7
I.2 Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“ Bagaimana Peran Kecamatan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
Studi Tentang Peran Kecamatan dalam
Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Barus “
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui peran kecamatan Barus dalam Pelaksanaan Otonomi daerah
2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan Kecamatan Barus dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat Barus. 3.
Untuk mengetahui permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh kecamatan Barus dalam menjalankan perannya di era otonomi daerah
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, di antaranya adalah: 1.
Manfaat Teoritis : Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan dan penyempurnaan ilmu pengetahuan
khususnya yang berkaitan dengan ilmu Administrasi Negara. 2.
Manfaat Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang terkait dengan peran kecamatan dalam otonomi
daerah
I.5 Sistematika Penulisan
Universitas Sumatera Utara
8
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN
Bab ini memuat tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa
data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dari lokasi penelitian, sejarah singkat, visi dan misi organisasi.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat hasil data yang diperoleh dari lapangan danatau dokumen yang akan dianalisis secara mendalam yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian
BAB II
Universitas Sumatera Utara
9
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Peran kecamatan
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah telah membawa berbagai perubahanbaru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,terutama
dalam hal praktik-praktik pemerintahan. Salahsatu perubahan tersebut menyangkut kedudukan, tugas,fungsi, dan kewenangan kecamatan. Perubahan
tersebutmengubah bentuk organisasi, pembiayaan, pengisianpersonel, pemenuhan kebutuhan logistik, serta akuntabilitasnya,baik secara langsung maupun tidak
langsung.Dengan demikian, unsur Muspika yang selama iniberperan besar dalam menengahi dan mengatasi konflikyang terjadi di masyarakat tidak lagi diatur
dalam PPNomor 19 Tahun 2008 yang diterbitkan pemerintah.Perubahan tersebut diawali dengan perubahandefinisi mengenai kecamatan itu sendiri. Pada
UUNomor 5 Tahun 1974, kecamatan didefinisikan sebagaiwilayah administratif pemerintahan dalam rangkadekonsentrasi. Definisi ini bermakna bahwa
kecamatanadalah lingkungan
kerja perangkat
pemerintahpusat yang
menyelenggarakan pelaksanaan tugaspemerintahan umum di daerah Maksum, 2007.Sementara itu, pada UU Nomor 32 Tahun 2004kecamatan didefinisikan
sebagai wilayah kerja camatyang merupakan perangkat daerah kabupaten dan kota. Perubahan definisi ini menjadikan kecamatan yangawalnya merupakan salah
satu wilayah
administrasipemerintahanselain pemerintahan
Nasional, Provinsi,Kabupaten atau Kotamadya, dan kota administratifmenjadi wilayah kerja
Universitas Sumatera Utara
10
dari perangkat daerah. Perubahanini juga telah mengubah Kecamatan yang awalnyamerupakan wilayah kekuasaan berubah menjadi wilayah pelayanan.
Dalam dimensi historis dan dinamikanya, kelembagaankecamatan mengalami perubahan yang secara multilinear sejajar dengan perubahansosial
yang terjadi dalam masyarakat, khususnyaperubahan pada tata pemerintahan daerah. Perspektifsosiologi memandang perubahan kelembagaan tersebutsebagai
suatu proses pelembagaanatau pembaruan kelembagaan sosial. Kebanyakan aksimasyarakat atas perubahan kelembagaan terjadi secaraspontan, bukan sebagai
rencana yang disadari. Dalam konteks reformasi di Indonesiaperubahan tersebut erat kaitannya
dengan perubahantata
pemerintahan daerah,
mulai dari
peraturan perundanganmasa kolonial, UU Nomor 5 Tahun 1974, UUNomor 22 Tahun 1999,
hingga UU Nomor 32 Tahun2004. Perubahan pada aspek regulasi tersebut dimaknai sebagai perubahan tatanan sistem norma dan nilai sertaproses
pembentuk pola perilaku aktor dan masyarakatyang secara bersama-sama diikuti denganperubahan proses pengorganisasian Kecamatan sehinggamembentuk badan
atau organisasi Kecamatan yangsesuai dengan perubahan pada aspek regulasi tersebutdi atas.
