Peran Kecamatan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah ( Studi Tentang Peran Kecamatan Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah)

(1)

PERAN KECAMATAN DALAM PELAKSANAAN

OTONOMI DAERAH

( Studi Tentang Peran Kecamatan dalam Meningkatkan Perekonomian

Masyarakat di Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah)

SKRIPSI

Diajukan Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Departemen Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh :

MUFLIHA

070903018

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim...

Setinggi puji sedalam syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena hingga pada saat ini penulis masih diberi nikmat berupa iman, islam,kesehatan dan motivasi untuk berfikir, berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ PERAN KECAMATAN DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH ( Studi Tentang Peran Kecamatan dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah)” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata 1 dengan gelar Sarjana Sosial ( S.Sos )

Salawat dan salam keharibaan Nabi Basar Muhammad SAW yang telah rela mengorbankan jiwa raganya demi tegaknya kalimatul haq beliau juga sebagai suri tauladan dalam kehidupan umat Islam di muka bumi ini.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penelitian, pengumpulan literatur, maupun penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan dan arahan semua pihak, kesulitan yang ada dapat diatasi dan karya ilmiah ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, mensuport, dan memberikan motivasi baik bersifat materil maupun spiritual. Terimasih penulis sampaikan kepada :


(3)

1. Bapak Prof. Dr Badaruddin, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberi bimbingan,arahan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

4. Kepada Kak Dian dan Kak Mega, selaku pegawai pendidikan FISIP USU yang sudah membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan perkuliahan maupun skripsi.

5. Kepada Bapak Herman Suwito, selaku Camat Barus terima kasih telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Kepada Bapak Usman Edy, SP, selaku Sekretaris Camat Barus yang telah bersedia memberikan data – data yang penulis perlukan.

7. Kepada seluruh pegawai kantor Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah yang telah bersedia membantu dan juga membimbing dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

8. Dan terimakasih yang tak terhingga buat keluarga ku terutama buat yang tersayang kedua orang tua ku Ibunda Jusni N.Habayahan dan Ayahanda M. Akhyar Habayahan terimakasih atas do‟a, kasih sayang, pengorbanan untuk anak mu ini, terimakasih ibunda yang telah


(4)

berjuang mempertaruhkan nyawa ketika melahirkan ananda dan tak hentinya berjuang mengeluarkan keringat demi membesarkan, menyekolahkan hingga saat sekarang ini, buat ayahanda terimakasih atas pengorbanan yang sungguh besar, cucuran keringat demi memperjuangkan kebahagiaan dan agar ananda bisa mencicipi pendidikan yang lebih tinggi. Entah apalagi yang kalian korbankan demi anak – anak mu. Berkat do‟a yang tak hentinya ananda bisa menyelesaikan pendidikan ananda.

9. Buat cecek ku Zakhra Mahardhika, teta Makhraini Handayani, ogek Zulhimam, abang ipar ku Hendra Hakiki,Ali Nasrul dan kakak ipar ku Sabrida terima kasih atas motivasi, dukungan moril dan materil yang kalian berikan. Buat keponakan ku yang lucu – lucu Faraby Muzakki, Fathul Mahabbah,Hayatul Magrfirah, Irsyad Hadrami dan Hana Humairah terimakasih telah menghiasi hari – hari bunda dengan keceriaan kalian mmmuuuuaaaaccchhhh

10.Untuk keluarga di medan Ummi, Buya,Ogek iyad dan keluarga, abang Azman dan keluarga, ceccek anil dan keluarga, uning ina dan keluarga terima kasih atas perhatian, bimbingan dan nasehat yang telah diberikan dan maaf kalau imuf banyak salah...

Untuk undo,pak undo,dan spupu Ku bang karsi, bang dedek, kak santi dan sarah thanks for all


(5)

11.Buat teman – teman MTsN dan Teman SMA N 1 Barus, Fatma Wati, Ely,Daya,Dorma, Fatma Yanti, April, Mira,Gadi terimakasih buat persahabatan Qta, kangen ngumpul sama kalian oiYy....

12.Buat teman – teman AN‟07 Mela_Qmot, Ika,Novi bO ( cepat noV kerjain skripsi mu),D_lia ayep,Ridok si gaya aUtis, Shima dan Wanda ratu dandan,Lisva, ZuBe yg khas logat mandailingnya,vira_cempReng, Taufik, akbar abay, Lisa, Ridha sinaga makasi motovasinya, aq kangen kalian walaupun kalian suka ngejek – ngejek tapi asik yah, dan makasi buat teman – teman 07 yang lain maaf gk bisa di sebut satu per satu... 13.Buat teman – teman magang Holiday Dina, Novi bO,diki bRew, ansor

si tukang joget, yoga_babe,Ridok dan siti_siTeh makasi atas kenangan Qta

14.Buat teman – teman ku yang lain Ayu, Ririn,kk Nila thank bantuannya

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih banyak buat semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebut namanya satu persatu, Thanks for All

Medan, Februari 2013

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... ABSTRAKSI ...

BAB I PENDAHULUAN ...1

I.1 Latar Belakang ...1

I.2 Rumusan Masalah...7

I.3 Tujuan Penelitian ...7

I.4 Manfaat Penelitian ...7

I.5 Sistematika Penulisan ...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...9

II.1 Peran Kecamatan...9

II.1.1 Kewenangan dan Pemberdayaan Camat Kini ...16

II.1.2 Susunan Bagan Organisasi Kecamatan ...20

II.2 Otonomi Daerah ...23

II.3 Defenisi Konsep ...28

BAB III METODE PENELITIAN ...30

III.1 Bentuk Penelitian ...30

III.2 Lokasi Penelitian ...30

III.3 Informan Penelitian ...30

III.4 Teknik Pengumpulan Data ...31

III.5 Jenis Sumber Data ...32

III.6 Teknik Analisis Data ...33

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ...34

IV.1 Sejarah Kecamatan Barus ...34

IV.1.1 Letak Geografis ...37


(7)

IV.1.3 Keagamaan ...40

IV.1.4 Pendidikan ...41

IV.2 Visi dan Misi Kecamatan Barus ...42

a. Visi ...42

b. Misi ...42

IV.4 Struktur Organisasi Kecamatan Barus ...44

a. Tugas Pokok ...52

b. Fungsi ...52

BAB V HASIL PENELITIAN ...53

V.1 Hasil Penelitian ...53

V.1.1 Peran Kecamatan ...54

V.1.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Peningkatan Ekonomi Mayarakat...59

V.1.3 Kendala dan Masalah ...62

V.2 Analisis Data ...66

V.2.1 Peran Kecamatan ...66

V.2.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat...67

V.2.3 Kendala dan Masalah ...67

BAB VI PENUTUP ...68

VI.1 Kesimpulan ...68

VI.2 Saran ...69 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Luas Kecamatan Barus 2010 ...38

Tabel 4.2 Daftar Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga 2010 ...39

Tabel 4.3 Daftar Sarana Rumah Ibadah 2010 ...40

Tabel 4.4 Daftar Jumlah Pemeluk Agama 2010 ...41


(9)

ABSTRAKSI

Peran Kecamatan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah

( Studi Tentang Peran Kecamatan Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah) Skripsi disusun oleh :

Nama : MUFLIHA NIM : 070903018

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Desen Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Dalam ketata negaraan Indonesia Otonomi Daerah merupakan penjabaran dari desentralisasi. Realisasinya dalam bentuk hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga sendiri yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Salah satu tujuan pengguliran kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia adalah Demokratisasi, pemberdayaan, partisipasi publik dan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat salah satunya dari tingkat perekonomian masyarakat.

Dalam era Otonomi Daerah peran Kecamatan sangat diharapkan dapat membantu pelaksanaan Otonomi Daerah yang sesuai dengan yang diharapkan, terutama dalam hal meningkatkan perekonomian masyarakat agar masyarakat dapat lebih tersejahterakan.

Undang – undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah membawa perubahan salah satunya mengenai kedudukan, tugas, fungsi,dan


(10)

kewenangan Kecamatan dan perubahan ini diatur dalam PP No 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kecamatan dalam pelaksanaan otonomi daerah dan untuk mengetahui apakah kecamatan Barus sudah menerapkan PP No 19 Tahun 2008 dalam menjalankan tugas.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode defkriftif, dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada pihak – pihak yang terkait dalam penelitian.

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian inni adalah pemerintah Kecamatan Barus belum menerapkan PP No 19 Tahun 2008, karena tidak adanya sosialisasi dan kurangnya pelimpahan kewenangan yang di berikan kepada Camat. Dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat pemerintah kecamatan belum terprogram dengan khusus, kalaupun diprogramkan masih sebatas teori belum diaplikasikan pada masyarakat, karena terkendala pada anggaran dan fasilitas yang kurang. sejauh ini pemerintah Kecamatan Barus berperan sebagai pengawas program yang yang dicanangkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah Kabupaten.

Medan, Februari 2013

Penulis


(11)

ABSTRAKSI

Peran Kecamatan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah

( Studi Tentang Peran Kecamatan Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Di Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah) Skripsi disusun oleh :

Nama : MUFLIHA NIM : 070903018

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Desen Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Dalam ketata negaraan Indonesia Otonomi Daerah merupakan penjabaran dari desentralisasi. Realisasinya dalam bentuk hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga sendiri yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Salah satu tujuan pengguliran kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia adalah Demokratisasi, pemberdayaan, partisipasi publik dan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat salah satunya dari tingkat perekonomian masyarakat.

