasi Risiko Tingkat Prosesor ... 50

4.2.3. Identifikasi Risiko Tingkat Kolektor ... 52


(20)

ii

4.3. Evaluasi risiko rantai pasok ... 54

5. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK ... 56

5.1.Parameter Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok ... 56

5.1.1. Risiko Indeks ... 58

5.1.2. Biaya Total ... 60

5.1.3. Siklus Pemenuhan Pesanan ... 61

5.1.4. Harga Produk ... 62

5.1.5. Kualitas ... 63

5.1.6. FulfillOrder ... 64

5.1.6. Jumlah pasokan ... 66

5.2. Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok Dengan Pendekatan Data EnvelopmentAnalysis (DEA) ... 66

5.2.1. Kinerja Pelaku Tingkat Petani ... 67

5.2.2. Kinerja Pelaku Tingkat Prosesor ... 69

5.2.3. Kinerja Pelaku Tingkat Kolektor ... 70

6. MITIGASI RISIKO MELALUI PENDEKATAN MODEL DISTRIBUSI RISIKO (RISKSHARING) ... 74

6.1. Penyempurnaan Model Distribusi Risiko ... 74

6.2. Kondisi Awal Struktur Rantai Pasok ... 77

6.3. Analisis Model Distribusi Risiko Rantai Paok Kopi Organik ... 78

6.3.1. Tujuan Pembuatan Model Distribusi Risiko ... 78

6.3.2. Asumsi Model Distribusi risiko ... 79

6.4. Penyeimbangan Risiko Rantai Pasok Kopi Organik ... 79

6.4.1. Penyeimbangan Risiko Tingkat Petani ... 84

6.4.2. Penyeimbangan Risiko Tingkat Prosesor ... 85

6.4.3. Penyeimbangan Risiko Tingkat Kolektor ... 87

6.5. Koordinasi Rantai Pasok Kopi Organik ... 86

6.6. Implikasi Manajerial Model Risk Sharing ... 90

6.7 Rencana Implementasi Model ... 91

6.7.1. Mekanisme Kerja DEA Dalam Model Distribusi Risiko (RiskSharing) ... 91

6.7.2. Analisis Sensitivitas Distribusi Risiko Terhadap Pelaku Rantai Pasok ... 93

7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

7.1. Kesimpulan ... 99

7.2. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(21)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Nilai konsekuensi risiko ... 19

2. Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami ... 19

3. Data realisasi ekspor kopi Arabika Nagroe Aceh Darussallam 24 Tahun 2001-2008 ... 25

4. Rekapitulasi nilai ekspor kopi Arabika Gayo ... 26

5. Data luas areal tanam kopi Arabika Nagroe Aceh Darussallam Tahun 1983-2006 ... 27

6. Distribusi risiko tingkatan rantai pasok ... 46

7. Distribusi risiko pelaku dalam jaringan rantai pasok... 47

8. Variabel risiko tingkat petani ... 48

9. Variabel risiko tingkat prosesor ... 51

10.Variabel risiko tingkat kolektor ... 52

11.Variabel risiko tingkat koperasi ... 54

12.Evaluasi bobot risiko pada setiap tingkatan pelaku rantai pasok ... 55

13.Persentase nilai tambah pelaku rantai pasok... 59

14.Rekapitulasi risiko indeks pelaku rantai pasok ... 60

15.Rekapitulasi total biaya pelaku rantai pasok ... 60

16.Rekapitulasi siklus pemenuhan pesanan pelaku antai pasok ... 61

17.Rekapitulasi harga jual produk pelaku rantai pasok ... 62

18.Rekapitulasi kualitas produk pelaku rantai pasok ... 63

19.Rekapitulasi fulfillorder pelaku rantai pasok ... 65

20.Rekapitulasi jumlah pasokan pelaku rantai pasok ... 66

21.Hasil perhitungan efisiensi petani menggunakan pendekatan DEA ... 68

22.Hasil perhitungan efisiensi prosesor menggunakan pendekatan DEA ... 71

23.Hasil perhitungan efisiensi prosesor menggunakan pendekatan DEA ... 72

24.Rekapitulasi nilai harga jual tingkat petani ... 84

25.Rekapitulasi nilai harga jual tingkat prosesor ... 86

26.Rekapitulasi nilai harga jual tingkat kolektor ... 86


(22)

iv

28.Analisis sensitivitas peningkatan kualitas dan kuantitas pasokan

5 % terhadap perhitungan efisiensi petani ... 94 29.Peningkatan profit koperasi melalui mekanisme model distribusi risiko ... 95


(23)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka kerja pembuatan keputusan rantai pasok (Chopra, 2007) ... 5 2. Hubungan antara resiko dengan kinerja (Zsidisin, 2009) ... 12 3. Segitiga penilaian resiko ... 13 4. Kerangka kerja manajemen resiko

rantai pasok (Wu dan Blackhurst, 2009) ... 13 5. Sumber dan driver resiko dan kinerja (Wu dan Balckhurst, 2009) ... 15 6. Persamaan dampak revenue dan penurunan resiko

dengan manajemen resiko (Handfield dan Kevin M, 2008) ... 16 7. Penyebaran pengeluaran dan revenue penurunan resiko

secara keseluruhan (Handfield dan Kevin M, 2008) ... 17 8. Persentase expor komoditi pertanian NAD (Aceh Coffe Forum 2011) .... 25 9. Perkembangan Produksi Kopi 1990 s/d 2007

di Aceh Tengah dan Bener Meriah (APED, 2011) ... 28 10.Kerangka pikir penelitian desain rantai pasok agroindustri

kopi organik untuk optimalisasi BalancingRisk ... 30 11.Tahapan analisis risiko rantai pasok kopi organik ... 31 12.Use Case Diagram Tahapan pengukuran kinerja pelaku rantai pasok dengan pendekatan DEA ... 33 13.Mekanisme Benhmarking di dalam pengukuran kinerja

pelaku rantai pasok melalui pendekatan model DEA ... 34 14.Mekanisme benchmarking DEA terhadap rencana

implementasi model ... 35 15.Fungsi sub model DEA dalam meningkatkan

profit pelaku rantai pasok dalam model RS ... 36 16.Tahapan pemodelan distribusi risiko rantai pasok kopi organik ... 37 17.Struktur rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah ... 44 18.Parameter variabel risiko rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah ... 45 19.Kerangka kerja model distribusi risiko rantai pasok kopi organik ... 56 20.Relasi atribut kinerja pengukuran terhadap tujuan


(24)

vi

manajemen risiko rantai pasok ... 58 21.kerangka pikir penyempurnaan model risk sharing ... 76 22.Ilustrasi prinsip benchmarking DEA dalam model distribusi risiko ... 92


(25)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuisioner penelitian petani untuk petani komoditas kopi organik ... 103 2. Kuisioner penelitian prosesor untuk komoditas kopi organik ... 114 3. Kuisioner penelitian kolektor untuk komoditas kopi organik ... 126


(26)

(27)

viii

DAFTAR

ISTILAH

Agroindustri Perpaduan antara pertanian dan industri dimana keduanya menjadi sistem pertanian berbasis industri dengan penanganan utama pada sisi pasca panen.

Benchmarking Proses perbandingan antar unit dalam satu kelompok

tertentu untuk menentukan capaian nilai kinerja.

Balancingrisk Teknik penanggulangan risiko pelaku rantai pasok

dengan cara menyeimbangkan bobot risiko setiap pelaku di dalam struktur jaringan rantai pasok.

Bargainingposition Kemampuan untuk memperoleh output yang

diinginkan berdasarkan kondisi dan permasalahan yang dihadapi

Penggelembungan risiko Amplifikasi permintaan atau penggelembungan risiko rantai pasok dari jaringan hilir ke jaringan hulu rantai pasok yang mengakibatkan inefisiensi pada rantai pasok antara lain perencanaan produksi, pengiriman produk.

Downstream Pelaku bagian hilir di dalam stuktur jaringan rantai

pasok.

Drivers Parameter yang menjadi indikator terhadap

pencapaian sebuah output.

DEA (Data Envelopment Analysis) – Teknik berbasis pemrograman linier untuk melakukan pengukuran efisiensi organisasi melalui unit-unit pembuat keputusan.

Efisiensi relatif Nilai efisiensi yang diperoleh suatu unit pengukuran setelah melalui proses perbandingan dengan unit-unit lainnya didalam sebuah kelompok tertentu.

DMU Unit-unit yang menjadi dasar pengukuran dalam pembuatan keputusan nilai kinerja.


(28)

ix

EU (Expected Utility) – Teori utilitas dimana preferensi

terhadap suatu objek bersifat tidak pasti yang diwakili fungsi pembayaran, probabilitas kejadian, penghindaran risiko dan utilitas lainnya.

EV (ExpectedValue) – Bobot rata-rata dari kemungkinan

nilai dari sebuah objek terhadap fungsi pembayaran.

Emergency purchase Pengadaan barang dan jasa diluar periode pemesanan

yang telah disepakati sehingga mengakibatkan perubahan terhadap fungsi pembayaran.