Pada masa berlakunya UU Nomor 5 Tahun 1974,Camat merupakan kepala wilayah. Pada pasal 76dinyatakan setiap wilayah dipimpin oleh seorangkepala
wilayah. Dalam pasal 77 dinyatakan bahwakepala wilayah Kecamatan disebut Camat. Dalampasal 80 dinyatakan kepala wilayah sebagai wakilpemerintah adalah
Universitas Sumatera Utara
11
penguasa tunggal di bidangpemerintahan dalam wilayahnya dalam arti memimpinpemerintahan
mengoordinasikan pembangunan
danmembina kehidupan masyarakat di segala bidang.Wewenang, tugas, dan kewajiban Camat
selaku kepalawilayah Kecamatan sama dengan wewenang, tugas,dan kewajiban kepala wilayah lainnya, yakni Gubernur,Bupati, dan Walikota. Pasal 81 secara
lengkap dijelaskanbahwa wewenang, tugas dan kewajiban kepalawilayah adalah: 1.
Membina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah;
2. melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang pembinaan
ideologi, negara dan politik dalam negeri serta pembinaan kesatuan bangsa sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah;
3. menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan-kegiatan instansi –
instansivertikal dan antara instansi-instansi vertikal dengan dinas –
dinasdaerah, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan untuk mencapai dayaguna dan hasilguna yang sebesar-besarnya;
4. membimbing dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan daerah;
mengusahakan secara terus-menerus agar segala peraturan perundang –
undangan dan peraturan daerah dijalankan oleh instansi-instansi pemerintah dan pemerintah daerah serta pejabat
– pejabat yang ditugaskan untuk itu serta mengambil segala tindakan yang dianggap
perlu untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintah; 5.
melaksanakan segala tugas pemerintahan yang dengan atau berdasarkan peraturan perundang-undangan diberikan kepadanya;
Universitas Sumatera Utara
12
6. melaksanakan segala tugas pemerintah yang tidak termasuk dalam
tugas sesuatu instansi lainnya. Dari sini terlihat betapa kuatnya posisi dan kewenanganseorang Camat di
wilayah kecamatan. Camat adalahkepala wilayah, wakil pemerintah pusat, dan penguasatunggal di wilayah Kecamatan yang dapat mengambilsegala tindakan
yang dianggap perlu untuk menjaminkelancaran penyelenggaraan pemerintah. Meskipun Camatadalah bawahan bupatiwalikota, Camat mempunyaikewenangan
yang cukup besar di wilayahnya. Tidakheran pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974,
Camat dapatmemutuskan
segala sesuatu
tanpa perlu
mengkonsultasikannyadengan Bupati. Pada masa setelah berlakunya UU Nomor 22 Tahun1999 dan kemudian
UU Nomor 32 Tahun 2004, Camattidak lagi menjadi kepala wilayah, melainkan sebagaiperangkat daerah. Seperti telah disebutkan sebelumnya,dalam Pasal 120
ayat 2 UU Nomor 32 Tahun 2004dinyatakan bahwa perangkat daerah kabupatenkotaterdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinasdaerah,
lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.Jadi, secara hukum posisi Camat sejajar denganposisi para kepala dinas daerah dan Lurah.Camat merupakan
perpanjangan tangan bupati. Secara terinci, kewenangan Camat dijelaskan dalam Pasal126 ayat 2 yang menyatakan bahwa Camat yang dalampelaksanaan
tugasnya memperoleh pelimpahan sebagianwewenang Bupati atau Walikota untuk menanganisebagian urusan otonomi daerah. Jadi, berdasarkanayat 2 ini seorang
Camat mendapat kewenangan yangdilimpahkan atau diberikan oleh Bupati atau
Universitas Sumatera Utara
13
Walikota,untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.Pada ayat 3, dijelaskan bahwa Camat juga menyelenggarakantugas umum pemerintah. Tugas
umumpemerintah ini meliputi : 1.
Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; 2.
Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan; 4.
Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat
Kecamatan; 6.
Membina penyelenggaraan pemerintahan desa danatau kelurahan.