Dalam era Otonomi Daerah peran Kecamatan sangat diharapkan dapat membantu pelaksanaan Otonomi Daerah yang sesuai dengan yang diharapkan, terutama dalam hal meningkatkan perekonomian masyarakat agar masyarakat dapat lebih tersejahterakan.

Undang – undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah membawa perubahan salah satunya mengenai kedudukan, tugas, fungsi,dan


(12)

kewenangan Kecamatan dan perubahan ini diatur dalam PP No 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kecamatan dalam pelaksanaan otonomi daerah dan untuk mengetahui apakah kecamatan Barus sudah menerapkan PP No 19 Tahun 2008 dalam menjalankan tugas.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode defkriftif, dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada pihak – pihak yang terkait dalam penelitian.

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian inni adalah pemerintah Kecamatan Barus belum menerapkan PP No 19 Tahun 2008, karena tidak adanya sosialisasi dan kurangnya pelimpahan kewenangan yang di berikan kepada Camat. Dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat pemerintah kecamatan belum terprogram dengan khusus, kalaupun diprogramkan masih sebatas teori belum diaplikasikan pada masyarakat, karena terkendala pada anggaran dan fasilitas yang kurang. sejauh ini pemerintah Kecamatan Barus berperan sebagai pengawas program yang yang dicanangkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah Kabupaten.

Medan, Februari 2013

Penulis


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 yang dimulai pelaksanaannya pada tanggal 1 Januari 2001 yang membawa implikasi bahwa pemerintah daerah dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten/Kota diberikan wewenang yang luas untuk mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Sehingga pemerintah daerah harus mendorong terciptanya prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) dengan melakukan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD melalui prinsip demokrasi, peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemerataan ekonomi dan kesejahteraan, keadilan sosial dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia. Dalam hal ini tujuannya adalah agar daerah otonom lebih mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara adil dan merata, taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta terbukanya kesempatan kerja.

Hakikat otonomi daerah pada dasarnya adalah bagaimana mendekatkan kepemerintahan serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kewenangan yang sudah diberikan kepada daerah itu menjadi urusan dan tanggung jawab pemerintah daerah yang bersangkutan. Masyarakat tidak lagi hanya menyesuaikan kepada pelayanan yang akan dibuat oleh pemerintah akan tetapi


(14)

merekadiharapkan dapat sekaligus ikut dalam proses penetapan perencanaan pembangunan dan bagaimana pembangunan itu akan dilakukan, masyarakat juga harus diberikan akses dalam menilai serta mengawal bagaimana pelayanan pemerintah itu dilakukan serta bagaimana ditingkatkan. Dalam hal ini hubungan pemerintah dengan masyarakat tidak lagi seperti hubungan top-down tetapi menjadi suatu hubungan yang bersifat partnership. Untuk ini perlulah penguatan institusi pemerintah daerah dalam hal ini kelembagaan dan kapasitas institusi pemerintah daerah.

Pada sisi lain, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah telah membawa berbagai perubahanbaru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,terutama dalam hal praktik-praktik pemerintahan. Salahsatu perubahan tersebut menyangkut kedudukan, tugas,fungsi, dan kewenangan kecamatan. Perubahan tersebutmengubah bentuk organisasi, pembiayaan, pengisianpersonel, pemenuhan kebutuhan logistik, serta akuntabilitasnya,baik secara langsung maupun tidak langsung.Dengan demikian, unsur Muspika yang selama iniberperan besar dalam menengahi dan mengatasi konflikyang terjadi di masyarakat tidak lagi diatur dalam PPNomor 19 Tahun 2008 yang diterbitkan pemerintah.

Dari posisi kedudukan tugas dan kewenangan kecamatan tersebut dapat dikatakan kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat melalui otonomi daerah. Kecamatan dalam hal ini menjadi tangan pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menjangkau masyarakat luas di wilayah masing-masing


(15)

kecamatan. Dalam hal ini kecamatan harus mampu menerjemahkan dan menyesuaikan berbagai kebijakan serta pelayanan yang sesuai dengan masyarakat. Oleh karena itu kecamatan diharapkan mampu mengaplikasikan tugas dan tanggung jawabnya baik fungsi-fungsi koordinatik maupun pembinaan kepada pemerintahan desa dan kelurahan.

Ekspektasi masyarakat terhadap peran signifikankecamatan dapat dikatakan masih tinggi. Masyarakatmasih mengharapkan peran kecamatan seperti masa lalu,sebagaimana diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 1974tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini dapat ditinjaudari kecenderungan masyarakat yang masih menjadikankecamatan sebagai tempat pengaduan berbagaipermasalahan sosial,seperti bencana alam dan konflik sosial. Unsur MusyawarahPimpinan Kecamatan (Muspika) secara de factomasih dianggap berperan besar dalam menanggapi danmengatasi pelbagai permasalahan sosial di masyarakat(Kurniawan, 2008).

Tuntutan masyarakat terhadap perancamat sebagai pemimpin kecamatan masih besar seperti pada era penerapan UU Nomor 5 Tahun 1974. Camatdituntut untuk siap melayani masyarakat sepenuhnyadan memahami segala macam persoalan yang terjadidalam masyarakat. Permasalahannya, bupati yang selama ini sering mengharapkan perankecamatan yang besar, justru tidak mendelegasikansebagian kewenangannya kepada camat. Hal ini seringmengakibatkan keragu-raguan camat dalam menangani berbagai persoalan yang terjadi dalam masyarakat.


(16)

Dalam era otonomi daerah peran kecamatan sangat diharapkan dapat membantu pelaksanaan otonomi daerah yang sesuai dengan yang diharapkan, terutama dalam hal meningkatkan ekonomi masyarakat agar masyarakat dapat lebih tersejahterakan karena sesuai dengan tujuan dari otonomi daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Fenomena yang terjadi dimasyarakat sekarang ini adalah kemiskinan yang semakin menjadi jadi yang terus mengorogoti kehidupan masyarakat. Banyak faktor umum yang menyebabkan hal ini terjadi, diantaranya adalah kerisis yang berkepanjangan, kurang terpenuhinya kebutuhan masyarakat, seperti kebutuhan akan pendidikan yang layak, kebutuhan akan kesehatan, kebutuhan akan fasilitas umum dan masih banyak lagi. Sumber daya manusia yang kurang juga merupakan faktor penyebab, karena masyarakat tidak mampu mengolah dan mengoptimalkan sumber daya alam yang ada disekitarnya. Hal ini menyebabkan masyarakat Indonesia pada umumnya masih banyak berada di bawah garis kemiskinan.

Fenomena ini juga terjadi pada masyarakat di Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah. Masyarakat di Kecamatan Barus masih banyak berada pada kalangan menengah kebawah. Masih banyak masyarakat Barus yang tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari hari. Tingkat pengangguran memang tidak begitu tinggi dibandingkan di kota besar, tapi masih banyak yang belum punya pekerjaan tetap ( pekerja kerja serabutan). Tingkat pendidikan bisa dikatakan sudah cukup maju walaupun masih ada anak anak yang putus sekolah, mereka lebih memilih untuk bekerja dari pada sekolah.


(17)

Untuk menunjang kehidupan yang layak maka perekonomian sangat menentukan tingkat kemakmuran suatu daerah. Profesi masyarakatnya ada yang menjadi nelayan, pegawai, petani dan berdagang. Sumber daya alam di Kecamatan Barus cukup banyak untuk diolah dan dikembangkan untuk menunjang perekonomian masyarakat Barus. Cukup banyak potensi yang ada di Kecamatan Barus baik itu dari bidang pertanian, kelautan, bahkan dari segi pariwisata. Tapi disisi lain masyarakat Barus menghadapi kendala untuk mengembangkan potensi – potensiitu, diantaranya kurangnya fasilitas seperti, alat tangkap ikan, masyarakat Barus masih menggunakan alat tradisional,sementara pihak lain sudah menggunakan alat yang canggih .Alat untuk pertanian,sebagian besar masyarakat Barus masih menggunakan alat tradisonal untuk menggarap sawahnya karena tidak mampu untuk membeli ataupun menyewa traktor.Kendala lain adalah dalam hal sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Barus. Masyarakat Barus bisa mengembagkan perekonomian dari bidang pariwisata, namun kendalanya adalah sarana dan prasarana yang kurang mendukung seperti, jalan menuju tempat – tempat pariwisata yang masih hancur atau jelek sehingga menyebabkan para wisatawan tidak tertarik untuk datang. Kurangnya promosi juga menyebabkan kendala dalam mengembangkan sektor pariwisata.

Untuk itu peran kecamatanlah yang diharapkan untuk lebih memperhatikan permasalahan yang dihadapi masyarakat Barus terutama di era otonomi darah sekarang ini. Sesuai dalam PP No 19 tahun 2008 yang menyatakan kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat melalui otonomi daerah.


(18)

dengan mencoba mengadakan penelitian dengan judul Peran Kecamatan Dalam Pelaksanaan Otonomi daerah, ( Studi Tentang Peran Kecamatan dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah )”


(19)

I.2 Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana Peran Kecamatan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Tentang Peran Kecamatan dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Barus) “

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran kecamatan Barus dalam Pelaksanaan Otonomi daerah

2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan Kecamatan Barus dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Barus.

3. Untuk mengetahui permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh kecamatan Barus dalam menjalankan perannya di era otonomi daerah

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, di antaranya adalah: 1. Manfaat Teoritis : Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan dalam pengembangan dan penyempurnaan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan ilmu Administrasi Negara.

