Studi Pengelolaan Pemupukan Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Bukit Pinang Estate, Pt Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan

STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN
TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)
DI BUKIT PINANG ESTATE,
PT BINA SAINS CEMERLANG,
MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN

ANTON SUWAIFI
A.24050195

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN
TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN BUKIT PINANG ESTATE, PT BINA SAINS CEMERLANG
MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN
Anton Suwaifi1, Surjono Hadi Sutjahjo2, dan Hariyadi3
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB

2
Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB
3
Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB
1

Abstract
The objective of this internship is to increase technical and managerial skill.
The internship has done from January12th until June 12th in Bukit Pinang Estate
(BPE) Palm Oil Plantation, PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, South
Sumatera.The methods of this internship are direct and indirect methods. Direct
method was conducted by work practice as a field worker and foreman assistant,
while the indirect methods was conducted by collecting information from estate
archives and literature review. Fertilization applied to keep the amount of soil
nutrient in order to ensure plant nutrient fufillment. On yielding crops, fertilization
becomes a vital importance because it counts up to 60% of maintenance cost.
Therefore it is urgently a correct management of fertilization to optimum efficiency
and effectiveness. Condition of rainfall and oblique land topography results
fertilization in Bukit Pinang Estate hardly influenced by run off. Fertilization in Bukit
Pinang Estate is done by applying concept (4T) that is type precise, dose precise,

time precise, and way precise of fertilization. Monitoring done to control quality of
fertilizer application in the field . Based on result of observation of quality of
fertilization seen 5.2% oil palm which is not fertilized by dredger and 94.8% is
fertilized, 41.8% fertilizer is sowed with number of propers while 29.1% too a few,
and 29.5% too excessive, 80.2% fertilizer have been disperse in frond, 0.8% in
saucer, 5.1% in gate, 3.8% in frond and gate, and 10.1% in frond and saucer. Result
of observation of condition of saucer and gate seen 64.4% saucer in condition of
dirty, 35.6% clean saucer and 40.4% gate in condition of dirty and 59.6% in
condition of clean. Improvement of fertilizer efficiency in BPE is done with making of
siel pits, road siel pits, compiles frond " U" Shape, and the application of organic
material (JKS).
Keyword : Management, Fertilization, Oil Palm

RINGKASAN

ANTON SUWAIFI. Studi Pengelolaan Pemupukan Tanaman Menghasilkan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Bukit Pinang Estate, PT Bina Sains
Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan. ( Dibimbing oleh SURJONO H.
SUTJAHJO dan HARIYADI).


Studi ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis lapang
penulis

khususnya

mengenai

pengelolaan

pemupukan

dan

mempelajari

permasalahan pengelolaan pemupukan serta usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman menghasilkan kelapa sawit di Bukit
Pinang Estate, PT Bina Sais Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan pada
bulan Februari-Juni 2009.
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode langsung dan

metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data
primer dengan bekerja aktif di lapangan secara langsung sesuai dengan jenjang
jabatan yang ada di kebun dan wawancara kepada para pekerja lepas dan staf
kebun. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data-data
sekunder berupa arsip kebun, laporan harian, laporan bulanan, dan tahunan.
Pada aspek khusus pemupukan diamati teknik pemupukan yang
dilaksanakan, jenis

pupuk yang dipakai, waktu dan frekuensi, rekomendasi

pemupukan, organisasi, pergudangan, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan. Selain itu, diamati pula kualitas pemupukan
yang dilaksanakan dengan didampingi oleh asisten kebun. Pengamatan dilakukan
pada 50 pokok kelapa sawit sebanyak lima ulangan dengan metode sampling
secara acak (Simple Random Sampling).
Berdasarkan hasil studi diketahui bahwa di Bukit Pinang Estate digunakan
dua jenis pupuk yaitu, pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik yang
digunakan berupa pupuk tunggal diantaranya Urea (CO(NH2)2), RP (Ca(PO4) 2),
Kalium (KCl), Magnesium (Kieserit atau MgSO4.H2O dan Dolomit atau
CaMg(CO3)2), serta Boron (B2O3), sedangkan pupuk organik yang digunakan

berupa janjang kosong kelapa sawit (JKS). Ketepatan dosis pupuk tercapai pada

tiap blok, tetapi tidak tercapai tepat dosis pada tiap pokok. Kegiatan pemupukan
dilakukan dua kali dalam setahun di awal musim hujan dan biasanya pada pagi
hari. Pupuk ditebar di tumpukan pelepah di gawangan mati.
Pengamatan terhadap kualitas pemupupukan menunjukkan 5.2% pokok
pengamatan yang tidak dipupuk dan 94.8% pokok pengamatan dipupuk. Pada
41.6% pokok pupuk yang ditebar terlihat wajar, 29.4% pupuk terlihat banyak, dan
29.0% pupuk terlihat sedikit. Pada lokasi penebaran terlihat 5.1% pupuk ditebar di
gawangan, 0.8% ditebar di piringan, 3.8% ditebar di pelepah dan gawangan,
10.1% pupuk ditebar pada pelepah dan piringan, serta 80.2% pupuk telah ditebar
tepat di pelepah. Selain itu, diamati pula kondisi piringan dan gawangan yang
menunjukkan bahwa bahwa 64.4% piringan pada pokok pengamatan dalam
kondisi kotor dan 35.6% piringan terlihat bersih, serta 59.6% kondisi gawangan
bersih dan 40.4% kondisi gawangan kotor.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan di
Bukit Pinang Estate dilakukan dengan beberapa cara yaitu, dengan menyusun
tumpukan pelepah di gawangan mati membentuk huruf “U” mengelilingi pokok
untuk mengurangi aliran permukaan, membuat shield pits sebagai penangkap air
aliran permukaan, dan aplikasi bahan organik untuk memperbaiki struktur, sifat

fisik dan kimia tanah.
Berdasarkan studi ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi konsep 4T belum
terlaksana dengan baik dan kualitas aplikasi pupuk masih harus ditingkatkan.

STUDI PENGELOLAAN PEMUPUKAN
TANAMAN MENGHASILKAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.)
DI BUKIT PINANG ESTATE,
PT BINA SAINS CEMERLANG,
MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ANTON SUWAIFI
A.24040195

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

:

STUDI

PENGELOLAAN

PEMUPUKAN

TANAMAN

MENGHASILKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI BUKIT PINANG ESTATE, PT BINA SAINS CEMERLANG,
MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN
Nama


:

ANTON SUWAIFI

NRP

:

A.24050195

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS

Dr. Ir. Hariyadi, MS


NIP. 196002041958501003

NIP.