Selanjutnya pada Pasal 15 ayat 2 PP Nomor 19 Tahun 2008 ditambahkan rambu-rambu kewenangan yang perlu didelegasikan oleh Bupati Walikota
kepada Camat untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek :
1. Perizinan
2. Rekomendasi
3. Koordinasi
4. Pembinaan
5. Pengawasan
6. Fasilitasi
Universitas Sumatera Utara
14
7. Penetapan
8. Penyelenggaraan dan
9. Kewenangan lain yang dilimpahkan.
Kecamatan karena besaran wilayahnya, jarak politisnya dengan grass-root politics, jumlah penduduk dan potensi yang dipunyai dapat berfungsi:
1. Sebagai arena pengembangan demokrasi di tingkat lokal
2. Sebagai arena pengembangan kehidupan ekonomi
3. Sebagai arena pengembangan sistem pelayanan public yang efektif dan
efisien 4.
Sebagai arena politik yang bisa menghubungkan politik setingkat desa dengan kabupaten sebagai pusat pengambilan keputusan politik.
Perubahan posisi atau status Camat dari kepalawilayah menjadi perangkat daerah dengan fungsi utama“menangani sebagian urusan otonomi daerah
yangdilimpahkan serta “menyelenggarakan tugas umumpemerintah” ini ternyata membawa implikasi yangsangat mendasar bagi camat dan institusi kecamatan
itusendiri. Saat ini, para Camat merasakan bahwa secaraformal yuridis, kewenangan dan kekuasaan merekasangat berkurang. Selain itu, para Camat juga
merasabahwa kewenangan dan fungsi mereka sekarang menjadikurang jelas. Hal ini sering menimbulkan keraguan bagipara Camat dalam menjalankan
tugasnya.Di lain pihak pada kenyataannya para Camat sekarangmasih menjalankan tugas sebagai kepala wilayah.Masyarakat pun juga menganggap
bahwa Camat masihmerupakan penguasa wilayah seperti dulu. Masyarakattetap
Universitas Sumatera Utara
15
meminta campur tangan Camat dalam menanganiberbagai persoalan yang mereka hadapi,
seperti konfliksosial,
kebersihan, keamanan,
dan persoalan-
persoalanlainnya. Camat juga diharapkan kehadirannya dalamberbagai aktivitas masyarakat, seperti khitanan, pernikahan, perayaan keagamaan,dan kegiatan
masyarakat lainnya. Sesungguhnya Bupati sendiri juga masih mengharapkanCamat berperan
seperti kepala wilayah dalamhal-hal tertentu. Camat diharapkan menjadi pihak yangpaling mengetahui seluruh permasalahan yang terjadidalam masyarakat. Jika
ada persoalan yang terjadidalam masyarakat, Bupati sering meminta penjelasankepada Camat, padahal masalah tersebut sebenarnyaadalah masalah
teknis yang berada di bawah urusaninstansi teknis tertentu. Hal konkret seperti inilah yangsering menimbulkan ketidakjelasan posisi Camat dalammasyarakat.
Pada sisi lain, bagi BupatiWalikota yang paham tentang penyelenggaraan pemerintahan, mereka akan melakukan delegasi kewenangan yang luas kepada
Camat sehingga fungsinya menjadi lebih besar dan luas dibanding pada waktu Camat masih menjadi kepala wilayah. Pendelegasian sebagian kewenangan
BupatiWalikota kepada Camat sebenarnya menguntungkan BupatiWalikota bersangkutan, karena mereka tidak dibebani oleh urusan-urusan elementer
berskala kecamatan yang dapat diselesaikan oleh Camat. Menyadari kedudukan kecamatan yang strategis tersebut, maka yang perlu
dilakukan adalah bagaimana pemerintah daerah KabupatenKota mendudukkan kecamatan sebagai bagian pemerintah daerah dalam menyelenggarakan otonomi
Universitas Sumatera Utara
16
serta memberikan penguatan untuk melalukan banyak peran dalam
penyelenggaraan otonomi daerah melalui pelimpahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota.
Sebagai intitusi publik, keberadaan kecamatan hendaknya dimanfaatkan secara optimal untuk melayani masyarakat. Jangan sampai dana publik yang
dikeluarkan untuk membayar gaji PNS dan membiayai fasilitas kantor namun tidak memberi manfaat bagi rakyat sebagai pemilik kedaulatan.