ICS (Internal Control System) – Lembaga independen yang meninjau ulang kelayakan proses sertifikasi organik.

LeannessSupplychain Prinsip rantai pasok yang bertumpu pada keputusan

untuk memanfaatkan semua sumber daya dalam batas maksimal sehingga pencapaian terhadap efisiensi yang diinginkan bisa dilakukan.

Lossprofit Kehilangan peluang meraih keuntungan akibat

kegagalan dari pemanfaatan sumber daya

MIMO CCR DEA (Multiple Input Multiple Output Charnes Cooper

Rhodes Data Envelopment Analysis) – Teknik

pengukuran kinerja berbasis programa linier yang dikembangkan Charnes, Cooper dan Rhodes dengan nilai parameter input dan output lebih dari satu.

Manajemen rantai pasok Perencanaan dan pengelolaan semua kegiatan yang terlibat dalam sumber dan pengadaan, konversi, dan semua kegiatan manajemen logistik yang mencakup koordinasi dan kolaborasi dengan mitra penyalur, yang dapat berupa pemasok, perantara, penyedia layanan pihak ketiga, dan pelanggan, Dengan tujuan mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan didalam dan antar perusahaan.


(29)

10

Manajemen risiko rantai pasok agroindustri

Perencanaan dan pengelolaan seluruh kegiatan dari pelaku yang terlibat didalam alur rantai pasokan produk pertanian berbasis industri melalui koordinasi pendekatan sumber peluang yang dapat mengakibatkan kerugian finansial untuk setiap pengadaan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi gaangguan terhadap rantai pasok secara keseluruhan.

Peersgroup Sekumpulan unit yang mengelompok dengan pola

aturan tertentu untuk mengidentifikasi unit-unit keputusan yang tidak efisien.

Produk Organik Makanan atau produk yang dihasilkan oleh kegiatan usaha yang mengutamakan penggunaan sumber-sumber terbarukan serta konservasi lahan dan air untuk meningkatkan kualitas lingkungan tanpa melibatkan penggunaan bahan kimia di dalam kegiatan pemberian nilai tambah produk.

Rantai pasok Jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir dimana perusahaan-perusahaan tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan-perusahaan jasa logistik.

Regularprice Harga unit produk dalam periode pemesanan normal.

Reservation Utility Utilitas yang bisa didapatkan agen jika tidak

menandatangani kontrak dan memberikan peluang terhadap kemungkinan yang lain.

Risiko Ancaman yang terjadi secara internal ataupun eksternal yang akan berpengaruh merugikan kemampuan untuk mencapai sasaran dan menimbulkan dampak pada nilai capaian.


(30)

11

Riskmitigation Penurunan secara sistematis untuk setiap level

paparan risiko.

Risk pooling Teknik penanggulangan risiko dengan mengumpulkan

semua kemungkinan paparan risiko yang bersifat individu ke dalam perhitungan risiko yang lebih besar melalui suatu bentuk jaminan dengan tujuan proteksi terhadap dampak yang ditimbulkan.

Responsiveness Kemampuan suatu sistem untuk mencapai tujuan

minimal sama dengan tenggang waktu yang diberikan

Risksharing Mekanisme penanggulangan risiko dengan

mendistribusikan sebagian risiko agen kepada agen lainnya.

Riskaversion Kecendrungan agen untuk memilih hasil dengan

tingkat kepastian yang lebih tinggi dengan konsekuensi nilai yang didapatkan lebih rendah.

Stakeholder Individu, kelompok, organisasi yang merupakan

anggota dari suatu sistem yang terkena dampak dari setiap tindakan yang dilakukan terhadap sistem tersebut.

Systematic risk Risiko yang tidak dapat dihindari oleh pelaku rantai

pasok yang disebabkan konfigurasi struktur rantai pasok itu sendiri.

Solver Istilah umum untuk sebuah perangkat lunak

matematika yang merupakan bagian dari program komputer yang berdiri sendiri.

Sphere Wilayah yang merupakan tingkatan atau kumpulan

dari beberapa pelaku di dalam struktur rantai pasok. Variabel risiko Parameter yang berpengaruh terhadap timbulnya

risiko pada suatu faktor risiko.


(31)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi organik telah menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan di Aceh Tengah karena merupakan salah satu jenis kopi arabika dengan nilai harga jual tertinggi di dunia (AcehCoffeeForum). Faktor ini yang menjadi salah satu alasan pentingnya menjaga keberlangsungan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Keberlanjutan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah berada dalam posisi kritis karena terjadi ketidakseimbangan antara distribusi profit dan risiko yang ditanggung oleh setiap pelaku rantai pasok (balancing risk). Akibatnya produktifitas dan kinerja petani sebagai pemasok utama produk menurun secara drastis. Penurunan produktifitas berimplikasi nyata terhadap kekuatan pemasok dalam menjaga stabilitas dan kualitas pasokan. Peningkatan produktifitas dan kinerja pemasok menjadi sangat sulit dilakukan karena pendistribusian profit yang tidak seimbang dengan biaya operasional budidaya kopi organik. Nilai harga jual produk tidak sebanding dengan besarnya risiko yang harus ditanggung pelaku rantai pasok bagian hulu terutama sekali petani. Produktifitas lahan yang sudah berada pada taraf kritis mengakibatkan usaha budidaya kopi organik tidak lagi layak secara ekonomi. Keberlanjutan rantai pasok kopi organik semakin terancam ketika fungsionalitas produk kopi organik Gayo tidak dapat tergantikan oleh produk kopi Arabika sejenis.

Proses penyeimbangan risiko untuk setiap pelaku yang terlibat di dalam jaringan rantai pasok dapat dilakukan dengan melalui mekanisme pendistribusian profit secara proporsional dan berimbang. Mekanisme penyeimbangan risiko dilakukan berdasarkan tingkat kepentingan dari keselurahan pelaku yang terlibat di dalam jaringan rantai pasok (Moses dan Seshadri 2000). Suharjito (2011) melakukan proses distribusi risiko (Risk Sharing) melalui proses negosiasi harga antara petani dengan pelaku lainnya di dalam rantai pasok melalui model

Stakeholder Dialog. Chen dan Seshadri (2001) melakukan penyeimbangan risiko

di dalam industi manufaktur dengan menciptakan pelaku yang berperan sebagai penyeimbang (intermediasi) antara pemasok dan pengecer. Pada kondisi ideal seharusnya semakin besar risiko yang diambil petani dalam mengusahakan


(32)

2

budidaya pertaniannya, maka semakin besar profit yang bisa didapatkannya (Harrington dan Niehauss 1999). Risiko kekurangan pasokan di level koperasi di Aceh Tengah diakibatkan oleh upaya dari petani untuk memperkecil risiko budidaya melalui perpindahan dari budidaya organik ke budidaya konvensional. Menurut Meuwissen etal. (2001) petani biasanya melakukan proses pengendalian risiko melalui tiga cara yaitu : diversifikasi tanaman, perubahan metoda budidaya pertanian dan berbagi risiko dengan pelaku lain didalam jaringan rantai pasok.

Ketidakseimbangan antara distribusi profit yang diterima pelaku rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah dengan risiko yang harus ditanggung dalam melaksanakan kegiatan usahanya berakibat terhadap keberlanjutan produk kopi organik. Menurut Li et al. (2005) pada beberapa kasus tertentu penggelembumbungan risiko dapat terjadi dari bagian Upstream jaringan rantai pasok ke bagian downstream. Faktor ketidakseimbangan risiko (Balancing risk) memicu terjadinya risiko pada standar mutu dan kualitas, kuantitas pasokan serta harga. Faktor penggelembungan risiko dari bagian upstream ke bagian

downstream rantai pasok merupakan salah satu indikator yang signifikan dalam

mempengaruhi timbulnya risiko dalam sebuah jaringan rantai pasok (Hui min et al, 2009). Kompleksitas permasalahan Pengembangan kopi organik di Aceh Tengah dapat dilihat diantaranya : 1) Penumpukan risiko di salah satu sphere

jaringan rantai pasok, 2) Kekurangan kuantitas pasokan bahan baku dari bagian hulu (Upstream) jaringan rantai pasok, 3) Keuntungan menumpuk di pelaku bagian hilir (Downstream) jaringan rantai pasok, 4) Kualitas bahan baku rendah karena belum sesuai standar budidaya organik, 5) Belum terciptanya koordinasi yang baik pada setiap pelaku rantai pasok untuk mengatasi permasalahan (risiko) yang terjadi di sepanjang jalur pasokan, dan 6) Belum adanya rancangan rantai pasok yang baik untuk komoditi kopi organik di Aceh Tengah.