196110081986011001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr.
NIP 196111 198703 1 003

Tanggal Lulus : ............................................

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manna, Provinsi Bengkulu pada tanggal 2 Agustus
1986. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara anak dari Bapak

Jawalludin dan Ibu Yurimah.
Tahun 1999 penulis lulus dari SDN 41 Kotamadya Bengkulu, kemudian
pada tahun 2002 menyelesaikan studi di SMPN 4 Kotamadya Bengkulu.
Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 2 Kotamadya Bengkulu pada tahun 2005.
Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui ujian nasional. Selanjutnya penulis
diterima di sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
pada tahun 2006.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi
kemahasiswaan. Tahun 2006/2007 sebagai Ketua Komisi Pengawas BEM DPM
Fakultas Pertanian, dan Ketua Bidang Olahraga dan Seni Organisasi Mahasiswa
Daerah Bengkulu sekaligus sebagai salah satu pendirinya, tahun 2007/2008
sebagai Ketua Asrama Mahasiswa Sylvalestari IPB sekaligus sebagai Ketua
Komisi Eksternal DPM Fakultas Pertanian. Tahun 2008/2009 penulis sebagai
Ketua Kineklub Sylvalestari IPB dan sebagai Ketua Komisi Internal DPM KM
IPB.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal magang ini.
Shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

umat manusia kepada ilmu dan kebaikan.
Studi

yang

berjudul

“Studi

Pengelolaan

Pemupukan

Tanaman

Menghasilkan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bukit Pinang Estate,
PT Bina Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan” ini merupakan salah
satu syarat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan program studi stara satu di
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Studi ini dilaksanakan melalui kegiatan magang yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi aktual kebun dan pengambilan data baik primer maupun
sekunnder. Selain itu, magang juga memberikan pengalaman kerja, kemampuan
manajemen, teknis, dan analisis mahasiswa di kebun sehingga diharapkan
mahasiswa akan lebih siap untuk terjun ke dunia kerja yang sesuai dengan
bidangnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak
membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS dan Dr. Ir.
Hariyadi, MS sebagai dosen pembimbing skripsi serta para dosen mata kuliah
Teknik Penulisan Ilmiah yang telah dengan sabar membimbing penulis.

Bogor, Januari 2011
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRAN

v

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Morfologi Kelapa Sawit
Ekologi Kelapa Sawit
Pembibitan
Pengelolaan Tajuk Tanaman Menghasilkan
Perlindungan Tanaman
Produksi dan Panen
Distribusi dan Pengangkutan
Pemupukan
Konservasi Air dan Tanah Lahan Miring

3
3
4
5
6
6
7
8
9
10
12

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan
Pengolahan Data

14
14
14
15
15

KEADAAN UMUM
Letak Geografis atau Wilayah Administratif
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

16
16
17
19
20
21

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Thining Out (TO)
Pengelolaan Tajuk
Sensus Ulat Api
Penanaman Beneficial Plant
Konservasi Air dan Tanah
Persiapan Pemupukan
Pelaksanaan Aplikasi Pupuk
Teknik Pemupukan
Organisasi Pemupukan

23
23
23
29
30
31
32
33
33
38
40
40

Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Pemupukan
Aplikasi Janjang Kosong Kelapa Sawit
Perawatan Jalan
Pemasangan Gorong-gorong
Tunas Pasar
Panen
Kegiatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Aspek Manajerial
Penendamping Mandor
Krani Buah
Mandor Panen
Mandor Perawatan
Mandor Pupuk
Mandor Rawat Jalan
Mandor I
Pendamping Asisten

41
41
42
44
45
45
55
57
57
57
58
58
59
60
60
61

PEMBAHASAN
Konsep Pemupukan 4T
Jenis Pupuk
Dosis Pupuk
Waktu dan Frekuensi Pemupukan
Cara Pemupukan
Kualitas Pemupukan dan Kondisi Lahan
Upaya Peningkatan Efisiensi Pupuk

62
62
62
64
66
67
68
72

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

73
73
73

DAFTAR PUSTAKA

74

LAMPIRAN

75

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Tipe Iklim Bukit Pinang Estate Menurut Klasifikasi Schmidt
Ferguson ...............................................................................................

18

2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan di Bukit Pinang Estate....................

19

3. Populasi Kelapa Sawit Per Tahun Tanam di Bukit Pinang Estate ......

20

4. Rencana dan Realisasi Produksi TBS di Bukit Pinang Estate
(Januari – Juni 2009) ............................................................................

20

5. Rincian dan Fungsi Alat Pupuk yang digunakan di Bukit Pinang
Estate ...................................................................................................

38

6. Ukuran Lebar Badan Jalan di Bukit Pinang Estate .... .........................

43

7. Rincian Alat-alat Panen di Bukit Pinang Estate...................................

47

8. Perbedaan Output Pemanen Berdasarkan Umur Tanaman.. ................

48

9. Kriteria Matang Buah di Bukit Pinang Estate .....................................

49

10. Ketentuan Frekuensi Pelaksanaan Pemeriksaan Kualitas Buah dan
Ancak... ................................................................................................

51

11. Ketentuan Basis Borong dan Premi Lebih Borong Tahun 2009 di
Bukit Pinang Estate ..............................................................................

53

12. Parameter Penentuan Denda Pemanenan .............................................

55

13. Realisasi Pemupukan pada Periode 2008/2009 di Bukit Pinang
Estate ...................................................................................................

63

14. Dosis Rekomendasi Pemupukan Berdasarkan Umur Tanaman di
Bukit Pinang Estate ..... ........................................................................

64

15. Jenis dan Volume Mangkuk Tebar Tim Pupuk di Bukit Pinang
Estate ...................................................................................................

65

16. Rekap Hasil Pemeriksaan Kualitas Pemupukan di Bukit Pinang
Estate ...................................................................................................

68

17. Rekap Hasil Pengamatan Kebersihan Kondisi Piringan dan
Gawangan di Bukit Pinang Estate ....... ................................................

70

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Varietas Kelapa Sawit .........................................................................

