10
2.2 Kelayakan Investasi
Studi kelayakan dilakukan untuk menilai kelayakan investasi. Secara umum, tujuan penyusunan studi kelayakan adalah mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut : 1. Apakah produk yang akan ditawarkan dapat dipasarkan marketable ?
2. Apakah secara teknis dapat dilakukan dan berkelanjutan sustainable ? 3. Apakah bisnis tersebut efektif dan efisien ?
4. Apakah termasuk usaha yang legal atau ilegal ? 5. Apakah bisnis tersebut profitable atau tidak ?
Jika jawabannya adalah marketable, sustainable, efektif dan efisien, legal dan profitable, maka bisnis tersebut layak untuk dibiayai Subagyo,2007. Studi
kelayakan dibuat untuk menyediakan gambaran ringkas tentang persoalan pokok yang berhubungan dengan gagasan bisnis. Tujuannya mengidentifikasi apakah
suatu gagasan bisnis Iayak atau tidak masuk dalam marketplace. Analisis studi kelayakan menyediakan informasi penting untuk membuat rencana bisnis. Studi
tersebut mengindikasikan bahwa gagasan bisnis masih berupa pernyataan statement, dan selanjutnya membuat rencana bisnis business plan. Rencana
bisnis melanjutkan analisis yang lebih mendalam dan kompleks, serta membangun berdasarkan fondasi yang telah diciptakan studi kelayakan. Rencana bisnis
memberi kesempatan untuk menemukan kelemahan dan ancaman masalah yang tersembunyi di masa mendatang.
Realitasnya bisnis tidak hanya ditunjang oleh aspek finansial, tetapi juga aspek-aspek lain; bahkan saling ketergantungan antara aspek-aspek
bisnis tersebut akan membentuk sistem bisnis. Karena itu, untuk menganalisis kelayakan investasi diperlukan penilaian terhadap semua aspek bisnis.
Menurut Kadariah, dkk 1999, yang paling utama dalam kajian kelayakan investasi adalah aspek teknis produksi, aspek pasar dan aspek finasial.
Investasi membutuhkan permodalan, besar-kecilnya modal bergantung pada skala dan luas proyek yang akan dikerjakan. Modal sebagai salah satu
fungsi investasi dapat diperoleh dari pinjaman debt atau modal sendiri equity. Investasi yang memberikan return tinggi dan jangka waktu
pengembalian payback period yang relatif pendek menjadi harapan setiap investor. Sebaliknya, apabila return rendah, apalagi jika lebih
rendah dibandingkan tingkat bunga yang berlaku, investor akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan cost opportunity.
11 Jika investor menggunakan modal pinjaman dengan return yang lebih
rendah daripada suku bunga bank, berarti investor akan mengalami kerugian akibat membayar selisih kekurangannya. Kejadian yang lebih parah
lagi adalah jika ternyata proyek yang dijalankan mengalami kegagalan atau berhenti di tengah jalan, berarti kerugian yang terjadi akan lebih besar lagi.
Investasi selalu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, sudah selayaknya dilakukan studi kelayakan
secara mendalam. Kerugian atau kegagalan suatu usaha dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yang juga merupakan aspek-aspek studi kelayakan itu sendiri, antara lain :
1. Produk yang ditawarkan ternyata tidak diminati konsumen. 2. Produk tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
3. Produk yang ditawarkan laku, tetapi pangsa pasarnya sangat kecil dan volume penjualannya rendah, sehingga tidak dapat menutup biaya yang dikeluarkan.
4. Permintaan terhadap produk perusahaan tinggi, tetapi skala produksi yang rendah akibat kapasitas mesin rendah telah membuat opportunnity cost yang
tinggi. 5. Lokasi perusahaan terlalu jauh dari pasar konsumen, maka biaya transportasi
bertambah, sehingga profit margin menjadi rendah. Padahal, untuk memindahkan lokasi pabrik dibutuhkan biaya yang tinggi. Dengan demikian,
profit margin yang rendah dapat terjadi akibat kesalahan dalam menentukan lokasi pabrik, sehingga menyebabkan cost of capital tinggi dan akan
mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. 6. Waktu produksi terlalu lama diakibatkan proses produksi yang dipilih tidak
tepat, sehingga terjadi keterlambatan pengiriman kepada pelanggan dan kehilangan pasar.
7. Organisasi perusahaan mengalami permasalahan yang rumit akibat terjadinya salah manajemen, sehingga roda perusahaan tidak berjalan harmonis dan
sehat. 8. Keterlambatan persediaan material yang terjadi secara berulang-ulang.
Keterlambatan ini dapat mengganggu proses produksi, sehingga perusahaan akhirnya tidak dapat menepati order customer. Hal ini akan menurunkan
tingkat kepercayaan pelanggan yang berujung pada penurunan penjualan.
12 9. Terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap peraturan perusahaan
oleh karyawan moral hazard akibat sistem pengendalian internal yang lemah. Produk gagal rusak yang terlalu besar akibat human error akibat rendahnya
keterampilan dan pengetahuan karyawan Untuk mengetahui kelayakan investasi suatu usaha dari aspek finansial,
lazim digunakan metode penilaian seperti Net Present Value NPV, Internal Rate Return IRR, Break Event Point BEP, Benefit Cost Ratio BCR dan Pay Back
Period PBP dan analisis sensitivitas NPV, menurut Subagyo 2007, adalah metode analisis keuangan yang
memperhatikan adanya perubahan nilai uang karena faktor waktu; proyeksi arus kas dapat dinilai sekarang periode awal investasi melalui pemotongan dengan
faktor pengurang yang dikaitkan dengan biaya modal persentase bunga. Caranya dengan menghitung nilai sekarang present value atau PV dari
proceeds laba setelah pajak + penyusutan yang diharapkan atas dasar discount rate tertentu. Apabila jumlah PV dari keseluruhan proceeds yang diharapkan
Iebih besar dari investasinya atau menghasilkan NPV positif, maka usul investasi tersebut dapat diterima, demikian pula sebaliknya.
IRR rnerupakan metode penilaian dengan menggunakan perluasan metode NPV, dimana tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari
proceeds yang diharapkan akan diterima PV of future proceeds sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal PV of capital outlays atau pada i
posisi NPV sama dengan nol akan diperoleh tingkat rate persentase tertentu. IRR ini dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam
suatu proyek, serta setiap keuntungan bersih dlltanamkan kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama yang diberi bunga
selama sisa umur proyek Soeharto, 1995. BEP atau titik impas adalah suatu keadaan jumlah unit dimana besarnya
pendapatan sama dengan besarnya biayapengeluaran yang dilakukan oleh proyek atau titik, dimana proyek tidak mengalami laba atupun rugi, hanya
menutupi biaya tetapnya Walsh, 2002. BCR adalah perbandingan dari PV dari total proceeds dengan discount
rate yang diharapkan selama usia investasi dibandingkan dengan PV initial investment atau capital outlays. Suatu usulan investasi dinyatakan layak apabila
BCR atau PI Iebih besar dari satu dan sebaliknya tidak layak apabila BCR lebih
13 kecil dari satu Soeharto, 1995.
PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dapat dilakukan dengan menggunakan proceeds atau
aliran kas neto. Dengan demikian, PBP dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan, agar dana yang tertanam pada suatu
investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya Kuswandi, 2005.
2.3 Strategi Pengembangan Usaha