2. Manfaat Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang terkait dengan peran kecamatan dalam otonomi daerah


(20)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini memuat tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dari lokasi penelitian, sejarah singkat, visi dan misi organisasi.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil data yang diperoleh dari lapangan dan/atau dokumen yang akan dianalisis secara mendalam yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Peran kecamatan

UU Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah telah membawa berbagai perubahanbaru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,terutama dalam hal praktik-praktik pemerintahan. Salahsatu perubahan tersebut menyangkut kedudukan, tugas,fungsi, dan kewenangan kecamatan. Perubahan tersebutmengubah bentuk organisasi, pembiayaan, pengisianpersonel, pemenuhan kebutuhan logistik, serta akuntabilitasnya,baik secara langsung maupun tidak langsung.Dengan demikian, unsur Muspika yang selama iniberperan besar dalam menengahi dan mengatasi konflikyang terjadi di masyarakat tidak lagi diatur dalam PPNomor 19 Tahun 2008 yang diterbitkan pemerintah.Perubahan tersebut diawali dengan perubahandefinisi mengenai kecamatan itu sendiri. Pada UUNomor 5 Tahun 1974, kecamatan didefinisikan sebagaiwilayah administratif pemerintahan dalam rangkadekonsentrasi. Definisi ini bermakna bahwa kecamatanadalah lingkungan kerja perangkat pemerintahpusat yang menyelenggarakan pelaksanaan tugaspemerintahan umum di daerah (Maksum, 2007).Sementara itu, pada UU Nomor 32 Tahun 2004kecamatan didefinisikan sebagai wilayah kerja camatyang merupakan perangkat daerah kabupaten dan kota. Perubahan definisi ini menjadikan kecamatan yangawalnya merupakan salah satu wilayah administrasipemerintahanselain pemerintahan Nasional, Provinsi,Kabupaten atau Kotamadya, dan kota administratifmenjadi wilayah kerja


(22)

dari perangkat daerah. Perubahanini juga telah mengubah Kecamatan yang awalnyamerupakan wilayah kekuasaan berubah menjadi wilayah pelayanan.

Dalam dimensi historis dan dinamikanya, kelembagaankecamatan mengalami perubahan yang secara multilinear sejajar dengan perubahansosial yang terjadi dalam masyarakat, khususnyaperubahan pada tata pemerintahan daerah. Perspektifsosiologi memandang perubahan kelembagaan tersebutsebagai suatu proses pelembagaanatau pembaruan kelembagaan sosial. Kebanyakan aksimasyarakat atas perubahan kelembagaan terjadi secaraspontan, bukan sebagai rencana yang disadari.

Dalam konteks reformasi di Indonesiaperubahan tersebut erat kaitannya dengan perubahantata pemerintahan daerah, mulai dari peraturan perundanganmasa kolonial, UU Nomor 5 Tahun 1974, UUNomor 22 Tahun 1999, hingga UU Nomor 32 Tahun2004. Perubahan pada aspek regulasi tersebut dimaknai sebagai perubahan tatanan sistem norma dan nilai sertaproses pembentuk pola perilaku aktor dan masyarakatyang secara bersama-sama diikuti denganperubahan proses pengorganisasian Kecamatan sehinggamembentuk badan atau organisasi Kecamatan yangsesuai dengan perubahan pada aspek regulasi tersebutdi atas.

Pada masa berlakunya UU Nomor 5 Tahun 1974,Camat merupakan kepala wilayah. Pada pasal 76dinyatakan setiap wilayah dipimpin oleh seorangkepala wilayah. Dalam pasal 77 dinyatakan bahwakepala wilayah Kecamatan disebut Camat. Dalampasal 80 dinyatakan kepala wilayah sebagai wakilpemerintah adalah


(23)

penguasa tunggal di bidangpemerintahan dalam wilayahnya dalam arti memimpinpemerintahan mengoordinasikan pembangunan danmembina kehidupan masyarakat di segala bidang.Wewenang, tugas, dan kewajiban Camat selaku kepalawilayah Kecamatan sama dengan wewenang, tugas,dan kewajiban kepala wilayah lainnya, yakni Gubernur,Bupati, dan Walikota. Pasal 81 secara lengkap dijelaskanbahwa wewenang, tugas dan kewajiban kepalawilayah adalah:

1. Membina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah;

2. melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang pembinaan ideologi, negara dan politik dalam negeri serta pembinaan kesatuan bangsa sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah; 3. menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan-kegiatan instansi –

instansivertikal dan antara instansi-instansi vertikal dengan dinas – dinasdaerah, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan untuk mencapai dayaguna dan hasilguna yang sebesar-besarnya;

4. membimbing dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan daerah; mengusahakan secara terus-menerus agar segala peraturan perundang – undangan dan peraturan daerah dijalankan oleh instansi-instansi pemerintah dan pemerintah daerah serta pejabat – pejabat yang ditugaskan untuk itu serta mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintah;

5. melaksanakan segala tugas pemerintahan yang dengan atau berdasarkan peraturan perundang-undangan diberikan kepadanya;


(24)

6. melaksanakan segala tugas pemerintah yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu instansi lainnya.

Dari sini terlihat betapa kuatnya posisi dan kewenanganseorang Camat di wilayah kecamatan. Camat adalahkepala wilayah, wakil pemerintah pusat, dan penguasatunggal di wilayah Kecamatan yang dapat mengambilsegala tindakan yang dianggap perlu untuk menjaminkelancaran penyelenggaraan pemerintah. Meskipun Camatadalah bawahan bupati/walikota, Camat mempunyaikewenangan yang cukup besar di wilayahnya. Tidakheran pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974, Camat dapatmemutuskan segala sesuatu tanpa perlu mengkonsultasikannyadengan Bupati.

Pada masa setelah berlakunya UU Nomor 22 Tahun1999 dan kemudian UU Nomor 32 Tahun 2004, Camattidak lagi menjadi kepala wilayah, melainkan sebagaiperangkat daerah. Seperti telah disebutkan sebelumnya,dalam Pasal 120 ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2004dinyatakan bahwa perangkat daerah kabupaten/kotaterdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinasdaerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.Jadi, secara hukum posisi Camat sejajar denganposisi para kepala dinas daerah dan Lurah.Camat merupakan perpanjangan tangan bupati. Secara terinci, kewenangan Camat dijelaskan dalam Pasal126 ayat (2) yang menyatakan bahwa Camat yang dalampelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagianwewenang Bupati atau Walikota untuk menanganisebagian urusan otonomi daerah. Jadi, berdasarkanayat (2) ini seorang Camat mendapat kewenangan yangdilimpahkan atau diberikan oleh Bupati atau


(25)

Walikota,untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.Pada ayat (3), dijelaskan bahwa Camat juga menyelenggarakantugas umum pemerintah. Tugas umumpemerintah ini meliputi :

1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;

3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat Kecamatan;

6. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan.

Selanjutnya pada Pasal 15 ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2008 ditambahkan rambu-rambu kewenangan yang perlu didelegasikan oleh Bupati/ Walikota kepada Camat untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek :

1. Perizinan 2. Rekomendasi 3. Koordinasi 4. Pembinaan 5. Pengawasan


(26)

7. Penetapan

8. Penyelenggaraan dan

9. Kewenangan lain yang dilimpahkan.

Kecamatan karena besaran wilayahnya, jarak politisnya dengan grass-root politics, jumlah penduduk dan potensi yang dipunyai dapat berfungsi:

1. Sebagai arena pengembangan demokrasi di tingkat lokal 2. Sebagai arena pengembangan kehidupan ekonomi

3. Sebagai arena pengembangan sistem pelayanan public yang efektif dan efisien

4. Sebagai arena politik yang bisa menghubungkan politik setingkat desa dengan kabupaten sebagai pusat pengambilan keputusan politik.

Perubahan posisi atau status Camat dari kepalawilayah menjadi perangkat daerah dengan fungsi utama“menangani sebagian urusan otonomi daerah yangdilimpahkan serta “menyelenggarakan tugas umumpemerintah” ini ternyata membawa implikasi yangsangat mendasar bagi camat dan institusi kecamatan itusendiri. Saat ini, para Camat merasakan bahwa secaraformal (yuridis), kewenangan dan kekuasaan merekasangat berkurang. Selain itu, para Camat juga merasabahwa kewenangan dan fungsi mereka sekarang menjadikurang jelas. Hal ini sering menimbulkan keraguan bagipara Camat dalam menjalankan tugasnya.Di lain pihak pada kenyataannya para Camat sekarangmasih menjalankan tugas sebagai kepala wilayah.Masyarakat pun juga menganggap bahwa Camat masihmerupakan penguasa wilayah seperti dulu. Masyarakattetap


(27)

meminta campur tangan Camat dalam menanganiberbagai persoalan yang mereka hadapi, seperti konfliksosial, kebersihan, keamanan, dan persoalan-persoalanlainnya. Camat juga diharapkan kehadirannya dalamberbagai aktivitas masyarakat, seperti khitanan, pernikahan, perayaan keagamaan,dan kegiatan masyarakat lainnya.

Sesungguhnya Bupati sendiri juga masih mengharapkanCamat berperan seperti kepala wilayah dalamhal-hal tertentu. Camat diharapkan menjadi pihak yangpaling mengetahui seluruh permasalahan yang terjadidalam masyarakat. Jika ada persoalan yang terjadidalam masyarakat, Bupati sering meminta penjelasankepada Camat, padahal masalah tersebut sebenarnyaadalah masalah teknis yang berada di bawah urusaninstansi teknis tertentu. Hal konkret seperti inilah yangsering menimbulkan ketidakjelasan posisi Camat dalammasyarakat.