3

2. Peta Lokasi Magang PT Bina Sains Cemerlang .................................

17

3. Struktur Organisasi di Bukit Pinang Estate ........................................

21

4. Kegiatan Dongkel Anak Kayu (DAK) ................................................

25

5. Kegiatan Thining Out ...........................................................................

30

6. Pokok Yang Telah Ditunas .................................................................

31

7. Tanaman Beneficial Plant ...................................................................

32

8. Jenis Shield Pits di Bukit Pinang Estate .............................................

33

9. Titik Acuan Untuk Mengambil Anak Daun ........................................

35

10. Kegiatan Until Pupuk ..........................................................................

36

11. Pengambilan Pupuk di Gudang dan Pengeceran Pupuk di Collection
Road ...................................................................................................

37

12. Teknik Penebaran Pupuk di Bukit Pinang Estate ................................

39

13. Aplikasi Janjang Kosong di Bukit Pinang Estate ...............................

42

14. Panen Dengan Menggunakan Egrek ...................................................

46

15. Peralatan Panen Yang Digunakan di Bukit Pinang Estate ..................

47

16. Tingkat Kematangan Buah Panen di Bukit Pinang Estate ..................

50

17. Pengangkutan Sistem Pok dan Pengangkutan Brondolan .................

52

18. Kegiatan Timbang Buah Manual di PKS.............................................

56

19. Variasi Ukuran Mangkuk Tebar .........................................................

66

20. Grafik Pola Curah Hujan di Bukit Pinang Estate Lima Tahun
Terakhir ................................................................................................

66

21. Persentase Hasil Monitoring Distribusi Pupuk ..................................

69

22. Persentase Hasil Monitoring Homogenesis Dosis Pupuk ...................

69

23. Persentase Hasil Monitoring Lokasi Penebaran Pupuk ......................

70

24. Persentase Hasil Monitoring Kondisi Piringan ...................................

71

25. Persentase Hasil Monitoring Kondisi Gawangan ...............................

71

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
Halaman
1. Asal Bibit Tanaman Kelapa Sawit Bukit Pinang Estate .....................

76

2. Rekomendasi Dosis Pupuk BPE pada Tiap Pokok Dalam Blok ..........

77

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian andalan Indonesia
saat ini. Komoditas ini memiliki peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan
lapangan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat dan sebagai
sumber devisa negara. Kondisi iklim dan lahan yang sangat sesuai untuk
pertumbuhan tanaman menjadikan komoditas ini sangat kompetitif untuk
dikembangkan di Indonesia. Posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa
menjadi keunggulan kompetitif tersendiri dalam konsumsi energi matahari untuk
fotosintesis.
Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Perkebunan
kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya diusahakan oleh perusahaan
negara, tetapi juga oleh perkebunan rakyat dan swasta. Menurut Ditjenbun pada
tahun 1967 luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai
105 808 ha dengan produksi CPO sebesar 167 669 ton dan meningkat menjadi
8 036 431 ha dengan produksi CPO sebesar 19 760 011 ton serta produktivitas
kelapa sawit nasional sebesar 3.487 ton per hektar pada tahun 2010. Hal ini
merupakan potensi yang sangat besar bagi pemasukan devisa negara dan
peningkatan pendapatan petani Indonesia.
Menurut Pahan (2008) kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak
nabati yang dapat diandalkan karena kadar kolesterolnya rendah. Minyak kelapa
sawit dapat diolah menjadi berbagai produk bahan makanan seperti minyak
goreng, mentega, minyak kering/padat, shortening, vanaspati (minyak samin),
non-dairy creamer, es krim, pengganti mentega coklat, dan lain-lain. Selain
sebagai bahan pangan, kelapa sawit dapat pula diolah menjadi asam lemak dan
gliserin yang merupakan bahan pembuat deterjen ramah lingkungan.
Tanaman kelapa sawit akan memasuki masa menghasilkan (TM) setelah
2-4 tahun setelah tanam. Pengelolaan perkebunan yang baik sangat penting untuk
bisa mendapatkan dan menjaga produksi tandan buah segar (TBS) tetap
maksimal. Kegiatan-kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan pengelolaan tajuk,
pemupukan, perlindungan tanaman, produksi dan panen, serta traksi dan

transportasi. Pegelolaan kebun yang salah dapat mengakibatkan turunnya
produksi TBS. Pada tanaman menghasilkan, pemupukan menjadi sangat penting
karena menghabiskan sampai 60% biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, sangat
diperlukan pengelolaan pemupukan yang tepat untuk mencapai efisiensi dan
efektivitas pemupukan. Pemupukan penting dilakukan untuk menjaga jumlah
unsur hara dalam tanah untuk memastikan kebutuhan hara tanaman bisa
terpenuhi. Kegiatan-kegiatan ini tidak terlepas dari organisasi kebun yang menjadi
kunci kegiatan agar bisa efektif dan efisien.
Magang sebagai salah satu pilihan penyelesaian tugas akhir bertujuan
untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu sehingga saat memasuki dunia
kerja dapat lebih mudah beradaptasi dengan pekerjaannya. Keterlibatan secara
langsung sebagai pekerja di perkebunan kelapa sawit akan menambah
pengalaman dan keterampilan kerja serta wawasan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan perkebunan, khususnya pengelolaan tanaman menghasilkan
kelapa sawit, baik dari segi teknik budidaya maupun kehidupan sosialnya.

Tujuan
Tujuan umum
1.

Meningkatkan keterampilan teknis lapangan dengan melakukan kegiatan
nyata sesuai tahapan yang ada di lokasi magang.

2.

Meningkatkan

pengetahuan di lapang dan kemampuan manajerial

mahasiswa pada berbagai level pekerjaan.
Tujuan khusus
1.

Meningkatkan keterampilan teknis lapang pengelolaan tanaman kelapa
sawit khususnya mengenai pemupukan.

2.

Mempelajari permasalahan pengelolaan pemupukan serta usaha untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman tropis yang
berasal dari Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit termasuk divisi Embryophyta
siponagama, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledoneae, famili Arecaceae,
genus Elaeis dan memiliki beberapa spesies seperti Elaeis guineensis, E. Oleifera,
dan E. Odora. Berdasarkan tebal dan tipisnya tempurung dan kandungan minyak
dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga tipe , yaitu Dura,
Psifera, dan Tenera (Pahan, 2008).

