Karakter Kuantitatif Karakter Kualitatif

11 Tabel 1 Persentase tanaman yang hidup setelah perlakuan iradiasi sinar gamma pada setiap dosis yang diberikan Dosis Iradiasi Gy Tanaman Hidup 100.00 10 100.00 20 77.78 30 66.67 40 55.56 Seluruh tanaman kontrol 0 Gy dan tanaman yang mendapatkan perlakuan iradiasi sinar gamma dengan dosis 10 Gy mampu bertahan hidup setelah perlakuan. Kematian tanaman setelah perlakuan mulai terjadi pada tingkat dosis 20 Gy, terus meningkat jumlahnya seiring bertambahnya dosis ke tingkat 30 Gy dan 40 Gy. Jumlah tanaman yang mati pada taraf dosis 20 Gy, 30 Gy, dan 40 Gy berturut-turut adalah 2, 3, dan 4 dari total 9 tanaman yang diberi perlakuan pada tiap dosisnya. Kejadian kematian tanaman mulai diamati pada 2 MSP hingga 17 MSP karena respon tanaman yang berbeda-beda akibat sifat acak dari pengaruh iradiasi sinar gamma. S = 1.79177 856 r = 0. 99898347 Dosis Iradiasi Gy P e r se n ta se H id u p T a n a m a n

