Metabolit Sekunder Waktu dan Tempat

10 b Perkolasi, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan; c Reperkolasi, yaitu metode perkolasi dimana hasilnya digunakan untuk melarutkan sampel sampai senyawa kimianya terlarut; d Diakolasi, yaitu perkolasi dengan penambahan udara. Ekstraksi khusus terdiri atas: a Sokletasi, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan untuk melarutkan sampel kering menggunakan pelarut bervariasi; b Arus balik, yaitu metode ekstraksi secara berkesinambungan dimana sampel dan pelarut saling bertemu melalui gerakan aliran yang berlawanan; c Ultrasonik, yaitu metode ekstraksi menggunakan alat yang menghasilkan frekuensi bunyi atau getaran antara 25-100 KHz.

2.5 Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder adalah hasil akhir dari suatu proses metabolisme. Metabolit sekunder sangat bervarisai dalam jumlah dan jenisnya dari setiap organisme. Beberapa dari senyawa metabolit sekunder tersebut diantaranya dapat memberikan efek fisiologis dan farmakologis seperti senyawa aktif atau komponen bioaktif. Zat metabolit sekunder dapat diketahui jenisnya antara lain kumarin, salanin, liatriol, nimbin, dan azadirachtin Copriady et al. 2005. Pemanfaatan dari zat metabolit sekunder sangat banyak. Metabolit sekunder dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan, antibiotik, antikanker, antikoagulan darah, menghambat efek karsinogenik Copriady et al. 2005 Metabolit sekunder yang bersifat antioksidatif diantaranya adalah alkaloid, flavonoid, senyawa fenol, steroid dan terpenoid Yuhernita dan Juniarti 2011. Sofia 2006 dalam Kuncahyo dan Sunardi 2007 menambahkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang memiliki sifat sebagai antioksidan adalah flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat pada teh, buah-buahan, sayuran, anggur, bir dan kecap. Metabolit sekunder juga dapat dimanfaatkan untuk antiagen pengendali hama penyakit pada tanaman yang ramah lingkungan Samsudin 2008. 11

2.6 Komponen Bioaktif

Komponen bioaktif merupakan suatu senyawa fungsional yang terdapat dalam bahan pangan dan dapat memberikan pengaruh biologis maupun fisiologis. Alkohol aromatik, misalnya total fenol, polifenol dan komponen asam, merupakan kelompok besar dari komponen bioaktif Kannan et al. 2009. Penapisan komponen bioaktif dapat dilakukan dengan cara uji fitokimia yang meliputi komponen alkaloid, steroidtriterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin. Uji fitokimia bertujuan untuk menentukan ciri senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan maupun senyawa aktif penyebab efek racun dengan cara ekstrak kasar Harborne 1987. Senyawa fitokimia bukanlah senyawa yang termasuk ke dalam zat gizi, namun dengan mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung senyawa ini dapat memberikan pengaruh yang positif bagi kesehatan tubuh Astawan dan Kasih 2008.