Gambar 1. Varietas Kelapa Sawit
Menurut Hakim (2007) tipe dura mempunyai daging buah atau mesocarp
yang tipis sekitar 35-65%, inti atau kernel yang besar dan batok yang tebal
(3-8 mm) sekitar 7-20%. Tenera, mempunyai daging buah (mesocarp) yang lebih
tebal sekitar (60-95%), inti yang lebih kecil dengan batok yang lebih tipis
(2-4 mm) sekitar 3-15%. Sifat genetiknya heterozigot (ShSh). Psifera mempunyai
daging buah yang tebal, tidak mempunyai inti, dan batok. Sifat genetiknya
homozigot resesif (shsh) dan bunga betinanya steril.
Berdasarkan warna buahnya kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga
bentuk, yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Bentuk nigrescens memiliki
warna buah lembayung sampai hitam waktu muda dan berubah menjadi merah
kuning (oranye) sesudah matang. Bentuk Virescens memiliki warna buah hijau
sewaktu muda dan menjadi merah kuning ketika matang. Bentuk Albescens,

memiliki warna buah kuning waktu muda dan pucat tembus cahaya ketika matang
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Morfologi Kelapa Sawit
Menurut Pahan (2008) tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri
atas bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan
buah). Akar tanaman berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah,
respirasi, serta menyangga tegaknya pohon. Sistem perakaran pada tanaman
kelapa sawit berupa akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier,
dan kuartier. Akar primer dapat tumbuh vertikal (radicle) maupun mendatar
(adventitious roots) dan berdiameter antara 6-10 mm. Akar sekunder, yaitu akar
yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah,
berdiameter 2-4 mm. Akar tertier, yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder,
arah tumbuhnya mendatar, panjangnya mencapai 0.7-1.2 mm. Akar kuartier, yaitu
akar-akar cabang dari akar tertier, berdiameter 0.2-0.8 mm dan panjangnya ratarata 2 cm. Lubis (2008) menyatakan bahwa akar tertier dan kuartier berada
2-2.5 m dari pangkal pokok atau di luar piringan dan berada di dekat permukaan
tanah.
Batang pada kelapa sawit tidak memiliki kambium dan umumnya tidak
bercabang. Batang berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan
buah), sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi
tanaman. Tinggi tanaman bertambah 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan
lingkungan (Pahan, 2007).
Daun tanaman kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip
genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun disanggah oleh pelepah yang panjangnya
bisa mencapai 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai.
Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada
batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk
spiral. Pohon kelapa sawit normal dan sehat yang dibudidayakan biasanya
memiliki 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda
yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang
lebih tua antara 20-25 helai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan tanaman kelapa
sawit akan mulai berbunga pada

umur 12-14 bulan. Bunganya termasuk

monocious yang berarti bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi
tidak pada tandan yang sama. Tanaman ini dapat menyerbuk silang ataupun
menyerbuk sendiri.
Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) atau
disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude Palm
Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung minyak
inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil (Mangoensoekarjo dan Semangun,
2005).

Ekologi tanaman kelapa sawit
Syarat tumbuh kelapa sawit merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan karena merupakan aspek penentu dan sulit untuk dilakukan
modifikasi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan beberapa pendekatan agar
faktor pembatas yang ada dapat dicegah atau dapat ditekan sedemikian rupa
sehingga berubah menjadi faktor pendukung.
Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa kelapa sawit
dapat tumbuh di daerah antara 100 LU-120 LS. Ketinggian tempat yang optimum
untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 0-400 meter di atas permukaan laut.
Curah hujan optimal yang dikehendaki sekitar 2000-2400 mm per tahun dengan
penyebaran merata sepanjang tahun.
Intensitas penyinaran matahari optimum antara 5-12 jam per hari dan suhu
optimum berkisar antara 240 – 280 C. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis
tanah seperti tanah podsolik coklat, podsolik kuning, hidromorfik kelabu, alluvial,
regosol, dan organosol (tanah gambut). Keasaman tanah (pH) sangat menentukan
ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat
tumbuh pada tanah dengan pH 5-7, dengan pH optimum antara 5-6 (Pahan, 2008).

Pembibitan Kelapa Sawit
Bahan tanaman unggul dapat berasal dari persilangan berbagai sumber
(inter dan intra specific crossing) dengan metode resiprocal recurrent selection
(RSS). Di samping itu, bahan tanaman kelapa sawit unggul dapat dihasilkan dari
pemuliaan pada tingkat molekuler yang diperbanyak secara vegetatif dengan
teknik kultur jaringan. Bahan tanam yang biasa ditanam di perkebunan komersial
merupakan persilangan dura x psifera (D X P) yang disebut tenera. Tanaman
induk dura berasal dari empat pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya
Bogor dan dikenal sebagai deli dura (Pahan, 2008)
Selanjutnya, Pahan (2008) juga menyatakan bahwa pertumbuhan awal
bibit merupakan periode kritis yang sangat menentukan keberhasilan tanaman
dalam mencapai pertumbuhan yang baik di pembibitan. Pertumbuhan dan vigor
bibit tersebut sangat ditentukan oleh kecambah yang ditanam, morfologi
kecambah, dan cara penanamannya. Persiapan pembibitan akan menentukan
sistem pembibitan yang akan dipakai dalam melihat keuntungan dan kerugian
secara komprehensif. Keputusan untuk menggunakan sistem pembibitan dua
tahap misalnya akan berdampak pada vigor bibit dan biaya yang akan
dikeluarkan.
Pemeliharaan pembibitan merupakan faktor utama yang menentukan
keberhasilan program pembibitan. Tanpa pemeliharaan yang baik, bibit yang
unggul sekalipun tidak akan bisa mengekspresikan keunggulan. Kegiatan
pemeliharaan ini meliputi pemeliharaan pre-nursery dan main-nursery (Pahan,
2008).

Pengelolaan Tajuk Tanaman Menghasilkan
Kegiatan pengelolaan tajuk pada tanaman menghasilkan biasa disebut
dengan istilah tunas pokok. Tunas pokok merupakan cara yang paling tepat untuk
menyesuaikan tajuk kelapa sawit dan nilai indeks luas daun optimum serta
berfungsi untuk menjaga produksi agar maksimum dan memperkecil kehilangan
hasil produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah produktif
sebanyak-banyaknya, tapi untuk mempermudah pekerjaan potong buah dan
memperkeci kehilangan produksi maka beberapa pelepah harus dipotong. Untuk

mendapatkan produksi yang maksimum diperlukan jumlah pelepah optimum,
yaitu 48-56 pada tanaman muda dan 40-48 pada tanaman tua (Pahan, 2008).