II.1.1 Kewenangan dan Pemberdayaan Camat Kini
UU Nomor 32 Tahun 2004 dinilai tidak membericukup ruang bagi Camat untuk menjalankan peranyang diharapkan publik. Peran Camat ditentukan
olehbagaimana Bupati atau Walikota mendelegasikan kewenangankepada Camat. Masalahnya, di hampir semuadaerah di Indonesia Camat belum mendapatkan
delegasikewenangan dari Bupati atau Walikota secara maksimal.Pemerintah daerah
cenderung mengedepankan
logikasektoral dan
belum mampu
memberdayakan kecamatandalam
logika kewilayahan.
Sebagian besar
kewenanganlebih banyak dimiliki instansi sektoral. Hal ini diperparahdengan tidak mudahnya membuka kesediaaninstansi sektoral untuk berbagi kewenangan
dengankecamatan karena terkait dengan pembagian sumberdaya. Meski ada komitmen menguatkan kelembagaankecamatan, dalam praktiknya pemerintah
daerah masihmenemukan masalah dalam dua hal. Pertama, masihlemahnya pembagian urusan dari instansi sektoralke kecamatan. Kedua, adanya
Universitas Sumatera Utara
17
kecenderungan untukmelakukan
pengaturan kelembagaan
kecamatan yangseragam sehingga gagal merespons kebutuhan dankonteks lokal kecamatan.
Pengaturan penyelenggaraan kecamatan baik darisisi pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsinyasecara legalistik diatur dengan peraturan
pemerintah.Pengembangan kualitas aparatur menyangkutpengembangan dari segi pengetahuan teknis, teoritis,konseptual, moral, dan tanggung jawab sesuai
dengankebutuhan pekerjaan baik dengan jalan pendidikanmaupun pelatihan, magang, dan training agar aparaturtersebut profesional dalam tugasnya Sultan,
2007. PPNomor 19 Tahun 2008 secara eksplisit telah mengaturtentang hal itu. Sebagai perangkat daerah, kecamatanmendapatkan pelimpahan kewenangan
dalam hal urusanpelayanan masyarakat. Selain itu, kecamatan jugaakan mengemban penyelenggaraan tugas-tugas umumpemerintahan. Camat dalam
menjalankan tugasnyadibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggungjawab kepada Bupati atau Walikota melalui sekretarisdaerah sekda. Hal ini bukan
berarti Camat menjadibawahan langsung sekda karena secara strukturalcamat berada langsung di bawah bupati atau walikota.Namun, pertanggungjawaban
Camat tersebut merupakanpertanggungjawaban administratif. Camat juga berperan sebagai kepala wilayah-wilayahkerja, karena
melaksanakan tugas umum pemerintahandi wilayah kecamatan. Hal ini khususnya berkaitan dengan tugas-tugas atributif dalam bidang koordinasipemerintahan
terhadap seluruh instansi pemerintahdi wilayah kecamatan, penyelenggaraan ketentramandan ketertiban, penegakan peraturan perundangan,pembinaan desa
Universitas Sumatera Utara
18
atau kelurahan, serta melaksanakantugas pemerintahan lainnya yang belum dilaksanakanoleh pemerintahan desa atau kelurahan serta instansipemerintah
lainnya di wilayah kecamatan. Oleh karenaitu, kedudukan Camat berbeda dengan kepala instansipemerintah lainnya di wilayah kecamatan karenapenyelenggaraan
tugas instansi tersebut harus beradadalam koordinasi Camat. Kecamatan sebagai perangkat daerah juga mempunyaikekhususan jika
dibandingkan dengan perangkatdaerah lainnya dalam pelaksanaan tugas pokok danfungsinya untuk mendukung pelaksanaan asas desentralisasi.Kekhususan
tersebut dapat ditinjau dari adanyakewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosio- kultural,menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomidan budaya,
mengupayakan terwujudnya ketentramandan ketertiban wilayah sebagai perwujudan
kesejahteraanrakyat serta
masyarakat dalam
kerangka membangunintegrasi kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsiutama Camat, selain
memberikan pelayanan kepadamasyarakat, melakukan tugas-tugas pembinaan wilayah.