Pendistribusian profit yang tidak seimbang dengan biaya operasional pelaku bagian hulu rantai pasok menjadi faktor penyebab utama yang memicu timbulnya penggelembungan risiko terhadap pelaku bagian hilir jalur rantai pasok yaitu koperasi. Penggelembungan risiko terhadap pelaku bagian hilir rantai pasok kopi organik yang paling memberikan dampak nyata adalah kuantitas pasokan yang tidak mencukupi permintaan konsumen (importir), penurunan standar kualitas


(33)

3

organik produk serta jumlah komunitas petani kopi organik yang semakin menurun. Risiko ini berdampak terhadap kesinambungan pasokan kopi organik. Tingkat dampak dari risiko bukan saja mengganggu keberlanjutan rantai pasok kopi organik tetapi juga mengancam kelangsungan keberlanjutan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Oleh karena itu diperlukan rancangan rantai pasok yang dapat mengkoordinasikan risiko-risiko rantai pasok untuk dapat menciptakan keseimbangan risiko. Koordinasi yang selama ini sudah berjalan hanya antara koperasi selaku eksportir dengan importir dalam bentuk kontrak. Ketika dikaji lebih dalam, kontrak kerjasama antara koperasi dengan importir masih banyak kelemahan. Kelemahan tersebut terutama sekali terdapat pada penelti kontrak yang masih bersifat satu arah. Konsekuensi kontrak hanya berlaku bagi koperasi.

Penanganan produk akhir yang buruk sebagai akibat belum adanya model rantai pasok yang baik mengakibatkan tingkat keuntungan petani relatif rendah. Pada saat ini ada sekitar 15 eksportir yang aktif terlibat dalam perdagangan kopi organik diantaranya CV. Ujang Jaya, Koperasi KBQ Baburrayan, CV. Sari Makmur, CV. Sam Karya, CV. Arvis dan beberapa perusahaan PMA seperti CV. Gajah Mountain dan CV. Indo Cafco. Lima diantaranya termasuk kedalam pengusaha lokal dan hanya satu eksportir yang mempunyai manajemen serta strukturisasi rantai pasok kopi organik cukup baik. Permasalahan periode masa panen yang tidak merata antara satu wilayah dengan wilayah lainnya di Aceh Tengah memberikan keuntungan sekaligus risiko terhadap rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Keuntungannya terdapat pada ketersediaan pasokan kopi organik di Kabupaten Aceh Tengah selalu tetap terjaga karena periode masa panen yang tidak sama. Sebaliknya perbedaan periode masa panen membuka celah kepada eksportir yang berasal dari luar daerah untuk merusak mekanisme harga kopi organik di sepanjang jalur distribusi rantai pasok.

Faktor budidaya yang tidak memenuhi standar organik di tingkat pelaku petani ikut memperburuk kualitas produk kopi sehingga tidak sesuai dengan standar kualitas organik yang telah ditetapkan. Distribusi total profit yang berada di tingkat pelaku hilir atau koperasi yang tidak berpihak kepada petani menjadi kendala utama dalam peningkatan standarisasi budidaya organik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Untuk dapat membuat mekanisme


(34)

4

penyeimbangan risiko rantai pasok, diperlukan penelitian tentang manajemen risiko rantai pasok dan disribusi kopi organik di Aceh Tengah dengan melibatkan berbagai stakeholder yang berkepentingan dalam bisnis tersebut. Model mitigasi risiko melalui pendekatan RiskSharing (RS) merupakan metode yang sangat tepat untuk kondisi rantai pasok kopi organik khususnya serta konsep rantai pasok komoditi pertanian lain pada umumnya. Model RS yang dapat mengkoordinasikan permasalahan atau risiko pada setiap pelaku rantai pasok juga sangat dibutuhkan dalam meminimalisir penggelembungan risiko terhadap pelaku upstream rantai pasok. Menurut Cachon (2003) koordinasi pelaku rantai pasok dapat dilakukan melalui mekanisme kontrak. Menurut Chen dan Seshadri (2000) penyeimbangan risiko yang adil untuk setiap pelaku rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah ditetapkan melalui mekanisme penentuan harga jual optimal. Studi terakhir berkaitan dengan perancangan model RS yang dilakukan oleh Wu dan Blackhurst (2009) merupakan penyempurnaan model dari mekanisme distribusi risiko melalui penetapan harga jual optimal yang dipadukan dengan koordinasi kontrak.

Kendala yang dihadapi model RS yang telah ada selama ini adalah pada posisi tawar (Bargaining Position) model yang lemah terhadap pelaku yang akan menerima beban risiko atau berbagi profit ketika model diterapkan. Sementara, tidak semua perusahaan yang menjadi stakeholder atau pelaku rantai pasok yang akan berbagi profit bisa menerima konsep model yang ditawarkan. Model disribusi risiko selama ini terkendala oleh proses penerapan model ketika diselaraskan dengan kontradiksi antara tujuan distributor dan pemasok dalam hal ini petani. Kelemahan model sebelumnya terlihat dari perspektif risiko pada era sekarang yang menyatakan bahwa risiko dianggap sebagai peluang dalam meningkatkan nilai profit dan kompetitif perusahaan di masa depan (Luhman, 1996). Kelemahan dari model yang di buat Wu dan Blackhurst (2009) adalah model masih beorientasi kepada keberlangsungan rantai pasok walaupun telah disempurnakan dengan proses minimalisir risiko loss profit dalam penetapan harga jual di tingkat pelaku rantai pasok. Oleh karena itu penelitian ini akan bertujuan merancang model rantai pasok yang berorientasi kepada keberlanjutan rantai pasok sekaligus peningkatan profit pelaku hilir (koperasi) pada saat yang


(35)

5

bersamaan sehingga model lebih mudah diaplikasi dan diterima oleh semua pelaku rantai pasok.

Kerangka manajemen risiko rantai pasok dimulai dari pemahaman Chopra (2007) mengenai dualisme strategi penetapan keputusan rantai pasok yaitu keputusan rantai pasok dengan titik berat kepada efisiensi dan responsif. Untuk mensinergikan dengan kompleksitas masalah pada rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah, diperlukan acuan kerangka penetapan keputusan rantai pasok yang terfokus kepada efisiensi rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah (Gambar 1).

Strategi Kompetitif

Strategi rantai pasok

Fasilitas Inventori Transportasi

Informasi Sumber Daya Harga

Responsif Efisiensi Struktur Rantai Pasok

Driver Logistik

Driver lintas fungsional

Gambar 1 Kerangka kerja pembuatan keputusan rantai pasok (Chopra, 2007) Penelitian yang sudah pernah dilakukan berkaitan dengan manjemen risiko rantai pasok adalah Halikas et al. (2002), Jutner et al. (2003), Harland et al. (2003), Li et al. (2007) tetapi belum terfokus kepada mitigasi risiko melalui mekanisme distribusi risiko (RiskSharing) serta objek studi yang bukan komoditi pertanian. Suharjito (2011) telah melakukan studi penyeimbangan risiko pada rantai pasok komoditi pertanian dengan model mekanisme penetapan harga jual yang masih bersifat umum. Chen dan Seshadri (2000), Tsay (2001), serta Cachon (2003) telah mulai membuat model RS melalui penetapan harga dengan mengkombinasikan pemberian insentif berdasarkan parameter acuan jumlah pasokan. Wu dan Blackhurst (2009) menyadari kelemahan model sebelumnya yaitu dalam hal penetapan insentif belum spesifik terhadap risiko pelanggan sehingga kemungkinan terjadinya loss profit pada pemberian insentif yang tidak


(36)

6

tepat bisa terjadi. Dari semua model distibusi risiko yang diusulkan pada penelitian terdahulu, tujuan yang dihasilkan hanya bertumpu pada keberlangsungan rantai pasok sebagai kekuatan model melalui modifikasi mekanisme penetapan insentif pada harga jual. Perubahan dilakukan oleh Wu dan Blackhurst (2009) dengan merujuk pada penelitian Chen dan Seshadri (2000) dengan usulan penentuan spesifik risiko pelaku untuk meminimalisir lossprofit.

Studi ini bertujuan memberikan perspektif yang berbeda dari model RS yang sebelumnya hanya terfokus kepada keberlanjutan rantai pasok. Pendekatan yang berbeda pada studi ini memberikan output yang tidak saja berorientasi kepada keberlanjutan rantai pasok tetapi sekaligus meningkatkan total profit pelaku yang menerima beban risiko akibat penerapan model. Pemahaman yang mendalam terhadap berbagai tingkat kesulitan pada proses aplikasi model RS yang telah ada memberikan kejelasan pada studi ini dalam memahami konsep distribusi risiko secara menyeluruh.

1.2. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini bertujuan merancang rantai pasok yang berorientasi kepada peningkatan profit dan kesinambungan pasokan melalui mekanisme mitigasi risiko dengan pendekatan model RS bagi setiap pelaku komoditi dan produk kopi organik Gayo, Aceh. Adapun secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Melakukan identifikasi dan evaluasi faktor risiko terhadap model rantai pasok kopi organik yang sudah ada di Aceh Tengah.

b. Memformulasikan bentuk mitigasi risiko rantai pasok kopi organik melalui pendekatan model RS dengan orientasi output keberlanjutan dan peningkatan profit rantai pasok secara simultan dan bersamaan.

c. Merancang rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah yang berkelanjutan dengan mengutamakan peningkatan profit pada semua anggota rantai pasok.