Menurut Hakim (2007) penunasan pada tanaman menghasilkan bertujuan
untuk membantu memudahkan kegiatan panen, memudahkan penyerbukan,
membantu penilaian kematangan buah, menghilangkan hambatan pembesaran
tandan, mengurangi kemungkinan tersangkutnya brondolan di pelepah, dan
sebagai tindakan sanitasi.
Untuk tanaman kelapa sawit yang telah beumur lebih dari 4 tahun
dilakukan penunasan periodik yang dilaksanakan dengan rotasi setiap sembilan
bulan sekali tergantung umur dan pertumbuhan tanaman. Penunasan periodik
dilakukan dengan memotong pelepah rapat ke batang dengan bidang tebasan
berbentuk tapak kuda dan semua epifit pada batang dibersihkan (Pahan, 2008).

Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman dilakukan untuk melindungi tanaman utama dari
serangan hama dan penyakit serta menghindarkan persaingan antara tanaman
utama dengan guma. Tujuan perlindungan tanaman adalah untuk memastikan
tanaman kelapa sawit dapat berproduksi maksimal (Hakim, 2007)
Menurut Pahan (2008) kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat
menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar
matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat
terkontaminasi oleh bagian gulma, menganggu pertumbuhan tanaman, menjadi
inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya
pemeliharaan.
Pahan (2008) menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus
dikendalikan yaitu, di piringan dan gawaangan, rumput di piringan, dan anak kayu
di gawangan. Alang-alang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan secara
kimia dengan teknik sesuai dengan populasi alang-alang yang ada. Lahan
perkebunan kelapa sawit harus bersih total dari gulma ini. Gulma rumput di
piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia. Gulma berkayu
dapat dikendalikan dengan metode dongkel anak kayu. Beberapa jenis gulma lain

seperti pakis, keladi, dan pisang liar dapat dikendalikan secara manual atau kimia.
Selain gulma, terdapat pula hama dan penyakit yang dapat menyerang
dan menurunkan produksi kelapa sawit. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005)
menyebutkan beberapa hama yang sering menyerang tanaman menghasilkan
kelapa sawit, yaitu ulat api dan ulat kantong, tikus, rayap, monyet, serta tupai.
Selanjutnya Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) juga menyatakan jenis
penyakit yang menyerang tanaman menghasilkan kelapa sawit, yaitu busuk
pangkal batang, busuk batang atas, busuk tandan, dan busuk tunas. Keberadaan
hama dan gulma dapat menurunkan produksi tanaman sedangkan serangan
beberapa penyakit tanaman dapat menyebabkan kematian.

Produksi dan Panen
Buah merupakan biomassa kelapa sawit yang terbentuk melalui proses
fotosintesis. Hasil utama fotosintesis adalah karbohidrat yang digunakan untuk
produksi bahan kering vegetatif (akar, batang, daun) dan

generatif (buah).

2

Kecepatan asimilasi CO dalam fotosintesis sangat dipengaruhi oleh jumlah
radiasi matahari yang tersedia dan luas permukaan daun dalam menangkap sinar
matahari (Pahan, 2008).
Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa produksi
persatuan luas tergantung pada beberapa faktor, yaitu kelas kesesuaian lahan,
bahan tanam yang dipakai, dan kualitas atau mutu panen. Seleksi bibit yang ketat
sangat diperlukam untuk menjamin produksi tanaman menghasilkan. Topografi
yang kurang baik dapat menyebabkan panen tertunda dan buah tidak terangkut
dari lapangan.
Selanjutnya Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) juga menyatakan
bahwa produksi tahunan kelapa sawit harus direncanakan, dibuat, dan disusun dari
setiap blok, afdeling, dan kebun menurut kelompok umur tanaman. Evaluasi dan
pengawasan produksi perlu dilakukan untuk mencapai target produksi tahunan.
Produksi dan panen merupakan dua unit kegiatan yang saling berkaitan
dan berpengaruh terhadap jumlah produksi TBS kelapa sawit. Tanaman kelapa
sawit biasanya mulai menghasilkan pada tahun ketiga atau keempat setelah tanam.
Buah kelapa sawit umumnya matang 6 bulan setelah proses penyerbukan. Proses

pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya. Buah yang
masih mentah akan berwarna hijau dan menjadi merah atau oranye setelah matang
(Sunarko, 2008).
Sunarko (2008) menyatakan bahwa panen buah matang dapat dilakukan
dengan menggunakan sistem panen jongkok dengan menggunakan dodos, sistem
panen berdiri dengan kampak siam, dan sistem panen eggrek untuk pohon yang
tingginya melebihi 10 meter.
Menurut Pahan (2008) cara pemanenan buah yang telah memenuhi
kriteria adalah panen dilakukan dengan alat yang tepat, cabang yang telah
dipotong disusun rapi di gawangan mati, brondolan yang jatuh di pelepah dan
piringan harus dikutip, potong mepet cabang tandan, angkut tandan dan brondolan
ke tempat pengumpulan hasil (TPH), tandan disusun rapih di TPH sedangkan
brondolan ditumpuk terpisah di pinggir TPH.

Distribusi dan Pengangkutan
Dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, distribusi dan pengangkutan
mendapat perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan tandan buah segar ke
tempat pegolahan kelapa sawit akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas
pengolahan, dan mutu akhir produk. Distribusi yang lancar akan membantu
program perawatan tanaman (khususnya pemupukan) berjalan sesuai recana dan
kegiatan distribusi TBS di bulan produksi puncak dapat ditangani (Pahan, 2008).