Secara filosofis kecamatan yang dipimpin olehcamat perlu diperkuat dan diberdayakan dari aspeksarana-prasarana, sistem adminitrasi, keuangan
dankewenangan bidang pemerintahan dalam upaya penyelenggaraanpemerintahan di kecamatan sebagai ciripemerintahan kewilayahan yang memegang
posisistrategis dalam hubungan dengan pelaksanaan kegiatanpemerintahan kabupatenkota yang dipimpin oleh bupatiwalikota. Sehubungan dengan itu,
Camat melaksanakankewenangan pemerintahan dari dua sumber,yaitu bidang
Universitas Sumatera Utara
19
kewenangan dalam lingkup tugas umumpemerintahan dan kewenangan bidang pemerintahanyang dilimpahkan oleh BupatiWalikota dalam rangkapelaksanaan
otonomi daerah. Memberdayakan
dan mengoptimalkan
pelayananCamat berarti
mendekatkan rakyat kepada jajaran aparatyang paling dekat. Permasalahannya adalah selama inipemerintahan kota dan kabupaten lebih menjadikankepala dinas
dan kepala badan sebagai ujung tombakpelayanan. Ada beberapa alasan mengapa Camat harusmengambil peran dalam proses otonomi daerah. Pertama,dalam
posisi barunya di perundang-undangan,Camat adalah ujung tombak pelayanan kota danKabupaten. Harus diakui, masih banyak Camat yangberbuat dan bekerja
hanya atas perintah atasannya dankurang mendasarkan pekerjaannya pada kepentinganmasyarakat. Kedua, pada beberapa negara yang tidakmemiliki level
kecamatan dalam struktur pemerintahannya,fungsi pendekatan pelayanan state kepada
communityini diperankan
baik oleh
neighborhood community.Neighborhood community ini merupakan kelompokmasyarakat dalam
kota yang bertujuan mendengar danmeneruskan apa yang menjadi kebutuhan lokal. Pondasidan nilai utama desentralisasi adalah kehendak untukmengubah dari
kultur top down menjadi bottom up. Halini mempunyai makna, mengubah penguasaan pusatyang berlebihan menuju kebebasan lokal kecamatanyang
sewajarnya.Desentralisasi juga menuntut pertahanan sedemikianrupa agar daerah tidak melebihi haknya untuk berubah.Setiap proses desentralisasi atau otonomi
harusdiikuti dengan penyerahan tugas dan kekuasaan. Padakonteks Indonesia, proses ini selalu dihadapkan padapermasalahan yang berkaitan dengan kapabilitas
Universitas Sumatera Utara
20
daerah.Oleh karena itu, tidak semua kecamatan boleh diberikeleluasaan, hanya kecamatan dengan kategori danpenilaian kemampuan tinggi boleh diberi
wewenangluas, termasuk dalam hal penanganan konflik sosial dimasyarakat.
II.1.2 Susunan dan Bagan Organisasi Kecamatan
Pada Pasal 126 ayat 5 dan 6 UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh perangkat
kecamatan dan bertanggung jawab kepada BupatiWalikota melalui Sekretaris Daerah kabupatenkota. Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada Camat.
Sekretariat kecamatan dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Camat. Sekretaris Kecamatan mempunyai
tugas membantu
Camat dalam
melaksanakan tugas
penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh perangkat
aparatur kecamatan. Perpanjangan tangan dari Dinas dan Lembaga teknis daerah
KabupatenKota maupun instansi vertikal yang bertugas dalam lingkungan kecamatan bersangkutan seperti PLKB Penyuluh Lapangan Keluarga
Berencana, PPL Pertanian Petugas Penyuluh Lapangan, PetugasMantri Statistik, dsb.
Adapun tugas masing-masing seksi ditetapkan lebih lanjut oleh BupatiWalikota sesuai kebutuhan berdasarkan beban tugas dan urusan
pemerintahan yang diselenggarakan kecamatan. Dimungkinkan dibentuknya
Universitas Sumatera Utara
21
jabatan fungsional sesuai kebutuhan. Penempatan jabatan fungsional dalam susunan organisasi kecamatan menyesuaikan dengan peraturan perundang -
undangan yang berlaku. Sedangkan menurut Pasal 23 PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Kecamatan, susunan organisasi Kecamatan diatur sebagai berikut : 1.
Organisasi kecamatan terdiri dari 1 satu sekretaris, paling banyak 5 lima seksi, dan sekretariat membawahkan paling banyak 3 tiga
subbagian. 2.
Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling sedikit meliputi: a. Seksi tata pemerintahan;
b. Seksi pemberdayaan masyarakat dan desa; dan c. Seksi ketenteraman dan ketertiban umum.
3. Pedoman organisasi kecamatan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.
Universitas Sumatera Utara
22
STRUKTUR ORGANISASI KECAMATAN MENURUT PP NOMOR 19 TAHUN 2008
Es. IIIa
Es. IIIb
Es. IVb
Es. IVa
Keterangan :
Menurut PP 19 Tahun 2008, jumlah seksi paling sedikit 3 artinya minimal seksi yang ada adalah seksi tapem, seksi trantib dan seksi pemasyarakatan,
tergantung Perda masing-masing daerah bisa 3, 4, 5 atau bahkan lebih. Sedangkan di bawah Sekretaris Kecamatan Sekcam ditambah dengan
adanya jabatan setingkat Kepala Sub Bagian paling banyak 3 yang mengurusi administrasi umum, kepegawaian dan keuangan.
Camat
Seketaris Kecamatan
kelompok jabatan
fungsional
Subbag Subbag
Subbag
Seksi Seksi
Seksi Pemberdayaan
Masyarakat dan seksi
Ketentraman dan Ketertiban
Seksi Tata Pemerintah
Desa Kelurah
Universitas Sumatera Utara
23
II.2 Otonomi Daerah
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos dan nomos yang berarti perundangan sendiri. Dengan diberikannya hak kekuasaan dan pemerintahan
kepada badan otonomi, seperti Provinsi, Kabupaten, dan kota maka denganinisiatifnya sendiri dapat mengurus rumah tangganya dengan
membuatmengadakan peraturan-peraturan daerah yang tidak boleh bertentangan Undang-undang Dasar 1945 dan peraturan pemerintah serta mampu menjalankan
kepentingan umum. Proses peralihan dari sistem dekonsentrasi ke sistem desentralisasi di sebut
pemerintah dengan otonomi. Otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi
pemerintahan. Sementara “daerah” dalam arti local state government adalah
pemerintah di daerah yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Otonomi adalah derivat dari desentralisasi. Desentralisasi adalah
penyerahan atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan kepada tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah.
Dalam pasal 1 ayat 5 dan 6 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah otonom untukmengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Sumaryadi 2005:48 otonomi daerah adalah keleluasaan dalam bentuk hak dan wewenang serta kewajiban dan tanggung jawab badan
Universitas Sumatera Utara
24
pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sebagai manivestasi dari desentralisasi. Sedangkan daerah otonom adalah
kesatuan masyarakat hukum untuk mempunyai batas daerah tertentu berwenang dan mengatur kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara prinsipil terdapat dua hal yang tercantum dalam otonomi yaitu hak dan wewenang untuk mengelola daerah serta tanggung jawab untuk kegagalan
dalam memanajemeni daerah. Hakikat otonomi adalah meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari rakyat, diselenggarakan secara sadar
dan mandiri oleh rakyat. Tujuan otonomi adalah mencapai efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan
kepada masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai dalam penyerahan urusan ini adalah antara lain menumbuh kembangkan daerah dalam berbagai bidang dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah, dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan.
Visi Otonomi Daerah itu sendiri dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup interaksinya yang utama antara lain:
1. Di Bidang Politik, Otonomi Daerah adalah buah dari kebijakan
desentralisasi dan dekonsentrasi, maka ia harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang
– ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yag dipilih secara demokratis, memungkinkan
Universitas Sumatera Utara
25
berlangsungnya pemerintahan yangi resposif terhadap kepentingan masyarakat luas, dan memelihara mekanisme pengambilan keputusan
yang taat kepada asas pertanggung jawaban publik. Otonomi daerah juga berarti kesempatan membangun struktur pemerintahan yang
sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karir politik dan administratif yang kompetitif, serta mengembangkan sistem
pemerintahan yang efektif. 2.
Di Bidang Ekonomi, otonomi daerah satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di
lain pihak
terbukanya peluang
bagi pemerintah
daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan
pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Dalam konteks ini , otonomi akan menungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah
untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses perijinan usaha, dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang
perputaran ekonomi di daerahnya. 3.