(37)

7

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dengan rancangan rantai pasok melalui pendekatan model RS kopi organik di Aceh Tengah yang dihasilkan dari penelitian ini adalah :

a. Model dapat digunakan untuk mengkoordinasikan seluruh pelaku rantai pasok sehingga efek penggelembungan risiko (Bullwhip Effect) dari pelaku hulu rantai pasok (Upstream) terhadap pelaku bagian hilir jalur pasokan

(Downstream).

b. Model distribusi dirancang dengan tujuan lebih memudahkan stakeholder

rantai pasok ketika akan diaplikasikan melalui perubahan terhadap mekanisme pendistribusian risiko dan profit antar pelaku.

c. Dapat membantu pemangku kepentingan dalam mmbuat perencanaan manajemen risiko rantai pasok sehingga setiap perubahan skenario risiko disepanjang jalur pasokan dapat diamati, diukur, dikoordinasikan serta diminimalisir.

1.4. Perumusan Masalah Penelitian

Perancangan model penilaian risiko jaringan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah membutuhkan analisis yang komprehenif dan sistematis melalui pengelompokan setiap pelaku rantai pasok, rumusan masalah risiko yang diselaraskan dengan tujuan formulasi model RS sehingga dihasilkan model yang dapat mengakomodir kompleksitas permasalahan palaku rantai pasok secara menyeluruh. Kerangka pemikiran ini akan menjawab beberapa pertanyaan penelitian ini :

a. Bagaimana bentuk model RS yang mudah diterima dan digunakan oleh setiap pemangku kepentingan rantai pasok dengan meminimalisir perbedaan pandangan antar pelaku rantai pasok terhadap mekanisme distribusi risiko yang telah ada ?

b. Bagaimana memformulasikan bentuk model yang bisa menjaga kesinambungan pasokan sekaligus meningkatkan profit pelaku rantai pasok pada saat yang bersamaan ?


(38)

8

c. Bentuk parameter seperti apa yang perlu didefinisikan kedalam formulasi model sehingga dapat mengakomodir tujuan model RS yang telah ditetapkan sebelumnya.

d. Bagaimana pemilihan parameter yang dapat bekerja secara simultan dan tanpa batas dalam meningkatkan profit pelaku rantai pasok terutama pelaku yang akan menerima beban risiko ?

e. Mekanisme kontrak seperti apa yang akan dipilih untuk mengkoordinasikan formulasi model kepada pelaku sehingga tercipta desain rantai pasok yang diinginkan.

1.5. Ruang Lingkup

Untuk memfokuskan penelitian dengan berbagai keterbatasan dan kendalanya, maka studi desain rantai pasok agroindustri kopi organik di Aceh Tengah untuk optimalisasi balancingrisk akan dibatasi kondisi sebagai berikut

a. Penelitian akan dibatasi terhadap pelaku rantai pasok yang berlokasi di wilayah dengan kuantitas pasokan cukup besar.

b. Identifikasi risiko akan difokuskan terhadap variabel-variabel risiko yang berhubungan dengan standarisasi kualitas organik sehingga tujuan meningkatkan kualitas produk sebagai salah satu permasalahan utama rantai pasok dapat dicapai.

c. Sampel pelaku hilir rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah selaku eksportir akan dibatasi pada pelaku yang mempunyai strukturisasi dan

traceability yang baik terhadap semua pelaku rantai pasok kopi organik

sehingga sistematika permasalahan bisa diurai dengan baik.

d. Eksportir sebagai pelaku bagian hilir rantai pasok ditetapkan pada satu pelaku dengan pertimbangan agar model RS bisa diformulasikan dengan baik.


(39)

9

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Resiko Rantai Pasok

Menurut (Pujawan 2005) rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir dimana perusahaan-perusahaan tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel seta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. (Chopra and Meindl 2007) mendefinisikan rantai pasok sebagai keterlibatan fungsi keseluruhan bagian didalam jaringan pasokan baik pabrik, suppliers, perusahaan jasa pengiriman, pergudangan, retail, bahkan konsumen seta dalam memenuhi permintaan pelanggan baik secara langsung maupun tidak langsung. Istilah manajemen rantai pasok pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber pada tahun 1982. Kalau pada rantai pasok adalah jaringan fisiknya maka, manajemen rantai pasok adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya.

Manajemen rantai pasok dipopulerkan sebagai pendekatan manajemen persediaan yang ditekankan pada pasokan bahan baku. Isu ini terus berkembang sebagai kebijakan strategis perusahaan yang menyadari bahwa keunggulan bersaing perlu didukung oleh manajemen aliran barang dari pemasok hingga pengguna akhir yang baik. Menurut The Council of Supply Chain Management

Professionals (CSCMP) manajemen rantai pasok adalah perencanaan dan

pengelolaan semua kegiatan yang terlibat dalam sumber dan pengadaan, konversi, dan semua kegiatan manajemen logistik yang mencakup koordinasi dan kolaborasi dengan mitra penyalur, yang dapat berupa pemasok, perantara, penyedia layanan pihak ketiga, dan pelanggan, Dengan tujuan mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan didalam dan antar perusahaan. Menurut Vorst (2004) manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi seluruh proses dan atktifitas bisnis untuk menghantarkan nilai keutamaan produk ke tangan konsumen sebagai keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan kepuasan para pihak yang berkepentingan dalam system rantai pasok.

Beberapa tahun belakangan, perusahaan tidak hanya memfokuskan perhatian kepada bagaimana mengelola rantai pasok tetapi juga bagaimana


(40)

10

mengatasi ganguan yang terjadi di sepanjang jaringan rantai pasok untuk menjaga keberlasungan jaringan rantai pasok itu sendiri. Gangguan-gangguan inilah yang menyebabkan timbulnya resiko di sepanjang aliran nilai jaringan rantai pasok. Sehingga pendekatan manajemen rantai pasok lebih difokuskan kepada bagaimana mengelola resiko yang timbul di sepanjang jaringan rantai pasok. Dalam literatur, istilah resiko didefinisikan sebagai suatu ketidakpastian di masa yang akan datang tentang kerugian (Christopher and H 2004). Resiko adalah ketidakpastian dari kejadian yang akan datang (Olsson 2002) resiko berarti kemunculan kemungkinan terjadinya suatu hal yang tidak baik (Borge 2011). Resiko adalah ancaman yang terjadi secara internal ataupun eksternal yang akan berpengaruh merugikan kemampuan untuk mencapai sasaran dan menimbulkan dampak pada nilai capaian. Kemungkinan bahwa sesuatu yang tidak baik akan terjadi atau sesuatu yang jelek yang akan terjadi (Shimell 2002). Resiko adalah setiap sumber kejadian secara random yang bisa mempunyai dampak berlawanan terhadap nilai pertanggungjawaban asset bersih suatu perusahaan pada pendapatan dan atau arus kasnya. Resiko adalah tingkat ketidakpastian dimana melibatkan beberapa kemungkinan diantaranya kerugian, bencana atau hasil yang tidak dinginkan lainnya (Hubbard 2009).

Dalam teori statistik resiko dimodelkan dalam nilai kemungkinan dari beberapa hasil yang dilihat sebagai bentuk yang tidak diinginkan (Dantzig, 2001). Resiko bisa juga diartikan sebagai akumulasi dari resiko yang timbul dari beberapa kejadian sehingga resiko bisa diformulasikan dalam bentuk :

...(1)

Menurut Norrman dan Lindroth (2004) resiko adalah peluang suatu kejadian terhadap dampak tingkat keparahan terhadap bisnis. Saat ini menurut March dan Saphira resiko tidak hanya diartikan sebagai deviasi negatif tetap tetapi bisa diartikan sebagai peluang dan kesempatan.

Dalam perspektif yang berbeda, risiko pada masa sekarang dipandang sebagai peluang dalam meningkatkan profit dan kompetitif perusahaan di masa yang akan datang. Variabel tidak terduga dan dampak dari definisi risiko

 

ker

kejadian


(41)

11

dipandang sebagai nilai positif sebagai peningkatan peluang dan profit. Menurut Luhmann (1996) risiko dipandang sebagai dampak positif melalui peningkatan kewaspadaan sebagai atribut peluang sukses di masa yang akan datang.

Resiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai potensi terjadinya insiden atau kegagalan untuk merebut peluang dengan pasokan inbound di mana hasil tersebut mengakibatkan kerugian finasial untuk setiap pengadaan yang dilakukan perusahaan (Zsidisin dan Ritchie 2009). Menurut Kersten et. al (2004) resiko rantai pasok adalah kerusakan yang dikaji dengan kemungkinan terjadinya disebabkan oleh oleh suatu kejadian dalam sebuah perusahaan, dalam rantai pasok atau lingkungannya menimbulkan pengaruh negatif terhadap proses bisnis pada lebih dari satu perusahaan dalam rantai pasok. Menurut Kumar etal (2010) resiko rantai pasok adalah potensi penyimpangan dari keseluruhan tujuan awal tersebut, yang menjadi akibat pemicu penurunan kegiatan nilai tambah kegiatan di berbagai tingkatan. Menurut Zsidisin dan Ritchie (2009) resiko dalam konteks rantai pasok dapat dikategorikan berdasarkan jumlah dimensinya :

a) Gangguan terhadap pasokan barang dan jasa termasuk kualitas yang buruk yang menyebabkan downtime dan kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

b) Volatilitas dalam masalah harga yang menyebabkan kesulitan dalam mengatasi perubahan harga di tingkat konsumen dan berpotensi menyebabkan kerugian.

c) Mutu dan jasa pelayanan produk yang buruk, dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan dengan konsekuensi terhadap pendapatan di masa yang akan datang dan kemungkinan klaim yang lebih cepat untuk kompensasi finansial.

d) Reputasi perusahaan, dihasilkan dari isu-isu yang tidak terkait langsung terhadap rantai pasok itu sendiri sehingga dapat menimbulkan resiko.

Tingginya kompleksitas dan ketergantungan merupakan karakteristik dari rantai pasok saat ini. Globalisasi, e-bisnis, permintaan mengambang dan bergesernya filosofi bisnis (seperti outsourcing) merupakan beberapa faktor yang membuat anggota rantai pasok menjadi lebih bergantung terhadap yang lain. Sebagai akibatnya rantai pasok menjadi lebih rentan terhadap gangguan. Jika


(42)

12

suatu gangguan terjadi pada salah satu pemain rantai pasok, hal ini akan mengganggu keseluruhan jaringan. Risiko dalam rantai pasok dapat diakibatkan dari suatu perusahaan dalam rantai pasok, atau keterhubungan antar organisasi dalam jaringan pasokan, atau antar jaringan pasokan dan lingkungannya, yang akan menyebabkan kerugian finansial secara menyeluruh atau bahkan mengakibatkan berhentinya kegiatan bisnis. Oleh karena itu perlu pengendalian risiko rantai pasok agar dapat menghindarkan akibat berkelanjutan yang dapat terjadi pada setiap titik dalam jaringan pasokan.

Menurut (Wu dan Blackhurst 2009) resiko yang terjadi dengan hasil yang diharapkan dapat dipetakan (Gambar 2).

A B

C

Rendah Tinggi

Rendah Tinggi

Resiko yang dihadapi

Hasil kinerja yang diharapkan

Gambar 2 Hubungan antara resiko dengan kinerja (Zsidisin 2009)

Dalam kondisi tertentu, penilaian resiko yang dihadapi akan menjadi penilaian bagi setiap pemangku kepentingan atau pengambil keputusan mengenai kinerja yang diinginkan dan dampak potensial dari resiko pada kinerja yang dihasilkan. Pengelolaan resiko rantai pasok intinya berlandaskan dari tujuan pengelolaan jaringan rantai pasok itu sendiri, dimana optimalisasi difokuskan pada tiga prinsip : 1) Responsiveness, 2) Leanness, 3) Agility dalam bentuk segitiga seperti yang ditunjukkan Gambar 3.


(43)

13

waktu

Biaya

Mutu

Re

sp

on

si

ve

ne

ss

Resiko

L

ea

nn

es

s

Agility

Gambar 3 Segitiga penilaian resiko

Manajemen resiko berarti menghasilkan dan mempertimbangkan skenario alternatif dan solusi, menilai manfaat masing-masing, memilih solusi dan melakukan pelaksanaan (Wu dan Blackhurst 2009). Menurut (Culp dan Christopher 2002) manajemen resiko adalah proses yang dilakukan organisasi untuk coba memastikan bahwa resiko yang muncul adalah resiko yang diinginkan dan perlu dimunculkan untuk menjalankan bisnis utamanya.

Menurut Hanani et al. (2003), agroindustri merupakan perpaduan antara pertanian dan industri dimana keduanya menjadi sistem pertanian berbasis industri dengan penanganan utama pada sisi pasca panen. Sehingga, manajemen risiko rantai pasok Agroindustri adalah perencanaan dan pengelolaan seluruh kegiatan dari pelaku yang terlibat didalam alur rantai pasokan produk pertanian berbasis industri melalui koordinasi pendekatan sumber peluang yang dapat mengakibatkan kerugian finansial untuk setiap pengadaan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi gangguan terhadap rantai pasok secara keseluruhan.

Secara umum, proses manajemen resiko rantai pasok terdiri atas identifikasi resiko,analisis resiko, evaluasi resiko dan mitigasi resiko. Identifikasi resiko merupakan tahapan fundamental dalam proses manajemen resiko. (Hallikas et al.2004; Norrman dan Lindroth 2004). Resiko yang tidak teridentifikasi dengan baik dapat menyebakan kesalahan arah dalam proses manajemen resiko. Sehingga dalam penentapan resiko sendiri berdasarkan strategi dari jaringan rantai pasok yang ingin kita rancang atau evaluasi, responsiveness atau efiensien. Sangat penting untuk mengetahui drivers rantai pasok berdasarkan strategi yang kita


(44)

14

inginkan, karena akan menjadi landasan fundamental dalam penerapan resiko jaringan rantai pasok.

2.1.1. Kerangka Kerja Manajemen resiko Rantai Pasok

Penetapan kerangka kerja dalam pengelolaan resiko di dalam rantai pasok sangat penting karena akan menjadi tahapan pemikiran dalam menyelesaikan permasalahan resiko yang ada. Klasifikasi tahapan ini akan membantu sistematika manajemen resiko rantai pasok. Menurut (Wu dan Blackhurst, 2009) kerangka kerja manajemen resiko rantai pasok terdiri atas dua bagian utama (Gambar 4).

1. Bagian inti lingkaran yang meliputi profil resiko, profil kinerja, jangka waktu strategi dan partisipasi stakeholder rantai pasok

2. Bagian luar lingkaran meliputi komponen kunci atau aktifitas yang terlibat di dalam proses manajemen resiko dan kinerja.

Profil resiko Profil kinerja

Jangka waktu Stakeholders

rantai pasok

Drivers dan sumber resiko

Penilaian resiko

Manajemen resiko

Keluaran resiko

Keluaran Kinerja

Manajemen kinerja Penilaian

kinerja Drivers dan

sumber kinerja

Gambar 4 Kerangka kerja manajemen resiko rantai pasok (Wu dan Blackhurst 2009)

Menurut Hallikas et al. (2004) proses manajemen resiko yang umum terjadi pada suatu perusahaan terdiri dari empat kegiatan utama yaitu identifikasi resiko, pengkajian resiko, pengambilan keputusan dan implementasi pada kegiatan manajemen resiko dan pengawasan resiko.

1. Identifikasi resiko

Resiko rantai pasok secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu resiko internal dan resiko external (Chan dan Kumar 2007)Menurut Wu dan Blackhurts (2009) resiko yang dihadapi perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu resiko yang tidak dapat dihindari (systematicrisk) dan resiko yang dapat


(45)

15

dihindari (unsystematic risk) yang bisa dilihat pada Gambar 5. Unsystematic risk merupakan gambaran resiko yang dihasilkan dari tujuan yang berbeda untuk setiap sphere di dalam rantai pasok. Sehingga untuk resiko yang dapat dihindari merupakan resiko yang berada di masing-masing sphere rantai pasok yang tentu saja dapat dikendalikan dengan baik. Ketika konsep resiko meluas kedalam bentuk konfigurasi dari jaringan rantai pasok yang terdiri dari bebagai macam sphere maka akan terjadi conflict kepentingan antara berbagai level sphere di dalam rantai pasok sehingga akan menimbulkan resiko yang tidak diinginkan atau tidak dapat dihindari (systematics risk). Untuk jenis resiko seperti ini hanya bisa di kurangi lewat proses risk

Mitigation.

Karakteristik lingkungan

Karakteristik industri

Konfigurasi rantai pasok

Anggota rantai pasok

Strategi organisasi

Unit Pembuat keputusan

Variabel spesifik masalah

Sistematis (Tidak dapat dihindari) Risk exposure

Tidak sistematis (dapat dihindari) Risk exposure

Portofolio hasil resiko dan kinerja

Profil kinerja Profil resiko

Gambar 5 Sumber dan driver resiko dan kinerja (Wu dan Balckhurst 2009) 2. Pengkajian resiko

Pengkajian resiko dan prioritas untuk masing-masing resiko diperlukan agar dapat memilih tindakan manajemen yang sesuai terhadap faktor-faktor resiko yang teridentifikasiberdasarkan situasi dan kondisi perusahaan.