Pada sisi lain, bagi Bupati/Walikota yang paham tentang penyelenggaraan pemerintahan, mereka akan melakukan delegasi kewenangan yang luas kepada Camat sehingga fungsinya menjadi lebih besar dan luas dibanding pada waktu Camat masih menjadi kepala wilayah. Pendelegasian sebagian kewenangan Bupati/Walikota kepada Camat sebenarnya menguntungkan Bupati/Walikota bersangkutan, karena mereka tidak dibebani oleh urusan-urusan elementer berskala kecamatan yang dapat diselesaikan oleh Camat.

Menyadari kedudukan kecamatan yang strategis tersebut, maka yang perlu dilakukan adalah bagaimana pemerintah daerah Kabupaten/Kota mendudukkan kecamatan sebagai bagian pemerintah daerah dalam menyelenggarakan otonomi


(28)

serta memberikan penguatan untuk melalukan banyak peran dalam penyelenggaraan otonomi daerah melalui pelimpahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota.

Sebagai intitusi publik, keberadaan kecamatan hendaknya dimanfaatkan secara optimal untuk melayani masyarakat. Jangan sampai dana publik yang dikeluarkan untuk membayar gaji PNS dan membiayai fasilitas kantor namun tidak memberi manfaat bagi rakyat sebagai pemilik kedaulatan.

II.1.1 Kewenangan dan Pemberdayaan Camat Kini

UU Nomor 32 Tahun 2004 dinilai tidak membericukup ruang bagi Camat untuk menjalankan peranyang diharapkan publik. Peran Camat ditentukan olehbagaimana Bupati atau Walikota mendelegasikan kewenangankepada Camat. Masalahnya, di hampir semuadaerah di Indonesia Camat belum mendapatkan delegasikewenangan dari Bupati atau Walikota secara maksimal.Pemerintah daerah cenderung mengedepankan logikasektoral dan belum mampu memberdayakan kecamatandalam logika kewilayahan. Sebagian besar kewenanganlebih banyak dimiliki instansi sektoral. Hal ini diperparahdengan tidak mudahnya membuka kesediaaninstansi sektoral untuk berbagi kewenangan dengankecamatan karena terkait dengan pembagian sumberdaya. Meski ada komitmen menguatkan kelembagaankecamatan, dalam praktiknya pemerintah daerah masihmenemukan masalah dalam dua hal. Pertama, masihlemahnya pembagian urusan dari instansi sektoralke kecamatan. Kedua, adanya


(29)

kecenderungan untukmelakukan pengaturan kelembagaan kecamatan yangseragam sehingga gagal merespons kebutuhan dankonteks lokal kecamatan.

Pengaturan penyelenggaraan kecamatan baik darisisi pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsinyasecara legalistik diatur dengan peraturan pemerintah.Pengembangan kualitas aparatur menyangkutpengembangan dari segi pengetahuan teknis, teoritis,konseptual, moral, dan tanggung jawab sesuai dengankebutuhan pekerjaan baik dengan jalan pendidikanmaupun pelatihan, magang, dan training agar aparaturtersebut profesional dalam tugasnya (Sultan, 2007). PPNomor 19 Tahun 2008 secara eksplisit telah mengaturtentang hal itu. Sebagai perangkat daerah, kecamatanmendapatkan pelimpahan kewenangan dalam hal urusanpelayanan masyarakat. Selain itu, kecamatan jugaakan mengemban penyelenggaraan tugas-tugas umumpemerintahan. Camat dalam menjalankan tugasnyadibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggungjawab kepada Bupati atau Walikota melalui sekretarisdaerah (sekda). Hal ini bukan berarti Camat menjadibawahan langsung sekda karena secara strukturalcamat berada langsung di bawah bupati atau walikota.Namun, pertanggungjawaban Camat tersebut merupakanpertanggungjawaban administratif.

Camat juga berperan sebagai kepala wilayah-wilayahkerja, karena melaksanakan tugas umum pemerintahandi wilayah kecamatan. Hal ini khususnya berkaitan dengan tugas-tugas atributif dalam bidang koordinasipemerintahan terhadap seluruh instansi pemerintahdi wilayah kecamatan, penyelenggaraan ketentramandan ketertiban, penegakan peraturan perundangan,pembinaan desa


(30)

atau kelurahan, serta melaksanakantugas pemerintahan lainnya yang belum dilaksanakanoleh pemerintahan desa atau kelurahan serta instansipemerintah lainnya di wilayah kecamatan. Oleh karenaitu, kedudukan Camat berbeda dengan kepala instansipemerintah lainnya di wilayah kecamatan karenapenyelenggaraan tugas instansi tersebut harus beradadalam koordinasi Camat.

Kecamatan sebagai perangkat daerah juga mempunyaikekhususan jika dibandingkan dengan perangkatdaerah lainnya dalam pelaksanaan tugas pokok danfungsinya untuk mendukung pelaksanaan asas desentralisasi.Kekhususan tersebut dapat ditinjau dari adanyakewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosio-kultural,menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomidan budaya, mengupayakan terwujudnya ketentramandan ketertiban wilayah sebagai perwujudan kesejahteraanrakyat serta masyarakat dalam kerangka membangunintegrasi kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsiutama Camat, selain memberikan pelayanan kepadamasyarakat, melakukan tugas-tugas pembinaan wilayah.

Secara filosofis kecamatan yang dipimpin olehcamat perlu diperkuat dan diberdayakan dari aspeksarana-prasarana, sistem adminitrasi, keuangan dankewenangan bidang pemerintahan dalam upaya penyelenggaraanpemerintahan di kecamatan sebagai ciripemerintahan kewilayahan yang memegang posisistrategis dalam hubungan dengan pelaksanaan kegiatanpemerintahan kabupaten/kota yang dipimpin oleh bupati/walikota. Sehubungan dengan itu, Camat melaksanakankewenangan pemerintahan dari dua sumber,yaitu bidang


(31)

kewenangan dalam lingkup tugas umumpemerintahan dan kewenangan bidang pemerintahanyang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota dalam rangkapelaksanaan otonomi daerah.

Memberdayakan dan mengoptimalkan pelayananCamat berarti mendekatkan rakyat kepada jajaran aparatyang paling dekat. Permasalahannya adalah selama inipemerintahan kota dan kabupaten lebih menjadikankepala dinas dan kepala badan sebagai ujung tombakpelayanan. Ada beberapa alasan mengapa Camat harusmengambil peran dalam proses otonomi daerah. Pertama,dalam posisi barunya di perundang-undangan,Camat adalah ujung tombak pelayanan kota danKabupaten. Harus diakui, masih banyak Camat yangberbuat dan bekerja hanya atas perintah atasannya dankurang mendasarkan pekerjaannya pada kepentinganmasyarakat. Kedua, pada beberapa negara yang tidakmemiliki level kecamatan dalam struktur pemerintahannya,fungsi pendekatan pelayanan state kepada communityini diperankan baik oleh neighborhood community.Neighborhood community ini merupakan kelompokmasyarakat dalam kota yang bertujuan mendengar danmeneruskan apa yang menjadi kebutuhan lokal. Pondasidan nilai utama desentralisasi adalah kehendak untukmengubah dari kultur top down menjadi bottom up. Halini mempunyai makna, mengubah penguasaan pusatyang berlebihan menuju kebebasan lokal (kecamatan)yang sewajarnya.Desentralisasi juga menuntut pertahanan sedemikianrupa agar daerah tidak melebihi haknya untuk berubah.Setiap proses desentralisasi atau otonomi harusdiikuti dengan penyerahan tugas dan kekuasaan. Padakonteks Indonesia, proses ini selalu dihadapkan padapermasalahan yang berkaitan dengan kapabilitas


(32)

daerah.Oleh karena itu, tidak semua kecamatan boleh diberikeleluasaan, hanya kecamatan dengan kategori danpenilaian kemampuan tinggi boleh diberi wewenangluas, termasuk dalam hal penanganan konflik sosial dimasyarakat.

II.1.2 Susunan dan Bagan Organisasi Kecamatan

Pada Pasal 126 ayat (5) dan (6) UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah kabupaten/kota. Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada Camat.

Sekretariat kecamatan dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Camat. Sekretaris Kecamatan mempunyai tugas membantu Camat dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh perangkat/ aparatur kecamatan.

Perpanjangan tangan dari Dinas dan Lembaga teknis daerah Kabupaten/Kota maupun instansi vertikal yang bertugas dalam lingkungan kecamatan bersangkutan seperti PLKB (Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana), PPL Pertanian (Petugas Penyuluh Lapangan), Petugas/Mantri Statistik, dsb.

Adapun tugas masing-masing seksi ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati/Walikota sesuai kebutuhan berdasarkan beban tugas dan urusan pemerintahan yang diselenggarakan kecamatan. Dimungkinkan dibentuknya


(33)

jabatan fungsional sesuai kebutuhan. Penempatan jabatan fungsional dalam susunan organisasi kecamatan menyesuaikan dengan peraturan perundang -undangan yang berlaku.

Sedangkan menurut Pasal 23 PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, susunan organisasi Kecamatan diatur sebagai berikut :

1.Organisasi kecamatan terdiri dari 1 (satu) sekretaris, paling banyak 5 (lima) seksi, dan sekretariat membawahkan paling banyak 3 (tiga) subbagian.

2.Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi: a. Seksi tata pemerintahan;

b. Seksi pemberdayaan masyarakat dan desa; dan c. Seksi ketenteraman dan ketertiban umum.