0.0 7.3

14. 7 22. 0

29. 3 36. 7

44. 0 51

. 1 2 60 . 0 68 . 8 9 77 . 7 8 86 . 6 7 95 . 5 6 10 4. 44 Gambar 2 Hubungan antara dosis iradiasi sinar gamma dan persentase tanaman tabat barito Ficus deltoidea Jack yang hidup setelah perlakuan Tabel 1 menunjukkan kecenderungan bahwa semakin tinggi dosis iradiasi sinar gamma yang diberikan, maka persentase tanaman yang hidup setelah 12 perlakuan semakin rendah. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Royani et al. 2012 pada tanaman sambiloto yang menyatakan bahwa semakin tinggi dosis iradiasi yang diberikan semakin rendah germinasi biji yang tumbuh. Peningkatan dosis iradiasi kemungkinan dapat menyebabkan peningkatan kerusakan kromosom yang berakibat pada rendahnya kemampuan germinasi dan pengurangan daya hidup serta pertumbuhan tanaman Kiong et al. 2008. Kurva pada Gambar 2 menggambarkan sebaran persentase hidup tanaman terhadap perlakuan yang mengikuti fungsi Rational Function dengan persamaan garis dan pada nilai y = 50 , nilai x = 47.99 Gy. Nilai x tersebut merupakan dosis LD 50 yang diproyeksikan untuk tanaman tabat barito F. deltoidea Jack. Fungsi ini merupakan fungsi terbaik dari aplikasi Curve-Fit Expert dengan galat baku s = 1.7918 dan koefisien korelasi r = 0.9989. Fungsi dipilih dengan kriteria nilai galat baku yang paling rendah dan koefisien korelasi paling tinggi. Karakter Kuantitatif Tujuan kedua dari penelitian ini adalah menghasilkan mutan putatif tabat barito F. deltoidea Jack yang memiliki perbedaan secara morfologi dibandingkan dengan tanaman kontrol. Mutan merupakan individu-individu yang membawa faktor mutasi yang dapat dibuktikan menggunakan teknik molekuler atau diidentifikasi menggunakan alat pengujian fenotipe. Mutan-mutan yang berbeda dapat dibangkitkan melalui eksperimen mutagenesis. Mutan putatif adalah tanaman hasil perlakuan mutagenesis, contohnya iradiasi, yang diduga menjadi mutan. Mutan putatif belum dapat disebut sebagai mutan yang sebenarnya karena karakter khas yang tampak pada mutan tersebut bergantung pada faktor genotipe dan lingkungan. Banyak mutan putatif dengan karakter kuantitatif seperti waktu tumbuh, produktivitas, kualitas dan ketahanan terhadap penyakit ternyata terbukti bukan mutan pada tahap konfirmasi Forster dan Shu 2012. Penentuan mutan putatif pada generasi tanaman awal yang diradiasi M 1 V 1 tidak dimaksudkan untuk melakukan proses seleksi yang sebenarnya karena seleksi umumnya dilakukan pada generasi kedua M 1 V 2 yang populasinya memiliki keragaman paling besar Suprasanna dan Nakagawa 2012. Penentuan ini dilakukan untuk melihat potensi awal dari morfologi tanaman yang diharapkan dari tanaman yang memperoleh perlakuan iradiasi sinar gamma. Mutan putatif yang diharapkan pada penelitian kali ini adalah mutan putatif tabat barito yang pertumbuhannya lebih baik dibandingkan dengan tanaman kontrol. Karakter morfologi kuantitatif yang merepresentasikan pertumbuhan yang lebih baik adalah pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun serta panjang dan lebar daun. Nilai dari masing-masing karakter kuantitatif diharapkan lebih besar pada mutan putatif yang diperoleh nantinya dibandingkan dengan kontrol. Hal ini terkait dengan kendala pengembangan tanaman berupa pertumbuhan tanaman yang lambat, mutu yang rendah dan resiko kepunahan akibat pemanenan terus-menerus dari alam. Selain itu, senyawa berkhasiat yang dimiliki tabat barito seperti flavonoid dan tripertenoid terkandung pada bagian daun, batang, dan ranting Heryani et al. 2003. Peningkatan tinggi tanaman, jumlah dan luas daun secara tidak langsung dapat meningkatkan kandungan senyawa berkhasiat dari tabat barito. 13 Tabat barito F. deltoidea Jack dapat dikembangbiakkan secara vegetatif maupun generatif, walaupun keberhasilannya lebih rendah pada metode generatif. Penelitian induksi mutasi dengan iradiasi gamma kali ini memperlakukan tabat barito sebagai tanaman yang diperbanyak secara vegetatif karena bahan iradiasi dan rencana propagasi selanjutnya menggunakan stek batang. Keturunan dari suatu tanaman tunggal atau sekelompok tanaman hasil perbanyakan vegetatif dikenal sebagai klon. Setiap klon yang terseleksi mempunyai peluang untuk digunakan langsung sebagai klon komersial, termasuk klon tanaman yang diperoleh melalui perlakuan iradiasi sinar gamma. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa konstitusi genetik suatu klon tidak akan berubah sejalan dengan regenerasi pembiakan vegetatif. Tidak ada segregasi gen yang terjadi pada keturunannya bila perbanyakan dilakukan melalui metode perbanyakan vegetatif. Jadi bila terdapat konstitusi genetik yang baru pada suatu tanaman akibat mutasi, keragaman tanaman yang dihasilkan oleh fenomena mutasi tersebut dapat diturunkan pada generasi selanjutnya yang diperoleh dari perbanyakan vegetatif. Kecuali bila ada faktor selain genetik yang mempengaruhi. Pengujian klon-klon pada pemuliaan tanaman membiak vegetatif didasarkan pada penampilan tanaman tunggal karena setiap keturunan dari klon terseleksi akan memiliki konstitusi genetik yang sama dengan tetuanya sehingga heritabilitas karakternya sangat tinggi Syukur et al. 2012. Begitu pula pada populasi tanaman tabat barito yang memperoleh perlakuan iradiasi sinar gamma. Penentuan mutan putatif tabat barito didasarkan pada penampilan tiap tanaman yang dibandingkan dengan rata-rata tanaman kontrol untuk setiap karakter yang diamati. Namun, karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Permasalahan yang cukup sulit adalah seberapa jauh suatu karakter disebabkan faktor genetik sebagai akibat aksi gen dan seberapa jauh disebabkan oleh lingkungan. Perlu diuji konsistensi karakter mutan putatif yang terpilih nantinya pada generasi selanjutnya dan pada kondisi lingkungan yang berbeda. Pertambahan Tinggi Tanaman Tabat Barito F. deltoidea Jack Hasil uji statistik F pada taraf 5 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan berbagai taraf dosis iradiasi sinar gamma berpengaruh nyata terhadap rata-rata pertambahan tinggi tanaman F. deltoidea Jack. Hasil uji lanjut DMRT pada taraf 5 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil yang signifikan antar beberapa perlakuan dan kontrol 0 Gy. Perlakuan iradiasi sinar gamma pada setek batang F. deltoidea Jack secara umum menghambat pertambahan tinggi tanaman Tabel 2. Tanaman yang diberi perlakuan iradiasi sinar gamma menjadi lebih pendek dibandingkan kontrol berdasarkan nilai tengah tiap perlakuan yang ditunjukkan. Tanaman Philodendron bipinnatifidum juga memberikan tanggap yang sama terhadap perlakuan iradiasi. Pertumbuhan tinggi tanaman yang diradiasi lebih lambat dari pertambahan tinggi tanaman kontrol. Semakin tinggi dosis iradiasi maka tinggi tanaman semakin berkurang kecuali pada dosis 10 Gy yang justru menginduksi pertumbuhan tinggi tanaman Meliana 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Royani et al. 2012 terhadap tanaman sambiloto memberikan hasil yang sebaliknya. Iradiasi dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah nodus sambiloto dibandingkan dengan kontrol pada generasi M 1 V . 14 Tabel 2 Hasil uji lanjut pengaruh dosis iradiasi sinar gamma terhadap rata-rata pertambahan tinggi F. deltoidea Jack antara 3 MSP dan 17 MSP Dosis Gy Rata-rata Pertambahan Tinggi cm Ragam 2 25.37±1.01a 39.93 10 20.27±2.95b 34.35 20 19.03±1.64b 13.55 30 23.11±3.25ab 14.35 40 9.22±3.22c 44.42 Keterangan : Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf 5 Levitt 1980 menyatakan bahwa perlakuan iradiasi dapat mempengaruhi aktivitas hormon tumbuh tanaman seperti hormon auksin. Iradiasi sinar gamma dapat menyebabkan pengkerdilan tanaman karena dapat menghambat aktivitas pembelahan dan perpanjangan sel-sel meristem, termasuk sel-sel meristem pucuk tanaman Grosch dan Hopwood 1979. Sekilas tampak kecenderungan bahwa semakin tinggi dosis radiasi maka tanaman tabat barito cenderung tumbuh lebih pendek. Keragaan tanaman hasil perlakuan iradiasi sinar gamma ditunjukkan oleh Gambar 3. Perlakuan dosis iradiasi sinar gamma pada taraf 40 Gy secara signifikan menghasilkan nilai pertambahan tinggi yang paling kecil dibandingkan kontrol dan perlakuan lain. Nilai rata-rata pertambahan tinggi menurun secara signifikan terhadap kontrol ketika tanaman mulai diberi perlakuan iradiasi pada dosis 10 Gy dan 20 Gy. Nilai rata-rata pertambahan tinggi pada dosis 20 Gy lebih kecil dibandingkan dengan dosis 10 Gy walaupun tidak berbeda secara signifikan. Namun kecenderungan tersebut tidak terbukti karena hasil yang ditunjukkan oleh perlakuan taraf dosis 30 Gy yang nilai rata-ratanya tidak berbeda secara signifikan dengan kontrol dengan kondisi tingkat dosis yang lebih tinggi dibandingkan taraf dosis 10 Gy dan 20 Gy. Hal tersebut diduga disebabkan oleh sifat acak dari mutasi. Mutasi induksi secara fisik maupun kimia terjadi secara acak pada seluruh genom dan pada lokus atau gen manapun Forster dan Shu 2012. Gambar 3 Keragaan tinggi tanaman F. deltoidea Jack hasil iradiasi sinar gamma Teknik pemuliaan tanaman dengan induksi mutasi dimaksudkan untuk meningkatkan keragaman tanaman sehingga diperoleh materi seleksi yang lebih banyak. Berdasarkan perhitungan nilai ragam populasi tanaman pada masing- masing taraf dosis iradiasi, perlakuan dosis 40 Gy menghasilkan keragaman tanaman paling besar di antara taraf dosis lainnya pada karakter pertambahan 15 tinggi tanaman. Walpole 1995 menyatakan bahwa semakin besar nilai ragam 2 suatu gugus data, maka keragamannya juga semakin besar. Terdapat 5 tanaman mutan putatif tabat barito yang memiliki nilai pertambahan tinggi lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pertambahan tinggi tanaman kontrol. Tanaman 4 dan 5 pada dosis iradiasi 10 Gy memiliki nilai pertambahan tinggi sebesar 27.3 cm dan 29.9 cm. Tanaman 1, 3, dan 4 pada dosis iradiasi 30 Gy memiliki nilai pertambahan tinggi berturut-turut sebesar 27.4 cm,