3. Keputusan dan implementasi tindakan manajemen risiko, sangat diperlukan untuk menggunakan metode manajemen yang dapat memastikan pencegahan secara parsial atau total terhadap risiko yang akan terjadi atau pada saat


(46)

16

terjadinya kegagalan, dilakukan dengan mengurangi akibatnya terhadap pengoperasian rantai pasok. Metode utama untuk menanggulangi risiko, seperti dalam literatur (Culp dan Christopher 2002; IRM 2003; Chapman 2006) adalah:

a) Menghidari risiko, secara intuisi cara untuk menghindari risiko yang utama adalah tidak mengambil tindakan yang akan berpotensi terjadinya risiko yang dimaksud.

b) Mitigasi atau eliminasi risiko, Tindakan penanggulangan resiko di identifikasi dengan meninjau ulang profil resiko dari keseluruhan

sphere rantai pasok dan merumuskan tindakan yang harus diambil

dalam rangak mengurangi profil resiko tadi atau membuat penghalang dari dampak yang akan ditimbulkan resiko terhdap perusahaan. Menurut Handfield dan McCormack (2008), ada beberapa pendekatan yang berbeda dalam penanggulangan resiko :

 Mengambil tindakan yang bisa mengubah profil resiko.

Ini adalah tindakan penangulangan resiko yang pertama kali harus dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap atribut masing masing pemasok di setiap sphere rantai pasok, hubungan atau interaksi yang akan menimbulkan skor atau bobot resiko yang paling tinggi dan apa yang dapat dilakukan untuk mengubahnya berdasarkan atribut atribut yang mempunyai nilai bobot tertinggi (Gambar 6).

Profil 1 Tidak ada pengelolaan resiko Profil 2 ada pengelolaan resiko L H

Indeks peluang resiko (Peluang kejadian x skor)

Da mp a k r e v e n u e ( $ ) L H

Gambar 6 Persamaan dampak revenue dan penurunan resiko dengan manajemen resiko (Handfield dan McCormack 2008)


(47)

17

 Mendistribusikan resiko kepada beberapa pemasok yang memiliki resiko profil yang lebih rendah

Hal ini akan mengurangi dampak resiko untuk masing masing pemasok dan pengurangan resiko secara keseluruhan dalam satu jaringan rantai pasok (Gambar 7).

Pemasok 1 tiidak ada management resiko Pemasok 2

L H

Indeks peluang resiko (Peluang kejadian x skor)

D

a

m

p

ak

r

e

ve

nue

(

$

)

L H

Pemasok 3

Pemasok 4

Gambar 7 Penyebaran pengeluaran dan revenue penurunan resiko secara keseluruhan (Handfield dan Kevin M, 2008)

c) Pengalihan risiko, Sebuah prinsip yang umum dari strategi menajemen risiko yang efektif adalah bahwa risiko harus didistribusikan jika mungkin pada semua pihak agar dapat dilakukan pengaturan dengan baik. Sebagai tindakan ekstrim risiko dapat dialihkan pada perusahaan asuransi, dengan membayar premi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya risiko tersebut, dengan melakukan kontrak untuk menyediakan konpensasi terhadap seluruh pelaku yang terpengaruh oleh risiko. d) Penyerapan dan pengumpulan risiko. Ketika risiko (tidak dapat dijustifikasi secara ekonomi) tidak dapat dieliminasi, dialihkan dan dihindari, maka harus diserap. Dalam suatu rantai pasok, hal ini tidak selalu disarankan hanya sebuah perusahaan tertentu untuk menanggung semua risiko yang terserap. Risiko dapat dikurangi dengan melalui mekanisme pengumpulan (risk pooling) kemungkinan melalui partisipasi dalam sebuah konsursium dari kontraktor, ketika dua atau


(48)

18

lebih anggota dapat melakukan pengendalian parsial terhadap kejadian dan akibat dari risiko.

d) Penyerapan dan pengumpulan risiko, Ketika risiko (tidak dapat dijustifikasi secara ekonomi) tidak dapat dieliminasi, dialihkan dan dihindari, maka harus diserap. Dalam suatu rantai pasok, hal ini tidak selalu disarankan hanya sebuah perusahaan tertentu untuk menanggung semua risiko yang terserap. Risiko dapat dikurangi dengan melalui mekanisme pengumpulan (pooling) kemungkinan melalui partisipasi 4. Pengawasan risiko, Perusahaan dan lingkungannya tidaklah statik, dan oleh

karenanya juga status risiko akan berubah. Faktor-faktor risiko yang dikenali harus dimonitor untuk mengidentifikasi potensi meningkatnya kecenderungan dari kemungkinan dan konsekuensinya. Sebagai akibatnya faktor risiko penting yang baru bisa muncul.

2.1.2.AnalisisRisikoRantaiPasok

Dua metode utama untuk mengukur risiko rantai pasok adalah metode pengukuran risiko berdasarkan pendapat pakar dan metode pengukuran risiko secara statistik (Klimov dan Merkuyev 2006). Pengukuran risiko dengan pendekatan statistik bersifat objektif dan lebih efektif dengan kerangka kerja berdasarkan probabilitas kejadian risiko sebagai variabelnya. Analisis rantai pasok merupakan bagian bagian dari manajemen rantai pasok yang harus dilakukan untuk mengurangi atau menghindari terjadinya kegagalan bisnis dalm kondisi yang penuh ketidakpastian. Analisis risiko dilakukan dengan menghitung nilai indeks risiko pada setiap tingkatan rantai pasok yaitu indeks risiko (Marimin dan Maghfiroh 2010).

... (2)

Dimana :

Rix = Indeks risiko rantai pasok pada tingkat ke x

= konsekuensi dari rantai pasok yang harus ditanggung pelaku pada tingkat ke-x ketika produk gagal dipasok.

= persentase nilai tambah yang diberikan pelaku rantai pasok pada tingkat x

^

1

1 1

n

xi

x x x

i

RI

 

P S

   

  

 

 


(49)

19

ke x.

x = pelaku rantai pasok pada masing-masing sphere

= Probabilitas kegagalan produk komponen ke-i dari pelaku tingkat ke-x.

Nilai indek risiko berada pada nilai antara nol dan satu. Dalam kajian ini, nilai konsekuensi dapat diklasifikasikan sebagai vital, dibutuhkan, diperlukan dan diinginkan (Tabel 1 ).

Tabel 1 Nilai konsekuensi risiko

Konsekuensi Keterangan Α Vital Tidak tergantikan 1,00 Necessary Tidak mudah digantikan 0,60 Necessary Mudah digantikan 0,30 Desired Mudah digantikan 0,10 Sumber : Marimin 2010

Sementara perhitungan nilai tambah pelaku rantai pasok menggunakan pendekatan metode Hayami (Tabel 2)

Tabel 2 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami

No Variabel Nilai

Output, Input, Harga

1 Output (Kg) (1)

2 Bahan baku (Kg) (2)

3 Tenaga kerjalangsung (HOK) (3)

4 Faktor konversi (4) = (1) / (2) 5

Koofisien tenaga kerja langsung

(HOK/Kg) (5) = (3) / (2)

6 Harga Output (Rp/Kg) (6) 7 Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) (7) Penerimaan dan keuntungan

8 Harga bahan baku (Rp/Kg) (8) 9 Harga input lain (Rp/Kg) (9)

10 Nilai output (Rp/Kg) (10) =(4) X (6)

11 a. Nilai tambah (Rp/Kg) (11a) = (10) – (8) – (9) b. Rasio nilai tambah (%) (11b) = (11a)/10 x 100 12

a. Pendapatan tenaga kerja langsung

(Rp/Kg) (12a) = (5) x (7)

b. Pangsa tenaga kerja langsung (%) (12b) = (12a)/(11a)x 100 13 a. Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a) – (12a)


(50)

20

Tabel 2 prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami (lanjutan)

No Variabel Nilai

Balas jasa pemilik faktor produksi

14 Marjin (Rp/Kg) (14) = (10) x (8)

a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) (14a) = (12a) /(14)x 100 b. Sumbangan input lain (%) (14b) = (9) /(14)x 100 c. Keuntungan perusahaan (%) (14c) = (13a) /(14)x 100 Sumber : Marimin 2010

2.2. Pengukuran Kinerja pelaku Rantai Pasok melalui pendekatan Data EnvelopmentAnalysis (DEA)

Salah satu aspek fundamental dalam Supply Chain Management (SCM) adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Menurut Pujawan (2005), sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk : 1) melakukan monitoring dan pengendalian, 2) mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasok, 3) mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin dicapai dan 4) menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing.

Menurut Aranyam et al. (2006), terdapat beberapa metode yang telah dikembangkan untuk mengukur kineja SCM. Beberapa metode terbaik tersebut antara lain : Supply Chain Council Operations Reference (SCOR), the Balanced

Scorecard (BSC), Multi-Criteria Analysis, Data Envelopment Analysis (DEA),

Life-Cycle Analysis dan Activity-Based Costing. Di dalam studi ini pengukuran

kinerja pelaku rantai pasok dilakukan melalui pendekatan Data Envelopment

Analysis (DEA). DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan

Rhodes (1978) sebagai programa linier (LP). Keuntungan DEA dapat mengevaluasi berbagai pengukuran secara efisien seperti yang diperlukan untuk menemukan berbagai hubungan antar variabel yang berkaitan. Selain itu, DEA mampu bekerja dengan cara yang unik melalui proses Benchmarking sehingga tidak batasan limit dari atribut pengukuran DEA dalam mencapai efisiensi yang diinginkan. Setiap unit atau organisasi yang akan menjadi objek pengukuran menggunakan metode DEA didefinisikan sebagai unit pembuat keputusan

(DecisonMakingUnit) atau DMU.

