BAB 3
GAMBARAN UMUM TILANG
3.1 Sekilas Tentang Pelanggaran Lalu Lintas
Pelanggaran lalulintas yang sering disebut juga dengan tilang merupakan ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 1992. Hukum
pidana mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang. Tujuan suatu hukum pidana adalah menakut-nakuti seseorang supaya tidak melakukan
perbuatan yang tidak baik dan bahkan mendidik atau mengarahkan seseorang yang melakukan perbuatan yang tidak baik menjadi baik dan bisa diterima lagi
oleh masyarakat. Pelanggaran terhadap aturan hukum pidana dapat diberi tindakan hukum
langsung dari aparat jadi tidak menunggu laporan atau pengaduan dari pihak yang dirugikan. Pelanggaran lalu lintas tertentu atau tilang biasanya melanggar pasal 54
mengenai muatan lebih terhadap truk atau angkutan umum serta pasal 61 salah memasuki jalur lintas kendaraan sebayang,2009 .
Namun di Indonesia banyak perkara pelanggaran lalu lintas yang tidak sesuai dengan aturan atau ketentuan hukum yang berlaku. Banyak pelanggaran
lalu lintas yang di selesaikan ditempat oleh oknum yang berwenang atau polantas sehingga pelanggaran lalu lintas tidak sampai proses hukum. Hal inilah yang
banyak terjadi di Indonesia jadi banyak yang menyepelekan peraturan lalu lintas karena apabila mereka melanggar peraturan lalu lintas mereka tinggal menyuap
aparat tersebut. Dan bagi aparat hal ini bisa disalah gunakan dengan jabatan
Universitas Sumatera Utara
mereka sebagai aparat bisa menghasilkan uang lebih dengan hal tersebut. Persidangan pelanggaran lalu lintas berlangsung cepat, dalam proses persidangan
terdakwa ditempatkan disuatu ruangan. Lalu hakim membacakan nama para terdakwa untuk membacakan denda, setelah denda selesai dibacakan hakim akan
mengetukkan palu sebagai tanda bahwa telah ditetapkannya suatu keputusan. Dipasal 211 UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP dimaksudkan sebagai bukti
bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran lalu lintas.
3.2 Sekilas Tentang Tilang dan Tindakan Polisi