Efisiensi Pemakaian Energi Energi Pemanasan Proses Pasteurisasi

30 T rata – rata medium = 84.2 C T rata – rata awal To = 79.4 C Tabel 4 T rata – rata akhir Ta = 62.6 C Tabel 4 q = mCp Ta – To = 0.1953.306979.4 – 62.6 = 10.8 KJ Qtotal = q x kapasitas produksisiklus = 10.82 x 24240 cupjam = 262254.4 KJ = 262.3 MJ c. Efisiensi Pemanasan Cp air = a + a 1 T + a 2 T 2 Maroulis, 2003 = 9.97 x 10 2 + -1.35 x 10 -3 x 84.32 + 1.38 x 10 -5 x 84.32 2 = 3.2 KJKgK Efisiensi Pemanasan = Qtotal Qair = Berat produkjam x Cp produk x ΔT Berat airjam x Cp air x Tawal – Takhir = 262254.4 56906.4 x 3.2 x 86 – 84.2 = 86.5

d. Efisiensi Pemakaian Energi

Efisiensi Pemakaian Energi = Qtotal Qsteam = 262254.4 S x h awal – h akhir = 262254.4 324256 = 80.8 31 Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan I Gambar 14. Sensor termokopel dipasang di tiga titik di bak pasteurisasi kemudian satu sensor termokopel dipasang di produk mengikuti ketiga titik di bak pasteurisasi. Karena pasteurisasi terjadi pada suhu 86 C sehingga baik untuk produk koko dan jelly sama – sama berbentuk cair. Jadi data yang diambil hanya untuk produk jelly, karena diasumsikan pindah panas selama proses pasteurisasi untuk kedua produk dianggap sama. Gambar 18. Pola Sebaran Suhu Produk Jelly di Bak Pasteurisasi Dari pengukuran didapat suhu rata-rata produk masuk ke bak pasteurisasi sebesar 62.6 C dan suhu rata-rata produk keluar dari bak pasteurisasi sebesar 79.4 C dengan suhu rata – rata air di dalam bak sebesar 84.2 C. Suhu terendah produk masuk ke bak pasteurisasi sebesar 61.4 C pada titik 1 dan suhu tertinggi produk masuk ke bak pasteurisasi sebesar 64.7 C pada titik 3. Sedangkan suhu terendah produk keluar dari bak pasteurisasi sebesar 76.8 C pada titik 1 dan suhu tertinggi produk keluar dari bak pasteurisasi sebesar 81.8 C pada titik 3. Sehingga dari pengukuran, produk masuk dengan suhu terendah akan menjadi produk dengan suhu terendah ketika keluar dari bak pasteurisasi. Adanya perbedaan suhu produk keluar dapat disebabkan perbedaan suhu produk masuk. Atau mungkin terjadi karena produk yang jumlahnya tidak selalu tetap ketika 32 masuk ke bak sehingga perpindahan panasnya pun tidak tetap. Penyebab lainnya mungkin posisi produk lain yang berada di dekat produk yang diambil titik pengukurannya. Semakin banyak produk yang berada di dekat produk yang diambil sebagai data pengukuran maka panas yang seharusnya diterima produk yang diambil sebagai pengukuran jadi diterima oleh produk yang berada di sebelahnya. Dari pengukuran juga didapat rata-rata peningkatan suhu selama di dalam bak pasteurisasi produk masuk hingga keluar dari bak sebesar 16.8 C. Dengan peningkatan suhu terkecil sebesar 14.6 C pada titik 1 dan peningkatan suhu terbesar sebesar 18.1 C pada titik 2. Bervariasinya peningkatan suhu ini juga dikarenakan jumlah produk di dalam bak pasteurisasi dalam satu siklusbatch yang tidak tetap. Setelah dilakukan pengkuran produk selanjutnya dilakukan perhitungan pindah panas dan konsumsi energi yang terjadi selama proses pasteurisasi. Dari perhitungan didapat rata-rata konsumsi energi per titik yang dibutuhkan dari mulai produk masuk ke bak pasteurisasi sampai keluar bak sebesar 10.8 KJ. Selanjutnya dilakukan perhitungan konsumsi energi per siklus pasteurisasi. Dari perhitungan didapat kapasitas produksi bak pasteurisasi per siklus sebesar 2464 cup. Sehingga didapat konsumsi energi per siklus pasteurisasi sebesar 262.3 MJ untuk 2464 cup produk. Dari perhitungan efisiensi pemanasan didapat efisiensi sebesar 86.5. Adapun kehilangan panas kemungkinan terjadi karena panas lepas ke udara luar sehingga tidak dimanfaatkan untuk menaikkan suhu produk. Sedangkan untuk perhitungan efisiensi pemakaian energi didapat efisiensi sebesar 80.8, ini artinya bahwa pemakaian energi yang digunakan untuk proses pasteurisasi masih baik.

e. Optimasi Lama Waktu Proses Pasteurisasi