Penentuan nilai efisiensi DMU setiap unit dalam pengukuran (θi) dalam


(51)

21

output (Oij) ketika dibandingkan dengan DMU yang lainnya. Nilai efisiensi suatu

unit pengukuran sangat tergantung kepada nilai output dan input serta bobot pada setiap nilai variabel output (wij) dan bobot variabel input (vij) dari DMU

pengukuran.

... (3)

Dalam penentuan nilai efisien unit dilakukan melalui dua pendekatan yaitu dengan cara memaksimalkan output dengan penggunaan nilai input yang sama atau sebaliknya dengan cara meminimalkan input yang digunakan dalam menghasilkan output dengan kuantitas yang sama. Di dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memaksimalkan output yang dihasilkan karena untuk menyelaraskan dengan tujuan rancangan model distribusi risiko.

Kelebihan lain dari metode DEA adalah penentuan bobot dilakukan berdasarkan analisa kuantitatif sehingga dapat menghilangkan efek bias yang selalu terjadi ketika pengukuran kinerja dilakukan melalui pendapat para pakar. Pada setiap proses pengukuran, unit tidak dapat menentukan bobot terhadap dirinya sendiri yang akan menyebabkan efisiensi unit lainnya termasuk unit tersebut melebihi 100 %. Sangat tidak mungkin setiap unit untuk mencapai efisiensi lebih dari 100 % berdasarkan penentuan bobot pengukuran setiap unit. Oleh karena itu, setiap individu unit pengukuran menghasilkan akumulasi dari perkalian bobot dengan output tidak boleh melebihi daripada akumulasi perkalian bobot dengan input. Formulasinya dapat dilihat pada persamaan (4)

... (4) Untuk mencegah solusi diluar batas yang diinginkan maka kumulatif perkalian bobot dengan input dari unit pengukuran sama dengan 1 sesuai dengan persamaan (5).

... (5)

.

.

o o

n n

ij ij ij ij

j i j i

O w

I v

 

. 1 o n ij ij j i I v  

. . o o n ij ij j i i n ij ij j i O w I v

  


(52)

22

Asumsi ini berlaku jika pencarian (Threshold) nilai efisiensi unit melalui mekanisme dengan memaksimalkan output.

2.3. Model Mitigasi Risiko Dengan Pendekatan Distribusi Risiko (Risk Sharing)

Proses mitigasi risiko melalui pendekatan distribusi risiko (Risk Sharing) merupakan salah satu bagian dari metode dalam pendekatan penanggulangan risiko di dalam manajemen risiko rantai pasok (Culp dan Chritoper 2002; Chapman, 2006). Banyak literatur (Laviere dan Porteus 2001; Tsay,2001; Wu dan Blackhurst 2009) yang menjelaskan bahwa proses distribusi risiko bisa dilakukan dengan mekanisme pendistribusian profit dari pelaku rantai pasok yang menerima beban risiko lebih sedikit kepada pelaku dengan bobot risiko lebih besar. Melalui proses transfer profit berdasarkan model yang ingin diberlakukan maka akan memicu keseimbangan risiko (Balancing Risk) antar setiap pelaku rantai pasok. Model yang selama ini menjadi bahan kajian peneliti adalah melalui mekanisme penetapan harga.

Menurut Cachon (2003), Wu dan Blackhurst (2009) mekanisme model distribusi risiko bisa diaplikasikan dengan bantuan kontrak dalam mengkoordinasikan semua parameter dan kompleksitas permasalahan yang didefinisikan model. Wu dan Blackhurst (2009) berhasil memberikan pendekatan model yang lebih baik dari usulan model yang pernah dipubilkasikan sebelumnya melalui penetuan risiko spesifik pelaku rantai pasok untuk meminimalisir kemungkinan loss profit akibat penentuan harga yang bersifat general. Model yang diusulkan dalam penelitian mengambil ide dari penelitian Wu dan Blackhurst (2009) dengan pendekatan yang lebih mendalam terhadap mekanisme,implikasi serta aplikasi distribusi risiko. Sehingga, metode distribusi risiko yang akan disajikan fokus kepada teorema Wu dan Blachurst yang merupakan usulan terbaik pada saat ini dalam melakukan proses penyeimbangan risiko (RiskBalancing) pelaku rantai pasok.

Menurut Wu dan Blackhurst (2009) risiko yang dihadapi vendor adalah ketika terjadi fluktuasi permintaan konsumen di tingkat ritel sehingga proses penentuan kapasitas porduksi dan kuantitas pasokan mnjadi sulit dilakukan.


(53)

23

Melalui proses internediasi risiko melalui pelaku tingkat distributor diharapkan risiko vendor dapat didistribusikan kepada ritel dan distributor. Proses penentapan harga jual dari setiap produk yang menjadi salah satu faktor kunci dalam menyelesaikan permasalahan melalui model ini. Menurut model yang diajukan Wu dan Blackhurst (2009) kelemahan dari model distribusi risiko yang ada selama ini adalah belum memahami dengan baik bahwa risiko dari setiap ritel akan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu penentuan harga jual juga harus spesifik berdasarkan risiko yang dihadapi oleh setiap ritel sehingga kerugian

(Loss Profit) akibat generalisasi penetapan harga bisa dihindari.

Kontrak yang dirancang melalui proses karakterisasi pelaku berdasarkan risiko spesifik yang dihadapinya merupakan model koordinasi yang diusulkan dalam model ini. Setiap ritel bertujuan untuk memaksimalkan penjualan dari semua produk yang telah dipesannya (Expected Utility) sehingga berdampak kepada vendor sebagai pemasok ketika menghadapi persoalan mengenai jumlah pasokan dan harga yang harus diberlakukan selama periode pemesanan. Sebaliknya Vendor akan berorientasi untuk memaksimalkan nilai total profit yang diperolehnya (Expected Value) melalui peningkatan kuantitas pesanan dari ritel. Dua paameter tujuan inilah yang coba dimediasi oleh Wu dan Blachurst melalui usulan model yang diberikan.

Kuantitas pesanan (S) selama periode pemesanan akan memberikan fungsi keuntungan yang bersifat acak melalui proses pembayaran yang diberikan ritel terhadap vendor.

... (6) Dimana :

П (S,F,c,s,e) = Akumulasi jumlah pembayaran yang diberikan pengecer

(distributor) dari sejumlah unit pemesanan

S = Kuantitas pesanan

F = pembayaran tetap terhadap ritel

p = harga unit tingkat ritel

c = harga unit tingkat vendor di dalam periode pemesanan (regularprice)

s = harga setiap unit yang dikembalikan ke vendor ketika tidak ( , , , , )S F c s e  F pD cS s S[ D]e D s[  ]


(54)

24

( )

(0, , , )

v

opt i i

Q i M Q

Max E S c s e F p c

    

 

terjual (salvageprice)

D = Jumlah permintaan dari ritel terhadap vendor

e = Harga unit yang dipesan diluar periode pemesanan (emergency

purchase)

Sementara nilai Expected Value (EV) dan Expected Utility (EU) yang akan memaksimalkan jumlah pasokan yang didefinisikan sebagai dan adalah sebagai berikut :

... (7) ... (8) Pada persamaan (7), setiap ritel akan berusaha meminimalkan risiko yang dihadapinya (Risk Aversion) atau dengan meningkatkan nilai EU melalui rancangan struktur kontrak yang ditawarkan model (Reservation Utility) atau ri.

Melalui penjabaran dari persamaan (6), (7) dan (8) model struktur kontrak akan dirancang yang akan memberikan kenuntungan maksimum kepada distributor selaku pelaku yang menjadi mediator risiko.

P : ... (9)

Dari kendala pada persamaan (9) diatas memberikan makna, bahwasanya ritel (i) hanya akan menerima menu dari kontrak (M (Q) ) jika nilai EU yang bisa ditawarkan kontrak minimal harus sama dengan nilai ri ritel sehingga, ritel akan

selalu memilih kontrak dengan nilai EU yang paling tinggi.

2.4. Kopi

Kopi arabika merupakan komoditas penting bagi perekonomian masyarakat di kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo lues. Selain itu komodits tersebut juga merupakan komoditas ekspor peting untuk menghasilkan devisa bagi Negara. Bagi Pemerintah Provinsi NAD sendiri komoditi kopi memberikan nilai tambah ekspor yang begitu besar. Menurut Aceh Coffee forum Kopi merupakan

2 2

. . ( ) i i i i / 2 i

s t If iM Q  F p c

 

p c

r

2 2

2 2

/ 2 / 2

( ),

i i i i j j j j

i

F p c p c F p c p c

M Q j Q

     

        

  

( , , , ) arg max [ ] [ ]

u opt

s

S F c s eEU pD cS s SD e D s 

( , , , ) arg max [ ] [ ]

v opt

s


(1)

 Per bulan…………Kg

2. Apakah pernah terjadi masalah kekurangan jumlah pasokan kopi organik dari petani selama saudara menekuni usaha ini

[ ] Tidak [ ] ya

3. Apakah saudara wajib memenuhi kuota jumlah pasokan tertentu kepada pembeli berikutnya (koperasi/exportir) dalam satu kali pengiriman.

