Analisis Sistem Dinamik Solusi Satu

29 30 31 32 33 34 35a 35b 36a 36b 37a 37b 2 4 1 1 1 2 4 2 H u u 2 2 u κ σ β = − + + 38 1 1 cos ln sin sin 2 ψ ψ ψ κ σ ⎛ ⎞ − = ⎜ ⎟ − ⎝ ⎠ 2 1 1 1 2 ln 2 2 u u σ κ κ σ κ σ ⎡ ⎤ ⎛ ⎞ − − ⎢ ⎥ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ − ⎢ ⎥ ⎝ ⎠ ⎣ ⎦ ⎢ ⎥ ⎝ ⎠ ⎣ ⎦ sedangkan integral ruas kanan persamaan 26 didapatkan: sedangkan integral ruas kanan persamaan 26 didapatkan: 2 2 dt t β σ β = ∫ σ dengan demikian persamaan yang harus dipecahkan adalah: 2 1 1 2 ln 2 u t u σ κ κ σ κ β ⎡ ⎤ ⎛ ⎞ − − ⎢ ⎥ = − ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎢ ⎥ ⎝ ⎠ ⎣ ⎦ sehingga nantinya nilai u menjadi: 2 2 exp 1 exp 2 t u t t κ σ κ β κ β − = + − dan nantinya bentuk persamaan 32 dapat diubah menjadi bentuk fungsi trigonometri berikut: 2 sech u t t κ σ κ β = − sehingga akhirnya solusi dari persamaan NLS dalam bentuk persamaan 20 yang diinginkan dapat dituliskan sebagai berikut: , 2 sech i z E z t t e κ κ σ κ β = − dengan bentuk profilnya diberikan pada gambar 17. Jelas bahwa solusi yang diperoleh merupakan solusi yang terlokalisasi dengan ekor-ekor menuju nol. Dalam fisika, solusi ini dinamakan sebagai soliton. Gambar 17 Profil solusi persamaan 34

4. Analisis Sistem Dinamik Solusi Satu

Soliton Nonlinier Schroedinger NLS Untuk melihat makna dari solusi soliton NLS persamaan 34 dalam bahasa dinamika sistem maka tinjau kembali persamaan 21 dalam bentuk PDB orde satu dengan memisalkan u dan u didapatkan: 1 u = 2 u = 2 1 u u β = 3 2 1 1 u u u κ σ = − + 1 2 0, u u jelas terlihat bahwa titik-titik kritis untuk sistem persamaan 35 adalah: = = 1 2 , u u κ σ = ± = dan harga eigen yang terkait dengan masing- masing titik kritis diberikan oleh penyelesaian dari konstruksi matriks Jacobian, dan hasil yang didapat: 1 κ λ = β ± − 2 2 κ λ = ± β untuk kasus β dan dapat dengan mudah disimpulkan bahwa titik kritis 36a merupakan sebuah titik Sadel, sedangkan titik kritis 36b merupakan titik Center. Sebelum meninjau bentuk trayektori solusi berdasarkan proses linierisasi, perlu disadari bahwa sistem persamaan 35 membentuk suatu sistem Hamiltonian dengan fungsi Hamiltonian terkait diberikan oleh: κ 1 2 u H u dimana persamaan 35 memenuhi persamaan kanonik = ∂ ∂ 2 1 u H u = −∂ ∂ dan . Mengingat pada titik 0, 0 H merupakan titik Sadel, maka nilai Hamiltonian untuk trayektori yang terkait dengan titik tersebut adalah = . Dengan demikian, sambil memeperhatikan kenyataan bahwa terdapat dua buah titik Center dan sebuah titik Sadel di titik asal, maka bentuk trayektori yang dimaksud adalah Seperti yang diilustrasikan pada gambar 18 berikut. Gambar 18 Pola Trayektori untuk kasus dan κ β = dan sesuai pula dengan persamaan 38 untuk kasus H kemudian untuk kasus β κ dan dapat dengan mudah pula diketahui bahwa untuk 41 42 43 44 45 46 2 2 sech tanh u t t t β κ κ κ σ β β ⎡ ⎤ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ = − − − − ⎢ ⎥ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎢ ⎥ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎣ ⎦ 39 1 2 sech u t u t t κ κ σ β ⎛ ⎞ = = − ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎝ ⎠ titik kritis 36a merupakan sebuah titik Center, sedangkan untuk titik kritis 36b merupakan titik Sadel. 40 Berdasarkan persamaan 35 diketahui bahwa: dengan menggunakan aplikasi Mapple, dapat diperlihatkan bahwa untuk rentang t −∞ ∞ maka diperoleh dalam gambar 19, pola trayektori dari persamaan 39 yang dikombinasikan dengan: secara implisit dalam bidang 1 2 , u t u t 1 u . Terlihat bahwa kombinasi tersebut cocok dengan trayektori dari hamiltonian dengan pada bagian kurva tertutup bagian kanan. Kurva tertutup bagian kiri dari gambar 19 terkait dengan solusi , dimana berdasarkan transformasi ini persamaan 35 merupakan persamaan yang invarian. H = 1 u → − Gambar 19 Pola aliran Trayektori persamaan 39 yang dikombinasikan dengan persamaan 40 Namun, jika kembali mengacu pada persamaan 34 dapat dengan mudah dilihat bahwa agar persamaan tersebut terkait dengan suseptibilitas orde tiga dimana σ maka kondisi yang harus dipenuhi adalah ketika β dan agar fungsi u merupakan fungsi riil. Kondisi perambatan dengan nilai κ β secara teoritis terkait dengan sebuah keadaan dispersi anomali.

5. Integral dan Fungsi Eliptik