Kajian Prospek dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Aloe vera pada PT Libe Bumi Abadi

(1)

KAJIAN PROSPEK DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN

ALOE VERA

PADA PT. LIBE BUMI ABADI

I NYOMAN SUISNAYA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(2)

I NYOMAN SUISNAYA. Study of Prospect and Development Strategy of Aloe vera Processing at PT. Libe Bumi Abadi. Supervised by H. Musa Hubeis as committee chairman and Budi Purwanto as member.

Aloe vera has a compete nutrition which has function as natural antioxidant. The objectives of this study are (1) to know the business prospect in market aspect and raw material supply, (2) to evaluate financial feasibility, (3) to evaluate business management in the management aspect and production technology, (4) to average business development strategy of PT. Libe Bumi Abadi.

The method of analysis used were (1) descriptive method which was used in collecting data of raw material, market prospect, financial statement, selling volume, income and cost, and strategic competitor; (2) feasibility investment method; (3) analysis of strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) and Internal-External (IE) matrix.

The result of the study showed that the business processing of Aloe vera needed investment cost Rp. 687.750.000 and average of operational cost Rp. 1.997.400.000 per year. It was a proper business because it resulted Net Present Value (NPV) Rp. 383.606.492, Internal Rate Return (IRR) 34.39%, Pay Back Period (PBP) during 3.6 years, Benefit Cost Ratio (BCR) 1.558 (> 1) and Break Event Point (BEP) 30,385.41 or 42.20% from used production capacities. The sensitivity analysis showed that the investment was susceptible with the decreasing of selling price 5% but it was still defend in the increasing of raw material 5%.

Based on the SWOT analysis, some alternative strategies that are SO, ST, WO and WT. The strategy which recommended to PT. Libe Bumi Abadi is WO strategy; they are (1) minimal benefit and production which result, (2) finding the new partnership as a the fund resource. The result of the analysis IE matrix showed PT. Libe Bumi Abadi in quadrant V, which is growth. It showed that it passed through horizontal integration or consolidation by defending of selling level and profit.


(3)

I NYOMAN SUISNAYA. Kajian Prospek dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Aloe vera pada PT. Libe Bumi Abadi. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai ketua dan Budi Purwanto sebagai anggota.

Lidah buaya atau Aloe vera L. tumbuh di daerah beriklim panas dan mempunyai kandungan zat gizi cukup lengkap berfungsi sebagai antioksidan alami. Pemanfaatan Aloe vera telah mendorong munculnya industri pengolahan pangan dan obat-obatan. PT. Libe Bumi Abadi, di Jakarta Timur berkapasitas pengolahan Aloe vera 10 ton per hari setara dengan 1.200 l jus, menyerap tenaga kerja 17 orang, menghasilkan Jus Aloe vera, Tiga Tea dan Aloe veraNata.

Bisnis harus didasarkan atas evaluasi kelayakan dan operasinya yang didasarkan atas strategi untuk memenangkan persaingan. PT. Libe Bumi Abadi perusahaan baru, menarik untuk dijadikan objek kajian. Untuk itu, perumusan masalah dalam kajian ini : (1) bagaimana prospek usaha pengolahan Aloe vera dilihat dari sisi pasar dan ketersediaan bahan baku ? (2) bentuk penilaian kelayakan usaha apakah yang diperlukan oleh PT. Libe Bumi Abadi ? (3) bagaimana mengevaluasi manajemen usaha PT. Libe Bumi Abadi ditinjau dari aspek manajemen dan teknologi produksi ? serta (4) bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang sesuai untuk PT.Libe Bumi Abadi ?. Tujuan kajian adalah (1) untuk melihat prospek usaha pengolahan Aloe vera dilihat dari sisi pasar dan ketersediaan bahan baku; (2) melakukan penilaian kelayakan usaha pengolahan Aloe vera oleh PT. Libe Bumi Abadi; (3) mengevaluasi manajemen usaha PT. Libe Bumi Abadi ditinjau dari aspek manajemen dan teknologi produksi, serta (4) menyusun strategi pengembangan usaha untuk PT. Libe Bumi Abadi.

Metode analisis yang digunakan : (1) metode deskriptif untuk menjelaskan secara kualitatif informasi potensi bahan baku, prospek pasar, laporan keuangan, volume penjualan, pendapatan dan biaya, serta pesaing strategis; (2) metode kelayakan investasi menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Break Event Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR), Pay Back Periode (PBP) dan analisis sensitivitas; (3) metode analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) dan matriks Internal-External (I-E) untuk analisis strategi pengembangan usaha.

Secara teknis produksi tersedia (1) bangunan 200 m2 sebagai tempat produksi, (2) pisau 12 buah untuk mengupas dan memotong Aloe vera, (3) mesin penghancur volume 0,8 m3 (4) mesin pemanas untuk meningkatkan suhu gel mencapai 40 C saat fermentasi, (5) mesin penyaringan bubur menjadi Aloe vera liquid, (6) mesin ultra violet, mematikan mikro organisme, (7) mesin pembotolan untuk botol volume 500 ml dan (8) mesin pasteurisasi sebelum packaging seal.

Kapasitas mesin 288.000 l/tahun, dimanfaatkan hanya 25%. Untuk 1 (satu) hari dibutuhkan 2.500 kg daun lidah buaya setara dengan 300 l jus, enzim 30 l, penstabil 120 gr dan air treatment. Kebutuhan Aloe vera per tahun 600 ton dipenuhi dari Sukabumi dan Pontianak. Dalam produksi telah diterapkan Good Manufacturing Practices standar Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM) dengan nilai Baik.

Dari sisi permintaan, menunjukkan trend peningkatan pada pasar global, yaitu Jepang membutuhkan 300 ton/bulan, Hongkong membutuhkan 120 ton/bulan dan Amerika Serikat membutuhkan 100 ton pertahun. Data ekspor lidah buaya dari Pontianak pada tahun 2000-2004 memperlihatkan potensi yang prospektif,


(4)

yaitu pada tahun 2000 hanya 73,5 ton dan pada tahun 2004 mencapai 1.298,2 ton.

Dari sisi penawaran berdasarkan data produksi di Kalimantan Barat selama 6 tahun (1996-2001) rataan peningkatan luas tanam 43,08%, sedangkan yang dapat dipasarkan relatif masih sedikit (6,59%). Harga jual daun di Pontianak berkisar Rp 750;- - Rp.1.500,- per kg pada tingkat petani dan harga jual jus berkisar Rp. 30.000,- - Rp 50.000,- per liter.

Para pemain di bisnis jus Aloe vera adalah: PT. Kavera Biotech (Kavera), PT Niramas (Inaco) dan PT. Keong Nusantara Abadi (Wong Coco). Analisis kompetitif terhadap PT. Libe Bumi Abadi dengan kompetitornya menunjukkan bahwa pangsa pasar relatif sama , kemampuan sales force di bawah ketiga kompetitor , harga jual lebih mahal dan trend pertumbuhan di bawah kompetitor. Mutu produk dan teknologi secara keseluruhan setara dengan Kavera, namun lebih rendah dari Wong Coco dan Inaco. Kelengkapan jenis produk, tenaga kerja dan sarana produksi relatif sama dengan pesaing. Manajemen usaha dan cash flow lebih lemah dari kompetitor.

Untuk analisis aspek keuangan digunakan beberapa asumsi, yaitu periode produksi per hari 6 jam, jumlah hari kerja 1 bulan 20 hari, jumlah bahan baku per produksi 2.500 kg setara 300 l jus dan sumber permodalan untuk biaya operasional dari kredit dengan bunga bank 16%.

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan Aloe vera dengan kebutuhan biaya investasi Rp. 687.750.000.- dan rataan biaya operasional Rp. 1.997.400.000; per tahun layak diusahakan karena menghasilkan NPV Rp. 383.606.492, IRR 34,39%, PBP selama 3,6 tahun, BCR 1,558 (> 1) dan BEP 30,385,41 l atau 42,20 % dari kapasitas produksi terpakai serta analisis sensitivitas menunjukkan, investasi ini rentan dengan penurunan harga jual 5% tetapi masih bertahan pada kenaikan bahan baku 5%.

Berdasarkan analisis lingkungan faktor eksternal dan fakor internal dapat dirumuskan peubah priritas untuk perumusan strategi sebagai berikut : Peluang terdiri atas (1) permintaan pasar dalam dan luar negeri cukup besar, (2) ketersediaan bahan baku berlimpah, (3) belum banyak pesaing. Ancaman terdiri atas (1) sulitnya sumber pembiayaan, (2) produk merupakan kebutuhan sekunder, (3) dukungan pemerintah lemah. Kekuatan terdiri atas (1) usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh pemilik usaha, (2) teknologi proses cukup andal, (3) produk mempunyai spesifikasi standar internasional dan bermutu tinggi dan . Kelemahan terdiri atas (1) kekurangan modal untuk pengembangan usaha, (2) sistem manajemen organisasi belum mendukung dan (3) strategi pemasaran belum optimal

Dari analisis SWOT diperoleh strategi seperti strategi SO, ST, WO dan WT , yang dapat direkomendasikan dalam kasus PT. Libe Bumi Abadi adalah strategi WO, berproduksi dengan keuntungan minimal dan mencari mitra untuk sumber pendanaan. Sedangkan dari analisis Matriks I-E posisi ada pada kotak Growth atauberada pada kotak pertumbuhan sedang, yaitu konsentrasi melalui integrasi horizontal atau konsolidasi dengan mempertahankan tingkat penjualan dan profit.


(5)

PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN

ALOE VERA

PADA PT. LIBE BUMI ABADI

I NYOMAN SUISNAYA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(6)

Pengolahan Aloe vera pada PT. Libe Bumi Abadi Nama Mahasiswa : I Nyoman Suisnaya

NRP : F052050015

Disetujui Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA Ketua

Ir. Budi Purwanto, ME Anggota

Diketahui,

Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah

Dr. Ir. Nora Panjaitan, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr. Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS


(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a.

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b.

Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan mernperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(8)

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wase, karena atas berkatNYA tesis dengan judul Kajian Prospek dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Aloe vera pada PT. Libe Bumi Abadi

akhirnya dapat dirampungkan.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa mulai dari mengikuti perkuliahan sampai dengan penyelesaian tesis , yaitu :

1 Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA selaku Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah dan Ketua Komisi Pembimbing yang dengan sabar membimbing, mengoreksi naskah dan memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan tesis ini.

2 Ir.Budi Purwanto, ME selaku Anggota Komisi Pembimbing yang secara cermat mengoreksi dan memberikan saran penyempurnaan tesis ini.

3 Prof.Dr. Amin Azis, Ir. Sugiarto Sumas MT dan Ir.Paulus Rantetoding MM selaku kolega yang telah memberikan referensi dan ijinnya.

4 Ir. Suherman Wijaya, pemilik dan Direktur PT. Libe Bumi Abadi yang telah memberi ijin melakukan kajian di perusahaannya

5 Dewa Ayu Kade Putri Adnyani, isteri saya yang dengan rajin dan sabar mendukung merampungkan tesis ini. Anak-anaku Nila Mahadika Putri dan Nila Novy SW yang menjadi inspirasi untuk melanjutkan sekolah ini. Keponakan Dewi dan Oni yang membantu menyelesaikan tugas-tugas selama perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

6 Teman-teman angkatan 6, Vera dan Haer di Program Studi IKM, teman-teman Subdit LEP. Dit. Pengembangan Usaha, Depnakertrans, terutama ibu Cahyani yang mengetik tugas-tugas saya selama kuliah. Juga untuk Pak Yadi yang membantu melakukan analisis kuantitatif dan mengetik tesis ini.

Depok, Mei 2008

Penulis,


(9)

Penulis dilahirkan di Tabanan, Bali pada tanggal 28 Desember 1957 dari ayah I Nyoman Radjeg dan ibu Ni Nyoman Puspa. Penulis merupakan putra ketiga dari tujuh bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali di Denpasar, lulus tahun 1984.

Penulis masuk Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Industri Kecil Menengah pada bulan Desember tahun 2005 (Angkatan 6).

Penulis pernah bekerja sebagai Wakil Kepala Sekolah Pertanian sekaligus guru mata pelajaran biologi dan fisika di SPP SPMA Saraswati Tabanan, Bali sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 1985. Mulai tahun 1985 penulis diangkat sebagai PNS di Departemen Transmigrasi ditempatkan di Provinsi Kalimantan Timur sebagai Kepala Kantor Unit Permukiman Transmigrasi Samboja III, Kodya Samarinda. Tahun 1987 pindah ke Jakarta di tempatkan di Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal Deptrans dan PPH, serta saat ini penulis menjabat sebagai Kepala Subdit Pengembangan Kelembagaan pada Direktorat Pembinaan Kapasitas Sumber Daya Manusia, Ditjen Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.


(10)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “ Kajian Prospek dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Aloe vera pada PT. Libe Bumi Abadi ” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Depok, Mei 2008

I Nyoman Suisnaya F052050015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ii

RINGKASAN iii

PRAKATA x

DAFTAR TABEL………. xiv

DAFTAR GAMBAR ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvi

I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Perumusan Masalah ..……….. 3

1.3. Tujuan ..……….. 3

II LANDASAN TEORI 5 2.1 Lidah Buaya………... 5

2.2 Kelayakan Investasi……….. 10

2.3 Strategi Pengembangan Usaha………. 13

III METODE KAJIAN 16 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian... 16

3.2 Metode Kerja... 16

3.2.1. Pengumpulan Data... 16

3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data... 16

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 26

4.1.1. Profil Usaha... 26


(12)

4.2. Penilaian Kelayakan Investasi ... 28

4.2.1. Aspek Teknis Produksi... 28

4.2.2. Aspek Pemasaran... 35

4.2.3. Aspek Keuangan... 38

4.3 Strategi Pengembangan Usaha ... 45

4.3.1 Kajian Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 45

4.3.2 Alternatif Strategi Pengembangan Usaha... 48

KESIMPULAN DAN SARAN 1.Kesimpulan... 52

2.Saran... 53 DAFTAR PUSTAKA

54


(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Matriks EFE... 21

2. Matriks IFE... 22

3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan dengan metode Matriks Banding Berpasangan ... 24

4 Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan dengan metode Matriks Banding Berpasangan ... 24

5. Matriks SWOT …... 25

6. Jenis pekerjaan dan jumlah pekerja PT. LBA ... 33

7 Data perkembangan ekspor Lidah buaya pada periode September 2000-Januari 2004 ... 35

8 Data produksi Lidah buaya ... 36

9 Persaingan usaha jus Aloe vera ... 37

10 Asumsi yang digunakan dalam kajian aspek keuangan... 39

11 Kebutuhan biaya investasi pengolahan Aloe vera.... 40

12 Kebutuhan biaya modal kerja pengolahan Aloe vera... 41

13 Hasil penjualan produk Aloe vera per tahun... 42

14. Rencana kebutuhan modal dan kredit………... 43

15 Analisis sensitivitas... 45

16 EFE PT. Libe Bumi Abadi... 46

17. IFE PT. Libe Bumi Abadi ……… 47


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Tanaman Aloe vera ………. 6

2 Pohon Industri Aloe vera ………... 8

3 Teh Aloe vera ……….. 9

4 Kripik Aloe vera ……….. 9

5 Dodol Aloe vera ……….. 9

6 Minuman serbuk Aloe vera ……….. 9

7 Kosmetik bahan baku Aloe vera ………. 9

8 Jenis produksi PT. Libe Bumi Abadi ………... 27

9 Mesin penghancur daun Lidah buaya... 29

10 Alat pemanas ……… 30

11 Mesin pembotolan ………. 31

12 Mesin pasteurisasi ………. 31

13 Bahan baku Lidah buaya... 32

14 Skema proses produksi Aloe vera liquid ……….. 34


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner ……….. 56

2. Kebutuhan biaya produksi/operasi………... 65

3. Perhitungan rugi/laba selama 5 tahun………..……….. 68

4. Aliran kas... 71

5. Jadwal angsuran kredit operasional... 74

6 Perhitungan NPV... 77

7 Perhitungan IRR ... 78

8 Perhitungan PBP ... 79

9 Perhitungan BCR ... 80

10 Perhitungan BEP ... 81

11 Hasil penentuan prioritas dan rating faktor internal dan eksternal yang diperbandingkan………. 84


(16)

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan lidah buaya semakin lama semakin berkembang. Daun lidah buaya dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman, berupa sejenis jeli, minuman segar sejenis jus, nata de aloe, dawet, dodol, selai, dan lain-lain. Makanan dan minuman hasil olahan lidah buaya sangat berpotensi sebagai makanan/minuman kesehatan, karena adanya kombinasi kandungan zat gizi dan non gizi yang memiliki khasiat untuk mendongkrak kesehatan.

Besarnya potensi komoditi lidah buaya telah mendorong munculnya industri pengolahan lidah buaya sebagai produk pangan dan obat-obatan, mulai dari usaha besar sampai dengan usaha kecil. Perusahan-perusahan tersebut menghasilkan produk dalam bentuk bahan baku setengah jadi sampai dengan bentuk produk akhir. Salah satu perusahaan yang termasuk industri kecil menengah (IKM) di Jakarta telah mengembangkan produk Aloe vera adalah PT. Libe Bumi Abadi, berlokasi di Jakarta Timur.

Untuk keberhasilan usaha yang akan dijalankan, sebuah perusahaan perlu melakukan evaluasi secara cermat tentang kelayakan usaha yang akan dilakukan. Dalam mengevaluasi kelayakan usaha tersebut sangat perlu diperhatikan lingkungan usahanya. Dalam hal ini beberapa hal pokok yang perlu dipertimbangkan, antara lain aspek teknis produksi, aspek pemasaran, aspek keuangan, ketersediaan bahan baku, tingkat persaingan dan prospek jangka panjang dari industri yang digeluti.

Dalam upaya menjaga dan mengembangkan kegiatan usahanya setiap perusahaan perlu menyusun dan memilih strategi tertentu yang sesuai dengan jenis produk, karakteristik pasar dan lingkungan usahanya. Sebagai ilustrasi, (1) pengembangan strategi diferensiasi produk, yaitu merancang perbedaan yang sangat berarti untuk menawarkan produk perusahaan dari produk pesaing misalnya menyangkut kemasan, daya tahan atau kombinasi rasa dalam hal produk makanan, dan (2) strategi penentuan posisi yang didasarkan atas atribut, manfaat, pemakai, penggunaan dan pesaing, misalnya produk diarahkan untuk bagi yang mementingkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Perkembangan dunia usaha semakin kompetitif dan begitu cepat perubahannya, telah mengharuskan perusahaan senantiasa peka terhadap setiap perubahan lingkungan usahanya. Tanpa antisipasi yang baik terhadap kondisi tersebut, dapat menimbulkan


(17)

ancaman yang serius bagi perusahaan, yaitu membuatnya gulung tikar.

Secara garis besar berbagai aspek yang sering mempengaruhi perkembangan kegiatan bisnis adalah aspek lingkungan eksternal dan internal. Dalam menentukan strategi masa depan yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan, lingkungan eksternal merupakan hal yang sangat sulit dikontrol akibat cukup tingginya tingkat ketidakpastian dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi (Hax and Majluf,1984). Untuk menyederhanakan permasalahan tersebut dan memudahkan penyesuaian terhadap apa yang terjadi dikemudian hari, terutama dalam melakukan evaluasi terhadap faktor eksternal, perlu dibuat asumsi argumentatif untuk membuat skenario kondisi lingkungan bisnis masa depan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis lingkungan eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar perusahaan yang dapat mewujudkan peluang atau ancaman. Faktor tersebut menyangkut faktor lingkungan makro (Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Teknologi) dan lingkungan mikro (pelanggan, pesaing, pemasok dan publik).

Analisis lingkungan internal bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan. Untuk keperluan analisis tersebut digunakan pendekatan fungsional dengan cara mengevaluasi posisi pasar, kondisi keuangan, produksi, sumber daya manusia (SDM), struktur organisasi dan manajemen. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap lingkungan eksternal dan internal perusahaan dapat diambil langkah-langkah strategik untuk diimplementasikan ke dalam kegiatan operasional perusahaan.

Saat ini, PT. Libe Bumi Abadi menyerap tenaga kerja 17 orang yang terdiri dari pekerja tetap 5 orang dan pekerja tidak tetap 12 orang, dengan hari kerja sebanyak 5 hari seminggu, mulai dari jam 8.00-17.00 (PT. Libe Bumi Abadi, 2006). Ada indikasi bahwa proses produksi dari usaha pengolahan Aloe vera yang dilakukan oleh PT. Libe Bumi Abadi tidak lancar atau tidak optimal. Hal ini disebabkan kurangnya biaya operasional perusahaan, mengingat pembiayaan dari usaha ini masih sepenuhnya didukung oleh para pendiri perusahaan dan sedang diupayakan untuk memperoleh kredit perbankan.

Dilihat dari aspek pemasaran, PT. Libe Bumi Abadi melakukannya dengan 2 (dua) cara, yaitu pemasaran konvensional melalui distributor ke agen dan ke pengecer selanjutnya ke konsumen, melalui pemasaran semi multi level marketing (MLM) kerjasama dengan jaringan MLM dengan harga lebih murah, tetapi ada kepastian terjual serta sebagai pemasok pada eksportir.


(18)

PT. Libe Bumi Abadi menghasilkan produk minuman (PT Libe Bumi Abadi, 2006) sebagai berikut (1) Aloe vera Juice merk libe, yaitu minuman murni 100% dari sari lidah buaya selanjutnya disebut Aloe vera liquid, (2)Tiga Tea Merk Libe, yaitu teh celup perpaduan dari teh hijau mutu terbaik dengan buah mahkota dewa dan ekstrak Aloe vera, serta (3) Fresh Aloe vera Nata Merk Libe, yaitu minuman nata dari gel Aloe vera dalam kemasan gelas plastik dengan kandungan Aloe vera dalam bentuk kotak-kotak dan dalam bentuk yang sudah dihancurkan. Selama ini produk unggulan dari PT. Libe Bumi Abadi adalah Aloe vera liquid, sebagai produk ekspor yang bekerja sama dengan pihak ke 3 (tiga). Bahan baku utama dari usaha ini adalah daun lidah buaya yang diperoleh dari daerah Jawa Barat, bila memerlukan jumlah yang banyak diperoleh dari Pontianak, Kalimantan Barat.

Pertimbangan mengambil obyek penelitian pada industri pengolahan Aloe vera adalah :

1. PT. Libe Bumi Abadi merupakan perusahaan industri kecil menengah (IKM) yang baru didirikan, sehingga sangat menarik untuk dikaji khususnya dari aspek kelayakan usaha, pembiayaan dan pemasaran.

2. Para pendiri merupakan orang-orang baru dalam menekuni bisnis IKM, walaupun telah berkecimpung sebagai karyawan dalam budidaya dan industri pengolahan lidah buaya. Dalam hal ini, semangat kewirausahaan yang ditunjukkan oleh pendiri akan sangat memberi manfaat dalam mendorong pihak-pihak yang ingin berwirausaha. Sebaliknya berbagai kesalahan yang dilakukan akan dapat menjadi pelajaran bagi pihak lain.

3. Potensi bahan baku maupun peluang pasar lidah buaya, baik sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan masih cukup besar.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana prospek usaha pengolahan Aloe vera dilihat dari sisi pasar dan ketersediaan bahan baku ?

2. Bentuk kajian kelayakan usaha apakah yang diperlukan oleh PT Libe Bumi Abadi ?

3. Bagaimana mengevaluasi manajemen usaha PT Libe Bumi Abadi ditinjau dari aspek manajemen dan teknologi produksi ?

4. Bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang sesuai untuk PT Libe Bumi Abadi dalam usaha pengolahan Aloe vera ?


(19)

1.3 Tujuan

1. Untuk melihat prospek usaha pengolahan Aloe vera dilihat dari sisi pasar dan ketersediaan bahan baku.

2. Melakukan pengakajian kembali kelayakan usaha pengolahan Aloe vera oleh PT. Libe Bumi Abadi.

3. Mengevaluasi manajemen usaha PT. Libe Bumi Abadi ditinjau dari aspek manajemen dan teknologi produksi.

4. Menyusun strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk PT. Libe Bumi Abadi dalam usaha pengolahan Aloe vera.

1.4 Manfaat Kajian

1. Memberikan pengetahuan kepada penulis tentang tata cara berpikir yang sistematis dalam menghadapi suatu masalah dan mencari solusinya dengan penerapan berbagai disiplin ilmu yang telah dipelajari sekaligus memberikan proses pembelajaran suatu obyek bisnis secara komprehensif.

2. Memberikan informasi tentang potensi dan kelayakan usaha pengolahan Aloe vera bagi pemilik, calon investor, mitra penyertaan modal dan perbankan. Pemilik berkepentingan dengan hasil kajian ini, dalam rangka untuk meyakinkan pihak yang berminat untuk berinvestasi dalam usaha yang dikembangkannya, sedangkan calon investor, mitra usaha dan perbankan berkepentingan untuk mengetahui tingkat pengembalian modal, lama pengembalian modal, aliran kas, proyeksi rugi laba dan risiko yang akan dihadapi.

3. Memberikan rujukan bagi pemerintah berkaitan dengan pembinaan dan perijinan, bermanfaat bagi manajemen perusahaan berkaitan dengan rencana pengembangan bisnis, serta bagi masyarakat berkaitan dengan keterbukaan informasi dampak terhadap lingkungan dari usaha pengolahan Aloe vera.


(20)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Lidah Buaya (Aloe vera)

Aloe atau lidah buaya berasal dari Afrika, Aloe berarti “senyawa pahit yang bersinar”. Nama aloe berasal dari bahasa Arab alloeh yang berarti pahit, karena cairan yang terdapat dalam daunnya terasa pahit. Tanaman ini mengandung 96% air, selebihnya adalah bahan aktif, termasuk minyak essensial, asam amino, mineral, vitamin, enzim dan glikoprotein. Lidah buaya telah lama dijuluki sebagai medical plant (tanaman obat) atau master healing plant (tanaman penyembuh utama). Tumbuhan ini menyerupai kaktus. Daunnya meruncing berbentuk taji, bagian dalamnya bening, bersifat getas dengan tepi bergerigi. Lidah buaya yang nama Latinnya Aloe vera L. tergolong ke dalam suku Liliaceae. Lidah buaya dapat tumbuh subur hampir di semua benua, terutama di daerah beriklim panas, seperti Indonesia. Ada lebih dari 500 jenis lidah buaya yang tersebar di berbagai daerah di seluruh dunia (Wahyu, dkk, 1988).

Lidah buaya mempunyai kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh dengan cukup lengkap, yaitu vitamin A, B1, B2, B3, B12, C, E, choline, inositol dan asam folat. Kandungan mineralnya berupa: kalsium (Ca), magnesium (Mg), potasium (K), sodium (Na), besi (Fe), zinc (Zn), dan kromium (Cr). Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami, seperti vitamin C, vitamin E, vitamin A, magnesium dan zinc. Antioksidan ini berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung dan berbagai penyakit degeneratif. Di dalam daging Aloe vera terdapat 200 kandungan berbeda yang sangat berguna bagi manusia. Aloe mengandung sedikitnya tiga jenis asam lemak anti-radang (anti-inflammatory fatty acids) yang bermanfaat bagi perut, usus besar dan usus kecil. Sebagian mempunyai efek laksatif yang kuat dan ada pula yang bereaksi terhadap alergi (Yohanes, 2005).

Pada awalnya, lidah buaya tumbuh liar di tempat berudara panas. Karena bentuknya yang unik, kemudian juga ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Beberapa tahun terakhir lidah buaya dibudidayakan untuk tujuan industri, baik industri pangan maupun non pangan. Cara menanamnya mudah, dengan hanya memisahkan tunas dari batang daun induknya. Bagian-bagian dari tanaman lidah buaya yang umum dimanfaatkan adalah (a) daun, yang dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun dalam bentuk ekstrak, (b) eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa pahit dan kental), yang


(21)

secara tradisional digunakan langsung untuk pemeliharaan rambut, penyembuhan luka, dan sebagainya, (c) gel (bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan), bersifat mendinginkan dan mudah rusak karena oksidasi, sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut agar diperoleh gel yang stabil dan tahan lama.

Budidaya komersial dan perluasan penggunaan untuk bahan baku produk minuman dimulai pada tahun 1900-an, ditandai dengan dibukanya lahan lidah buaya di Kalimantan Barat tepatnya di kota Pontianak, seperti terlihat pada Gambar 1. Dewasa ini tanaman lidah buaya menjadi salah satu komoditas pertanian yang punya peluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia sebagal usaha agribisnis. Beberapa daerah terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan telah membuktikan keberhasilan produksi lidah buaya. Budidaya lidah buaya di Pontianak (Kalimantan Barat) mampu menghasilkan produksi 8.000 kg/ha dengan berat pelepah mencapai 1,5 kg dan panjang 70 cm (Yohanes, 2005).

Gambar 1. Tanaman Lidah buaya (Sumber : Koleksi pribadi)

Pemanfaatan lidah buaya semakin lama semakin berkembang, daun lidah buaya juga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan dan minuman, berupa sejenis jeli, minuman segar sejenis jus, nata de aloe, dawet, dodol, selai, dan lain-lain. Makanan dan minuman hasil olahan lidah buaya sangat berpotensi sebagai makanan/minuman kesehatan karena adanya kombinasi kandungan zat gizi dan non gizi yang memiliki khasiat untuk mendongkrak kesehatan. Lebih dari 17 jenis lidah buaya telah dibudidayakan di daerah tropis (Taryono dan Rosman, 2003),


(22)

namun saat ini ada tiga jenis yang diusahakan komersial, yaitu Aloe barbandensis dari Amerika, Aloe ferox dari Afrika dan Aloe sinensis dari Asia (Cina). Aloe barbandensis adalah yang terbaik, karena lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta ukurannya jauh lebih besar dibanding jenis lainnya (Wahid, 2000).

Tanaman ini telah digunakan sebagai tanaman obat di 23 negara dan tercantum dalam daftar prioritas Word Health Organization (WHO), karena mengandung senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Djubaedah, 2003). Salah satu negara pengguna lidah buaya adalah Jepang, dengan kebutuhan aloe segar mencapai 20 kontainer (300 ton/bulan) yang dipasok dari Brazil dan Thailand. Negara pengguna lainya adalah Amerika Serikat yang mengimport aloe segar pada tahun 1996 sebanyak 200.000 lembar atau setara dengan 100 ton/tahun. Harga gel kering beku tahun 1994 sebesar US $ 300 per kg naik menjadi US $ 450 per kg pada tahun 1996 (Wahid, 2000)

Daun lidah buaya dapat digunakan sebagai dasar kosmetika karena lidah buaya mengandung Zn, K, Fe, Vitamin A, asam folat dan kholin. Gel/lendir lidah buaya mengandung vitamin B1, B2, B6, B12, C, E inositol dan asam folat. Kandungan mineral lidah buaya sendiri dari Calsium, potasium, sodium dan chromium, sedangkan enzim yang terkandung adalah amylase, catalase, cellulose, carboxypeptidase, carboxyhelolase dan lain-lain (Djubaedah, 2003).

Perkembangan terakhir yang memacu peningkatan kebutuhan dan permintaan lidah buaya adalah minuman. Di beberapa daerah di Jawa, tanaman ini acapkali dibuat minuman. Jadi jangan kaget apabila bertemu dengan penjual minuman dawet ilat boyo alias cendol lidah buaya. Cendolnya bukan dari tepung beras atau tepung hunkue seperti lazimnya, tetapi dari gel daun lidah buaya. Gel lidah buaya dibuat dari kulit daun lidah buaya kemudian di kupas, lalu bagian dalamnya yang berbentuk seperti cincau atau puding agar-agar di potong-potong berbentuk dadu kecil. Bagian tersebut disajikan bersama santan dan sirup gula merah (juruh/kinca), atau bisa juga disajikan es serut dan sirup. Minuman dari gel lidah buaya berdasarkan hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan gairah seks (afrodisiak). Bahkan, sari lidah buaya telah pula diproduksi secara besar-besaran sebagai makanan kesehatan (Taryono dan Rosman, 2003).

Sebagai obat penghangat hubungan intim, gel lidah buaya sebaiknya dibuat jus, agar lebih mujarab. Jus lidah buaya cukup diminum sehari sekali. Sebaiknya jus tidak dibubuhi gula, tetapi ditambah air masak sedikit, madu murni, stroberi,


(23)

melon dan sebagainya, sekedar sebagai penambah rasa. Khasiat afrodisiak gel lidah buaya ini diakui oleh Dr. Robert Picker, kepala bagian pada Berkeley Holistic Clinic, Berkeley California, Amerika Serikat (Taryono dan Rosman, 2003).

Jus lidah buaya dapat mengobati salah gizi (malnutrisi) karena mengandung 18 asam amino penting, antara lain lisin, histidin, arginin, hidroksiprolin, asam asparat. Selain dibuat jus, lidah buaya juga dapat dibuat koktail, teh, minuman berkalori rendah, selai, jelly, dodol, rendang, risoles, sop, cake, puding, saus ikan, pasta dan lain-lain. Sedangkan untuk kosmetika/kecantikan dibuat dalam bentuk lotion, creme, lipstik, shampoo, hair conditioner dan lain-lain (Aloe vera Center, dalam Suhendar 2006). Secara garis besarnya Aloe vera dapat dijadikan produk seperti terlihat pada pohon industri (Gambar 2).

Gel (pulp) Kulit Ekstrak Juice Konsentrat Makanan Minuman Pupuk Organik

Teh Lidah Buaya

Powder Senyawa Aktif Minuman Kesehatan Kosmetik Farmasi Industri Kimia

Spray dried Powder

Freece dried Powder

Mediasi Purposes Farmasi Kosmetik Farmasi Agro Industri Kosmetik Farmasi Minuman Kesehatan Lidah Buaya (Aloe vera)

Gambar 2. Pohon industri Aloe vera (Sumber : Suhendar, 2006).

Dalam prakteknya telah banyak barang diproduksi dengan bahan baku yang berasal dari lidah buaya, baik oleh perusahan di luar negeri maupun dalam negeri, serta banyak yang sedang diuji coba oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan Lidah Buaya Nasional (Aloe vera Center) di Pontianak, Kalimantan Barat, seperti dalam bentuk teh (Gambar 3), kripik (Gambar 4), dodol (Gambar 5), minuman dalam bentuk serbuk (Gambar 6) serta kosmetik (Gambar 7).


(24)

Gambar 3. Teh Aloe vera Gambar 4. Kripik Aloe vera

Gambar 5. Dodol Aloe vera Gambar 6. Minuman serbuk Aloe vera


(25)

2.2 Kelayakan Investasi

Studi kelayakan dilakukan untuk menilai kelayakan investasi. Secara umum, tujuan penyusunan studi kelayakan adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Apakah produk yang akan ditawarkan dapat dipasarkan (marketable) ? 2. Apakah secara teknis dapat dilakukan dan berkelanjutan (sustainable) ? 3. Apakah bisnis tersebut efektif dan efisien ?

4. Apakah termasuk usaha yang legal atau ilegal ? 5. Apakah bisnis tersebut profitable atau tidak ?

Jika jawabannya adalah marketable, sustainable, efektif dan efisien, legal dan profitable, maka bisnis tersebut layak untuk dibiayai (Subagyo,2007). Studi kelayakan dibuat untuk menyediakan gambaran ringkas tentang persoalan pokok yang berhubungan dengan gagasan bisnis. Tujuannya mengidentifikasi apakah suatu gagasan bisnis "Iayak atau tidak" masuk dalam marketplace. Analisis studi kelayakan menyediakan informasi penting untuk membuat rencana bisnis. Studi tersebut mengindikasikan bahwa gagasan bisnis masih berupa pernyataan (statement), dan selanjutnya membuat rencana bisnis (business plan). Rencana bisnis melanjutkan analisis yang lebih mendalam dan kompleks, serta membangun berdasarkan fondasi yang telah diciptakan studi kelayakan. Rencana bisnis memberi kesempatan untuk menemukan kelemahan dan ancaman masalah yang tersembunyi di masa mendatang.

Realitasnya bisnis tidak hanya ditunjang oleh aspek finansial, tetapi juga aspek-aspek lain; bahkan saling ketergantungan antara aspek-aspek bisnis tersebut akan membentuk sistem bisnis. Karena itu, untuk menganalisis kelayakan investasi diperlukan penilaian terhadap semua aspek bisnis. Menurut Kadariah, dkk (1999), yang paling utama dalam kajian kelayakan investasi adalah aspek teknis produksi, aspek pasar dan aspek finasial.

Investasi membutuhkan permodalan, besar-kecilnya modal bergantung pada skala dan luas proyek yang akan dikerjakan. Modal sebagai salah satu fungsi investasi dapat diperoleh dari pinjaman (debt) atau modal sendiri (equity). Investasi yang memberikan return tinggi dan jangka waktu pengembalian (payback period) yang relatif pendek menjadi harapan setiap investor. Sebaliknya, apabila return rendah, apalagi jika lebih rendah dibandingkan tingkat bunga yang berlaku, investor akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan (cost opportunity).


(26)

Jika investor menggunakan modal pinjaman dengan return yang lebih rendah daripada suku bunga bank, berarti investor akan mengalami kerugian akibat membayar selisih kekurangannya. Kejadian yang lebih parah lagi adalah jika ternyata proyek yang dijalankan mengalami kegagalan atau berhenti di tengah jalan, berarti kerugian yang terjadi akan lebih besar lagi. Investasi selalu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, sudah selayaknya dilakukan studi kelayakan secara mendalam.

Kerugian atau kegagalan suatu usaha dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yang juga merupakan aspek-aspek studi kelayakan itu sendiri, antara lain :

1. Produk yang ditawarkan ternyata tidak diminati konsumen. 2. Produk tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

3. Produk yang ditawarkan laku, tetapi pangsa pasarnya sangat kecil dan volume penjualannya rendah, sehingga tidak dapat menutup biaya yang dikeluarkan. 4. Permintaan terhadap produk perusahaan tinggi, tetapi skala produksi yang

rendah akibat kapasitas mesin rendah telah membuat opportunnity cost yang tinggi.

5. Lokasi perusahaan terlalu jauh dari pasar (konsumen), maka biaya transportasi bertambah, sehingga profit margin menjadi rendah. Padahal, untuk memindahkan lokasi pabrik dibutuhkan biaya yang tinggi. Dengan demikian, profit margin yang rendah dapat terjadi akibat kesalahan dalam menentukan lokasi pabrik, sehingga menyebabkan cost of capital tinggi dan akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan.

6. Waktu produksi terlalu lama diakibatkan proses produksi yang dipilih tidak tepat, sehingga terjadi keterlambatan pengiriman kepada pelanggan dan kehilangan pasar.

7. Organisasi perusahaan mengalami permasalahan yang rumit akibat terjadinya salah manajemen, sehingga roda perusahaan tidak berjalan harmonis dan sehat.

8. Keterlambatan persediaan material yang terjadi secara berulang-ulang. Keterlambatan ini dapat mengganggu proses produksi, sehingga perusahaan akhirnya tidak dapat menepati order customer. Hal ini akan menurunkan tingkat kepercayaan pelanggan yang berujung pada penurunan penjualan.


(27)

9. Terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap peraturan perusahaan oleh karyawan (moral hazard) akibat sistem pengendalian internal yang lemah. Produk gagal (rusak) yang terlalu besar akibat human error akibat rendahnya keterampilan dan pengetahuan karyawan

Untuk mengetahui kelayakan investasi suatu usaha dari aspek finansial, lazim digunakan metode penilaian seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Break Event Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Pay Back Period (PBP)dan analisis sensitivitas

NPV, menurut Subagyo (2007), adalah metode analisis keuangan yang memperhatikan adanya perubahan nilai uang karena faktor waktu; proyeksi arus kas dapat dinilai sekarang (periode awal investasi) melalui pemotongan dengan faktor pengurang yang dikaitkan dengan biaya modal (persentase bunga). Caranya dengan menghitung nilai sekarang (present value atau PV) dari proceeds (laba setelah pajak + penyusutan) yang diharapkan atas dasar discount rate tertentu. Apabila jumlah PV dari keseluruhan proceeds yang diharapkan Iebih besar dari investasinya atau menghasilkan NPV positif, maka usul investasi tersebut dapat diterima, demikian pula sebaliknya.

IRR rnerupakan metode penilaian dengan menggunakan perluasan metode NPV, dimana tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays) atau pada i posisi NPV sama dengan nol akan diperoleh tingkat (rate) persentase tertentu. IRR ini dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, serta setiap keuntungan bersih dlltanamkan kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama yang diberi bunga selama sisa umur proyek (Soeharto, 1995).

BEP atau titik impas adalah suatu keadaan jumlah unit dimana besarnya pendapatan sama dengan besarnya biaya/pengeluaran yang dilakukan oleh proyek atau titik, dimana proyek tidak mengalami laba atupun rugi, hanya menutupi biaya tetapnya (Walsh, 2002).

BCR adalah perbandingan dari PV dari total proceeds dengan discount rate yang diharapkan selama usia investasi dibandingkan dengan PV initial investment atau capital outlays. Suatu usulan investasi dinyatakan layak apabila BCR atau PI Iebih besar dari satu dan sebaliknya tidak layak apabila BCR lebih


(28)

kecil dari satu (Soeharto, 1995).

PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dapat dilakukan dengan menggunakan proceeds atau aliran kas neto. Dengan demikian, PBP dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan, agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya (Kuswandi, 2005).

2.3 Strategi Pengembangan Usaha

Strategi adalah sebuah rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai tujuannya. Kata “strategi” sendiri berasal dari kata Yunani “strategia” yang berhubungan dengan kemiliteran, berarti langkah untuk mencapai sasaran yaitu memenangkan peperangan (Stanton,1996) Definisi lain mengenai strategi diberikan oleh Robbins dan Coultre (1999):

Strategy can be defined as the determination of the basic long term goals and objectives of an enterprise, and the adoption of courses of action and allocation of resourses necessary for carrying out these goals.

Jain dalam Keegan (1996)menyatakan :

Strategy in a firm is the pattern of major objectives, purposes, or goals and essential policies and plans for achieving those goals, stated in such a way as to define what business the company is in or is to be in and the kind of company it is or is to be

Keegan (1996) mendefinisikan :

Strategi sebagai respon yang dipertimbangkan sebuah perusahaan pada kenyataan dari perusahaan pihak yang bersangkutan dan kenyataan dari lingkungan usaha.

Hax dan Majluf (1984) merumuskan strategi lebih komprehensif, yaitu :

(1) Suatu pola keputusan keputusan yang konsisten, (2) menyatu dan integral, (3) menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam pengertian sasaran jangka panjang, program bertindak dan prioritas alokasi sumber daya, (4) menyeleksi bidang yang akan dilakukan, (5) mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama dan (6) melibatkan semua hirarki dari organisasi.

Strategi diperlukan oleh sebuah perusahaan akibat keterbatasan sumber daya, ketidakpastian arena persaingan, serta untuk memudahkan koordinasi dan pengontrolan. Pada akhirnya, penilaian terhadap keberhasilan strategi bisnis dapat dilihat dari tinggi rendahnya volume dan nilai penjualan. Tingginya nilai


(29)

penjualan, selain memperlihatkan perolehan laba juga menunjukkan kinerja perusahaan sebagai hasil dari strategi bisnis yang dijalankan.

Dalam merumuskan strategi pengembangan usaha didekati dengan metoda análisis Strengths, Oppotunities, Weaknesses dan Threats (SWOT). Analisis SWOT ini didasarkan pada pemikiran memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Oppotunities), secara bersamaan rneminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT menurut Rangkuti (2005) adalah analisis terhadap faktor-faktor dari lingkungan internal (strengths dan weaknesses) dan lingkungan eksternal (opportunities dan threats) yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT atau analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman merupakan cara sistematik dalam mengidentifikasi berbagai faktor internal dan eksternal yang dimiliki dan dihadapi oleh perusahaan. Analisis ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, sehingga dapat dirumuskan berbagai alternatif strategi yang sesuai.

Selanjutnya, data yang diperoleh diklasifikasikan secara kualitatif menurut analisis lingkungan internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, serta analisis Iingkungan eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi PT. Libe Bumi Abadi. Daftar peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan tersebut harus dievaluasi. Untuk mengevaluasi peluang dan ancaman akan digunakan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal atau External Factor Evaluation (EFE) dan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan menggunakan Matriks Evaluasi Faktor Internal atau Internal Factor Evaluation (IFE).

Penentuan bobot setiap peubah pada Matriks EFE dan IFE diperoleh berdasarkan hasil pengolahan hasil kuesioner pada bagian Matriks berpasangan dan rating diperoleh dari hasil kuesioner bagian pengisian rating. Matriks berpasangan merupakan pengisian kuesioner berupa skala keputusan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada. Penentuan bobot setiap peubah dilakukan dengan cara menunjukkan identifikasi faktor strategi internal dan eksternal kepada pihak menajemen perusahaan dengan menggunakan metode Paired Comparasion (Kinnear dan Taylor, 1991).

Dari hasil pengolahan data Matriks EFE dan IFE, serta Matriks perbandingan berpasangan disusun strategi pengembangan usaha dari PT. Libe Bumi Abadi. Penyusunan strategi ini didasarkan atas posisi angka faktor internal


(30)

dan faktor eksternal pada 9 sel atau kotak. Setiap sel menggambarkan strategi yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu strategi pertumbuhan (growth), strategi pemantapan (stability) dan strategi penyiutan atau retrenchment (Rangkuti, 2005)


(31)

I I I . M E T O D E K A J I A N

3.1 Lokasi dan Waktu Kajian

Objek kajian tugas akhir ini adalah PT Libe Bumi Abadi dengan lokasi di Jl. Langgar Raya No. 7 RT 12 RW 05 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Pengamatan dilakukan pmulai pada bulan September-Nopember 2007.

3.2 Metode Kerja

3.2.1. Pengumpulan data

a. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, pengelola/karyawan, instansi bidang terkait melalui alat bantu kuesioner. Untuk survai lapangan disamping ke pabrik PT. Libe Bumi Abadi dilakukan juga kunjungan ke kebun petani lidah buaya, Aloe vera Center dan Pabrik Pengolahan Lidah buaya PT. Inaco di wilayah Pontianak, Kalimantan Barat. Wawancara dilakukan kepada direktur perusahaan PT Libe Bumi Abadi dan Staf Peneliti di Aloe vera Center .Kuesioner untuk wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. b. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan

laporan instansi terkait.

3.2.2.Pengolahan dan Analisis data

Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah : a. Metode Deskriptif untuk menjelaskan data yang dikumpulkan mengenai

informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku dan volume penjualan produk, pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang pengolahan Aloe vera ini. Data tersebut memberikan suatu gambaran mengenai keadaan prospek, kelayakan dan pengembangan usaha yang dilakukan oleh PT Libe Bumi Abadi.

b. Metode Analisis untuk menganalisa data yang telah disusun bagi penyusunan strategi pengembangan usaha dengan teknik Matriks SWOT, Perbandingan Berpasangan (Paired Comparasion) danmatriks


(32)

Internal-Ekternal (matriks I-E), serta informasi keuangan dengan metode kelayakan finansial.

Menurut Kadariah, dkk. (1999), secara umum aspek yang dikaji dalam studi kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi, keuangan dan pemasaran.

a. Aspek teknis meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produksi, proses pengolahan dan pengemasannya.

1) Fasilitas Produksi dan Peralatan

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berbagai peralatan yang digunakan untuk menunjang kelancaran aktivitas produksi seperti alat pengupasan Aloe vera, perlengkapannya mesin penghancur (blender), mesin pemanas yang dapat diatur, mesin penyaringan kasar, mesin penyaringan halus, mesin pembotolan, mesin pasteurisasi dan alat pengemas.

2) Cara Pengadaan dan Mutu Bahan

Untuk mengetahui ketersediaan bahan baku dan penolong yang dibutuhkan, yaitu daun lidah buaya segar apakah berasal dari kebun inti (kebun milik pabrik) atau dari kebun plasma (kebun kerjasama dengan petani), atau dari pemasok. Hal ini penting mengingat dasar filosofis pemilihan bahan untuk memebuat produk makanan adalah Garbage In Garbage Out (GIGO), dimana jika bahan dasarnya buruk, maka produk yang dihasilkan juga buruk, sementara, stándar mutu pelepah Aloe vera ditentukan oleh 4 unsur : (a) daun cacat dan busuk harus 0%, (b) berat daun segar (0,7 – 1) kg per daun, (c) warna daun hijau tua dalam keadaan segar dan (d) panjang daun > 50 cm (Yohanes, 2005).

3) Proses Pengolahan

Hal ini memberikan gambaran tentang proses pengolahan masing-masing produk sampai dengan pengemasan.

4) Sanitasi, Kapasitas produksi dan Mutu Produk.

Untuk mengetahui sanitasi, kapasitas produksi dan mutu produk, perlu diamati kebersihan dan higenisnya, yaitu apakah sesuai standar pedoman good manufacturing practice (GMP) pada usaha pengolahan Aloe vera, serta sejauhmana kapasitas produksi sudah dapat memenuhi permintaan pasar dan bagaimana menentukan kriteria mutu produksi.


(33)

5) Tenaga Kerja

Hal ini untuk mengetahui jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat pendidikan yang diperlukan dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dimaksud.

b. Aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga, persaingan dan peluang pasar, serta proyeksi permintaan pasar berikut : 1) Permintaan

Memberikan gambaran tentang permintaan produk Aloe veraliquid untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri.

2) Penawaran.

Memberikan gambaran tentang penghasil produk Aloe vera (pesaing) dan faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran

3) Harga.

Memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual minuman Aloe vera, yaitu ini adalah hubungan antara harga jual dengan permintaan dan penawaran oleh pihak pembeli, serta faktor yang mempengaruhi harga jual minuman Aloe vera.

4) Persaingan dan Peluang Pasar.

Memberikan gambaran tentang produsen dan distributor minuman Aloe vera.

5) Pemasaran Produk.

Untuk mengetahui pasar yang dituju, terutama distributor dan jaringan multi level marketring (MLM).

c. Aspek Keuangan untuk mengetahui kelayakan usaha dari segi keuangan. Komponen biaya mencakup pengadaan sarana dan prasarana, biaya operasi dan biaya lain-lain. Biaya pengadaan prasarana adalah meliputi biaya investasi, yaitu biaya perijinan, bangunan dan pembelian peralatan untuk proses produksi.

1) Biaya operasi meliputi biaya pembelian daun lidah buaya segar, biaya bahan pembantu, biaya pengemasan, upah pekerja, biaya peralatan/kendaraan dan biaya overhead.

2) Pendapatan yang merupakan total hasil penjualan minuman Aloe vera kepada para pelanggan, yang didasarkan pada diproyeksikan selama lima tahun.


(34)

3) Kebutuhan Modal dan Kredit.

Dalam menunjang pengembangan perusahaan diperlukan modal kerja dan modal untuk keperluan investasi.

i. Modal kerja untuk pengembangan usaha 100 % akan dipenuhi dari kredit perbankan.

ii. Modal untuk investasi untuk pengembangan usaha 100% dipenuhi dari modal sendiri.

4) Analisis Cash Flow.

Berdasarkan analisis proyeksi cash flow selama lima tahun akan diketahui bila mendapatkan kredit, apakah perusahaan dapat memenuhi kewajiban membayar bunga maupun angsuran kepada bank dengan baik (surplus/defisit kas).

5) Analisis Profitabilitas.

Analisis profitabilitas ini diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dilihat dari kriteria seperti lazimnya yang digunakan untuk mengevaluasi suatu proyek, yaitu :

i. PBP dihitung dengan rumus : Total investasi

PBP = --- x 1 tahun Laba Setelah Pajak + Penyusutan

ii. NPV dihitung dengan rumus berikut : NPV=

(

)

= +

n t

t k At

1 1

Keterangan:

n = periode/tahun terakhir aliran kas/ cash flow. At = aliran kas pada periode t

k = tingkat keuntungan yang diharapkan atau discount rate yang digunakan

iii. IRR dihitung dengan rumus berikut :

NPV1

IRR = il + --- (i2-i1) (NPV 1 - NPV2)


(35)

Keterangan.

lRR = Nilai Internal Rate of Return. NPV1 = Net Present Value pertama. NPV2 = Net Present Value kedua.

i 1 =Tkt suku bunga/discount rate pertama. i 2 = Tkt suku bunga/discount rate kedua.

iv. BEP atau titik impas dihitung dengan rumus :

Total Biaya Tetap

BEP = --- Harga jual satuan - Biaya Variable/satuan v. Perhitungan BCR dengan rumus berikut :

PV benefi

BCR = --- PV cost

Keterangan :

PV benefit = PV dari total benefit selama periode analisa dimana benefit adalah laba setelah pajak ditambah penyusutan.

PV cost = Present value of capital (biaya pertama atau modal diluar biaya untuk operasi dan produksi).

Dalam merumuskan strategi pengembangan usaha dilakukan tahap pengumpulan data dari luar lingkungan perusahaan (faktor strategi eksternal) mínimum masing-masing 5 faktor peluang dan faktor ancaman seperti analisis pasar, pesaing, pemasok, pemerintah, komunitas tertentu, sumber pendanaan dari perbankan serta dari internal operasional PT Libe Bumi Abadi (faktor strategi internal) masing-masing 5 faktor kekuatan dan faktor kelemahan seperti laporan keuangan, SDM, kegiatan pemasaran dan operasional. Faktor-faktor tersebut dievaluasi pengaruhinya terhadap perkembangan usaha pengolahan Aloe vera


(36)

dengan menggunakan Matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE).

Evaluasi terhadap faktor eksternal menggunakan Matriks EFE (Tabel 1), Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengevaluasi berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi PT. Libe Bumi Abadi. Langkah-Iangkah tersebut adalah :

a. Menuliskan daflar peluang dan ancaman pada kolom pertama

b. Memberikan bobot dengan selang 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting) pada kolom kedua. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu. Pembobotan dapat dilakukan dengan Matriks perbandingan berpasangan dari hasil kuesioner.

c. Memberikan rating atau peringkat 1-4 pada kolom ketiga. Untuk Matriks EFE, rating mengindikasikan seberapa efektif PT. Libe Bumi Abadi merespon peluang dan ancaman yang bersangkutan. Rating 4 = respon yang sangat superior, 3 = respon di atas rataan, 2 = respon rataan, I = respon di bawah rataan. Rating 1-4 ditentukan dengan membandingkan fakta dengan kinerja ideal, namun demikian upaya ini merupakan nilai subyektif.

d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot.

e. Skor yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan total skor terbobot

Total skor terbobot antara 1-4, nilai 1 pada Matriks EFE menunjukkan bahwa situasi PT. Libe Bumi Abadi mampu memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman. Nilai 4 mengindikasikan bahwa PT. Libe Bumi Abadi saat ini telah sangat baik dalam memanfaatkan peluang untuk menghadapi ancaman-ancaman yang ada. Nilai 2,5 menunjukkan kondisi PT. Libe Bumi Abadi mampu merespon situasi ekternal secara rataan untuk Matriks EFE (Rangkuti, 2005 ).

Tabel 1. Matriks EFE

Faktor eksternal Bobot (a)

Peringkat (b)

Skor terbobot (c = axb)

Peluang 1. 2. Ancaman 1.

2.

Jumlah 1,0 Sumber : Rangkuti, 2005


(37)

Evaluasi terhadap faktor internal menggunakan Matriks IFE (Tabel 2). Dalam hal ini terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengevaluasi berbagai faktor internal yang mempengaruhi PT. Libe Bumi Abadi. Langkah-langkah tersebut adalah :

a. Menuliskan daftar kekuatan dan kelemahan pada kolom pertarna.

b. Memberikan bobot dengan selang 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Kolom ke 2.Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1.

Pembobotan dapat dilakukan dengan Matriks perbandingan berpasangan dari hasil kuesioner

c. Memberikan rating atau peringkat 1-4 pada kolom ketiga. Untuk Matriks IFE, rating rnengindikasikan seberapa efektif PT. Libe Bumi Abadi memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang bersangkutan. Rating 4 = kekuatan besar, 3 = kekuatan kecil, 2 = kelemahan kecil, I = kelemahan besar. Rating 1-4 ditentukan dengan membandingkan fakta dengan kinerja ideal yang diharapkan.

d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot.

e. Skor yang diperoleh dijumlahkan untuk mendapatkan total skor terbobot. Total skor terbobot antara 1-4, nilai 1 pada Matriks IFE menunjukkan bahwa situasi PT. Libe Bumi Abadi sangat buruk. Nilai 4 mengindikasikan bahwa PT. Libe Bumi Abadi saat ini berada pada kondisi sangat baik. Nilai 2,5 pada Matriks IFE menunjukkan bahwa situasi internal PT.Libe Bumi Abadi pada tingkat rataan (Rangkuti, 2005 ).

Tabel 2. Matriks IFE

Faktor Internal

Bobot (a)

Peringkat (b)

Skor Terbobot (c = axb)

Kekuatan 1.

2.

Kelemahan 1.

2.

Jumlah 1,0


(38)

Pembobotan dengan Matriks berpasangan dilakukan dengan penilaian dilakukan dengan pemberian bobot numerik dan membandingkan antara satu unsur dengan unsur lainnya. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2 dan 3.

Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal

Indikator horizontal dan indikator vertikal adalah peubah–peubah kekuatan dan kelemahan pada faktor strategi internal serta peubah peluang dan ancaman pada faktor strategi eksternal. Metode ini membandingkan secara berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap usaha pengolahan Aloe vera.

Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil penilaian tadi untuk menentukan elemen mana yang memiliki prioritas tertinggi dan terendah (Saaty, 1988). Perbandingan berpasangan merupakan kualifikasi hal-hal yang bersifat kualitatif sehingga tidak semata-mata dengan pemberian bobot terhadap semua parameter secara simultan, tetapi dengan persepsi pembandingan atau perbandingan yang diskalakan secara perpasangan. Dengan pengalamannya, seseorang dapat dengan mudah, logis dan akurat memberikan persepsi perbandingan dua hal (Priatmono, 2000).

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan menggunakan rumus (Kinnear, 1991)

X i a i = --- n

∑ X i i = 1 Keterangan :

a i = Bobot peubah ke – i Xi = Nilai peubah ke – i I = 1, 2, 3, ...., n N = Jumlah peubah


(39)

Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan dengan metode Matriks Banding Berpasangan

Faktor Strategi Internal

F1 F2 F3 .... Bobot

F1

F2 F3 ...

Total

Sumber : Kinnear dan Taylor, 1991.

Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan dengan Metode Matriks Banding Berpasangan

Faktor Strategi Eksternal

F1 F2 F3 .... Bobot

F1

F2 F3 ...

Total

Sumber : Kinnear dan Taylor, 1991.

Selanjutnya adalah tahap analisis dengan menggunakan semua informasi yang ada dalam model kuantitatif ke dalam perumusan strategi dengan menggunakan matriks SWOT dan I-E. Matriks SWOT memberikan rumusan strategi yang menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya. Dari Matriks akan diperoleh empat set alternatif strategi, yaitu SO, ST, WO dan WT (Tabel 5). Matriks I-E memberikan rumusan strategi bisnis di tingkat perusahaan yang lebih detail dalam 9 sel dengan 3 alternatif

strategi meliputi strategi growth (sel 1,2,5,7, 9), strateg stability (sel 4,5)

dan strategi retrenchment (sel 3,6,7). Tahap berikutnya adalah


(40)

Tabel 5. Matriks SWOT

FSI

FSE

Strategi (S)

Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

Weaknesses (W)

Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

Opportunities (O)

Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

Strategi (S-O)

Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi (W-O)

Ciptakan strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T)

Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Strategi (S-T)

Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman

Strategi (W-T)

Ciptakan strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.


(41)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Lokasi Usaha Pengolahan Aloe vera yang dijadikan objek kajian adalah di kelurahan Pondok Bambu Kecamatan Duren Sawit Jakarta. Unit usaha yang dijadikan objek kajian adalah PT. Libe Bumi Abadi yang memiliki 1 unit usaha pengolahan Aloe vera.

Lokasi usaha membutuhkan lahan yang tidak terlalu luas atau cukup 300 m2 yang berfungsi baik sebagai gudang bahan baku maupun penyimpanan. Lokasi usaha tidak terlalu ideal, karena berada di daerah pemukiman penduduk, namun belum mengganggu kenyamanan lingkungan. Lokasi relatif dari jauh dari sumber bahan baku yang berada di daerah Cianjur Sukabumi, namun masih terjangkau oleh transportasi yang tersedia.

4.1.1 Profil Usaha

Usaha pengolahan Aloe vera merupakan badan hukum berbentuk PT, namun dalam pengelolahannya masih bersifat kekeluargaan, mulai dari pengadaan bahan baku, proses pembuatan minuman, pengemasan, pemasaran dan pengiriman ke konsumen.

Usaha ini menggunakan bahan baku daun lidah buaya segar yang dibeli dari para pedagang pengumpul di daerah Cianjur dan Sukabumi. Usaha pengolahan Aloe vera mempunyai alat-alat mesin pengolahan yang mempunyai kapasitas pengolahan daun Aloe vera 10 ton per hari atau setara dengan 1.200 l jus Aloe vera. Tempat pengolahan Aloe vera berlokasi di sebuah rumah sederhana dengan luas 300 m2 di permukiman yang cukup padat sekaligus sebagai tempat tinggal pengelolanya dan usaha ini berdiri sejak tanggal 1 Oktober 2005 oleh 4 orang.

Saat ini PT. Libe Bumi Abadi menyerap tenaga kerja 17 orang terdiri dari pekerja tetap 5 orang dan pekerja tidak tetap 12 orang, dengan hari kerja sebanyak 5 hari seminggu, yaitu mulai dari jam 9.00 - 16.00. Ada indikasi bahwa proses produksi dari usaha pengolahan Aloe vera yang dilakukan oleh PT. Libe Bumi Abadi tidak lancar atau tidak optimal. Hal ini disebabkan kurangnya biaya operasional perusahaan, mengingat pembiayaan dari usaha ini masih sepenuhnya didukung oleh para pendiri perusahaan dan sedang diupayakan untuk memperoleh kredit perbankan.


(42)

Dilihat dari aspek pemasaran, PT. Libe Bumi Abadi melakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pemasaran konvensional melalui distributor, ke agen ke pengecer selanjutnya ke konsumen dan dilakukan pemasaran melalui kerjasama dengan jaringan MLM dengan harga lebih murah tetapi ada kepastian terjual.

PT. Libe Bumi Abadi memproduksi minuman (PT Libe Bumi Abadi, 2006) seperti : (1) Aloe vera Juice (liquid) merk libe, yaitu minuman murni 100% dari sari lidah buaya , (2) Tiga Tea Merk Libe, yaitu teh celup perpaduan dari teh hijau mutu terbaik dengan buah mahkota dewa dan ekstrak Aloe vera; serta (3) Fresh Aloe vera Nata Merk Libe, yaitu minuman nata dari Aloe vera dalam kemasan gelas plastik dengan kandungan Aloe vera dalam bentuk kotak-kotak dan dalam bentuk yang sudah dihancurkan. Ketiga jenis produk tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

(1) Minuman segar

(2) Teh

( 3) Aloe vera liquid (Jus murni)

Gambar 8. Jenis produksi PT. Libe Bumi Abadi.


(43)

4.1.2 Sarana dan Prasarana

Dalam kegiatan pengolahan Aloe vera sarana produksi yang digunakan adalah :

a Lahan yang dijadikan tempat usaha.

b Bangunan untuk tempat pengolahan dan penyimpanan produk. c Kendaraan roda empat.

d Pisau pengupas Aloe vera. e Mesin penghancur

f Mesin pemanas yang dapat diatur

g Mesin penyaringan kasar sistem sentrifugal. h Mesin penyaringan halus sistem tekan. i Mesin ultra violet.

j Mesin pembotolan. k Mesin pasteurisasi. l Packaging seal.

4.2. Penilaian Kelayakan

Untuk melihat prospek atau kelayakan usaha pengolahan Aloe vera diperlukan pembahasan yang mencakup aspek-aspek berikut :

4.2.1. Aspek teknis produksi

Dalam kegiatan produksi pengolahan daun lidah buaya menjadi minuman jus secara teknis diperlukan :

a. Fasilitas produksi dan peralatan

1) Bangunan untuk tempat pengolahan dan penyimpanan produk.

Bangunan digunakan untuk tempat menampung bahan baku, melakukan proses produksi dengan penempatan mesin-mesin pengolahan dan penyimpanan produksi sementara. Bangunan seluas 200 m2 diperoleh dengan cara menyewa berupa rumah tempat tinggal yang dimodifikasi menjadi tempat industri sekaligus menjadi tempat tinggal pengelola usaha. Sewa dilakukan untuk kurun waktu 5 (lima) tahun dengan harga Rp 15.000.000 per tahun.

2) Pisau pengupas Aloe vera.

Pisau digunakan untuk mengupas dan memotong daun lidah buaya sebelum dimasukkan dalam mesin-mesin pengolah selanjutnya. Pisau yang digunakan adalah pisau yang umum yang dapat dibeli di pasar,


(44)

tidak memerlukan spesifikasi khusus. Kebutuhan pisau sebanyak 12 buah untuk mengupas 2.500 kg daun Aloe vera dan untuk memotongnya menjadi 1.500 kg bahan gel Aloe vera.

3) Mesin penghancur

Mesin penghancur seperti pada Gambar 9 digunakan untuk menjadikan daun lidah buaya yang telah dikupas dan dipotong-potong menjadi bubur siap dijadikan jus. Mesin penghancur ini mempunyai volume sebesar 0,8 m3. Untuk menghancurkan 1.500 kg bahan gel dalam 1 (satu) hari diperlukan operasinya sebanyak 15 kali.

Gambar 9. Mesin penghancur daun lidah buaya

4) Mesin pemanas yang dapat diatur

Mesin pemanas digunakan untuk meningkatkan suhu gel Aloe vera mencapai 40° C pada saat akan dilakukan fermentasi, agar gel berubah menjadi bentuk cairan. Pada saat proses fermentasi diperlukan zat pembantu berupa enzim dan penstabil (Gambar 10).


(45)

Gambar 10. Alat pemanas

5) Mesin penyaringan kasar sistem sentrifugal.

Mesin penyaringan kasar digunakan untuk memisahkan serat kasar dengan air jus dari bubur lidah buaya.

6) Mesin penyaringan halus sistem tekan.

Mesin penyaringan halus digunakan memisahkan jus murni (100%) dan serat halus dari bubur lidah buaya. Dari 1.500 kg bubur Aloe vera diperoleh 300 liter jus murni (Aloe vera liquid) atau rendeme 20 %..

7) Mesin ultra violet.

Mesin ultra violet digunakan mematikan mikro organisme yang ada pada jus murni (100%) lidah buaya dengan proses dingin.

8) Mesin pembotolan.

Mesin pembotolan digunakan memasukkan jus murni kedalam botol-botol yang telah disiapkan dengan volume 500 ml. Untuk kebutuhan 300 liter Aloe vera liquid diperlukan 600 botol (Gambar 11), atau per botol berisi 500 ml.


(46)

Gambar 11. Mesin pembotolan

9) Mesin pasteurisasi.

Mesin pasteurisasi digunakan membuat produk yang telah masuk dalam botol lebih higienis lagi dengan proses pemanasan. Packaging seal digunakan sebagai proses akhir produk sebelum dikemas dalam kotak kardus yang siap dipasarkan (Gambar 12)


(47)

b. Bahan

Bahan baku utama untuk pembuatan jus Aloe vera adalah pelepah lidah buaya seperti pada Gambar 13, sedangkan bahan penunjangnya berupa enzim, penstabil dan air treatment. Bahan baku utama untuk 1 (satu) hari produksi dibutuhkan sebanyak 2.500 kg untuk menghasilkan sebanyak 300 l jus murni. Bahan penunjang dibutuhkan dalam pengolahan berupa enzim, penstabil dan air treatment bahan baku, gel dan pasteurisasi.

Dalam proses fermentasi dibutuhkan enzim sebanyak 0,1 l% per l jus murni yang dihasilkan, maka untuk 300 l diperlukan 30 l dan bahan penstabil 0,4 g per liter jus murni yang dihasilkan, atau 120 g. Kebutuhan PT Libe Bumi Abadi akan bahan baku lidah buaya per tahun 600 ton dapat dipenuhi, karena cukup tersedia di pasar yang umumnya dipasok dari daerah Sukabumi, Jawa Barat dan Pontianak, Kalimantan Barat.

Gambar 13. Bahan baku lidah buaya

c. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah seorang manajer produksi, 2 orang staf administrasi dan pemasaran, 12 orang bagian produksi, 1 orang supir dan 1 orang kernet secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.


(48)

Tabel 6. Jenis pekerjaan dan jumlah pekerja di PT. Libe Bumi Abadi No Jenis Pekerjaan Jumlah (org)

1 Sopir 1

2 Kernet 1

3 Tenaga pengolah 12

4 Tenaga operasional 3

Total 17

d. Proses produksi

Mula-mula daun lidah buaya sebagai bahan mentah disortir menurut ukuran dan mutunya. Selanjutnya lidah buaya hasil sortir dicuci sampai bersih. Air yang digunakan dalam proses ini seluruhnya menggunakan air sumur yang telah

melewati alat filter dan penyinaran dengan Ultra violet.

Lidah buaya yang telah dibersihkan kemudian dikupas untuk diambil dagingnya, lalu daging atau gel lidah buaya ini dicuci dan direndam kembali.

Dengan menggunakan blender, gel ini kemudian dihancurkan dan dalam proses

selanjutnya ditambahkan enzim dan penstabil pH untuk proses fermentasi. Ampas dari lidah buaya yang telah menjadi bubur ini kemudian disaring dengan menggunakan penyaringan kasar yang menggunakan sistem sentrifugal. Hasil penyaringan ini adalah jus lidah buaya yang masih harus disaring untuk membuang serat halus lidah buaya yang tersisa. Pembuangan sisa-sisa ampas ini menggunakan alat penyaringan halus sistem tekan dengan

ukuran mesh 0,2 μ sehingga diperoleh jus murni dan selanjutnya dikemas dalam

botol-botol yang telah dibilas dengan air hangat, serta dilakukan pasteurisasi setelah proses pembotolan. Botol-botol berisi jus murni lidah buaya kemudian diberi label

dan dikemas dalam karton. Untuk jelasnya proses produksi Aloe vera liquid dapat


(49)

Sortasi

Pencucian dalam aquades

Penghancuran dalam blender

Perendaman dan pencucian dalam aquades

Pengupasan dan Pengambilan gel

Proses Fermentasi

Penyaringan

Aloe vera liquid

Pasteurisasi 70-80 C, 3-5 menit

Pengemasan dan Pelabelan

Aloe vera juice

Enzim + Penstabil LIDAH BUAYA

(Aloe vera)

Gambar 14. Diagram alir produksi Aloe vera liquid

Dari hasil penelitian ”Evaluasi Cara Produksi Yang Baik (GMP) dan penyusunan sistem standar operasional prosedur (SSOP) industri lidah buaya di PT Libe Bumi Abadi, dapat dinyatakan bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan GMP dalam kegiatan produksinya dengan hasil Baik sesuai standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM (Lisyanti, 2007)

d. Kapasitas produksi dan mutu produk

Kapasitas produksi per bulan adalah 288.000 liter/tahun. Untuk menjaga mutu produk secara rutin diadakan pengujian pada Balai Besar Industri Agro dan membuat standard operating procedur (SOP) seluruh proses pengolahan, mulai pemilihan bahan baku hingga pengontrolan mutu hasil produksi. Untuk menyesuaikan dengan kemampuan sumber-sumber dana (modal sendiri : modal perbankan = 30 % : 70 %), maka kapasitas yang diusahakan untuk diproduksi hanya mencapai 72.000 liter/tahun (25 % dari kapasitas terpasang)


(50)

4.2.2. Aspek Pemasaran

Kajian aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, persaingan, harga dan proyeksi permintaan pasar.

a. Permintaan

Mengingat manfaat dan khasiatnya yang cukup banyak, permintaan minuman olahan aloe vera telah menciptakan peluang pasar sangat luas, baik untuk dipasarkan dalam negeri maupun luar negeri. Namun demikian, karena keterlambatan pemerintah menyadari nilai ekonomi yang ada pada produk-produk berasal dari lidah buaya ini, maka sangat sulit untuk mendapatkan dokumen resmi tentang besarnya permintaan atas minuman lidah buaya.

Dalam hal ini ada kecenderungan beberapa perusahaan besar semakin tertarik untuk berinvestasi dalam pengolahan lidah buaya, terutama dalam bentuk juice murni dan powder seperti di kota Pontianak. Trend pasar global menunjukkan bahwa pasar produk herbal yang salah satunya Aloe vera memperlihatkan peningkatan yang nyata. Negara Jepang sebagai salah satu pengguna lidah buaya membutuhkan 300 ton/bulan dan Hongkong mengimpor 120 ton/bulan sedangkan negara Amerika Serikat kebutuhannya mencapai 100 ton per tahun (Taryono dan Ruhnayat, 2002).

Aloe vera semakin populer dan banyak dipergunakan sebagai makanan dan minuman kesehatan, masker, hand body, shampoo, vaseline, hairtonic dan lain-lain. Meningkatnya permintaan akan jus lidah buaya didorong makin populernya minuman siap saji yang kepraktisannya banyak dirasakan oleh konsumen. Berdasarkan Laporan Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak dalam Margaretta (2006) menunjukkan bahwa data perkembangan ekspor lidah buaya bulan September 2000-Januari 2004 memperlihatkan potensi ekspor yang prospektif (Tabel 7).

Tabel 7. Data perkembangan ekspor Lidah Buaya pada periode September 2000 Januari 2004)

No Negara Tujuan Sep-Des 2000 Jan-Des 2001 Jan-Des 2002 Jan-Des 2003 Jan-Des 2004 Jumlah (ton) 1 Malaysia 52,5 206,6 630,1 - - 889,2 2 Hongkong 21,0 92,6 270,0 - 681,8 1.065,4 3 Singapura - 206,5 705,6 598,2 - 1.510,3 4 ViaJakarta - - - 196,9 616,4 813,3 Jumlah 73,5 505,7 1.605,7 795,1 1.298,2 4.278,2 Sumber : Margaretta, 2006.


(1)

63

Lanjutan Lampiran 1

III. Pemberian

Rating

pada unsur eksternal dan internal

(Oleh Direktur PT. Libe Bumi Abadi)

Petunjuk Pengisian :

1.

Pertanyaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan diantara unsur

yang ada pada faktor eksternal dan internal yang telah diketahui melalui

peroleh kuesioner.

2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberikan nilai oleh responden

berdasarkan tingkat respon dari perusahaan terhadap faktor ekstenal dan

tingkat kekuatan dan kelemahan perusahaan pada faktor internal.

3.

Rating

penilaian terhadap setiap unsur mulai dari 1-4.

4. Untuk

pemberian

rating

faktor eksternal sebagai berikut :

Nilai

rating

Definisi Nilai

1

Respon yang sangat superior dari perusahaan

2

Respon di atas rataan dari perusahaan

3

Respon rataan dari perusahaan

4

Respon di bawah dari perusahaan

5. Untuk

pemberian

rating

faktor internal sebagai berikut :

Nilai

rating

Definisi Nilai

1

Kelemahan besar dari perusahaan

2

Kelemahan kecil dari perusahaan

3

Kekuatan kecil dari perusahaan


(2)

64

Lanjutan Lampiran 1

6.

Pemberian

rating

tersebut dapat dituliskan di kolom (b) pada matriks

berikut :

Faktor Internal

Bobot

(a)

Rating

(b)

Skor Bobot

(a) x (b)

A

B

C D E

F

G H I J K L

Faktor Eksternal

Bobot

(a)

Rating

(b)

Skor Bobot

(a) x (b)

A B C D E F G H I J


(3)

Lanjutan Lampiran 3.

a. Perhitungan rugi/laba selama 5 tahun dengan asumsi kenaikan harga bahan baku naik 5 %

No.

1 2 3 4 5

1 Penjualan 2.772.000.000 2.772.000.000 2.772.000.000 2.772.000.000 2.772.000.000

2 Biaya produksi 2.057.400.000 2.057.400.000 2.057.400.000 2.057.400.000 2.057.400.000

3 Laba operasional kotor (1-2) 714.600.000 714.600.000 714.600.000 714.600.000 714.600.000

4 Penyusutan 137.550.000 137.550.000 137.550.000 137.550.000 137.550.000

5 Laba sebelum bunga dan pajak (3-4) 577.050.000 577.050.000 577.050.000 577.050.000 577.050.000

6 Bunga kredit 319.386.857 239.050.286 144.997.714 50.945.143

7 Laba sebelum pajak (5-6) 257.663.143 337.999.714 432.052.286 526.104.857 577.050.000

8 Pajak 10% x (1) 277.200.000 277.200.000 277.200.000 277.200.000 277.200.000

9 Laba setelah pajak (7-8) (19.536.857) 60.799.714 154.852.286 248.904.857 299.850.000 10 Proceeds(9+4) 118.013.143 198.349.714 292.402.286 386.454.857 437.400.000


(4)

Lampiran 4. Aliran kas

No.

1 2 3 4 5

Saldo awal A. Penerimaan Kas

1 Penjualan 2.772.000.000 2.772.000.000 2.772.000.000 2.772.000.000 2.772.000.000 2 Dana Sendiri (investasi) 687.750.000

3 Kredit modal kerja 1.997.400.000

Jumlah A 5.457.150.000 2.772.000.000 2.772.000.000 2.772.000.000 2.772.000.000 B. Kas Keluar

1 Investasi aktiva tetap 687.750.000 2 Investasi modal kerja

3 Biaya produksi dan operasional 1.997.400.000 1.997.400.000 1.997.400.000 1.997.400.000 1.997.400.000 5 Pembayaran kredit modal kerja 285.342.857 570.685.714 570.685.714 570.685.714

6 Pembayaran provisi kredit (10%X3B) 199.740.000

7 Pembayaran bunga kredit modal kerja 310.072.571 232.078.857 140.769.143 49.459.429

9 Pajak (10%X1A) 277.200.000 277.200.000 277.200.000 277.200.000 277.200.000

Jumlah B 3.757.505.429 3.077.364.571 2.986.054.857 2.894.745.143 2.274.600.000

C. Kelebihan /kekurangan Kas (A-B) 1.699.644.571 (305.364.571) (214.054.857) (122.745.143) 497.400.000

Saldo Kas Akhir 1.699.644.571 1.394.280.000 1.180.225.143 1.057.480.000 1.554.880.000


(5)

Lanjutan Lampiran 5

b. Jadwal Angsuran Kredit Operasional Rp. 1.997.400.000.- (Harga Jual turun 5%) Periode Saldo Awal Angsuran Pokok

Bunga Kredit

(16%) Total Angsuran Saldo Akhir Tahun1

Bulan 1 1.997.400.000 26.632.000 26.632.000 1.997.400.000 2 26.632.000 26.632.000 1.997.400.000 3 26.632.000 26.632.000 1.997.400.000 4 26.632.000 26.632.000 1.997.400.000 5 26.632.000 26.632.000 1.997.400.000 6 26.632.000 26.632.000 1.997.400.000 7 47.557.143 26.632.000 74.189.143 1.949.842.857 8 47.557.143 25.997.905 73.555.048 1.902.285.714 9 47.557.143 25.363.810 72.920.952 1.854.728.571 10 47.557.143 24.729.714 72.286.857 1.807.171.429 11 47.557.143 24.095.619 71.652.762 1.759.614.286 12 47.557.143 23.461.524 71.018.667 1.712.057.143

Total 285.342.857 310.072.571 595.415.429

Tahun 2

Bulan13 47.557.143 22.827.429 70.384.571 1.664.500.000 14 47.557.143 22.193.333 69.750.476 1.616.942.857 15 47.557.143 21.559.238 69.116.381 1.569.385.714 16 47.557.143 20.925.143 68.482.286 1.521.828.571 17 47.557.143 20.291.048 67.848.190 1.474.271.429 18 47.557.143 19.656.952 67.214.095 1.426.714.286 19 47.557.143 19.022.857 66.580.000 1.379.157.143 20 47.557.143 18.388.762 65.945.905 1.331.600.000 21 47.557.143 17.754.667 65.311.810 1.284.042.857 22 47.557.143 17.120.571 64.677.714 1.236.485.714 23 47.557.143 16.486.476 64.043.619 1.188.928.571 24 47.557.143 15.852.381 63.409.524 1.141.371.429

Total 570.685.714 232.078.857 802.764.571

Tahun 3

Bulan 25 47.557.143 15.218.286 62.775.429 1.093.814.286 26 47.557.143 14.584.190 62.141.333 1.046.257.143 27 47.557.143 13.950.095 61.507.238 998.700.000 28 47.557.143 13.316.000 60.873.143 951.142.857 29 47.557.143 12.681.905 60.239.048 903.585.714 30 47.557.143 12.047.810 59.604.952 856.028.571 31 47.557.143 11.413.714 58.970.857 808.471.429 32 47.557.143 10.779.619 58.336.762 760.914.286 33 47.557.143 10.145.524 57.702.667 713.357.143 34 47.557.143 9.511.429 57.068.571 665.800.000 35 47.557.143 8.877.333 56.434.476 618.242.857 36 47.557.143 8.243.238 55.800.381 570.685.714

Total 570.685.714 140.769.143 711.454.857

Tahun 4

Bulan 37 47.557.143 7.609.143 55.166.286 523.128.571 38 47.557.143 6.975.048 54.532.190 475.571.429 39 47.557.143 6.340.952 53.898.095 428.014.286 40 47.557.143 5.706.857 53.264.000 380.457.143 41 47.557.143 5.072.762 52.629.905 332.900.000 42 47.557.143 4.438.667 51.995.810 285.342.857 43 47.557.143 3.804.571 51.361.714 237.785.714 44 47.557.143 3.170.476 50.727.619 190.228.571 45 47.557.143 2.536.381 50.093.524 142.671.429 46 47.557.143 1.902.286 49.459.429 95.114.286 47 47.557.143 1.268.190 48.825.333 47.557.143 48 47.557.143 634.095 48.191.238 (0)


(6)

Lampiran

 

11.

  

Hasil

 

penentuan

 

prioritas

 

dan

  

rating

  

faktor

 

internal

 

dan

 

eksternal

 

yang

 

diperbandingkan

a.

 

RESPONDEN

 

1

Faktor Internal

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

Total

Skor

A

Usaha dijalankan langsung dan dipantau oleh 

pemilik usaha 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2

24

       

0,096

B Teknologi proses cukup handal 1 3 2 2

2

3

1

3

2

3

2

24

       

0,096

C

Produk mempunyai spesifikasi standar 

internasional dan berkualitas Tinggi 2 2 2 3

3

2

1

2

2

3

2

24

       

0,096

D Tenaga Kerja Cukup trampil 2 2 2 2

2

2

2

2

2

2

2

22

       

0,088

E

Adanya hubungan baik dengan pemasok bahan 

baku 2 2 2 2

1

3

1

2

2

3

2

22

       

0,088

F Jaringan pemasaran yang sederhana 1 1 1 1 1

3

1

2

2

2

2

17

       

0,068

G

Kekurangan permodalan untuk pengembangan 

usaha 2 2 2 3 2

2

3

3

3

2

2

26

       

0,104

H Lokasi pengolahan kurang strategis 1 1 1 1 1

1

1

1

1

1

1

11

       

0,044

I

Sistem manajemen organisasi belum 

mendukung 2 2 2 2 2

2

1

3

2

2

2

22

       

0,088

J Sarana dan prasarana usaha masih kurang 1 1 1 2 2

2

2

1

2

1

1

16

       

0,064

K Strategi pemasaran belum optimal 2 2 2 3 2

1

1

3

2

2

2

22

     

0,088

L

Kapasitas produksi belum mencapai kapasitas 

terpasang 2 1 1 2 2

1

1

3

3

2

1

19

       

0,076