[ ] ya

[ ] tidak, apakah ada rata-rata stsaudarar dari saudara mengenai jumlah minimal kopi organik (Kg) sebelum dikirim ke pembeli berikutnya……….

4. Jika jumlah pasokan berkurang dari pengumpul apakah memberikan pengaruh terhadap usaha saudara

[ ] tidak

[ ] ya, jika demikian beri tsaudara (X) terhadap poin di bawah ini perihal pengaruhnya terhadap usaha saudara

 ( ) lama waktu proses pengumpulan kopi organik  ( ) Lama waktu proses pengolahan (jika ada)  ( ) waktu/jadwal pengiriman

5. Apakah pernah terjadi complain terhadap kopi organik yang saudara jual [ ] tidak

[ ] ya, apakah frekuensinya sering……… Apek proses

1. Apakah dalam melakukan usaha ini, saudara menggunakan bahan baku air dalam proses kegiatannya.

[ ] Tidak

[ ] ya, jika demikian isilah (X) poin di bawah ini

a. Dalam kegiatan apa saja yang melibatkan bahan baku air ( ) proses pengumpulan

( ) proses pengolahan ( ) proses transportasi


(2)

b. Darimana sumber air yang saudara gunakan ( ) PDAM

( ) Air hujan

( ) campuran air hujan dan PDAM ( ) lainnya, sebutkan………

c. Apakah air yang saudara gunakan bebas dari kontaminasi zat kimia ( ) ya

( ) tidak

2. Apakah ada pemisahan peralatan yang digunakan untuk kopi organik dengan no organik

[ ] ya [ ] tidak

3. Apakah peralatan yang saudara gunakan bebas dari kontaminasi zat kimia [ ] ya

[ ] tidak, apakah proses pencucian setelah menggunakan bahan kimia sesuai dengan persyaratan organik.

4. Apakah bahan yang digunakan untuk mengemas kopi organik hanya digunakan untuk produk organik saja

[ ] ya

[ ] tidak, apakah proses pencucian setelah menggunakan bahan kimia sesuai dengan persyaratan organik.

5. Apakah dalam proses pengolahan kopi organik yang saudara lakukan menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat kimia

[ ] ya [ ] tidak

6. Apakah kopi sebelum dikirim ke pembeli, saudara melakukan penyimpanan sementara terlebih dahulu

[ ] tidak

[ ] ya, jika ya maka lanjutkan pengisian kuisioner no 7, 8, 9, 10.

7. Apakah tempat penyimpanan sementara hanya digunakan untuk produk organik [ ] ya


(3)

[ ] tidak

8. Apakah gudang penyimpanan berada dalam kondisi baik [ ] ya

[ ] tidak

9. Apakah gudang penyimpanan cukup luas untuk menampung semua produk organik

[ ] ya [ ] tidak

10.Apakah seluruh gudang penyimpanan berlokasi di areal organik [ ] ya

[ ] tidak, apakah lokasi tersebut bebas dari kontaminasi zat kimia……… Aspek permintaan

1. Apakah pernah terjadi kegagalan saudara dalam memenuhi pesanan pembeli [ ] pernah, berilah tsaudara (X) pada isian di bawah ini

( ) apakah frekuensinya sering terjadi ( ) biasanya terjadi pada musim panen raya. ( ) biasanya terjadi pada musim pasca panen raya. [ ] tidak pernah

2. Apakah saudara pernah mengalami kelebihan jumlah kopi organik yang harus saudara pasok ke pembeli

[ ] Ya [ ] tidak

3. Apakah pernah terjadi pengembalian kopi organik yang saudara jual ke pembeli karena tidak sesuai kualitas

[ ] pernah, apakah frekuensinya sering terjadi ( ) ya

( ) tidak [ ] tidak pernah Aspek harga (pricing)

1. Apakah terjadi penurunan harga jual terhadap produk kopi organik saudara [ ] tidak


(4)

a. biasanya terjadi pada bulan ke berapa …..

b. berapa rata-rata penurunan harga jual tersebut dari harga jual rata-rata biasa Rp……….

2. Dari bahan-bahan baku utama yang saudara gunakan apakah terjadi peningkatan harga beli

[ ] tidak

[ ] ya, apakah sebanding dengan harga harga jual dari kopi organik yang saudara budidayakan……

3. Dari bahan-bahan baku tambahan yang saudara gunakan apakah terjadi peningkatan harga beli

[ ] tidak

[ ] ya, apakah sebanding dengan harga harga jual dari kopi organik yang saudara budidayakan……

5. apakah saudara menggunakan tambahan tenaga kerja dalam melakukan usaha ini

[ ] tidak [ ] ya, maka

a. Apakah terjadi peningkatan upah tenaga kerja yang saudara gunakan ( ) tidak

( ) Ya, isilah pertanyaan selanjutnya

b. Apakah peningkatan upah tersebut diikuti dengan peningkatan harga jual pada periode musim panen berikutnya………

c. Apakah sebanding dengan peningkatan harga jual produk

d. Apakah peningkatan upah ini selalu naik dari waktu ke waktu……

e. Apakah harga jual juga akan selalu meningkat dari waktu ke waktu…..  KUISIONER PERHITUNGAN EFISIENSI

1. Aspek biaya roduksi

 Berapa biaya yang saudara keluarkan untuk pemenuhan sarana produksi. Jenis alat Jumlah Harga satuan Umur


(5)

 Pengeluaran untuk tenaga kerja Uraian kegiatan Jumlah

(orang)

Status Upah Lam

kerja (jam/hari)

Jumlah

DK LK (Harian/Rp) Lain Proses

pengangkutan Proses pengolahan Proses pengiriman Lainnya

Ket : DK : dalam keluarga LK : luar keluarga

 Pengeluaran untuk bahan baku (kopi organik)

Uraian Jumlah (Kg) Harga/Kg (Rp)

 Pengeluaran untuk bahan baku penunjang

Uraian Jumlah/satuan Harga/satuan (Rp)

2. Berapa lama waktu yang saudara butuhkan dari mulai pengumpulan sampai dengan kopi siap di kirim ke pembeli untuk satu kali periode pengiriman ………Hari

3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan sejak kopi di proses (diolah) sampai kopi berada di tangan pembeli ………..hari.

4. Berapa lama waktu transportasi kopi mulai dari tempat penyimpanan sementara sampai di tangan pembeli (hari/jam)………..

5. Apakah pernah kopi yang saudara kirim dikembalikan (dibayar setengah harga) karena tidak sesuai dengan persyaratan kualitas yang ditentukan

[ ] tidak

[ ] ya, jika ya mohon diisi butir dibawah ini

a. Berapa kali pengiriman yang sudah saudara lakukan selama melakukan usaha kopi organik ini….

b. Dari total pengiriman yang saudara isi pada butir a, berapa kali yang tidak sesuai kualitas

c. Jika saudara lupa dengan total pengiriman dan total yang tidak sesuai dengan kualitas, maka lebih sering mana dari pengiriman yang saudara


(6)

lakukan tersebut diklaim tidak sesuai kualitas daripada yang sesuai kualitas

[ ] sesuai kualitas [ ] tidak sesuai kualitas

*catatan : pengiriman dianggap tidak sesuai kualitas walaupun hanya sebagian produk yang dikatakan cacat.

6. Apakah jumlah permintaan pembeli selalu terpenuhi [ ] ya

[ ] tidak

7. Berapa rata-rata jumlah kopi dalam satu kali pengiriman (Kg) ………. 8. Berapa kali saudara bisa melakukan pengiriman selama satu kali periode

musim panen……….

9. Berilah tsaudara (X) pada kolom skor yang sesuai untuk penilaian pemilihan metriks prioritas pengukuran kinerja pengiriman kopi yang saudara lakukan. Skor yang digunakan terdiri dari 1-9 dengan criteria sebagai berikut :

Tingkat kepentingan Definisi 1 Sama penting (SP)

3 Sedikit lebih penting (SLP) 5 Sangat penting (SGP) 7 Jelas lebih penting (JLP) 9 Mutlak lebih penting (MLP)

Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara satu atribut dengan atribut lainnya berkaitan dengan pengiriman

Kolom kiri Diisi bila sama penting

Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih penting dibandingkan pada faktor kolom kanan

Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih penting dibandingkan pada faktor kolom kanan

Kolom kanan

Nilai tambah Kualitas

Nilai tambah resiko

Kolom kiri Diisi bila sama penting

Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih penting dibandingkan pada faktor kolom kanan

Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih penting dibandingkan pada faktor kolom kanan

Kolom kanan