2.6.1 Alkaloid

Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik yang paling banyak ditemukan di alam. Alkaloid bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dalam bagian siklik Harborne 1987. Alkaloid biasanya tidak berwarna, bersifat optis aktif, berbentuk kristal, namun terkadang ditemukan dalam bentuk cairan pada suhu ruang, dan terasa pahit di lidah Harborne 1984. Alkaloid merupakan hasil metabolit sekunder dengan kelompok molekul substansi organik yang tidak bersifat penting bagi organisme yang menghasilkannya atau memanfaatkannya. Senyawa alkaloid dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid, dan pseudoalkaloid. Alkaloid banyak terdapat pada tanaman maupun buah-buahan. Alkaloid yang diperoleh dari tanaman mangrove pada umumnya bersifat neurotoxin atau racun alami yang tidak terlalu membahayakan manusia Bayu 2009. Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana di dalam nitrogen asam amino tidak terdapat cincin heterosiklik, dan diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino, dan biasanya senyawa ini bersifat basa Sastrohamidjojo 1996. 12 Senyawa alkaloid, yakni indol memiliki kemampuan untuk menghentikan reaksi radikal bebas atau antioksidan secara efisien. Senyawa radikal turunan dari senyawa amina ini memiliki tahap terminasi yang sangat lama Yuhernita dan Juniarti 2011. Alkaloid kerap kali bersifat racun bagi manusia, namun ada sebagian yang memiliki aktivitas fisiologis pada kesehatan manusia sehingga dapat digunakan secara luas dalam dunia pengobatan dan kesehatan Harborne 1984. Fungsi alkaloid dari beberapa penelitian misal hasil penelitian Porto et al. 2009, menunjukan adanya aktivitas antioksidan serta perlindungan dari radiasi sinar UV. Penelitian Yuhernita dan Juniarti 2011 juga menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang tinggi dengan adanya alkaloid sebagai hasil dari metabolit sekunder.

2.6.2 Steroidtriterpenoid

Triterpenoid merupakan senyawa dengan kerangka karbonilnya berasal dari enam satuan isoprene. Senyawa ini berstruktur siklik, kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Triterpenoid tidak berwarna, berbentuk kristal, memiliki titik lebur yang tinggi dan merupakan komponen aktif yang sulit dikarakterisasi. Triterpenoid umumnya terasa pahit apabila terkena lidah. Keberadaan triterpenoid dapat diketahui dengan uji menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard, yang ditandai hasil positif dengan memberikan warna biru- hijau pada sampel Harborne 1984. Steroid merupakan turunan dari golongan senyawa triterpenoid. Steroid alami berasal dari berbagai transformasi kimia dari triterpena yaitu lanosterol dan saikloartenol. Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat Harborne 1987. Golongan triterpenoidsteroid ditemukan hampir pada semua jenis tanaman mangrove. Golongan ini memiliki banyak manfaat, yaitu antiradang, antiinflamasi, antikarsinogenik, dan pengontrol diabetes dalam fase uji klinis Bayu 2009.