3. Pedoman organisasi kecamatan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.


(34)

STRUKTUR ORGANISASI KECAMATAN MENURUT PP NOMOR 19 TAHUN 2008

Es. IIIa

Es. IIIb

Es. IVb

Es. IVa

Keterangan :

Menurut PP 19 Tahun 2008, jumlah seksi paling sedikit 3 artinya minimal seksi yang ada adalah seksi tapem, seksi trantib dan seksi pemasyarakatan, tergantung Perda masing-masing daerah (bisa 3, 4, 5 atau bahkan lebih). Sedangkan di bawah Sekretaris Kecamatan (Sekcam) ditambah dengan adanya jabatan setingkat Kepala Sub Bagian (paling banyak 3) yang mengurusi administrasi umum, kepegawaian dan keuangan.

Camat

Seketaris Kecamatan kelompok

jabatan fungsional

Subbag Subbag

Subbag

Seksi Seksi

Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan seksi

Ketentraman dan Ketertiban Seksi Tata

Pemerintah


(35)

II.2 Otonomi Daerah

Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos dan nomos yang berarti perundangan sendiri. Dengan diberikannya hak kekuasaan dan pemerintahan kepada badan otonomi, seperti Provinsi, Kabupaten, dan kota maka denganinisiatifnya sendiri dapat mengurus rumah tangganya dengan membuat/mengadakan peraturan-peraturan daerah yang tidak boleh bertentangan Undang-undang Dasar 1945 dan peraturan pemerintah serta mampu menjalankan kepentingan umum.

Proses peralihan dari sistem dekonsentrasi ke sistem desentralisasi di sebut pemerintah dengan otonomi. Otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan.Sementara “daerah” dalam arti local state government adalah pemerintah di daerah yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Otonomi adalah derivat dari desentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan kepada tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah.

Dalam pasal 1 ayat 5 dan 6 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untukmengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Sumaryadi ( 2005:48) otonomi daerah adalah keleluasaan dalam bentuk hak dan wewenang serta kewajiban dan tanggung jawab badan


(36)

pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sebagai manivestasi dari desentralisasi. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum untuk mempunyai batas daerah tertentu berwenang dan mengatur kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Secara prinsipil terdapat dua hal yang tercantum dalam otonomi yaitu hak dan wewenang untuk mengelola daerah serta tanggung jawab untuk kegagalan dalam memanajemeni daerah. Hakikat otonomi adalah meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari rakyat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh rakyat.

Tujuan otonomi adalah mencapai efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai dalam penyerahan urusan ini adalah antara lain menumbuh kembangkan daerah dalam berbagai bidang dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah, dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan.

Visi Otonomi Daerah itu sendiri dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup interaksinya yang utama antara lain:

1. Di Bidang Politik, Otonomi Daerah adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan dekonsentrasi, maka ia harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang – ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yag dipilih secara demokratis, memungkinkan


(37)

berlangsungnya pemerintahan yangi resposif terhadap kepentingan masyarakat luas, dan memelihara mekanisme pengambilan keputusan yang taat kepada asas pertanggung jawaban publik. Otonomi daerah juga berarti kesempatan membangun struktur pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karir politik dan administratif yang kompetitif, serta mengembangkan sistem pemerintahan yang efektif.

2. Di Bidang Ekonomi, otonomi daerah satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di lain pihak terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Dalam konteks ini , otonomi akan menungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses perijinan usaha, dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi di daerahnya.

3. Di Bidang Sosial dan Budaya, otonomi harus dikelolah sebaik mungkin demi menciptakan dan memelihara nilai nilai lokal yang dipandang bersifat kondusif terhadap kemampuan masyarakat merespon dinamika kehidupan di sekitarnya.

Menurut Sumaryadi (2005:64) adapun pemberian otonomi daerah yang mengemukakan ada tiga hal yang lebih desentralistik yaitu sebagai berikut:


(38)

1. Pembangunan masyarakat sebagai pengadaan pelayanan masyarakat. Pembangunan masyarakat identik dengan peningkatan pelayanan dan pemberian fasilitas sosial seperti kesehatan, gizi, pendidikan dan sanitasi yang secara keseluruhan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana mencapai tujuan sosial yang lebih subim dan sukar di ukur seperti keadilan, pemerataan, peningkatan budaya kedamaian dan sebagainya.

3. Pembanguna sosial sebagai upaya terencana untuk meningkatkan kemampuan manusia berbuat. Pembangunan di sini merupakan derivasi dari paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia / rakyat atau people centered development.

Dewasa ini isu otonomi daerah dan demokratisasi menjadi salah satu agenda reformasi yang utama. Tema sentral kebijaksanaan pembangunan di era reformasi adalah mengedepankan paradigma pembangunan manusia yang menempatkan warga negara atau rakyat sebagai pelaku pembangunan dan yang menempatkan otonomi daerah sebagai wahana mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Dengan otonomi daerah berarti telah memindahkan sebagian besar ke-wenangan yang tadinya berada di pemerintah pusat diserahkan kepada daerah otonom, sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena kewenangan membuat kebijakan (perda) sepenuhnya menjadi wewenang daerah


(39)

otonom, maka dengan otonomi daerah pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas. Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah (PAD), sumber daya manusia yang dimiliki daerah, serta kemampuan daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah otonom. Terpusatnya SDM berkualitas di kota-kota besar dapat didistribusikan ke daerah seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, karena kegiatan pembangunan akan bergeser dari pusat ke daerah.

Menguatnya isu Putra Daerahisme dalam pengisian jabatan akan menghambat pelaksanaan otonomi daerah, disamping itu juga akan merusak rasa persatuan dan kesatuan yang telah kita bangun bersama sejak jauh hari sebelum Indonesia merdeka. Setiap manusia Indonesia dijamin oleh konstitusi, memiliki hak yang sama untuk mengabdikan diri sesuai dengan profesi dan keahliannya dimanapun di wilayah nusantara ini.

Yang perlu dikedepankan oleh pemerintah daerah adalah bagaimana pemerintah daerah mampu membangun kelembagaan daerah yang kondusif, sehingga dapat mendesain standard Pelayanan Publik yang mudah, murah dan cepat. Untuk menciptakan kelembagaan pemerintah daerah otonom yang mumpuni perlu diisi oleh SDM yang kemampuannya tidak diragukan, sehingga merit system perlu dipraktekkan dalam pembinaan SDM di daerah.

Inti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar


(40)

prakarsa, kreatifitas, dan peran serta aktif masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Memberikan otonomi daerah tidak hanya berarti melaksanakan demokrasi di lapisan bawah tetapi juga mendorong oto-aktifitas untuk melaksanakan sendiri. Dengan berkembangnya demokrasi dari bawah maka rakyat tidak saja menentukan nasibnya sendiri, melainkan yang utama adalah berupaya memperbaiki nasibnya sendiri. Hal itu dapat di wujudkan dengan memberikan kewenangan yang cukup luas kepada pemerintah daerah guna mengurus dan mengatur serta mengambangakan daerahnya sesuai dengan kepentingan dan potensi daerahnya. Kewenangan artinya adalah keleluasaan untuk menggunakan dana baik yang berasal dari daerah sendiri maupun dari pusat sesuai dengan keperluan daerahnya tanpa campur tangan dari pusat, keleluasan berprakarsa, memilih alternatif, menentukan prioritas dan mengambil keputusan utuk kepentingan daerahnya, keleluasan untuk memanfaatkan dana perimbangan keuangan pusat dan daerah memadai, yang didasarkan kriteria objektif dan adil.

II.3 Defenisi Konsep

MenurutSingarimbun (1995),konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah atau beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya.


(41)

Agar mendapatkan pembahasan yang jelas dari setiap konsep yang akan diteliti, maka konsep-konsep yang digunakan peneliti antara lain:

1. Peran kecamatan untuk memfasilitasipartisipasi berbagai pihak dalam satuan wilayah kecamatandengan berlandaskan kaidah-kaidah representasiyang digunakan dalam proses pengambilan keputusan. 2. Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai

pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat.

3. Otonomi daerah diartikan sebagai wewenang daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai perundang – undangan.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006 : 47), penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian deskriptif hanya berusaha untuk memberikan gambaran terhadap fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Camat di Jalan Sudirman No. 15 Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah.

III.3 Informan Penelitian

Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian, dapat diperoleh dariinforman penelitian. Informan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci, informan utama dan


(43)

informan biasa. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, sedangkan informan biasa adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan kunci yaitu Camat 1 orang dan Sekcam 1 orang

2. Informan biasa yaitu Kepala Seksi Pemerintahan, Lurah 1 orangmasyarakat 5 orang.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.

1) Metode wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan langsung kepada pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian.

2) Metode observasi yaitu pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap penomena penomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan untuk mendukung kelengkapan dari data


(44)

primer. Teknik pengumpulan data sekunder terdiri dari studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

1) Studi dokumentasi yaitu pengumulan data yang di peroleh melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen dokumen yang berkaitan dengan masalah yang di teliti.

2) Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang di peroleh dengan mengumpulkan berbagai literatur seperti buku, majalah dan berbagai bahan yang berhubungan dengan penelitian.

III.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan benda. Orang sebagai informan dalam arti sebagai subjek yang mengemukakan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti, sedangkan benda merupakan sumber data dalam bentuk dokumen seperti artikel dan berita yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pemilihan data primer berdasarkan pada kapasitas subjek penelitian yang dinilai dapat memberikan informasi yang dibutuhkan secara menyeluruh. Data skunder dalam penelitian ini diperoleh berupa dokumen seperti artikel-artikel yangdibutuhkan peneliti untuk membantu dalam memperjelas dalam menganalisis data.


(45)

III.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data yang tersedia, menelaah, menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian di kategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.


