8 alami berasal dari tumbuhan. Senyawa antioksidan alami umumnya adalah
senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional Pratt
dan Hudson 1990.
2.3 Uji Aktivitas Antioksidan
Senyawa antioksidan dapat diketahui keberadaanya menggunakan uji aktivitas antioksidan. Salah satu uji aktivitas antioksidan yang paling sering
digunakan adalah metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
DPPH. Metode ini sering digunakan untuk memperkirakan efisiensi kinerja dari substansi yang
berperan sebagai antikosidan. Metode pengujian ini berdasarkan pada kemampuan substansi antioksidan tersebut dalam menetralisir radikal bebas DPPH Molyneux
2004. Kristal DPPH yang sudah dilarutkan akan berperan sebagai radikal bebas
dan bereaksi dengan senyawa antioksidan, sehingga 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl akan berubah menjadi diphenilpycrilhydrazine yang bersifat non-radikal dan tidak
berbahaya. Reaksi tersebut terjadi apabila radikal bebas bereaksi dengan senyawa antioksidan secara maksimal. Meningkatnya jumlah diphenilpycrilhydrazine
ditandai dengan berubahnya warna ungu pada larutan menjadi warna kuning pucat Molyneux 2004. Mekanisme perubahan warna ungu menjadi kuning pada
radikal DPPH dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Mekanisme perubahan warna DPPH akibat pengaruh anitoksidan
Sumber: Yuhernita dan Juniarti 2011
Parameter yang biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil uji aktivitas antioksidan dengan peredaman radikal bebas DPPH adalah nilai effective
concentration EC
50
atau disebut nilai inhibitory concentration IC
50
, yakni
9 konsentrasi yang menyebabkan hilangnya 50 aktivitas DPPH. Data yang
diperoleh kemudian diolah ke dalam persamaan regresi linier Molyneux 2004.
2.4 Ekstraksi Senyawa Bioaktif
Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan komponen zat aktif dalam bahan menggunakan pelarut tertentu dan paling banyak digunakan. Ekstraksi
dapat diartikan sebagai suatu proses penarikan atau pemisahan komponen bioaktif suatu bahan menggunakan pelarut yang sesuai dan dipilih, sehingga komponen
yang diinginkan dapat larut Ansel 1989. Proses ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan bagian-bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen-
komponen aktif Harborne 1984. Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi adalah waktu ekstraksi,
perbandingan antara jumlah sampel dan pelarut, ukuran bahan dan suhu ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi, maka proses tumbukan atau sentuhan antara bahan
dan pelarut semakin besar. Hal ini dapat mengoptimalkan komponen bioaktif yang dipisahkan atau dikeluarkan dari bahan. Perbandingan antara jumlah bahan
dan pelarut berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi, jumlah pelarut yang berlebihan tidak akan mengekstrak lebih banyak, namun dalam jumlah tertentu
pelarut dapat bekerja secara optimal. Selama proses ekstraksi terjadi perpindahan antara pelarut yang mengalir ke dalam sel bahan dan mengakibatkan zat yang
terkandung dalam bahan akan larut sesuai dengan kelarutannya Voight 1994. Metode ekstraksi yang paling banyak digunakan pada tumbuhan adalah
metode maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman tanpa adanya pengadukan dan dilakukan pada suhu ruang. Maserasi merupakan cara yang
sederhana dengan cara merendam sampel dalam pelarut. Pelarut menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga
zat aktif tersebut larut akibat adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif dengan pelarut Guenter 1987 dalam Khunaifi 2010.
Ekstraksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ekstraksi sederhana dan ekstraksi khusus Harborne 1987. Ekstraksi sederhana terdiri atas:
a Maserasi, yaitu metode ekstraksi dengan cara merendam sampel dalam pelarut dengan atau tanpa pengadukan;
10 b Perkolasi, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan;
c Reperkolasi, yaitu metode perkolasi dimana hasilnya digunakan untuk melarutkan sampel sampai senyawa kimianya terlarut;
d Diakolasi, yaitu perkolasi dengan penambahan udara. Ekstraksi khusus terdiri atas:
a Sokletasi, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan untuk melarutkan sampel kering menggunakan pelarut bervariasi;
b Arus balik, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan dimana sampel dan pelarut saling bertemu melalui gerakan aliran yang
berlawanan; c Ultrasonik, yaitu metode ekstraksi menggunakan alat yang menghasilkan
frekuensi bunyi atau getaran antara 25-100 KHz.
2.5 Metabolit Sekunder