2.6.3 Flavonoid

Flavonoid adalah sekelompok senyawa polifenol yang terdapat dalam tanaman. Tanaman mangrove banyak mengandung senyawa flavonoid, karena tanaman mangrove merupakan tanaman sejati yang memiliki daun, akar, batang sejati. Flavonoid yang ditemukan pada tanaman mangrove berperan sebagai 13 A C B antioksidan dengan menghambat peroksidasi dari lipid dan berpotensi menginaktifkan oksigen triplet Bayu 2009. Pada tanaman, flavonoid memiliki beragam fungsi, diantaranya dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimikrobial, fotoreseptor, dan skrining cahaya. Flavonoid terutama dalam bentuk turunan glikosilat bertanggung jawab atas pemberian warna pada daun, bunga, dan buah Simamora 2011. Struktur dasar flavonoid dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Struktur dasar flavonoid Sumber: Kumar et al. 2011a Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar, mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C 6 -C 3 -C 6 , yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau yang terdapat pada bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah dan biji. Flavonoid bersifat polar karena mengandung sejumlah hidroksil yang tidak terikat bebas atau suatu gula Markham 1988 dalam Silaban 2010. Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mana pun, mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dengan beberapa bentuk kombinasi glikosida. Menurut strukturnya, semua flavonoid merupakan turunan senyawa induk flavon yang terdapat pada tumbuhan berupa tepung putih dan mempunyai sejumlah sifat yang sama. Golongan flavonoid dibagi menjadi 10 kelas, yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon, dan isoflavon Harborne 1987. Sifat berbagai golongan flavonoid dapat dilihat pada Tabel 1. 14 Tabel 1 Sifat berbagai golongan flavonoid Golongan Penyebaran Ciri khas Flavonoid Antosianin pigmen bunga merah, biru larut dalam air, panjang dalam daun dan jaringan lain gelombang 515-545 nm Proantosianidin tanwarna, dalam galih, dan menghasilkan antosianidin daun tumbuhan berkayu Flavonol tersebar luas dalam daun terdapat bercak kuning bila disinari UV 350-386 nm Flavon seperti flavonol terdapat bercak coklat bila disinari UV 330-350 nm Glikoflavon seperti flavonol mengandung gula dengan ikatan C-C, tidak seperti flavon biasa Biflavonil terbatas hanya pada bercak redup pada gimnospermae kromatogram BAA Khalkon dan auron pigmen bunga kuning dengan ammonia berwarna merah 370-410 nm Flavanon terdapat dalam daun berwarna merah kuat dengan dan buah MgHCl, pahit Isoflavon dalam akar, hanya terdapat tidak ada uji warna yang khas dalam satu suku Sumber: Harborne 1987 Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh misalnya isoflavon dan biflavonol yang hanya terdapat pada beberapa suku tumbuhan, tetapi beberapa kelas, yakni flavon dan flavonol tersebar di semua tumbuhan. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali ditemukan dalam bentuk tunggal dalam jaringan. Selain itu, sering pula ditemukan campuran flavonoid dengan berbeda kelas Harborne 1967. Konsumsi flavonoid dalam makanan berkisar 50-80 mghari Silalahi 2006. Kebutuhan akan flavonol dan flavon sebesar 23 ghari, disamping itu quersetin flavonol menyumbangkan 16 mghari dalam asupan makanan. Flavonoid dalam makanan diantaranya kuercetin, kaemferol, luteolin, morin, dan 15 katekin. Senyawa tersebut memiliki kemampuan mencegah kanker yang diduga melalui sifatnya sebagai antioksidan, penangkap radikal bebas, dan kemampuannya menonaktifkan kation polivalen. Sumber-sumber flavonoid lebih banyak dihasilkan oleh sayur, buah-buahan, kacang, bunga, daun teh dan lain-lain Kumar et al. 2011a. Flavonoid dalam tumbuhan memberikan manfaat yang besar bagi tumbuhan tersebut. Flavonoid pada daun mengatur fungsi fisiologis agar dapat bertahan dari gangguan hewan pemakan tumbuhan, infeksi bakteri, dan melindungi dari sinar UV serta membantu dalam proses fotosintesis, transfer energi, respirasi. Pigmen seperti antosianin juga memberikan warna pada daun Kumar et al. 2011b. Selain bagi tumbuhan, manusia pun dapat ikut merasakan manfaat adanya flavonoid dalam makanan yang mereka konsumsi. Flavonoid memiliki kemampuan antioksidan yang mampu mentransfer sebuah elektron ke senyawa radikal bebas dan membentuk kompleks dengan logam. Kedua mekanisme itu membuat flavonoid memiliki beberapa efek, diantaranya menghambat peroksidasi lipid, menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas dan menghambat beberapa enzim Harborne 1987. Hubungan antara total fenol dan senyawa flavonoid dengan aktivitas antioksidan pada tumbuhan terutama buah-buahan adalah semakin meningkatnya konsentrasi total fenol atau senyawa flavonoid, maka semakin tinggi pula tingkat aktivitas antioksidan dari tumbuhan tersebut Erukainure 2011. Flavonoid melakukan aktivitas antioksidan dengan cara menekan pembentukan spesies oksigen reaktif, baik dengan cara menghambat kerja enzim maupun dengan mengikat logam yang terlibat dalam produksi radikal bebas. Mekanisme kerja flavonoid sebagai antioksidan sebagai berikut: 1 Flavonoid menghambat kerja enzim yang terlibat dalam reaksi produksi anion superoksida, misalnya xanthin oksidase dan protein kinase. Flavonoid juga menghambat kerja siklooksigenase, lipooksigenase, mikrosomal monooksigenase, glutation-S-transferase, mitokondrial suksinoksidase, dan NADH oksidase. 16 2 Sejumlah senyawa flavonoid efisien dalam mengikat logam, diantaranya logam besi bebas dan tembaga bebas yang dapat meningkatkan pembentukan spesies oksigen reaktif. 3 Flavonoid mempunyai nilai potensial reduksi yang rendah, sehingga mudah mereduksi radikal superoksida, peroksil, alkoksil, dan hidroksil. Peredaman radikal bebas oleh flavonoid dicantumkan dalam Gambar 5. Gambar 5 Struktur dasar senyawa flavonoid A, Proses peredaman radikal bebas oleh senyawa flavonoid B Sumber: Kumar et al. 2011a