(46)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1. Sejarah Kecamatan Barus

Barus adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Indonesia. Kota Barus terletak di pinggir Pantai Barat Sumatera. Barus sebagai kota Emporium dan pusat peradaban pada abad 1 – 17 M, dan disebut juga dengan nama lain, yaitu Fansur.

Pada masa lalu Kapur Barusdan rempah-rempah merupakan salah satu komoditas perdagangan yang sangat berharga dari daerah ini dan diperdagangkan sampai ke Arab, dan Parsia. Kapur Barus sangat harum dan menjadi bahan utama dalam pengobatan di daerah Arab dan Persia. Kehebatan kapur ini pun menjalar ke seluruh dunia dan mengakibatkan dia diburu dan mengakibatkan harganya semakin tinggi. Eksplorasi yang berlebihan dari kapur barus ini mengakibatkan tidak ada lagi regenerasi dari pohon yang berusia lama ini. Saat ini sangat susah menemui pohon kapur barus, kalaupun ada umurnya masih belum mencapai usia memproduksi bubuk yang ada di tengah batang pohon.

Barus kota tua, menjadi salah satu tujuan wisata bagi para peneliti arkeologi islam, baik dari dalam negeri dan dari luar negeri, khususnya di Lobu Tua dimana peneliti Prancis dan Indonesia melakukan eksplorasi arkeologi. Saat ini kita dapat melihat peninggalan sejarah Islam di Barus, yaitu dengan adanya makam Papan Tenggi dan makam Mahligai.


(47)

Pada Juni 1946 melalui sidang Komite Nasional Daerah Keresidenan Tapanuli, dibentuklah Kabupaten Sibolga / Tapanuli Tengah. Seiring itu pula di Tapanuli Tengah mulai dibentuk kecamatan-kecamatan untuk menggantikan sistem Pemerintahan Onder Distrik Afdeling . Sibolga adalah kecamatan yang pertama kali dibentuk, menyusul Lumut dan Barus. Dengan demikian pada waktu itu status Barus resmi menjadi sebuah Kecamatan. Dengan sendirinya wilayah Barus Raya sudah terbagi-bagi sesuai ketentuan yang berlaku pada saat itu. Adapun Sorkam masih dalam wilayah Kecamatan Barus. Dengan Undang-Undang darurat no. 7 Tahun 1956, di Sumatera Utara dibentuklah daerah otonom kabupaten, termasuk Tapanuli Tengah.

Melalui undang-undang itu juga Sibolga menjadi Kota Praja. Terpisahnya Sorkam dari Kecamatan Barus didasarkan adanya ketentuan yang menyatakan bahwa setiap kabupaten harus mempunyai dua kewedanaan dan satu kewedanaan minimal harus dua Kecamatan. Wedana Barus terdiri dari Kecamatan Barus dan Kecamatan Sorkam. Berdasarkan PP No. 35 /1992 tanggal 13 Juli 1992 tentang pembentukan 18 kecamatan yang ada di Sumatera Utara, maka Kabupaten Tapanuli Tengah mendapat 2 daerah pemekaran yakni Kecamatan Manduamas yang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Barus dan Kecamatan Kolang hasil pemekaran dari Kecamatan Sibolga. Sesuai dengan perkembangan pemekaran wilayah yang terjadi di seluruh Indonesia, maka Kecamatan Barus pun dimekarkan berkali-kali. Dalam berberapa tahun saja menjadi kecamatan, Manduamas dimekarkan menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Manduamas dan Kecamatan Sirandorung. Sementara Kecamatan Barus dimekarkan lagi


(48)

menjadi beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Barus, Kecamatan Sosorgadong, Kecamatan Andam Dewi dan Kecamatan Barus Utara.

Etnis Pesisir mempunyai ragam budaya dan bahasa tersendiri. Berkenaan dengan pembagian etnis dimiliki penduduk melahirkan suatu ke-Bhinneka Tunggal Ika an. Demikian di Kecamatan Barus, Etnis Pesisir hidup berdampingan dengan Etnis Minangkabau, Batak Toba, Mandailing, Aceh, Pakpak, Nias, Bugis dan Jawa. Kendatipun demikian keturunan Arab, India dan China masih terdapat di Kecamatan Barus.

Penduduk Kecamatan Barus yang beretnis Pesisir umumnya mempunyai marga sesuai dengan suku induknya. Masyarakatnya banyak yang bermarga Batak seperti : Pasaribu, Sinaga, Sinambela, Tarihoran, Sitanggang, Sihombing, Tanjung, Pohan, Samosir, Limbong dan lain-lain. Ada juga yang bermarga Mandailing seperti Nasution, Lubis, Batubara, Matondang dan bersuku Minang di antaranya Chaniago. Dari Etnis Nias ada marga Harefa, Lase. Begitu juga dari marga Pakpak yakni Gaja, Tumanggor dan lain-lain.

Dengan adanya berbagai etnis ini maka penggalangan persatuan dan kesatuan dapat terbina dengan baik. Banyaknya etnis di Kecamatan Barus kemungkinan besar tidak terlepas dari julukan „Kota Tua‟. Sebagaimana diketahui bahwa Barus dulunya merupakan pelabuhan internasional yang disinggahi berbagai etnis dan suku bangsa di dunia untuk mendapatkan kapur barus dan rempah-rempah.


(49)

IV. 1.1 Letak Geografis

Untuk menentukan keadaan letak geografis dengan pendekatan astronomi suatu daerah yang didasarkan kepada letak lintang dan bujurnya maka wilayah Barus terletak berada di antara 02° 02‟ 05” - 02° 09‟ 29” Lintang Utara dan 98° 17‟ 18” - 98° 23‟ 28” Bujur Timur. Sebelum pemekaran Kecamatan Barus berbatasan langsung dengan Provinsi Aceh dan Kabupaten Tapanuli Utara. Setelah pemekaran maka Kecamatan Barus berbatasan dengan :

Sebelah utara : Kecamatan Andam Dewi Sebelah selatan : Kecamatan Sosor Gadong Sebelah Barat : Samudera Hindia

Sebelah Timur : Kecamatan Barus Utara Letak di atas permukaan laut : 0 – 3 meter Jarak kantor Camat ke kantor Bupati : 76 Km


(50)

Tabel 4.1 Daftar Luas Kecamatan Barus Menurut Desa / Kelurahan 2010

No Desa / Kelurahan Luas (Km2)

Rasio Terhadap Total Luas Kecamatan (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Patupangan Kedai Gedang Sigambo – gambo Padang Masiang Kampung Solok Pasar Batu Gerigis Pasar Terandam Kinali Ujung Batu Kampung Mudik Gabungan Hasang Aek Dakka Bungo Tanjung Jumlah 1,92 2,32 1,05 0,77 0,31 0,50 0,92 0,95 4,51 1,32 3,30 2,00 1,94 21,81 8,80 10,64 4,81 3,53 1,42 2,29 4,22 4,36 20,68 6,05 15,13 9,17 8,90 100,00 Sumber : profil Kecamatan Barus 2010

IV.1.2 Kependudukan

Penduduk Kecamatan Barus pada saat ini 15.645 jiwa, yang terhimpun dalam 3.472 kepala Keluarga (KK). Adapun penduduk yang mendiami kecamatan Barus terdiri beberapa agama antara lain:


(51)

Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga MeurutDesa/Kelurahan2010

No Desa / Kelurahan Penduduk Jumlah Rumah Tangga

Rata – rata Per RumahTangga

(1) (2) (3) (4)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Patupangan Kedai Gedang Sigambo – gambo Padang Masiang Kampung Solok Pasar Batu Gerigis Pasar Terandam Kinali Ujung Batu Kampung Mudik Gabungan Hasang Aek Dakka Bungo Tanjung 1.708 1.540 1.009 2.139 1.027 1.428 2.327 317 786 754 1.199 734 677 363 298 219 498 220 328 491 70 164 183 298 183 157 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4

Jumlah 15.645 3.472 5


(52)

IV.1.3 Keagamaan

Di Kecamatan Barus tiga agama di dunia yakni Islam, Kristen Protestan dan Kristen Katholik hidup berdampingan. Penduduk Kecamatan Barus didiami Etnis Pesisir yang mayoritas beragama Islam. Bentuk keyakinan lain adalah kepercayaan Parmalim yang merupakan agama nenek moyang suku Batak. Walaupun berbeda keyakinan tetapi dalam perbedaan tersebut dijalin rasa persatuan dan kesatuan untuk saling menghormati dan menghargai pemilik agama lain dan hal ini terlihat dari banyaknya sarana ibadah yang berdiri di wilayah Kecamatan Barus antara lain :

Tabel 4.3 Daftar Sarana Rumah Ibadah 2010

No Sarana Rumah Ibadah Jumlah

1 Masjid 20

2 Musholla / Langgar 16

3 Gereja 12

4 Lainnya 1

Jumlah 49

Sumber : profil Kecamatan Barus 2010


(53)

Tabel 4.4 Daftar Jumlah Pemeluk Agama 2010

No Agama Jumlah

1 Islam 67,64

2 Katolik 10,19

3 Kristen Lainnya 19,76

4 Lainnya 2,41

Jumlah 100

Sumber : profil Kecamatan Barus 2010

VI.1.4 Pendidikan

Tingkat pendidikan di Kecamatan Barus dikatakan sudah cukup maju dan sarana pendidikan sudah hampir memadai, hal ini dilihat dari banyaknya murid, siswa dan mahasiswa di Kecamtan Barus

Tabel 4.5Daftar Banyaknya Murid SD,SLTP,SLTA dan PT

No Sekolah Negeri Swasta Jumlah

1 SD 1.955 761 2.716

2 SLTP 802 618 1.420

3 SLTA 919 239 1.158

4 PERGURUAN TINGGI

Jumlah

-

3.676

808

2.426

808

6.102


(54)

IV.2. Visi dan Misi Kecamatan Barus a. Visi

Visi adalah suatu gambaran yang tepat bagi masa depan suatu organisasi yang diinginkan, sehingga menjadi motivasi dalam menggerakkan warga organisasi itu bertindak sehingga organisasi itu dapat berkembang dan membuat kemajuaan. Kekuatan visi terletak pada kemampuan untuk merebut daya tarik baik dari dalam maupun dari luar organisasi dan daya tarik tersebut difokuskan pada harapan dan impian bersama. Bagi suatu organisasi visi memiliki peran dan fungsi sebagai berikut:

1. Mampu memberikan arah bagi anggota organisasi

2. Menciptakan kesadaran untuk mengendalikan dan mengawasi

3. Mendorong anggota organisasi untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik

4. Mendorong anggota organisasi untuk bersaing dan berdaya dorong untuk perubahan

5. Mempersatukan anggota organisasi.

Dalam mengantisipasi tantangan kedepan menuju kondisi yang di inginkan serta tuntutan transparansi pembangunan, kantor Camat barus sebagai perpanjangan tangan pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah memiliki Visi sebagai berikut.


