25
absorbansi blanko – absorbansi sampel absorbansi blanko
3.3.5 Uji kadar flavonoid total
Sebanyak 0,5 ml ekstrak yang telah diencerkan dengan etanol p.a 1:10 gml ditambah 1,5 ml etanol p.a; 0,1 ml AlCl
3
10 ; 0,1 ml natrium asetat 1 M; dan 2,8 ml akuades. Campuran larutan tersebut dibiarkan selama 30 menit dan
diukur absorbansinya pada 417 nm. Kuersetin digunakan untuk membuat kurva kalibrasi. Kandungan total flavonoid dalam ekstrak etanol diekspresikan sebagai
mg kuersetingram serbuk kering.
3.3.6 Uji aktivitas antioksidan
Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan menggunakan metode DPPH berdasarkan kemampuan sampel yang digunakan dalam mereduksi radikal bebas
stabil l,l-diphenyl-2-picrylhydrazyl DPPH. Blanko dibuat dari larutan methanol dengan konsentrasi 200, 400, 600, dan 800 ppm. Sebanyak 0,01 mg ekstrak api-
api dibutuhkan untuk membuat larutan stok dengan konsentrasi 200, 400, 600, dan 800 ppm. Sebanyak 0,0004 mg butylated hydroxytoluena BHT sebagai standar
ditimbang lalu ditambah 50 ml metanol dengan konsentrasi 2, 4, 6, dan 8 ppm. Selanjutnya 0,0098 mg DPPH diencerkan dengan 25 ml metanol. Selanjutnya
pemberian DPPH pada larutan stok dan BHT untuk masing-masing konsentrasi. Campuran dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 30 menit. Serapan yang dihasilkan diukur dengan spektrofotometer UV-Visible pada
panjang gelombang 517 nm. Persentase penghambatan aktivitas radikal bebas diperoleh dari nilai
absorbansi sampel. Persamaan regresi diperoleh dari hubungan antara konsentrasi sampel dan presentase penghambatan aktivitas radikal bebas.
Aktivitas antioksidan dari masing-masing sampel dan antioksidan pembanding BHT
dinyatakan dengan persen inhibisi, yang dihitung dengan formulasi sebagai berikut:
inhibisi = x 100
Nilai konsentrasi penghambatan aktivitas radikal bebas sebanyak 50 IC
50
dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linier. Nilai IC
50
26 diperoleh dengan memasukkan y=50 serta nilai A dan B yang telah diketahui.
Nilai x sebagai IC
50
dapat dihitung dengan persamaan : y = A + B Ln x Y
= persen inhibisi X
= konsentrasi sampel ppm A
= slope, B = intercept
27
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Api-api Avicennia marina Forks.Vierh.
Pohon api-api Avicennia marina Forks.Vierh. merupakan tumbuhan sejati yang hidup di kawasan mangrove. Morfologi tumbuhan api-api yang
diambil dari Pantai Ekowisata Mangrove, Pantai Kapuk, Muara Karang, Jakarta Utara dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Daun pohon api-api yang diambil dan dijadikan sebagai sampel Daun api-api yang didapat pada bagian atas berwarna hijau muda dan
bagian bawah berwarna abu-abu keperakan. Bentuknya elips dengan panjang rata- rata daun yang didapat berkisar 5-10 cm. Daun api-api memiliki ruas atau tulang
daun yang sejajar dan teratur. Teksurnya tidak lunak apabila disentuh dengan tangan. Kulit batang api-api yang digunakan berwarna cokelat muda, tipis dan
berserat. Pada bagian dalam terlihat warna yang lebih cerah, yaitu putih kehijauan dan sedikit berair Lampiran 1.
Proses karakterisasi dilakukan untuk mengetahui sifat dari bahan baku yang digunakan. Karakterisasi bahan baku ini tidak terbatas pada sifat fisik saja,
tetapi juga pada sifat kimia, karena sifat fisik maupun kimia dari bahan baku yang digunakan berbeda antara yang satu dengan yang lain. Karakterisasi sifat kimia
dilakukan untuk mengetahui zat yang terkandung di dalam bahan, misalnya kandungan nilai gizi yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan
manusia.
28
4.2 Kandungan Gizi