2.6.4 Saponin

Saponin adalah golongan glikosida dan sterol yang apabila dihidrolisis secara sempurna akan menghasilkan gula dan satu fraksi non-gula yang disebut sapogenin atau genin. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya dalam membentuk busa dan menghemolisis darah Silaban 2009. Hemolisis darah merah oleh saponin ini merupakan hasil interaksi antara saponin dengan senyawa-senyawa yang terdapat pada permukaan membran sel, seperti kolesterol, protein dan fosfolipid. Saponin larut dalam air, sedikit larut atau tidak sama sekali dalam etanol dan metanol pekat yang dingin Harborne 1984. Komponen saponin berperan dalam mereduksi kolesterol dan melawan kanker kolon. Saponin juga memiliki aktivitas antimikroba, merangsang sistem imun, dan mengatur tekanan darah Astawan dan Kasih 2008. Beberapa penilitian menunjukan bahwa ekstrak saponin yang diisolasi mampu digunakan sebagai agen pengendali nyamuk Aedes aegypti dan Culex pipiens, tetapi aman bagi mamalia Wiesman dan Chapagain 2003. Penelitian Cui et al. 2004 17 menunjukkan bahwa ekstrak saponin mampu digunakan untuk mengatasi penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, tonsillitis, dan hyperlipaemia.

2.6.5 Fenol hidrokuinon

Fenol merupakan komponen fenolat dengan struktur aromatik yang berikatan dengan satu atau lebih gugus hidroksil, beberapa mungkin digantikan dengan gugus metil atau glikosil. Komponen fenolat bersifat larut air selama komponen tersebut berikatan dengan gula membentuk glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Flavonoid merupakan kelompok yang terbesar di antara komponen fenolat alami yang strukturnya telah diketahui, tetapi fenol monosiklik sederhana, fenilpropanoid dan fenolat quinon terdapat dalam jumlah sedikit Harborne 1984. Kuinon adalah senyawa bewarna dan mempunyai kromofor dasar, antara lain kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Tujuan identifikasi, quinon dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu benzoquinon, naftaquinon, antraquinon, dan isoprenoid quinon. Tiga kelompok pertama umumnya terhidrolisis bersifat fenol, sedangkan isoprenoid quinon terdapat pada respirasi seluler ubiquinon dan fotosintesis plastoquinon Harborne 1984.

2.6.6 Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dan memiliki batang sejati. Secara kimia terdapat dua jenis tanin, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi hampir terdapat disemua tumbuhan paku- pakuan dan gymnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terhidrolisis, penyebarannya terbatas hanya pada tumbuhan berkeping dua. Tetapi kedua jenis tanin ini banyak dijumpai bersamaan dalam tumbuhan yang sama. Sebagian besar tumbuhan yang banyak mengandung tanin akan dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang pahit. Salah satu fungsi tanin pada tumbuhan adalah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan Harborne 1987. 18 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Pantai Ekowisata Mangrove, Pantai Kapuk, Muara Karang, Jakarta Utara. Proses persiapan sampel, analisis fitokimia, dan analisis aktivitas antikosidan dilakukan di Laboratorium Bahan Baku Teknologi Hasil Perairan. Analisis proksimat kadar air, abu, protein, dan lemak dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan dan Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Uji kadar flavonoid total dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat