Integral dan Fungsi Eliptik

41 42 43 44 45 46 2 2 sech tanh u t t t β κ κ κ σ β β ⎡ ⎤ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ = − − − − ⎢ ⎥ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎢ ⎥ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎣ ⎦ 39 1 2 sech u t u t t κ κ σ β ⎛ ⎞ = = − ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ titik kritis 36a merupakan sebuah titik Center, sedangkan untuk titik kritis 36b merupakan titik Sadel. 40 Berdasarkan persamaan 35 diketahui bahwa: dengan menggunakan aplikasi Mapple, dapat diperlihatkan bahwa untuk rentang t −∞ ∞ maka diperoleh dalam gambar 19, pola trayektori dari persamaan 39 yang dikombinasikan dengan: secara implisit dalam bidang 1 2 , u t u t 1 u . Terlihat bahwa kombinasi tersebut cocok dengan trayektori dari hamiltonian dengan pada bagian kurva tertutup bagian kanan. Kurva tertutup bagian kiri dari gambar 19 terkait dengan solusi , dimana berdasarkan transformasi ini persamaan 35 merupakan persamaan yang invarian. H = 1 u → − Gambar 19 Pola aliran Trayektori persamaan 39 yang dikombinasikan dengan persamaan 40 Namun, jika kembali mengacu pada persamaan 34 dapat dengan mudah dilihat bahwa agar persamaan tersebut terkait dengan suseptibilitas orde tiga dimana σ maka kondisi yang harus dipenuhi adalah ketika β dan agar fungsi u merupakan fungsi riil. Kondisi perambatan dengan nilai κ β secara teoritis terkait dengan sebuah keadaan dispersi anomali.

5. Integral dan Fungsi Eliptik

Untuk memahami permasalahan ini, berikut akan ditunjukan sebuah bentuk integral yang sering dijumpai dalam permasalahan Fisika seperti pada kasus bandul sederhana yaitu: 2 2 , 1 sin d F k k ϕ ϕ ϕ = − ∫ ϕ integral pada persamaan 41 dinamakan sebagai integral eliptik jenis pertama dan: 2 2 , 1 sin E k k d ϕ ϕ ϕ ϕ = − ∫ 1 k dikenal sebagai integral eliptik jenis kedua. Dimana nilai k berada pada rentang nilai ≤ ≤ . Nilai k pada persamaan tersebut merupakan sebuah modulus dan ϕ merupakan sebuah amplitudo dari integral eliptik pada persamaan 41 dan 42. Integral eliptik dinamakan sebagai integral eliptik lengkap jika amplitudo pada persamaan bernilai π ϕ = 2 . Integral pada persamaan 41 dan 42 merupakan integral eliptik versi Legendre. Melalui transformasi: sin x ϕ = dengan nilai 2 1 dx d ϕ = x − , sehingga diperoleh bentuk lain sebagai berikut yaitu[8,9,13]: 2 2 2 , 1 1 x dx F x k x k x = − − ∫ 2 2 2 1 , 1 x k x E x k dx x − = − ∫ yang dinamakan integral eliptik versi Jacobi. Bentuk integral eliptik baik dalam versi Legendre maupun Jacobi tidak dapat secara umum dievaluasi secara analitik. Nilai- nilainya untuk amplitudo tertentu disediakan dalam bentuk tabel yang diperoleh secara numerik. Tinjau bentuk integral eliptik Jacobi 43. Jika diambil k = maka dapat dengan mudah diperoleh: 1 2 sin 1 x dx u x x − = = − ∫ dimana , 0 u F x ≡ sin u x , jika dilakukan inversi terhadap persamaan 45 maka diperoleh hasil = . Dengan memperluas cara pandang untuk kasus k ≠ dan dengan mendefinisikan secara umum nilai , x k ≡ u F , maka serupa dengan persamaan 45 dapat dituliskan bentuk bagi sembarang integral eliptik terkait: 1 2 2 2 sn 1 1 x dx u x x k x − = = − − ∫ sn u x dan serupa pula dengan persamaan 45, invers dari persamaan 46 adalah sin ϕ . Dimana secara lebih khusus = = 47 48 49 50 51 52 53 fungsi dikenal dalam matematik sebagai fungsi eliptik Jacobi[8,9,13]. sn u Mirip dengan fungsi trigonometrik, dapat pula didefinisikan fungsi eliptik Jacobi cn melalui hubungan: u 54 2 cn 1 sn cos u u ϕ = − = kemudian tinjau kembali integral eliptik versi Legendre pada persamaan 41, jelas terlihat: 2 2 1 1 sin du d k ϕ ϕ = − dan berdasarkan hubungan 48 dapat pula didefinisikan fungsi melalui perumusan berikut ini yaitu: dn u 2 2 dn 1 sn d u k u du ϕ = = − dengan demikian, jelas bahwa fungsi fungsi tersebut memenuhi hubungan: 2 2 cn sn 1 u u + = 2 2 2 dn sn 1 u k u + = kemudian, untuk mengetahui turunan pertama bagi masing-masing fungsi terhadap variabel , maka diperoleh hasil sebagai berikut: u sn sin d u d du du ϕ = = cos cn dn d u u du ϕ ϕ = cn cos d u d du du ϕ = = sin sn dn d u u du ϕ ϕ − = − 2 dn 1 sin d u d k du du ϕ = − = 2 2 2 sin cos sn cn 1 sin k d k u u du k ϕ ϕ ϕ ϕ − = − − METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Penelitian