(55)

“ KOTA BERTUAH BARUS SEBAGAI TUJUAN WISATA DAN JALUR

LALU LINTAS PERDAGANGAN BARAT SERTA JASA DI KAWASAN PANTAI BARAT SUMATERA UTARA DAN PESISIR ACEH”

b.Misi

Untuk mewujudkan visi yang ditetapkan, setiap organisasi mempunyai misi yang jelas. Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh organisasi pemerintah sesuai dengan visi yang telah di tetapkan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Suatu pernyataan misi secara eksplisit menyatakan apa yang harus dicapai oleh suatu instansi pemerintah dan kegiatan spesifik apa yang harus dilaksnakan dalam pencapaian hal tersebut. Misi sebagai pernyataan cita cita, merupakan lansasan kerja yang harus dilaksanakan secara bersama sama oleh seluruh jajran instansi pemerintah bersama dengan masyarakat.

Adapun misi yang diemban Kantor Camat Barus Kabupaten Tapanuli Tengah dalam rangka pencapaian visi tersebut yaitu :

1.Mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) 2.Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat

3.Pemberdayaan sumber daya alam ( SDA ) dan sumber daya manusia ( SDM )

4.Percepatan pembangunan infrastruktur dan suprastruktur 5.Peningkatan kesejahteraan masyarakat di berbagai bidang.


(56)

Sesuai Peraturan Bupati Tapanuli Tengah Nomor 22 tahun 2005 tentang uraian Tugas Pokok dan Fungsi kantor Kecamatan Kabupaten Tapanuli Tengah di jabarkan struktur organisasi Kecamatan Barus sebagai berikut :

IV.3 Struktur Organisasi Kecamatan Barus

Struktur Organisasi Kecamatan Barus

Penjelasan susunan Organisasi Kantor Camat Barus :

Camat

Camat dalam pelaksanaan tugasnya bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

CAMAT

Drs. Herman Suwito

SEKCAM Usman Edy. Sp

PL KASI PEMERINTAHAN

Erpa Wati Simamora

KASI PMD & PERTAMANAN

Edy Ridwan Sinaga

KASI KESYANUM & KEBERSIHAN

Hayani samosir

KASI TRANTIP & DAMKAR


(57)

Sekretaris

Sekretaris dipimpin oleh seorang sekretaris yang dalam pelaksanaannya tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Camat.

Seksi

Seksi di pimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada camat.

Uraian tugas : Camat

Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh Bupati sesuai karakteristik wilayah, kebutuhan daerah dan menyeleggarakan kegiatan pemerintah lainya berdasarkan peraturan perundang undangan.

Untuk melaksanakan tugas yang dimaksud Camat mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan kewenangan wajib Kabupaten dan kewenangan lainnya yang dilimpahkan oleh Bupati.

b. Penyelenggaraan tugas pemerintah umum, ketentaraman dan keterbiban umum, pembangunan, pertanian, sosial budaya, lingkungan hidup, dan pertanahan.

c. Pembinaan administarai pemerintah desa / kelurahan


(58)

e. Penyelenggaraan Perencanaan program pembangunan dan perekonomian,produksi, pertanian, kesejahteraan sosial, lingkungan hidup, dan sosial budaya di lingkungan kecamatan.

f. Pengkoordinasian kegiatan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas ( UPTD ) dan Unit Pelaksanaa Teknis ( UPT ) di wilayah kerjanya

g. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi – instansi terkait di wilayah kerjanya

h. Pelaksanaan tugas pembantuan

i. Penyusunan pelaksanaan program, ketata usahaan di rumah tangga Kecamatan.

j. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Sekretaris Kecamatan

Sekretaris Kecamatan mempunyai tugas membantu Camat dalam memberikan pelayanan teknis administaratif dan ketatausahaan kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkunagan Kantor kecamatan.

Untuk pelaksanaan tugas tugas dimaksud, Sekretaris kecamatan mempunyai tugas:

a. Menyusun program, pengendalian dan evaluasi pelaksanaannya b. Menyelenggarakan pengelolaan urusan keuangan

c. Menyelenggarakan urusan tata usaha umum, kepegawaian,pelayanan masyarakat,serta tata usaha perlengkapan


(59)

e. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas tugas lain yang di berikan oleh camat.

Seksi Pemerintahan

Kepala seksi pemerintahan mempunyai tugas membantu camat dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan. Untuk melaksanakan tugas yang dimaksud seksi pemerintahan mempunyai fungsi:

a. Mempelajari peraturan perundang undangan, petunjuk pelaksanaan dan petujuk teknis serta bahan bahan yang berhubungan dengan pemerintah kecamatan

b. Menyusun langkah langkah kerja / kegiatan seksi pemerintahan sesuai dengan rencana kerja yang di tetapkan

c. Melaksanakan urusan pemerintahan umum dan pembinaan pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan

d. Mengelola administrasi kependudukan serta melaksanakan pembinaan pengelolaan administrasi kependudukan Desa/Kelurahan

e. Memonitoring dan mengarahkan pelaksanaan tugas pemerintah Desa?Kelurahan

f. Melaksanakan pembinaan Organisasi sosial politik termasuk pelaksanaan pemilihan Umum dan lembaga kemasyrakatan lainnya g. Mengarsip dan memelihara dokumenadministrasi dalam berbagai


(60)

h. Mengordinasikan pelaksanaan tugas Seksi Pemerintahan dengan seksi seksi lainya dan dengan sekretaris Kecamatan

i. Meneruskan proses surat menyurat kepada Camat

j. Menghimpun permasalahan pelaksanaan tugas serta mempersiapkan saran pertimbangan pemecahan masalah kepada Camat

k. Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan Camat.

Seksi Pembangunnan Masyarakat Desa dan Pertamanan

Kepala Seksi Pembangunan Masyrakat Desa dan Pertamanan mempunyai tugas membantu Camat dalam menyiapkan bahan rumusan kebijakan dan pelaksanaan tugas Camat dalam bidang pembangunan Masyarakat Desa dan Pertamanan. Fungsi Seksi PMD dan pertamanan adalah :

a. Mempelajari peraturan perundang undangan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis serta bahan bahan lainnya yang berhubungan dengan Masyarakat Desa dan Pertamanan

b. Menyususn langkah langkah kerja /kegiatan Seksi Pembangunan Masyrakat Desa dan Petamanan sesuai dengan Rencana Kerja yang di tetapkan

c. Malaksanakan pembinaan terhadap pembangunan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan perekonomian masyarakat Desa/Kelurahan d. Menyelenggarakan pertamanan

e. Memberikan petunjuk tentang penyusunan rencana pembangunan Desa /kelurahan


(61)

f. Menyiapkan bahan bahan penyaluran bantuan pembangunan dari pemerintah untuk pembangunan masyarakat Desa / kelurahan

g. Menyiapkan bahan bahan pembinaan pengelolaan lahan pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang dan pemukiman penduduk

h. Menyiapkan bahan bahan penyusunan program program pembinaan kelembagaan masyarakat Desa/kelurahan

i. Mengarsip dan memelihara dokumen administrasidalam berbagai bentuk sesuai dengan keperluannya

j. Mengordinasikan pelaksanaan tugas Seksi Pembangunan Masyarakat Desa dan pertamanan dengan seksi seksi lainya dan dengan sekretaris Kecamatan

k. Meneruskan proses surat menyurat kepada Camat

l. Menghimpun permasalahan pelaksanaan tugas serta mempersiapkan saran pertimbangan pemecahan masalah kepada Camat

m. Melaksanakan tugas tugas lain yang di berikan Camat.

Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Pemadam Kebakaran

Kepala Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Pemadam Kebakaran mempunyai tugas membantu Camat dalam bidang Ketentraman, ketertiban dan Pemadam Kebakaran. Trantip dan Damkar mempunyai fungsi :

a. Mempelajari peraturan perundang undangan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis serta bahan bahan lainnya yang berhubungan dengan Trantip dan Damkar


(62)

b. Menyusun langkah langkah kerja/ kegiatan Trantip dan Damkar sesuai dengan Rencana Kerja yang di tetapkan

c. Melaksanakan monitoring dan pengendalian terhadap ketentrapam, ketertiban umum.

d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pertunjukan /kegiatan keramaian

e. Melaksanakan monitorig dan pengendalian terhadap pengelolaan ijin usaha badan usaha atau perorangan di wilayah kerja Kecamatan

f. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan terhadap pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran

g. Mengarsip dan memlihara dokumen administrasi dalam berbagai bentuk sesuai dengan keperluannya

h. Mengordinasikan pelaksanaan tugas Seksi Trantip dan Damkar dengan seksi seksi lainnya dan dengan sekretaris Kecamatan

i. Meneruskan proses surat menyurat kepada Camat

j. Menghimpun permasalahan pelaksanaan tugas serta mempersiapkan saran pertimbangan pemecahan masalah kepada Camat

k. Melaksanakan tugas tugas lain yang di berikan Camat.