Pemupukan
Salah satu tindakan paling penting dalam tindakan budidaya kelapa sawit
adalah pemupukan. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) pemupukan
secara umum bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah
agar kebutuhan tanaman dapat tercukupi. Kelapa sawit merupakan jenis tanaman
yang menyerap usur hara dalam jumlah yang sangat banyak sedangkan tanah
mengandung unsur hara yang terbatas sehingga perlu dilakukan pemupukan.
Sukarji, R., Sugiyono, dan W. Darmosarkoro (2000) menyatakan bahwa
pada tingkat produksi 25 ton TBS/ha/tahun, unsur hara yang terangkut bersama
TBS sebesar 73.2 kg N, 11.6 kg P, 93.4 kg K, 20.8 kg Mg, dan 19.5 kg Ca.
Sehingga sangat diperlukan penambahan unsur hara yang terdapat di dalam tanah
mengingat jumlah hara tanah yang terbatas.
Pemupukan tanaman menghasilkan kelapa sawit dilakukan secara teratur
sesuai dengan pedoman rekomendasi pemupukan tanaman menghasilkan.
Rekomendasi pemupukan dibuat berdasarkan hasil analisis tanah, analisis daun,
analisis hara tanaman, analisis kandungan bahan organik, produksi yang
diinginkan dalam 3-5 tahun kedepan, percobaan pemupukan, dan hasil inspeksi
lapangan. Peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan peningkatan
ketepatan pemupukan dan perbaikan kondisi lahan. Ketepatan pemupukan
mencakup tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan cara pemupukan, sedangkan
perbaikan kondisi lahan dapat dilakukan dengan aplikasi bahan organik dan
pengendalian gulma (E.S. Sutarta dan Winarna, 2002).
Menurut Pahan (2008) pemupukan kelapa sawit menghasilkan dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu penyebaran secara merata pada lingkar luar
dan dalam batang, penempatan pupuk pada jalur lingkaran, penempatan pupuk
pada larikan yang mengelilingi pokok, dan melalui infus akar. Pahan (2008) juga
menyatakan bahwa rata-rata produksi/ha tanaman yang dipupuk sepanjang
gawangan mati lebih tinggi dibanding produksi tanaman yang penempatan
pupuknya di piringan. Akan tatapi, pemupukan dilarikan tetap bisa dilakukan
karena mudah dilaksanakan dan mudah dalam mengontrol dosis pupuk yang
diaplikasikan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik dan anorganik.

Pada lahan miring pemupukan sebaiknya dilakukan pada musim hujan
kecil, diaplikasikan pada bagian piringan yang terletak antara pangkal pohon dan
bukit dan dilakukan dengan sistem benam atau poket (Purba, 1998).

Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral atau
senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi sehingga menjadi
bentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman. Pupuk ini dapat diambil dari
alam, misalnya KCl dan fosfat atau dibentuk di pabrik, misalnya NPK dan urea
(Marsono dan Sigit, 2001).
Lubis (2008) menyatakan beberapa jenis pupuk yang sering digunakan
sebagai sumber tambahan hara pada perkebunan kelapa sawit adalah (NH4)2SO4
(Sulphate of Amonia) dan CO(NH2)2 (Urea) sebagai sumber N, Ca(PO4)2 (Rock
Phospate) dan CaH4(PO4)2.2H2O (Triple Super Phospate) sebagai sumber utama
P dan Ca, KCl (Muriate of Potash) sebagai sumber K, MgSO4.H2O (Kieserite)
dan CaMg(CO3)2 (Dolomit) sebagai sumber Mg.

Pupuk Organik
E.S. Sutarta dan Winarna (2002) menyatakan peningkatan efektivitas dan
efisiensi pemupukan dapat dengan melakukan perbaikan kondisi lahan. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan aplikasi bahan organik. Sumber bahan
organik yang dapat digunakan pada perkebunan kelapa sawit, diantaranya janjang
kosong sawit (JKS), limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS), dan pelepah bekas
tunasan.
E.S. Sutarta (2002) menyatakan bahwa 1 ton JKS mengandung hara setara
3.0 kg urea, 0.6 kg Rock Phospate, 12 kg Muriate of Potash, dan 12 kg Kieserite.
Sementara 1 m3 LCPKS mengandung hara setara dengan 2.0 kg urea, 0.9 kg SP36, 3.9 kg Muriate of Potash, dan 2.2 kg Kieserite.
Peranan bahan organik sangat besar dalam meningkatkan kesuburan tanah,
dan akan menentukan produktivitas tanah. Peranan bahan organik tidak hanya
berperan dalam penyediaan hara tanaman saja, namun yang jauh lebih penting
terhadap perbaikan sifat fisik, biologi dan sifat kimia tanah lainnya seperti

terhadap pH tanah, kapasiatas pertukaran kation dan anion tanah, daya sangga
tanah dan netralisasi unsur meracun seperti Fe, Al, Mn dan logam berat lainnya
termasuk netralisasi terhadap insektisida. Berkaitan dengan kesuburan fisika
tanah, bahan organik berperan dalam memperbaiki struktur tanah melaui agregasi
dan aerasi tanah, memperbaiki kapasitas menahan air, mempermudah pengolahan
tanah dan meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi. Pengaruh terhadap
biologi tanah, bahan organik berperan meningkatkan aktivitas mikrobia dalam
tanah dan dari hasil aktivitas mikrobia pula akan terlepas berbagai zat pengatur
tumbuh (auxin), dan vitamin yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan
tanaman (Suntoro, 2003).

Konservasi Air dan Tanah Lahan Miring
Menurut Purba (1998) lahan bertopografi miring adalah areal berlereng
curam dengan kemiringan lereng antara 16-30% (90-170) dan lahan berbukit
adalah areal dengan kemiringan lereng > 30% (170). Penanaman pada areal curam
dan berbukit memungkinkan terjadinya erosi serius yang dapat menyebabkan
terjadinya penipisan lapisan atas tanah. Oleh karena itu, diperlukan tindakan
pengawetan tanah secara terpadu.
Arsyad (2000) menyatakan bahwa masalah konservasi tanah adalah
masalah menjaga agar struktur tanah tidak terdispersi, dan mengatur kekuatan
gerak dan jumlah aliran permukaan serta mengatur hubungan antara intensitas
hujan dan kapasitas infiltrasi. Berdasarkan asas ini ada tiga cara pendekatan dalam
konservasi tanah, yaitu:
1)

Menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa
tanaman/tetumbuhan agar terlindung dari daya perusak buitr-butir hujan
yang jatuh.

2)

Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap
penghancuran agregat dan terhadap pengangkutan, dan lebih besar
dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah.

3)

Mengatur air aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak
merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi kedalam tanah.