Di Bidang Sosial dan Budaya, otonomi harus dikelolah sebaik mungkin demi menciptakan dan memelihara nilai nilai lokal yang
dipandang bersifat kondusif terhadap kemampuan masyarakat merespon dinamika kehidupan di sekitarnya.
Menurut Sumaryadi 2005:64 adapun pemberian otonomi daerah yang mengemukakan ada tiga hal yang lebih desentralistik yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
26
1. Pembangunan masyarakat sebagai pengadaan pelayanan masyarakat.
Pembangunan masyarakat identik dengan peningkatan pelayanan dan pemberian fasilitas sosial seperti kesehatan, gizi, pendidikan dan
sanitasi yang secara keseluruhan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana mencapai tujuan
sosial yang lebih subim dan sukar di ukur seperti keadilan, pemerataan, peningkatan budaya kedamaian dan sebagainya.
3. Pembanguna sosial sebagai upaya terencana untuk meningkatkan
kemampuan manusia berbuat. Pembangunan di sini merupakan derivasi dari paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia
rakyat atau people centered development. Dewasa ini isu otonomi daerah dan demokratisasi menjadi salah satu
agenda reformasi yang utama. Tema sentral kebijaksanaan pembangunan di era reformasi adalah mengedepankan paradigma pembangunan manusia yang
menempatkan warga negara atau rakyat sebagai pelaku pembangunan dan yang menempatkan otonomi daerah sebagai wahana mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Dengan otonomi daerah berarti telah memindahkan sebagian besar ke- wenangan yang tadinya berada di pemerintah pusat diserahkan kepada daerah
otonom, sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena
kewenangan membuat kebijakan perda sepenuhnya menjadi wewenang daerah
Universitas Sumatera Utara
27
otonom, maka dengan otonomi daerah pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas. Keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah PAD, sumber daya manusia yang dimiliki daerah, serta kemampuan daerah
untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah otonom. Terpusatnya SDM berkualitas di kota-kota besar dapat didistribusikan ke daerah seiring dengan
pelaksanaan otonomi daerah, karena kegiatan pembangunan akan bergeser dari pusat ke daerah.
Menguatnya isu Putra Daerahisme dalam pengisian jabatan akan menghambat pelaksanaan otonomi daerah, disamping itu juga akan merusak rasa
persatuan dan kesatuan yang telah kita bangun bersama sejak jauh hari sebelum Indonesia merdeka. Setiap manusia Indonesia dijamin oleh konstitusi, memiliki
hak yang sama untuk mengabdikan diri sesuai dengan profesi dan keahliannya dimanapun di wilayah nusantara ini.
Yang perlu dikedepankan oleh pemerintah daerah adalah bagaimana pemerintah daerah mampu membangun kelembagaan daerah yang kondusif,
sehingga dapat mendesain standard Pelayanan Publik yang mudah, murah dan cepat. Untuk menciptakan kelembagaan pemerintah daerah otonom yang
mumpuni perlu diisi oleh SDM yang kemampuannya tidak diragukan, sehingga merit system perlu dipraktekkan dalam pembinaan SDM di daerah.
Inti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar
Universitas Sumatera Utara
28
prakarsa, kreatifitas, dan peran serta aktif masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Memberikan otonomi daerah tidak
hanya berarti melaksanakan demokrasi di lapisan bawah tetapi juga mendorong oto-aktifitas untuk melaksanakan sendiri. Dengan berkembangnya demokrasi dari
bawah maka rakyat tidak saja menentukan nasibnya sendiri, melainkan yang utama adalah berupaya memperbaiki nasibnya sendiri. Hal itu dapat di wujudkan
dengan memberikan kewenangan yang cukup luas kepada pemerintah daerah guna mengurus dan mengatur serta mengambangakan daerahnya sesuai dengan
kepentingan dan potensi daerahnya. Kewenangan artinya adalah keleluasaan untuk menggunakan dana baik yang berasal dari daerah sendiri maupun dari
pusat sesuai dengan keperluan daerahnya tanpa campur tangan dari pusat, keleluasan berprakarsa, memilih alternatif, menentukan prioritas dan mengambil
keputusan utuk kepentingan daerahnya, keleluasan untuk memanfaatkan dana perimbangan keuangan pusat dan daerah memadai, yang didasarkan kriteria
objektif dan adil.
II.3 Defenisi Konsep