Seksi Pelayanan Umum, Kesejahteraan dan Kebersihan

Seksi Pelayanan Umum,Kesejahteraan dan Kebersihan mempunyai tugas membantu Camat dalam melaksanakan tugas bidang Kesyanum dan Kebersihan.


(63)

Kepala Seksi Pelayanan Umum, Kesejahteraan, dan Kebersihan mempunyai Fungsi :

a. Mempelajari peraturan undang undang, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis serta bahan bahan lainnya yang berhubungan dengan Kesejahteraan, pelayanan umum dan Kebersihan

b. Menyusun langkah langkah kerja/kegiatan Seksi Kesejahteraan, Pelayanan Umum dan Kebersihan sesuai dengan rencana Kerja yang di tetapkan

c. Memberikan pelayanan informasi tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat meliputi pelayanan kesehatan, pendidikan, Keluarga Berencana, dan Pelayanan Umum lainnya

d. Menyiapkan bahan bahan dalam rangka pelaksanaan transmigrasi dan pembinaan ketenagakerjaa, kepemudaan, pemberdayaan wanita dan olah raga

e. Melaksanakan monitoring dan pengawasan terhadap penyaluran dan penggunaaan bantuan sosial kepada masyarakat Desa/kelurahan

f. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan terhadap kegiatan Pariwisata dan Kebudayaan

g. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan terhadap pengelolaan Panti Asuhan dan kegiatan amal lainnya

h. Melaksanakan pembinaan terhadap pengelolaan kebersihan lingkungan, tempat tinggal dan pemukiman


(64)

i. Mengarsip dan memlihara dokomen administrasi dalam berbagai bentuk sesuai dengan keperluannya

j. Mengordinasikan pelaksanaan tugas Seksi Kesyanum dan Kebersihan dengan seksi seksi lainnya dan dengan sekretaris Kecamtan

k. Meneruskan proses surat menyurat kepada Camat

l. Menghimpun permasalahan pelaksanaan tugas serta mempersiapkan saran pertimbangan pemecahan masalah kepada Camat

m. Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan Camat.

IV.4 Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Barus a. Tugas Pokok

Pemerintah Kecamatan Barus mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan dan Pembinaan kehidupan Kemasyarakatan dalam wilayah Kecamatan.

b. Fungsi

Disamping tugas sebagaimana di sebutkan diatas Kantor Camat Barus Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki fungsi

1. Pelaksanaan pelimpahan sebagian kewenangan Pemerintahan dan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah


(65)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V.1 HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan dilakukan analisis data terhadap semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun analisis yang dilakukan adalah dengan menggambarkan kondisi yang terjadi dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi tersebut sesuai dengan fokus kegiatan penelitian.

Dalam penelitian ini, informan merupakan objek yang saling mendukung untuk dapat menggambarkan bagaimana peran kecamatan dalam pelaksanaan otonomi daerah, untuk itu dari keterangan informan ini diharapkan dapat diperoleh data dan informasi mengenai jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Sedangkan disisi lain yang menjadi sasaran utama adalah apakahkecamatan berperan dalam pelaksanaan otonomi daerahdan sampai sejauh mana peran kecamatan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Maka dalam hal ini pendapat atau informasi dari masyarakat juga diperlukan sebagai penggambaran apa yang dirasakan oleh masyarakat dari peran kecamatan tersebut.

Dalam data penelitian ini ada beberapa tahapan utama yang penulis lakukan. Pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan dokumen yang berhubungan dengan masalah pelitian. Kedua, penulias melakukan wawancara


(1)

68

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan uraian – uraian diatas yang telah penulis kemukakan pada bab

– bab terdahulu, maka pada bagian ini penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dan memberikan saran sebagai langkah terakhir dalam penulisan hasil penlitian.

VI.1 Kesimpulan

Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 yang dimulai pelaksanaannya pada tanggal 1 Januari 2001 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004tentangPemerintahan Daerah telah membawa berbagai perubahanbaru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,terutama dalam hal praktik-praktik pemerintahan. Salahsatu perubahan tersebut menyangkut kedudukan, tugas,fungsi, dan kewenangan kecamatan, perubahan itu diatur dalam PP No 19 Tahun 2008.

Kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat diharapkan mampu menerjemahkan dan menyesuaikan berbagai kebijakan serta pelayanan yang sesuai dengan masyarakat. Oleh karena itu pengembangan lembaga kecamatan tidak kalah pentingnya dengan pengembangan kelembagaan pemerintah daerah kabupaten/kota secara keseluruhannya. Karena keberhasilan otonomi daerah akan secara nyata dapat dinilai dari bagaimana pemerintah daerah melalui kinerja kecamatan.


(2)

69

Pada instansi Kecamatan sudah diterapkan PP No 19 Tahun 2008 ini.Seharusnya pada instansi Kecamatan Barus juga sudah menerapkan PP No 19 Tahun 2008 ini, namaun setelah penulis melalukan penelitian penulis menemukan kejanggalan yaitu pada Kecamatan Barus belum menerapkan PP No 19 Tahun 2008. Hal ini terjadi karena dari pemerintah Kabupaten sendiri tidak ada mensosialisasikan PP No 19 Tahun 2008 ini dan pelimpahan kewenangan tidak seutuhnya diserahkan kepada kecamatan.

Di kecamatan Barus peran dari Camat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat tidak terprogram dengan jelas, pihak kecamatan hanya sebagai pengawas program dari pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten. program itu berupa bantuan alat – alat dan bantuan dana, seperti bantuan alat untuk melaut, alat untuk pertanian, bantuan dana untuk para perempuan berupa simpan pinjam.

Peran kecamatan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat tidak ada terprogram secara khusus, karena terkendala pada anggaran dan fasilitas yang kurang memadai, kecamatan sebagai pengawas dari program yang dicanangkan pemerintah pusat dan pemeritah daerah.

VI.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu :

a. Pemerintah Kabupaten harus segera mensosialisasikan Peraturan pemerintah yang baru agar Camat mengetahui tugas, fungsi dan


(3)

70

kewenangan kecamatan yang berlaku sekarang dan agar camat dan aparat kecamatan dapat bekerja dengan maksimal.

b. Pemerintah Kabupaten hendaknya mengupdate Peraturan Bupati yang baru agar setiap Kecamatan mempunyai pedoman dalam menjalankan tugas

c. Pihak kecamatan diharapkan dapat lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat terutama dibidang perekonomian, potensi yang ada di Kecamatan Barus cukup banyak hendaknya pihak pemerintah Kecamatan dapat lebih ekstra dalam mengembangkan potensi – petensi yang ada itu. Dan pemerintah kecamatan hendaknya punya program tersendiri dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Barus. d. Bagi masyarakat,harus mendukung program – program yang di

canangkan oleh pemerintah agar kehidupan masyarakat berkembang ke arah yang lebih baik lagi.


(4)

71 DAFTAR PUSTAKA

Handayadiningrat. 1998. Peranan Aparatur Pemerintah. Sinar Harapan; Jakarta

Hamudi,Moh.Ilham.A.2009. Peran Camat di Era Otonomi Daerah. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis & Birokrasi, Vol 16, no 1. Januari- april 2009

Kaloh, J, DR. Mencari Bentuk Otonomi Daerah. : PT Asdi Mahasatya. Jakarta. 2007

Kinseng, Rilus A. 2008. Kecamatan di Era Otonomi Daerah: Status dan Wewenang serta Konflik Sosial. Bogor: LPPM IPB danUSAID.

Kurniawan, Nanang Indra. 2008. Menata Ulang Kelembagaan Kecamatan. Harian Kompas, 5 April.

Maksum, Irfan Ridwan. 2007. Birokrasi Patrimonial di Kabupaten dan Kota.

Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis &Birokrasi, Vol. 15, No. 2 (Mei).

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Napitupulu, Paiman, Menakar Urgensi Otonomi Daerah. Bandung: PT. Alumni. 2006

Peraturan Pemerintah Kecamatan,Desa,Kelurahan 2008,Fokus Mandiri,2012


(5)

72

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Sultan. 2007. Manajemen Sumber Daya Aparatur dalam Penyelenggaraan Good Govermance. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis & Birokrasi, Vol.15, No. 2 (Mei).

Sumaryadi, I, Nyoman., Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah,

Citra Utama, Jakarta, 2005

Suradinata, Ermaya. 2006. Otonomi Daerah dan Paradigma Baru Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Politik dan Bisnis. Jakarta: Suara Bebas.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada.

Undang – undang Otonomi Daerah 2004, Citra Umbara, Bandung,2004

Widjaja, HAW, Drs . Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004

Yudoyono, Bambang. 2003. Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

73 Website :

Depdagri, 2008. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2008.

http://www.depdagri.go.id. Diakses pada tanggal 01 April 2012 pukul 20:05

Bappenas, 2008, UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. http://www.bappenas.go.id. Diakses pada tanggal 08 April 2012 pukul 22.20

Peratuaran Perundang – Undangan

Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pemerintahan Daerah Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan

Keputusan Bupati Tapanuli Tengah No.22 Tahun 2005 Tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Kecamatan Kebupaten Tapanuli Tengah