Air hujan sebagai sumber air utama pada pertanian perlu dimanfaatkan
seefisien mungkin dengan meningkatkan daya resap (infiltrasi) tanah. Salah satu
teknik peningkatan daya resap tersebut adalah dengan pembuatan lubang resapan.
Secara garis besar, lubang resapan dapat memperlambat dan menahan laju aliran
permukaan yang terlalu deras sebelum aliran permukaan tersebut menggerus
tanah pada lahan pertanaman yang menyebabkan degradasi tanah dan lahan.
Penerapan lubang resapan yang dilengkapi dengan mulsa vertikal dapat
memperbesar laju infiltrasi karena dinding permukaan yang dilindungi oleh sisa
tanaman, sehingga penyumbatan pori makro pada dinding saluran dapat
terhambat. Semakin banyak air hujan, maka dapat dimanfaatkan untuk
mengimbangi kebutuhan air tanaman dan pengisian air bawah tanah (Brata,
Sudarmo, dan Djojoprawiro, 1992).
Menurut Arsyad (2000) rorak atau shield pits dibuat untuk menangkap air
dan tanah tererosi, sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan
mengurangi erosi. Rorak merupakan lubang yang digali dengan ukuran dalam 60
cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar empat sampai lima meter. Panjang rorak
dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak antar rorak tergantung
kemiringan lahan, semakin curam suatu hamparan lahan, semakin banyak rorak
yang diperlukan. Perbaikan air dengan cara pembuatan rorak yang diberi mulsa
vertikal pada areal suatu usaha tani lahan kering berlereng dapat memperbaiki
beberapa sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta menurunkan aliran permukaan
dan meningkatkan kadar air tanah. Pemberian mulsa pada rorak dapat
menampung aliran permukaan dan mulsa menahan partikel tanah pada dinding
rorak.

METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan mulai tanggal
12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Bukit Pinang Estate, PT Bina
Sains Cemerlang, Musi Rawas, Sumatera Selatan.

Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan pada kegiatan magang ini adalah metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk
mendapatkan data primer dengan bekerja aktif di lapangan secara langsung sesuai
dengan jenjang jabatan yang ada di kebun dan wawancara kepada para pekerja
lepas dan staf kebun. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan untuk
mendapatkan data-data sekunder berupa arsip kebun, laporan harian, laporan
bulanan, dan tahunan.
Pada dua bulan pertama penulis berstatus sebagai serikat karyawan utama
harian (SKUH), pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten
kebun selama satu bulan. Selama menjadi SKUH, penulis mengerjakan berbagai
jenis pekerjaan yang ada di kebun, yaitu kegiatan perawatan kebun, pemupukan,
pemanenan, dan evakuasi buah ke pabrik. Selama menjadi pendamping mandor,
penulis bertanggung jawab mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan serta
mempelajari administrasinya. Sebagai pendamping asisten, penulis membantu
asisten dalam menjalankan tugasnya melakukan kontrol dan evaluasi kerja di
lapangan, mengawasi kerja mandor dan seluruh kegiatan yang ada di divisi,
memimpin checkroll pagi serta mempelajari kegiatannya.

Pengamatan
Selama magang penulis mengamati berbagai macam teknik pengelolaan
perkebunan kelapa sawit secara umum. Penulis mengamati mulai dari teknik
budidaya yang ada seperti pengelolaan tajuk, pemupukan, perlindungan tanaman,
produksi dan pemanenan, serta distribusinya sampai ke pabrik kelapa sawit
(PKS). Penulis juga mengamati aspek-aspek yang berhubungan dengan
pengelolaan perkebunan seperti aspek manajerial, sosial, budaya, dan keamanan
kebun. Semua aspek yang diamati dan dipelajari dilihat langsung saat bekerja dan
dikuatkan oleh hasil wawancara kepada asisten dan staf kebun terkait.
Pada aspek khusus pemupukan diamati teknik pemupukan yang
dilaksanakan, jenis

pupuk yang dipakai, waktu dan frekuensi, rekomendasi

pemupukan, organisasi, pergudangan, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan. Selain itu, diamati pula kualitas pemupukan
yang dilaksanakan dengan didampingi oleh asisten kebun. Pengamatan dilakukan
pada 50 pokok kelapa sawit sebanyak lima ulangan dengan metode sampling
secara acak (Simple Random Sampling). Dalam kegiatan ini diamati jumlah
pokok yang dipupuk dan tidak dipupuk, kemerataan penyebaran aplikasi pupuk,
serta lokasi pupuk ditebar.
Pengolahan Data
Hasil pengamatan yang berupa realitas di lapangan dikomparasi dengan
data arsip dan standar operasional prosedur (SOP) yang dimiliki oleh kebun. Hasil
pengamatan kualitatif dikomparasi secara deskriptif dengan dengan arsip kebun
dan literatur yang didapat. Selain itu, dilakukan pula olah data sekunder untuk
membantu analisis kebun.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga
unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan
Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing unit melaksanakan

kegiatan

operasional dengan manajemen yang terpisah. Ketiga unit usaha tersebut masih
berada dalam satu induk perusahaan ,yaitu PT Minamas Plantation.
Pada awalnya PT Bina Sains Cemerlang memiliki nama PT Bina Sains
Corporation yang merupakan anak cabang dari perusahaan Salim Group. Pada
tanggal 1 April 2001 berganti nama menjadi PT Bina Sains Cemerlang seiring
dengan perpindahan aset perusahaan dari Salim Group ke pihak PT Minamas
Gemilang yang merupakan anggota dari kumpulan Gutrie Berhard (KGB) yang
merupakan perusahaan perkebunan swasta di Malaysia. Pada saat perpindahan
manajemen PT Bina Sains Cemerlang masih terdiri atas dua unit usaha, kebun
dan pabrik. Pada tahun 2003, Manajemen PT Minamas Plantation membagi dua
unit usaha kebun menjadi Sungai Pinang Estate (SPE) dan Bukit Pinang Estate
(BPE). Selanjutnya KGB menjadi anggota kumpulan pengusaha Malaysia yang
bernama Sime Darby pada tahun 2007 hingga kini.

Letak Geografis dan Administratif
BPE merupakan salah satu kebun dari salah satu unit usaha yang dimiliki
oleh PT Bina Sains Cemerlang. PT Bina Sains Cemerlang merupakan anak
perusahaan PT Minamas Plantation di daerah Sumatera Selatan. Secara
administratif, BPE terletak di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Lakitan,
Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Kabupaten Musi Rawas
Terletak pada posisi 2020’00”-3038’00” LS dan 102007’00”-103040’10” BT.
Batas-batas areal BPE adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Air Baluy,
sebelah selatan berbatasan dengan Transmigrasi SP V, sebelah barat berbatasan
dengan SPE, dan sebelah timur berbatasan dengan PT Pinago Utama.
Aksesibilitas PT Bina Sains Cemerlang BPE bisa dicapai melalui jalur
darat dan udara. Pemberhentian terminal bus terdekat terdapat di Lubuk Linggau
dengan lama perjalanan kurang lebih 25 jam dari Bogor. Dilanjutkan 2 jam

perjalanan darat dengan menggunakan “colt” atau sering disebut masyarakat
setempat “taksi”. Perjalanan melalui udara dilakukan dengan pesawat
penerbangan dari Bandara Sukarno-Hatta (Jakarta) menuju Bandara Sultan
Mahmud Badarudin (Palembang) selama 55 menit, dilanjutkan dengan
transportasi darat (travel) selama 6-7 jam. Untuk memasuki kebun menuju
perumahan karyawan kendaraan angkutan harus melalui ponton (sejenis rakit besi
bertenaga solar) penyebrangan. Lama waktu yang diperlukan untuk sampai ke
perumahan karyawan kurang lebih satu jam. Peta lokasi tempat magang dapat
dilihat pada peta posisi kebun di peta Propinsi Sumatera Selatan yang dapat
dilihat pada Gambar 2.
Peta Sumatera Selatan
Lokasi

Gambar 2. Peta Lokasi Magang PT. Bina Sains Cemerlang

Keadaan Iklim dan Tanah
Areal BPE memiliki iklim tropis basah dengan kelembaban udara 87%
dan rata-rata penyinaran matahari sebesar 61,9%. Suhu tertinggi adalah 32,9oC
dan suhu terendah adalah 19,6 oC. Curah hujan cukup tinggi, yaitu 2 615, 3 mm
per tahun dengan jumlah hari hujan 150,9 per tahun. Menurut klasifikasi Scmidht
dan Ferguson, tipe iklim untuk BPE adalah A. Secara rinci hal ini dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Tipe Iklim Bukit Pinang Estate menurut Kalsifikasi Schmidt Ferguson
BULAN

Thn 1999

Thn 2000

Thn 2001

Thn 2002

Thn 2003

Thn 2004

Thn 2005

Thn 2006

Thn 2007

Thn 2008

HH

HH

MM

HH

MM

HH

MM

HH MM

HH

MM

HH MM

HH MM

HH MM

HH MM

MM

Rata-rata
HH

MM

JANUARI

23

357

21

440

15

319

20

378

18

348

18

76

12

221

14

261

21

267

20

681

18.2 299.1

PEBRUARI

17

185

12

160

13

265

9

126

17

387

20

361

9

178

17

185

16

160

11

230

14.1 205.2

MARET

11

132

9

171

16

170

20

301

11

214

14

275

22

506

18

159

14

168

17

399

15.2 236.3

5

99

13

249

15

287

17

267

18

277

14

179

10

155

10

74

16

238

16

241

13.4 196.7

MEI

12

268

8

233

9

113

10

140

9

126

10

111

8

110

9

124

10

165

8

221

9.3 134.3

JUNI

6

97

15

191

15

174

9

147

3

20

3

59

8

60

9

56

10

123

7

148

8.5

97.8

JULI

5

136

13

141

4

33

11

139

6

168

10

81

9

144

6

81

6

61

7

93

7.7

94.1

AGUSTUS

6

141

8

164

4

111

4

72

8

245

2

32

11

196

3

106

5

168

11

168

6.2 126.2

SEPTEMBER

5

68

11

128

13

148

5

73

10

127

11

169

14

159

5

54

9

227

11

240

9.4 132.5

OKTOBER

18

341

16

250

20

251

5

111

16

260

12

314

26

384

5

44

15

362

15

381

14.8 235.7

NOVEMBER

20

321

17

240

19

390

18

299

22

225

16

280

12

584

20

231

14

311

13

467

17.1 302.7

DESEMBER

18

352

10

123

26

471

15

263

22

587

20

472

12

192

8

54

20

504

19

384

17.0 305.2

APRIL

BK

0

0

1

0

1

2

0

4

0

0

0.8

BL

3

0

0

2

0

2

1

2

1

1

1.2

BB

9

12

11

10

11

8

11

6

11

11

10.0

Keterangan : BK : MM < 60 mm, BL : MM 60-100 mm, BB : MM > 100
=




� 100%

=

0,8
� 100% = 8%
10

Menurut klasifikasi Schmidt Ferguson tipe iklim BPE termasuk kelas A

19

Secara umum topografi BPE adalah tanah miring sampai dengan tanah
sangat miring dengan perincian sebagai berikut : datar 304 ha (7%), agak miring
581 ha (18%), tanah miring 1 486 ha (47%), dan tanah sangat miring 889 ha
(28%). Jenis tanahnya adalah tanah mineral Podsolik.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
BPE memiliki luas HGU (Hak Guna Usaha) total 3 354 ha. Rincian areal
yang telah ditanami kelapa sawit TM (Tanaman Menghasilkan) seluas 3 176 ha,
tanpa tanaman belum menghasilkan (TBM), areal yang belum dikerjakan 95 ha
untuk TB (Tanaman Baru), dan areal prasarana pendukung seluas 83 ha.
Tanaman menghasilkan terdapat di tiga divisi, yaitu Divisi I seluas 1 017 ha,
Divisi II seluas 1 086 ha, dan Divisi III seluas 1 073 ha. Luas areal dan tata guna
lahan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan di Bukit Pinang Estate
Uraian

Luas (ha)

1. Areal yang diusahakan
A. Areal yang ditanam
1. Tanaman Menghasilkan (TM)
- Tahun Tanam 1992
- Tahun Tanam 1993
- Tahun Tanam 1996
- Tahun Tanam 1997
- Tahun Tanam 1998
- Tahun Tanam 2000
Sub Total TM
2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Sub Total TBM
3. Tanaman Baru (TB)
B.

Total areal yang ditanam

3 176

Total LC + LB

95
95

Pembukaan Lahan (LC)
- Sedang dikerjakan
- Belum dikerjakan
Total areal yang ditanam + LC

C.

Pembibitan

D.

Pabrik

E.

Areal prasarana
1. Emplasment
2. Jalan-jalan dan jembatan
3. Lain-lain

3 271
12
71

Total areal prasarana
F.

244
1 214
487
276
686
269
3 176
0
0
-

Lembah/sungai/parit (kuburan)